Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Remaja


2.1.1 Pengertian Masa Remaja
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan
Olds, 2001).
Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia dari
12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir ( usia dari
17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena
pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990).
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga
terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana
pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan
(Hurlock, 1990).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada
rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara
berpikir secara konkret menjadi. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi
pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu:
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan
sosial (Papalia dan Olds, 2001).

Universitas Sumatera Utara


2. 1.2 Aspek – Aspek Perkembangan pada Masa Remaja
Perkembangan Fisik, Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan
motorik ( Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan Kognitif, perkembangan kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu
interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal
(Papalia dan Olds, 2001).
Menurut Piaget seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget,
remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang
remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja
mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Formal (Papalia dan Olds, 2001).
Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang
aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap
operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang
remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.
Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang
hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini
memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu
memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan.
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat
memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja

Universitas Sumatera Utara


mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya
kemungkinan yang dapat mempengaruhi dirinya (Santrock ,2001)
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang
sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di
masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat
dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai
mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
2. 1.3 Ciri – ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu : peningkatan emosional yang
terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa
storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan
yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu,
dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah
( Aaro, 1990 ).
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Aaro, 1990 ).
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan

Universitas Sumatera Utara


lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar
pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan
ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi
dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan
dengan orang dewasa (Aaro, 1990).
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa
(Aaro, 1990).
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain
mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta
meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
(Aaro, 1990)

Universitas Sumatera Utara


2.2 Gizi
2.2.1 Pengertian Gizi
Deswani dkk (1990) dalam Supriasa (2002), mengungkapkan bahwa ada
beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut
adalah gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari
keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
2.2.2 Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah.
Semua karbohidrat berasal dari tumbuhan. Di negara yang sedang berkembang,
kurang lebih 80% energi makanan berasal dari karbohidrat. Di Negara maju
seperti Amerika dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah yaitu rata-rata 50%.
Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2001).
Untuk memelihara kesehatan, WHO menganjurkan agar 55-75% konsumsi
energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banayak hanya 10%
berasal dari gula sederhana. Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia,
umbi-umbian, kacang-kacang kering, gula, dan lain-lain. Hasil olah bahan ini
adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, dan sebagainya. Sumber
karbohidrat yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah beras, jagung, ubi,
singkong, talas, dan sagu (Almatsier, 2001).

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Lemak
Istilah lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan
minyak yang umu dikenal didalam makanan, malam, fosfolipida, sterol, dan
ikatan lain sejenis yang terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Fungsi
lemak adalah sebagai sumber energy, sebagai sumber asam lemak esensial, alat
angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, member rasa kenyang dan
kelezatan, sebagai pelumas, dan lainnya (Almatsier ,2001).
Lemak banyak terdapat dalam bahann makanan yang bersumber daari
hewani, misalnnya daging berlemak, jeroan, dan sebagainya, sedangkan minyak
banyak digunakan untuk memasak/menggoreng.Lemak dibutuhkan manusia
dalam jumlah tertentu. Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak
dibatasi tidak melebihi 25% dari total energy per hari, atau paling banyak 3
sendokk makan minyak goring untuk memasak makanan sehari (Sayogo, 2006).
2.2.4 Protein
Istilah protein berasal dari kata yunani proteos, yang berarti yang utama
atau yang didahulukan. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan
merupakan bagian terbesar dari tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah
protein, setengahnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang
rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan tubuh dan
cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier, 2001).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang,, dan
lainnya.Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe
dan tahu, dan kacang-kacangan lain. Angka Kecukupan Protein ( AKP ) orang
dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75
gram/kg BB, berupa protein patokan tinggi, yaitu protein telur. Catatan Biro Pusat
Statistik pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari-
hari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari. Ini telah melebihi
rata-rata standar kecukupan protein sehari, yaitu 45 gram (Almatsier ,2001).

