Anda di halaman 1dari 76

34

BAB 3

METODE ANALISIS BEBAN GEMPA

3.1 Umum

Analisis time history merupakan metode yang paling mendekati untuk

meramalkan respons struktur akibat gempa. Tetapi untuk melakukan analisis time

history diperlukan banyak perhitungan dan waktu yang cukup lama. Untuk

penyederhanaan dari alasan tersebut, para ahli menjadikan efek beban dinamik

oleh gempa menjadi gaya statik horizontal yang bekerja pada pusat massa, yang

disebut dengan analisis statik ekivalen. Pemilihan metode analisis untuk

perencanaan gedung tahan gempa harus dilakukan dengan tepat. Pada peraturan,

analisis statik ekivalen dikhususkan untuk struktur gedung beraturan, sedangkan

analisis time history dapat digunakan untuk struktur beraturan maupun tidak

beraturan. Struktur bangunan yang memiliki sudut dalam adalah salah satu

konfigurasi bangunan yang dapat mengkategorikan suatu gedung menjadi struktur

beraturan ataupun tidak beraturan. Pada tugas akhir ini dilakukan analisis statik

ekivalen dan analisis time history pada struktur beraturan dengan sudut dalam

10% dan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40%, sehingga akan

diperoleh keakurasian analisis statik ekivalen terhadap analisis time history

melalui perbandingan respons struktur yang dihasilkan. Analisis gempa akan

disesuaikan dengan peraturan terbaru yang berlaku di Indonesia yaitu RSNI 03-

1726-201x.
35

3.2 Peraturan yang Digunakan

Adapun peraturan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan

Gedung dan Non Gedung (RSNI 03-1726-201x)

2. Pedoman Perancanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung

(PPPURG 1987)

3.3 Pembebanan Struktur

3.3.1. Beban Mati

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat

tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin

serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung

tersebut (PPPURG, 1987).

Adapun beban mati yang digunakan adalah sebagai berikut:



Berat jenis beton = 2400 Kg/m3

Berat jenis baja = 7850 Kg/m3

Spesi lantai keramik t = 2 cm = 42 Kg/m3

Penutup lantai keramik = 24 Kg/m3

Plafond + penggantung = 18 Kg/m3

M&E = 20 Kg/m3
36

3.3.2. Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari

barang-barang yang dapat berpindah dan termasuk beban akibat air hujan pada

atap (PPPURG, 1987).

Adapun beban mati yang digunakan adalah sebagai berikut:

 Beban hidup lantai = 250 Kg/m3

 Beban hidup atap = 100 Kg/m3

3.3.3. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada

gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat

gempa tersebut (PPPURG, 1987).

Dalam tulisan ini, untuk beban gempa dilakukan dengan menggunakan

peraturan terbaru perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, yaitu RSNI 03-

1726-201x. Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 metode, metode pertama

adalah analisis statik ekivalen dengan mengambil parameter-parameter beban

gempa dari program Spektra Indonesia dan metode kedua adalah analisis time

history dengan mengambil 4 rekaman catatan gempa yang telah disesuaikan

dengan respons spektra desain kota Padang dengan program seismomatch.

Rekaman catatan gempa yang diambil adalah gempa parkfield, gempa

imperialvalley, gempa lomacoralito, gempa imp parachute.


37

3.4 Persyaratan Umum Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung

Berdasarkan SNI 03-1726-201x

3.4.1 Gempa Rencana

Pengaruh gempa rencana harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi

struktur bangunan gedung dan non gedung, serta berbagai bagian dan

peralatannya secara umum. Sesuai RSNI 03-1726-201x, gempa rencana

ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur

struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.

3.4.2 Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan

Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non gedung

sesuai tabel 3.1 untuk pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan

dengan suatu faktor keutamaan I menurut tabel 3.2 seperti berikut ini:

Tabel 3.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya untuk
Beban Gempa

Jenis pemanfaatan Kategori


risiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa I
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori
resiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
38

Tabel 3.1 Lanjutan


Jenis pemanfaatan Kategori
risiko
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/ Rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ Mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik

Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa III
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk ke dalam kategori resiko IV,
yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila
terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori resiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan
bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan
yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan
oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang IV
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan darurat
39

Tabel 3.1 Lanjutan


Jenis pemanfaatan Kategori
risiko
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau
struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam
kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori resiko IV.

Tabel 3.2 Faktor Keutamaan Gempa


Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,00
III 1,25
IV 1,50

3.4.3 Pemilihan Sistem Struktur Penahan Beban Gempa

Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi

salah satu tipe yang ditunjukkan dalam tabel 3.3. Pembagian setiap tipe

berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa

lateral. Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem

struktur dan batasan ketinggian struktur yang ditunjukkan dalam tabel 3.3. Faktor

modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ω0, dan faktor

pembesaran defleksi, Cd, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.3 harus


40

digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antar

lantai tingkat desain.

Tabel 3.3 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa

FaktorFakto
Koefisien Batasan sistem
r struktur
modifika kuat Faktor
dan batasan tinggi
Sistem penahan- si lebih pembesara
gaya seismik respon sistem n
defleksi, struktur (m)
(R) ,
(Ω0) (Cd) Kategori desain
seismik
B C D E F
Sistem rangka pemikul
momen
1. Rangka baja pemikul
T T T T T
momen khusus 8 3 5½
B B B B B
2. Rangka batang baja
T T
pemikul momen 7 3 5½ 48 30 TI
B B
khusus
3. Rangka baja pemikul
T T
momen menengah 4½ 3 4 10 TI TI
B B
4. Rangka baja pemikul T T
momen biasa 3½ 3 3 TI TI TI
B B
5. Rangka beton
T T T T T
bertulang pemikul 8 3 5½
B B B B B
momen khusus
6. Rangka beton
T T
bertulang pemikul 5 3 4½ TI TI TI
B B
momen menengah
4. beton bertulang
7. Rangka
pemikul momen biasa
T
3 3 2½ TI TI TI TI
B
8. Rangka baja dan beton
T T T T T
komposit pemikul 8 3 5½
B B B B B
momen khusus
9. Rangka baja dan beton
komposit pemikul T T
momen menengah 5 3 4½ TI TI TI
B B
41

Tabel 3.3 Lanjutan

FaktorFakto
Koefisien Batasan sistem
r struktur
modifika kuat Faktor
dan batasan tinggi
Sistem penahan- si lebih pembesara
gaya seismik respon sistem n
defleksi, struktur (m)
(R) ,
(Ω0) (Cd) Kategori desain
seismik
B C D E F
10.Rangka baja dan beton
6
Komposit terkekang 3 5½ 48 48 30 TI TI
parsial pemikul
momen baja dan beton
11.Rangka
T
komposit pemikul 3 3 2½ TI TI TI TI
B
momen biasa
12.Rangka baja canai
dingin
pemikul momen 3½ 3 3½ 10 10 10 10 10
khusus
dengan pembautan

3.4.4 Redundansi

Faktor redundansi (ρ), harus dikenakan pada sistem penahan gaya gempa

dalam masing-masing kedua arah ortogonal untuk semua struktur sesuai dengan

ketentuan berikut.

a. Kondisi di mana nilai ρ adalah 1,0

Nilai ρ diijinkan sama dengan 1,0 untuk hal-hal berikut ini:

 Struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C;


 Perhitungan simpangan antar lantai dan pengaruh P-delta;
 Desain komponen nonstruktural;
 Desain struktur non gedung yang tidak mirip dengan bangunan
gedung;
 Desain elemen kolektor, sambungan lewatan, dan sambungannya
dimana kombinasi beban dengan faktor kuat-lebih;
 Desain elemen struktur atau sambungan di mana kombinasi beban
42

dengan faktor kuat lebih;


 Beban diafragma;
 Struktur dengan sistem peredaman;
 Desain dinding struktural terhadap gaya keluar bidang, termasuk
sistem angkurnya.

b. Faktor redundansi, ρ, untuk kategori desain seismik D sampai F

Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E,

atau F, ρ harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua kondisi berikut

dipenuhi, di mana ρ diijinkan diambil sebesar 1,0:

 Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser

dasar dalam arah yang ditinjau;

 Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem

penahan gaya gempa terdiri dari paling sedikit dua bentang

perimeter penahan gaya gempa yang merangka pada masing-

masing sisi struktur dalam masing-masing arah ortogonal di setiap

tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar. Jumlah

bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai panjang

dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang

dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat untuk konstruksi rangka

ringan.
43

3.4.5 Kombinasi dan Pengaruh Beban Gempa

Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus

dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh

beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut:

1. 1,4D

2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)

3. 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)

4. 1,2D + 1,0W + L+ 0,5 (Lr atau R)

5. 1,2D + 1,0E + L

6. 0,9D + 1,0W

7. 0,9D + 1,0E

Pengaruh beban gempa, E, harus ditentukan sesuai dengan berikut ini:

1. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5 atau kombinasi beban 5

dan 6, E harus ditentukan sesuai dengan persamaan 3.1 berikut:

E=Eh+Ev (3.1)

2. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7 atau kombinasi beban 8, E

harus ditentukan sesuai dengan persamaan 3.2 berikut:

E=Eh–Ev (3.2)

Keterangan:
- E adalah pengaruh beban gempa;
- Eh adalah pengaruh beban gempa horizontal;
- Ev adalah pengaruh beban gempa vertical.

Pengaruh beban gempa horisontal, Eh, harus ditentukan sesuai dengan

persamaan 3.3 sebagai berikut:


44

Eh=ρQE (3.3)

Keterangan:
- Q adalah pengaruh gaya gempa horisontal dari V atau Fp;
- Jika disyaratkan pengaruh tersebut harus dihasilkan dari penerapan gaya
horisontal secara serentak dalam dua arah tegak lurus satu sama lain;
- ρ adalah faktor redundansi.

Pengaruh beban gempa vertikal, Ev, harus ditentukan sesuai dengan

persamaan 3.4 berikut:

Ev=0,2SDS D (3.4)

Keterangan :
- SDS adalah parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda
pendek;
- D adalah pengaruh beban mati.

3.4.6 Kotegori Desain Seismik

Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain seismiknya

berdasasarkan kategori resikonya dan parameter respons spektral percepatan

desainnya, SDS dan SD1. Masing-masing bangunan dan struktur harus ditetapkan

ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah dengan mengacu tabel 3.4 dan

tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda pendek

Kategori Resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ S DS D D
45

Tabel 3.5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda 1 detik

Kategori Resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 ≤ S D1 D D

3.4.7 Arah Pembebanan Seismik

Arah penerapan beban gempa yang digunakan dalam desain harus

merupakan arah yang akan menghasilkan pengaruh beban paling kritis. Arah

penerapan gaya gempa diijinkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Kategori desain seismik B

Untuk struktur bangunan yang dirancang untuk kategori desain

seismik B, gaya gempa desain diijinkan untuk diterapkan secara terpisah

dalam masing-masing arah dari dua arah ortogonal dan pengaruh interaksi

ortogonal diijinkan untuk diabaikan.

b. Kategori desain seismik C

Pembebanan yang diterapkan pada struktur bangunan yang

dirancang untuk kategori desain seismik C harus, minimum, sesuai dengan

persyaratan untuk kategori desain seismik B dan persyaratan pasal ini.

Struktur yang mempunyai ketidakberaturan struktur horisontal Tipe 5 harus

menggunakan salah satu dari prosedur berikut:


46

1. Prosedur kombinasi ortogonal

Struktur harus dianalisis menggunakan prosedur analisis gaya

lateral ekivalen, prosedur analisis spektrum respons ragam, atau prosedur

riwayat respons linier, dengan pembebanan yang diterapkan secara

terpisah dalam semua dua arah ortogonal. Pengaruh beban paling kritis

akibat arah penerapan gaya gempa pada struktur dianggap terpenuhi jika

komponen dan fondasinya didesain untuk memikul kombinasi beban-

beban yang ditetapkan berikut: 100 persen gaya untuk satu arah ditambah

30 persen gaya untuk arah tegak lurus; kombinasi yang mensyaratkan

kekuatan komponen maksimum harus digunakan.

2. Penerapan serentak gerak tanah ortogonal.

Struktur harus dianalisis menggunakan prosedur riwayat respons

linier atau prosedur riwayat respons nonlinier, dengan pasangan

ortogonal riwayat percepatan gerak tanah yang diterapkan secara

serentak.

c. Kategori desain seismik D sampai F

Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F

harus, minimum, sesuai dengan persyaratan katergori desain seismik C.

Sebagai tambahan, semua kolom atau dinding yang membentuk bagian dari

dua atau lebih sistem penahan gaya gempa yang berpotongan dan dikenai

beban aksial akibat gaya gempa yang bekerja sepanjang baik sumbu denah

utama sama atau melebihi 20 persen kuat desain aksial kolom atau dinding
47

harus didesain untuk pengaruh beban paling kritis akibat penerapan gaya

gempa dalam semua arah.

3.4.8 Spektrum Respon Desain

Bila spektrum respons desain diperlukan dan prosedur gerak tanah dari

spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus

dikembangkan dengan mengacu gambar 3.1 dan mengikuti ketentuan di bawah

ini:

1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 , spektrum respons percepatan desain,

Sa, harus diambil dari persamaan;


 T 
S a  S DS  0,4  0,6  (3.5)
 T0 
2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau

sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS;

3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain, Sa,

diambil berdasarkan persamaan:

S D1 (3.6)
Sa 
T

Keterangan:
- SDS adalah parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek;
- SD1 adalah parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik;
- T adalah perioda getar fundamental struktur.

S D1
T0  0,2 (3.7)
S DS

S D1
TS  (3.8)
S DS
48

Gambar 3.1. Spektrum Respon Desain


Sumber : RSNI 03-1726-201x

3.4.9 Periode Fundamental Struktur T

Perioda fundamental struktur, T, dalam arah yang ditinjau harus diperoleh

menggunakan properti struktur dan karateristik deformasi elemen penahan dalam

analisis yang teruji. Perioda fundamental struktur, T, tidak boleh melebihi hasil

koefisien untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari tabel 3.6 dan

perioda fundamental pendekatan, Ta, yangditentukan dari persamaan 3.9.

Perioda fundamental pendekatan (Ta), dalam detik, harus ditentukan dari

persamaan berikut:

Ta  C t hnx (3.9)

Keterangan:
hn adalah ketinggian struktur, dalam m, di atas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel 3.7.
49

Tabel 3.6. Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung

Parameter percepatan respons Koefisien Cu


≥ 0,4 1,4
spektral desain pada 1 detik, SD1
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤0,1 1,7

Tabel 3.7. Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x

Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul
100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak
dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih
kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai
gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75

3.4.10 Penentuan dan Batasan Simpangan Antar Lantai

Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus dihitung

sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang

ditinjau seperti gambar 3.2.

Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) harus ditentukan sesuai

dengan persamaan berikut:


Cd .xe
x  (3.10)
Ie
50

Keterangan:
- Cd adalah faktor pembesaran defleksi ;
- δxe adalah defleksi pada lokasi yang disyaratkan yang ditentukan dengan
analisis elastik;
- Ie adalah faktor keutamaan gempa.
δ3 Tingkat 3
F3 = gaya gempa desain tingkat kekuatan
F3 δe3 = perpindahan elastis yang dihitung akibat gaya
δe3 gempa desain tingkat kekuatan
L3 δ3 = Cd.δe3/IE = perpindahan yang diperbesar
Δ3 = (δe3 – δe2)Cd/ IE ≤a
δ2 Tingkat 2
F2 F2 = gaya gempa desain tingkat kekuatan
δe2 δe2 = perpindahan elastis yang dihitung akibat gaya
gempa desain tingkat kekuatan
L2 δ2 = Cd.δe2/IE = perpindahan yang diperbesar
Δ3 = (δe2 – δe1)Cd/ IE ≤a
Tingkat 3
δ1
F1 = gaya gempa desain tingkat kekuatan
F1 δe1 Δe1 = perpindahan elastis yang dihitung akibat gaya
L1 gempa desain tingkat kekuatan
δ1 = Cd.δe1/IE = perpindahan yang diperbesar
Δ1 = δ1 ≤a
Δi = simpangan antar lantai
Δi/Li = rasio simpangan antar lantai
δ3 = perpindahan total

Gambar 3.2. Penentuan Simpangan antar Lantai


Sumber: RSNI 03-1726-201x

Simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan

antar lantai tingkat ijin (Δa) seperti didapatkan dari tabel 3.8 untuk semua tingkat.
51

Tabel 3.8. Simpangan antar lantai ijin (Δa)

Struktur Kategori risiko


I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser 0,025hsx 0,020hsx 0,015hsx
batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan
dinding interior, partisi, langit-langit dan
sistem dinding eksterior yang telah
didesain untuk mengakomodasi simpangan
antar lantai tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx

Keterangan:
- hsx adalah tinggi tingkat di bawah tingkat x.

3.5 Analisis Statik Ekivalen

3.5.1 Gaya Geser Dasar Gempa (V)

Geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai

denganpersamaan berikut:

V = CsW (3.11)

Keterangan:
- Cs adalah koefisien respons seismik;
- W adalah berat seismik efektif.
-
Koefisien respons seismik, Cs, harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut.

S DS
Cs 
R
  (3.12)
 Ie 
Keterangan:
- SDS adalah parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang
perioda pendek;
- R adalah faktor modifikasi respons;
- Ie adalah faktor keutamaan gempa.
52

Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan 3.6 tidak perlu melebihi nilai dari

berikut ini:

SD1 (3.13)
Cs 
 R
T  
 Ie 
Cs harus tidak kurang dari

Cs= 0,044SDSIe ≥ 0,01

Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana S1

sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari:

0,5S D1
Cs 
R (3.14)
 
 Ie 

Keterangan:
- SD1 adalah parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda
sebesar 1,0 detik
- T adalah perioda fundamental struktur (detik)
- S1 adalah parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan

3.5.2 Distribusi Gaya Horizontal Statik Ekivalen

Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari

persamaan berikut :

Fx = CvxV (3.14)

dan

wx hxk
CVX  n

wh k (3.15)
i i
i 1
Keterangan:
- Cvx adalah faktor distribusi vertikal;
- V adalah gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN);
53

- wi and wx adalah bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x;
- hi and hx adalah tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x;
- k adalah eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut :
 untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1
 untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2
 untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus
sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2

3.6. Analisis Time History (Analisis Riwayat Waktu)

3.6.1 Persayaratan Analisis

Menurut SNI 03-1726-201x, analisis respons riwayat waktu harus

terdiri dari analisis model matematis suatu struktur untuk menentukan responsnya

melalui metoda integrasi numerik terhadap kumpulan riwayat waktu percepatan

gerak tanah yang kompatibel dengan spektrum respons desain untuk situs yang

bersangkutan.

3.6.2 Pemodelan

Model matematika struktur harus dibuat untuk tujuan penentuan gaya

elemen struktur dan perpindahan struktur yang dihasilkan dari beban yang

diterapkan dan semua perpindahan yang dikenakan atau pengaruh P-delta. Model

harus menyertakan kekakuan dan kekuatan elemen yang signifikan terhadap

distribusi gaya dan deformasi dalam struktur dan merepresentasikan distribusi

massa dan kekakuan secara spasial pada seluruh struktur.

Sebagai tambahan, model tersebut harus sesuai dengan hal berikut ini:

a. Properti kekakuan elemen beton dan batu bata harus memperhitungkan

pengaruh penampang retak;


54

b. Untuk sistem rangka baja pemikul momen, konstribusi deformasi daerah

panel pada simpangan antar lantai tingkat keseluruhan harus disertakan.

Struktur yang mempunyai ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1a, 1b,

4, atau 5 dari harus dianalisis menggunakan penggambaran 3-D. Jika

model 3-D digunakan, minimum tiga derajat kebebasan dinamis yang

terdiri dari translasi dalam dua arah denah ortogonal dan rotasi torsi

terhadap sumbu vertikal harus disertakan di masing-masing tingkat

struktur. Jika diafragma belum diklasifikasikan sebagai kaku atau

fleksibel, model tersebut harus menyertakan representasi karakteristik

kekakuan diafragma dan derajat kebebasan dinamis tambahan tersebut

diperlukan untuk memperhitungkan partisipasi diafragma dalam respons

dinamis struktur. Analisis menggunakan representasi 3-D tidak diperlukan

untuk struktur dengan diafragma fleksibel yang memiliki ketidakberaturan

horisontal struktur Tipe 4.

3.6.3 Gerak tanah

Paling sedikit tiga gerak tanah yang sesuai harus digunakan dalam analisis.

Gerak tanah yang digunakan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

berikut berikut.

a. Analisis Dua Dimensi

Apabila analisis dua dimensi dilakukan maka setiap gerak tanah harus

terdiri dari riwayatwaktu percepatan tanah horisontal yang diseleksi dari rekaman

gempa aktual. Percepatantanah yang sesuai harus diambil dari rekaman peristiwa
55

gempa yang memiliki magnitudo,jarak patahan, dan mekanisme sumber gempa

yang konsisten dengan hal-hal yangmengontrol ketentuan gempa maksimum yang

dipertimbangkan. Apabila jumlah rekamangerak tanah yang sesuai tidak

mencukupi maka harus digunakan rekaman gerak tanahbuatan untuk menggenapi

jumlah total yang dibutuhkan. Gerak-gerak tanah tersebut harus diskalakan

sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons dengan redaman 5

persen dari semua gerak tanah yang sesuai di situs tersebut tidak boleh kurang

dari spektrum respons desain setempat untuk rentang perioda dari 0,2T hingga

1,5T, di mana T adalah perioda getar alami struktur dalam ragam getar

fundamental untuk arah respons yang dianalisis.

b. Analisis Tiga Dimensi

Apabila analisis tiga dimensi dilakukan maka gerak tanah harus terdiri dari

sepasang komponen percepatan tanah horizontal yang sesuai, yang harus diseleksi

dan diskalakan dari rekaman peristiwa gempa individual. Gerak tanah yang sesuai

harus diseleksi dari peristiwa-peristiwa gempa yang memiliki magnitudo, jarak

patahan, dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang

mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan. Apabila jumlah

pasangan rekaman gerak tanah yang sesuai tidak mencukupi maka harus

digunakan pasangan gerak tanah buatan untuk menggenapi jumlah total yang

dibutuhkan. Untuk setiap pasang komponen gerak tanah horizontal, suatu

spektrum SRSS harus dibuat dengan mengambil nilai SRSS dari spektrum respons

dengan 5 persen faktor redaman untuk komponen-komponen gerak tanah yang


56

telah diskalakan (dimana faktor skala yang sama harus digunakan untuk setiap

komponen dari suatu pasangan gerak tanah). Setiap pasang gerak-gerak tanah

tersebut harus diskalakan sedemikian rupa sehingga pada rentang perioda dari 0,2

T hingga 1,5 T, nilai rata-rata spektrum SRSS dari semua pasang komponen

horizontal tidak boleh kurang dari nilai ordinat terkait pada spektrum respons

yang digunakan dalam desain. Untuk situs yang berada dalam jarak 5 km dari

patahan aktif yang menjadi sumber bahaya gempa, setiap pasangan komponen

gerak tanah harus dirotasikan ke arah normal-patahan dan arah sejajar-patahan

sumber gempa dan harus diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata

komponen normal patahan tidak kurang dari spektrum respons gempa MCER

untuk rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T.