Universitas Sumatera Utara


2.2.5 Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oeh karena itu,
harus didapat dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organic maka vitamin dapat
dirusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001).
Vitamin dalam makan terbagi 2, yaitu:
Vitamin Larut Lemak
• Vitamin A
Viatmin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
precursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai
retinol. Vitamin A berfungsi dalam dalam hal penglihatan, diferensiasi sel,
pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan lainnya. Sumber vitamin A
adalah hati, kuning telur, susu,sayuran hijau dan lainnya.
• Vitamin D
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit dimana
tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh
dengan bantuan sinar matahari. Fungsi vitamin D adalah dalam membanu
pembentukan dan pemeliharaan tulang (Almatsier, 2001).
• Vitamin E
Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan
mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil ( OH ) pada struktur cincin ke
radikal bebas. Vitamin E banyak terdapat pada tumbuh-tmbuhan, terutama pada
minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur-sayuran juga memiliki
kandungan vitamin E yang baik(Almatsier, 2001).
• Vitamin K
Fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah, walaupun
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Sumber utama vitamin K adalah
hati, sayuran berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol, brokoli, dan
lainnya (Almatsier, 2001).

Universitas Sumatera Utara


Vitamin Larut Air
• Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan
bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Vitamin C banyak
terdapat didalam pangan nabati , yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti
jeruk, nenas, rambutan, papaya, genadria, dan tomat. Vitamin C juga banyak
terdapat didalam sayuran daun-daunan dan jenis kol (Almatsier, 2001).
2.2.6 Mineral
Mineral merupakan bagian tubuh dan memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari
tulang, besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone
tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism,
terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Sumber paling baik
mineral adalah makanan hewani kecuali magnesium yang terutama alebih banyak
didalam makanan nabati (Almatsier, 2001).
2.2.7 Air
Air berfungsi didalam tubuh sebagai melancarkan transportasi zat gizi dalam
tubuh,, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur
suhu tubuh, serta melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil.. Untuk
memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air
minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas air setiap
hari. Selain itu, mengkonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau
kekurangann cairan tubuh, dan dapat menurunkan resiko penyakit batu ginjal.
Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan
gaangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang
terdapat pada air (Soekirman, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.3 Status Gizi
2.3.1 Pengertian Status Gizi
Pengertian Status Gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau
kelompok kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan
zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur
secara antropometri (Almatsier, 2001).
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik,
dan gizi lebih (Almatsier, 2001).
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi
akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, dkk, 2002).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental.
Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.
Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat
gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
2.3.2 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan
keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang
bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku
yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan
laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim
penilai (Arisman, 2010).
Komponen penilaian status gizi meliputi (1) survei asupan makanan, (2)
pemeriksaan biokimia, (3) pemeriksaan klinis, serta (4) pemeriksaan
antropometris (Arisman, 2010).

Universitas Sumatera Utara


2.3.3 Pemeriksaan Antopometri

Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis


kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan
tunggal atau majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor
lingkungan (termasuk iklim, musim, dan keadaan sosial-ekonomi). Pengaruh
lingkungan, terutama gizi, lebih penting daripada latar belakang genetis atau
faktor biologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu
dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi (Arisman, 2010).
Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis
pengukuran paling sederhana dan praktis karena lebih mudah dilakukan, murah,
cepat, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, serta hasil
pengukurannya lebih akurat. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh
manusia. Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap
berat badan, tinggi badan, dan lingkaran-lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak
di bawah kulit (Supariasa, dkk, 2002).
Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah
besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.
Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk: (1) penapisan status gizi,
(2) survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada
orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh
gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang
berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran
perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Arisman, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaan, ketepatan,
kepekaan, serta ketersediaan alat ukur; di samping keberadaan nilai baku acuan
yang akan digunakan sebagai pembanding. Jika nilai baku suatu negara
(Indonesia) belum tersedia, boleh digunakan baku Internasional. Pembolehan ini
didasarkan atas asumsi bahwa potensi tumbuh-kembang anak pada umumnya
serupa. Hubungan berbagai ukuran antropometris (terutama berat dan tinggi
badan) pada anak normal yang sehat secara relatif mantap. Baku acuan ditujukan
sebagai perbandingan semata, bukan menggambarkan keidealan. Interpretasi
perbandingan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan saat seseorang dipaksa
untuk memutuskan apakah nilai yang diharapkan itu harus 100% atau 90%, atau
dengan proporsi lain lagi. Sekedar pembakuan, WHO menganjurkan penggunaan
data dari NCHS sebagai acuan (Arisman, 2010).
Penilaian antropometris status gizi dan KKP didasarkan pada pengukuran
berat dan tinggi badan, serta usia. Data ini dipakai dalam menghitung 3 macam
indeks, yaitu indeks (1) berat terhadap tinggi badan (BB/TB) yang diperuntukkan
sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang; (2) tinggi terhadap usia
(TB/U) yang digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi di masa lampau;
dan (3) berat terhadap usia (BB/U) yang menunjukkan secara sensitif gambaran
status gizi saat ini (saat diukur). Kekurangan tinggi terhadap usia meriwayatkan
satu masa ketika pertumbuhan tidak terjadi (gagal) pada usia dini selama periode
yang cukup lama (Soekirman, 2000).
Pertambahan berat badan merupakan parameter yang paling sesuai karena
cukup sensitif, erat hubungannya dengan konsumsi energi dan protein yang
merupakan dua jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan masalah kesehatan
gizi pada skala nasional atau daerah luas regional di Indonesia. Parameter ini juga
cukup sensitif terhadap perubahan-perubahan akut mengenai konsumsi bahan
makanan pokok dan mudah pelaksanaannya. Pemantauannya dapat dilakukan
berkesinambungan oleh masyarakat itu sendiri dengan biaya murah tanpa
memerlukan peralatan rumit dan keahlian khusus (Sediaoetoma, 2006)