3.6.4 Parameter respons

Untuk setiap gerak tanah yang dianalisis, parameter-parameter respons

individual harus dikalikan dengan besaran skalar sebagai berikut:

a. Parameter respons gaya harus dikalikan dengan Ie/R, di mana Ie adalah faktor

keutamaan gempa dan R adalah Koefisien Modifikasi Respons;

b. Besaran simpangan antar lantai harus dikalikan dengan Cd/R, di mana Cd

adalah faktor pembesaran defleksi.

Untuk setiap gerak tanah i, dimana i adalah penamaan untuk setiap gerak

tanah yang dipertimbangkan, nilai maksimum gaya geser dasar (Vi), gaya dalam

elemen struktur (QEi) yang diskalakan sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian

sebelumnya dan simpangan antar lantai, Δi, pada setiap lantai seperti yang harus
57

ditentukan. Apabila gaya geser dasar maksimum hasil analisis yang telah

diskalakan, Vi, adalah kurang dari 85 persen nilai V yang ditentukan

menggunakan nilai minimum Cs bila berada di lokasi dengan S1 sama dengan

atau lebih besar dari 0,6g, menggunakan nilai minimum Cs, maka gaya-gaya

elemen struktur yang diskalakan, QEi, harus diperbesar dengan faktor skala V/Vi

dimana V adalah gaya geser dasar minimum yang ditentukan dengan

menggunakan nilai minimum Cs, atau bila berada di lokasi dengan S1 sama

dengan atau lebih besar dari 0,6g. Apabila nilai gaya geser dasar maksimum hasil

analisis yang telah diskalakan, Vi, adalah kurang dari 0,85CsW, maka simpangan

antar lantai harus dikalikan dengan 0,85 Cs W/Vi.

Jika digunakan paling sedikit tujuh gerak tanah dalam analisis, gaya-gaya

elemen struktur yang digunakan dalam kombinasi beban dan simpangan antar

lantai yang digunakan dalam evaluasi simpangan antar lantai dapat diambil

sebagai nilai rata-rata dari masing-masing nilai QEi dan i yang diskalakan, yang

dihasilkan dari analisis dengan menggunakan faktor skala sebagaimana yang telah

ditentukan pada bagian sebelumnya. Apabila gerak tanah yang digunakan dalam

analisis kurang dari tujuh, maka gaya-gaya elemen struktur dan simpangan antar

lantai harus diambil sebagai nilai maksimum dari nilai QEi dan Ωi hasil analisis

yang telah diskalakan. nilai Ω0QE tidak perlu diambil lebih besar dari nilai

maksimum, QEi, yang didapat dari analisis tanpa penyesuaian skala.


58

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Model Struktur

Pada tugas akhir ini sebagai bahan perbandingan digunakan 2 model

struktur gedung, model pertama adalah struktur beraturan dengan sudut dalam

10% dan model kedua adalah struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40%.

Adapun data-data teknis yang digunakan dalam analisis adalah sebagai

berikut.

- Lokasi bangunan : Kota Padang

- Jenis bangunan : Perkantoran

- Konstruksi bangunan : Struktur beton bertulang

- Sistem struktur : Sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK)

- Jenis tanah : Tanah sedang

- Spesifikasi material : - Mutu beton (fc’) = 30 MPa


- Mutu Tulangan Pokok Fy = 390 Mpa
- Mutu Tulangan Geser Fys = 240 MPa

- Dimensi struktur : - Plat Lantai = 12 cm


- Plat Atap = 10 cm
- Balok Lantai = 30x60 cm
- Balok Atap = 30x50 cm
- Kolom Lantai 1 s.d. Lantai 2 = 70x70 cm
- Kolom Lantai 3 s.d. Lantai 4 = 60x60 cm
- Kolom Lantai 5 s.d. Lantai 6 = 50x50 cm
- Kolom Lantai 7 s.d. Lantai 8 = 40x40 cm
59

- Gambar struktur :
400 400 400 400 400 400 400 400 400 400
400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

400
400

400
400

400
400

400
A A 400
A A
400
400

400
400

400

400

400

400

400

400

400

400

Gambar 4.1 Denah bangunan beraturan Gambar 4.2 Denah bangunan tidak beraturan
dengan sudut dalam 10 % dengan sudut dalam 40 %

400

400

400

400

400

400

400

400

400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

Gambar 4.3 Potongan A-A

4.2. Parameter Beban Gempa dengan Program Spektra Indo

Berdasarkan tabel 3.1 untuk struktur yang berfungsi sebagai gedung

perkantoran, kategori resiko struktur bangunan termasuk ke dalam katergori


60

resiko II. Untuk kategori resiko II, berdasarkan tabel 3.2, memiliki faktor

keutamaan gempa (Ie) adalah 1,0. Kategori resiko dan faktor keutamaan tersebut

kemudian di input ke program spektra Indo dengan kota Padang sebagai lokasi

dari struktur yang ditinjau. Hasil dari program spektra Indo akan diperoleh

parameter beban gempa yang akan digunakan dalam perhitungan. Output spektra

Indo selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Parameter spektrum desain yang

diperoleh dari program spektra Indo untuk SDs (Periode pendek) adalah 0,96 g

dan untuk SD1 (Periode 1 detik) adalah 0,59 g.

4.3. Perhitungan Beban Gravitasi Pada Struktur Beraturan Dengan Sudut

Dalam 10% dan Struktur Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Perhitungan beban mati dan beban hidup hanya dilakukan untuk beban

yang bekerja di pelat lantai dan plat atap, sedangkan untuk berat sendiri struktur

akan dihitung otomatis oleh program SAP 2000 V.14.

Adapun beban beban mati dan beban hidup yang bekerja pada tiap lantai

adalah sebagai berikut.

a. Beban Gravitasi pada Lantai 1 sampai dengan Lantai 7

Beban Mati

- Spesi lantai keramik t 2 cm = 42 Kg/m2


- Penutup lantai keramik = 24 Kg/m2
- Plafond + penggantung = 18 Kg/m2
- M&E = 20 Kg/m2 +
Total Beban Mati = 104 Kg/m2

Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 250 Kg/m2


Total Beban Hidup = 250 Kg/m2
61

b. Beban Gravitasi pada Lantai 8 (Atap)

Beban Mati

- Plafond + penggantung = 18 Kg/m2


- M&E = 20 Kg/m2 +
Total Beban Mati = 38 Kg/m2

Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 100 Kg/m2


Total Beban Hidup = 100 Kg/m2

4.4. Perhitungan Beban Akibat Gaya Gempa

4.4.1. Gaya Gempa untuk Analisis Statik Ekivalen

1. Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

a. Berat Lantai 1

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 40 x 22 x 2400 = 301.363,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 99 x 2400 = 456.192,00 kg
- Kolom 70x70 cm = 0,7 x 0,7 x 6 x 120 x 2400 = 846.720,00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm= 4 x 4 x 1 x 99 x 42 = 66.528,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 99 x 24 = 38.016,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 99 x 18 = 28.512,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 99 x 20 = 31.680,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 1 = 1.769.011,20 kg
Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 396.000,00 Kg


Total Beban Hidup Lantai 1 = 396.000,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 1 (W1)


= 1.769.011,20 kg + 396.000,00 kg
= 2.165.011,20 kg
62

b. Berat Lantai 2

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 40 x 22 x 2400 = 301.363,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 99 x 2400 = 456.192,00 kg
- Kolom 70x70 cm = 0,7 x 0,7 x 4 x 120 x 2400 = 564,480.00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm= 4 x 4 x 1 x 99 x 42 = 66.528,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 99 x 24 = 38.016,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 99 x 18 = 28.512,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 99 x 20 = 31.680,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 2 = 1.486.771.20kg
Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 396.000,00 Kg


Total Beban Hidup Lantai 2 = 396.000,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 2 (W2)


= 1,486,771.20 + 396.000,00 kg
= 1.882.771,20 kg

c. Berat Lantai 3 dan Lantai 4

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 40 x 22 x 2400 = 301.363,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 99 x 2400 = 456.192,00 kg
- Kolom 60 x 60 cm = 0,6 x 0,6 x 4 x 120 x 2400 = 414,720.00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm = 4 x 4 x 1 x 99 x 42 = 66.528,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 99 x 24 = 38.016,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 99 x 18 = 28.512,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 99 x 20 = 31.680,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 3/4 = 1.337.011,20 kg
Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 396.000,00 Kg


Total Beban Hidup Lantai 3/4= 396.000,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 3/4 (W3/4)


= 1.337.011,20 kg + 396.000,00 kg
= 1.733.011,20 kg
63

d. Berat Lantai 5 dan Lantai 6

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 40 x 22 x 2400 = 301.363,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 99 x 2400 = 456.192,00 kg
- Kolom 50x50 cm = 0,5 x 0,5 x 4 x 120 x 2400 = 288,000.00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm = 4 x 4 x 1 x 99 x 42 = 66.528,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 99 x 24 = 38.016,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 99 x 18 = 28.512,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 99 x 20 = 31.680,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 5/6 = 1.210.291,20 kg
Beban Hidup
Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 396.000,00Kg
Total Beban Hidup Lantai 5/6= 396.000,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 5/6 (W5/6)


= 1.210.291,20 kg + 396.000,00 kg
= 1.606.291,20 kg

e. Berat Lantai 7

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 40 x 22 x 2400 = 301.363,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 99 x 2400 = 456.192,00 kg
- Kolom 40x40 cm = 0,4 x 0,4 x 4x 120 x 2400 = 184,320.00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm = 4 x 4 x 1 x 99 x 42 = 66.528,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 99 x 24 = 38.016,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 99 x 18 = 28.512,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 99 x 20 = 31.680,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 7 = 1.106.611,20 kg

Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 396.000,00 Kg


Total Beban Hidup Lantai 7 = 396.000,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 7 (W7)


= 1.106.611,20 kg + 396.000,00 kg
= 1.502.611,20 kg
64

f. Berat Lantai 8 (Atap)

Beban Mati

- Balok 30x50 cm = 0,3 x 0,40 x 40 x 22 x 2400 = 251,136.00 kg


- Plat lantai 10 cm = 0,10 x 4 x 4 x 99 x 2400 = 380,160.00 kg
- Kolom 40x40 cm = 0,4 x 0,4 x 2 x 120 x 2400 = 92,160.00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 99 x 18 = 28.512,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 99 x 20 = 31680,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 8 = 783.648,00 kg
Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 100 = 158.400,00 Kg


Total Beban Hidup Lantai 8 = 158.400,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 8 (W8)


= 783.648,00 kg + 158.400,00 kg
= 942.048,00 kg

Untuk bangunan gedung perkantoran dengan sistem rangka pemikul

momen khusus yang memiliki kategori resiko II dan faktor keuatamaan (Ie) 1,

berdasarkan tabel 3.3, maka koefisien modifikasi respons (Ra) dari struktur

tersebut adalah 8. Kemudian dapat dihitung periode getar fundamental sebagai

berikut:

T = Ct hn x
= 0,0466. H. 0,9, dimana H= 32 m
=1.0544 dt

Untuk kota Padang diperoleh diperoleh spektrum respon desain dengan

SDS = 0,96 g, sedangkan SD1 = 0,59 g. Dengan demikian koefisien beban dinamik

(Cs) adalah sebagai berikut:


S DS
Cs 
R
 
 Ie 
0,96

8
 
1
65

= 0,12

Tetapi nilai CS tidak perlu diambil lebih besar dari,

S D1
Cs 
R
T  
 Ie 
0,59

8
1,0544 
1

= 0,0699
Namun, nilai CS harus lebih besar dari,

Cs = 0,044.SDS.Ie
= 0,044. 0,96. 1
= 0,0422

atau,

Cs = 0,01

Dengan demikian Cs yang digunakan adalah 0,0699.

Berat total bangunan adalah:

Wt = W1+W2+W3+W4+W5+W6+W7+W8
= 13.171.046,40 kg

Gaya geser dasar (V) = Cs . Wt


= 0,0699 . 13.171.046,40
= 920.656,14 kg

Karena nilai periode fundamental 0,5 detik < T = 1,0544 < 2,5 detik, maka nilai k

diperoleh melalui interpolasi berikut.

( 2  1)
k (1,0544  0,5)
( 2,5  0,5)
k  1,2772
66

Dengan diperoleh nilai k di atas, maka gaya horizontal statik ekivalen

dapat dihitung dengan rumus berikut.

w x h xk
Fx  n
.V
w h
i 1
i i
k

Berikut hasil perhitungan gaya horizontal statik ekivalen yang bekerja

pada tiap lantai, yang dapat ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Horizontal Statik Ekivalen Struktur Beraturan


dengan Sudut Dalam 10%

Tingkat wi Hi wi.hi k Fi V
(kg) (m) (kg) (kg)
8 (atap) 942.048,00 32 78.786.278,01 147.362,21 147.362,21
7 1.502.611,20 28 105.963.637,74 198.194,86 345.557,07
6 1.606.291,20 24 93.031.511,70 174.006,56 519.563,63
5 1.606.291,20 20 73.705.481,99 137.859,06 657.422,69
4 1.733.011,20 16 59.800.306,69 111.850,76 769.273,45
3 1.733.011,20 12 41.412.519,84 77.458,16 846.731,61
2 1.882.771,20 8 26.805.510,21 50.137,15 896.868,76
1 2.165.011,20 4 12.717.775,91 23.787,38 920.656,14
0 0 0 0,00 0 920.656,14
Ʃ 13.171.046,40 492.223.022,08

Gaya horizontal statik ekivalen tersebut akan bekerja pada pusat massa

pada tiap lantai yang ada. Karena gedung dengan sudut dalam 10% tidak simetris,

maka terlebih dahulu dicari pusat massa dari struktur sebagai berikut.
67

Tabel 4.2 Ordinat Terhadap Sumbu – Y Struktur dengan Sudut Dalam 10%

Jarak Pusat ke Statis


Massa
Jenis Massa Sumbu X Momen
(Kg)
(m) (Kgm)
Plat Lantai I 20 x 40 x 0,12 x 2.400 = 230.400 10 2.304.000
II 16 x 40 x 0,12 x 2.400 = 184.320 -8 -1.474.560
III 4 x 36 x 0,12 x 2.400 = 41.472 -18 -746.496

Balok I Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 5 = 69.120 12 829.440


Ver 0,30 x 0,48 x 20 x 2.400 x 11 = 76.032 10 760.320
II Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 4 = 55.296 -10 -552.960
Ver 0,30 x 0,48 x 16 x 2.400 x 11 = 60.826 -8 -486.605
III Hor 0,30 x 0,48 x 36 x 2.400 x 1 = 12.442 -20 -248.832
Ver 0,30 x 0,48 x 4 x 2.400 x 10 = 13.824 -18 -248.832

Kolom I 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 55 = 388.080 12 4.656.960


II 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 44 = 310.464 -10 -3.104.640
III 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 10 = 70.560 -20 -1.411.200

Beban mati I 20 x 40 x 354 = 283.200 10 2.832.000


tambahan dan II 16 x 40 x 354 = 226.560 -8 -1.812.480
beban hidup III 4 x 36 x 354 = 50.976 -18 -917.568
Ʃ 2.073.571 378.547

Dari tabel di atas dapat dihitung ordinat sumbu y adalah:

y = 378.547/2.073.571 = 0,182 m

Tabel 4.3 Absis Terhadap Sumbu – X Struktur dengan Sudut Dalam 10%
Jarak Pusat ke Statis
Massa
Jenis Massa Sumbu Y Momen
(Kg)
(m) (Kgm)
Plat Lantai I 20 x 40 x 0,12 x 2.400 = 230.400 0 0
II 16 x 40 x 0,12 x 2.400 = 184.320 0 0
III 4 x 36 x 0,12 x 2.400 = 41.472 -2 -82.944

Balok I Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 5 = 69.120 0 0


Ver 0,30 x 0,48 x 20 x 2.400 x 11 = 76.032 0 0
II Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 4 = 55.296 0 0
Ver 0,30 x 0,48 x 16 x 2.400 x 11 = 60.826 0 0
III Hor 0,30 x 0,48 x 36 x 2.400 x 1 = 12.442 -2 -24.883
Ver 0,30 x 0,48 x 4 x 2.400 x 10 = 13.824 -2 -27.648

Kolom I 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 55 = 388.080 0 0


II 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 44 = 310.464 0 0
III 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 10 = 70.560 -2 -141.120

Beban mati I 20 x 40 x 354 = 283.200 0 0


tambahan dan II 16 x 40 x 354 = 226.560 0 0
beban hidup III 4 x 36 x 354 = 50.976 -2 -101.952
Ʃ 2.073.571 -378.547

Dari tabel di atas dapat dihitung absis sumbu x adalah:


x = -378.547/2.073.571 = -0,182 m
68

Maka, koordinat pusat massa untuk struktur beraturan dengan sudut dalam

10% adalah (-0,182 m ; 0,182 m).

2. Struktur Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

a. Berat Lantai 1

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 4 x 188 x 2400 = 259.891,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 84 x 2400 = 387.072,00 kg
- Kolom 70x70 cm = 0,7 x 0,7 x 6 x 105 x 2400 = 740.880,00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm = 4 x 4 x 1 x 84 x 42 = 56.448,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 84x 24 = 32.256,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 84x 18 = 24.192,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 84 x 20 = 26.880,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 1 = 1.527.619,20 kg
Beban Hidup
Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 336,000.00 kg
Total Beban Hidup Lantai 1 = 336,000.00 kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 1 (W1)


= 1.527.619,20 kg + 336,000.00 kg
= 1.863.619,20 kg

b. Berat Lantai 2

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 4 x 188 x 2400 = 259.891,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 84 x 2400 = 387.072,00 kg
- Kolom 70x70 cm = 0,7 x 0,7 x 4 x 105 x 2400 = 493.920,00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm= 4 x 4 x 1 x 84 x 42 = 56.448,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 84x 24 = 32.256,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 84x 18 = 24.192,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 84 x 20 = 26.880,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 2 = 1.280.659,20 kg

Beban Hidup

Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 336.000,00 Kg


Total Beban Hidup Lantai 2 = 336.000,00 Kg
69

Total beban mati dan beban hidup lantai 2 (W2)


= 1.280.659,20 kg + 336.000,00 kg
= 1.616.659,20 kg

c. Berat Lantai 3 dan Lantai 4

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 4 x 188 x 2400 = 259.891,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 84 x 2400 = 387.072,00 kg
- Kolom 60x60 cm = 0,6 x 0,6 x 6 x 105 x 2400 = 362.880,00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm = 4 x 4 x 1 x 84 x 42 = 56.448,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 84x 24 = 32.256,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 84x 18 = 24.192,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 84 x 20 = 26.880,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 3/4 = 1.149.619,20 kg
Beban Hidup
Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 336.000,00 kg
Total Beban Hidup Lantai 3/4= 336.000,00 kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 3/4 (W3/4)


= 1.149.619,20 kg + 336.000,00 kg
= 1.485.619,20 kg

d. Berat Lantai 5 dan Lantai 6

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 4 x 188 x 2400 = 259.891,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 84 x 2400 = 387.072,00 kg
- Kolom 50x50 cm = 0,5 x 0,5 x 6 x 105 x 2400 = 252.000,00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm = 4 x 4 x 1 x 84 x 42 = 56.448,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 84x 24 = 32.256,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 84x 18 = 24.192,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 84 x 20 = 26.880,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 5/6 =1.038.739,20 kg

Beban Hidup
Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 336.000,00 Kg
Total Beban Hidup Lantai 5/6= 336.000,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 5/6 (W5/6)


= 1.038.739,20kg + 336.000,00 kg
= 1.374.739,20 kg
70

e. Berat Lantai 7

Beban Mati

- Balok 30x60 cm = 0,3 x 0,48 x 4 x 188 x 2400 = 259.891,20 kg


- Plat lantai 12 cm = 0,12 x 4 x 4 x 84 x 2400 = 387.072,00 kg
- Kolom 40x40 cm = 0,4 x 0,4 x 6 x 105 x 2400 = 161.280,00 kg
- Spesi lantai keramik t 2 cm = 4 x 4 x 1 x 84 x 42 = 56.448,00 kg
- Penutup lantai keramik = 4 x 4 x 1 x 84x 24 = 32.256,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 84x 18 = 24.192,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 84 x 20 = 26.880,00 kg +
Total Beban Mati Lantai 7 = 948.019,20 kg
Beban Hidup
Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 250 = 336.000,00 Kg
Total Beban Hidup Lantai 7 = 336.000,00 Kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 7


= 948.019,20 kg + 336.000,00 kg
= 1.284.019,20 kg

f. Berat Lantai 8 (Atap)

Beban Mati

- Balok 30x50 cm = 0,3 x 0,40 x 4 x 188 x 2400 = 216.576,00 kg


- Plat lantai 10 cm = 0,10 x 4 x 4 x 84 x 2400 = 322.560,00 kg
- Kolom 40x40 cm = 0,4x 0,4 x 6 x 105 x 2400 = 80.640,00 kg
- Plafond + penggantung = 4 x 4 x 1 x 84x 18 = 24.192,00 kg
-M&E = 4 x 4 x 1 x 84 x 20 = 26.880,00kg +
Total Beban Mati Lantai 8 = 670.848,00 kg

Beban Hidup
Beban hidup perkantoran = 4 x 4 x 1 x 99 x 100 = 336.000,00 kg
Total Beban Hidup Lantai 8 = 134.400,00 kg

Total beban mati dan beban hidup lantai 8


= 670.848,00 kg + 134.400,00 kg
= 805.248,00 kg

Untuk bangunan gedung perkantoran dengan sistem rangka pemikul

momen khusus yang memiliki kategori resiko II dan faktor keuatamaan (Ie) 1,

berdasarkan tabel 3.3, maka koefisien modifikasi respons (Ra) dari struktur
71

tersebut adalah 8. Kemudian dapat dihitung periode getar fundamental sebagai

berikut:

T = Ct hn x
= 0,0466. H. 0,9, dimana H= 32 m
=1.0544 dt

Untuk kota Padang diperoleh diperoleh spektrum respon desain dengan

SDS = 0,96 g, sedangkan SD1 = 0,59 g. Dengan demikian koefisien beban dinamik

(Cs) adalah sebagai berikut:

S DS
Cs 
R
 
 Ie 
0,96

8
 
1
= 0,12

Tetapi nilai CS tidak perlu diambil lebih besar dari,

S D1
Cs 
R