Universitas Sumatera Utara


2.3.4 Gizi Kurang
Suatu keadaan dimana terjadi defisiensi zat gizi yang kompleks,
khususnya kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dan diakibatkan oleh rendahnya
asupan makanan. Faktor penyebab gizi kurang disebabkan oleh asupan makanan
dan penyakit infeksi. Asupan makanan dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya
pendidikan keluarga dan adat/ kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan
(Dahli, 2007).
2.3.5 Gizi Seimbang
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya adalah harus memperhatikan
kemampuan tubuh seorang untuk mencerna makanan, seperti umur, jenis kelamin,
jenis aktivitas, dan kondisi lain, seperti sakit, hamil dan menyusui. Untuk hidup
dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima kelompok zat
gizi ( karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral ) dalam jumlah cukup,
tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga
memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal didalam
tubuh.
Apabila konsumsi makanan sehati-hari kurang beraneka ragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan gizi yang diperlukan
untuk hidup sehat dan prooduktif. Dalam mengkonsumssi makanan sehari-hari
yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada masalah yang satu akan dilengkapi
oleh keunggulan zat gizi pada jenis makanan lain, sehingga akan diperoleh
masukan zat gizi seimbang. Untuk mengejar pertumbuhan yang normal,
kebutuhan lebih didasarkan pada berat badan dan ini diperuntukkan bagi golongan
anak-anak sampai umur pubertas (Suhardjo, dkk, 1990).
2.3.5 Gizi Lebih
Lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena lemak berfungsi untuk
energy. Walaupun lemak sangat berguna untuk tubuh, kelebihan lemak dapat
menimbulkn berbagai penyakit. Gizi lebih merupakan kelebihan jaringan lemak
dalam tubuh. Salah satu dari penyakit gizi lebih adalah obesitas atau kelebihan
berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan
(supriasa, 2002).

Universitas Sumatera Utara


2.3.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor yang secara


langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi.
Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor
ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan(Suhardjo, 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi:
a. Faktor Langsung
1) Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan
merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola konsumsi
penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi
pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat
keadaan gizi (Suhardjo, 1996).
2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik. Infeksi
dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang paling penting
adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada katabolisme jaringan
menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi infeksi ringan sudah
menimbulkan kehilangan nitrogen (Suhardjo, 2000).
b. Faktor Tidak Langsung
1) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan
uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan
makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan
kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi .
Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga:
a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan
golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.
b) Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan
dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga ( Khomsan, 2003).

Universitas Sumatera Utara


2) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan
yang akan diberikan.
Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat dalam
sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan
gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila
dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik (Sayogo, 1996).
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun
orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap orang,
termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai
gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang
cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat
penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga
dapat mencapai keadaan gizi seimbang (Suhardjo, 2000)
3) Pendidikan
Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik
kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku
(tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya mempunyai
masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan
atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses
pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai
dengan tujuan institusi yang bersangkutan (Madanijah, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai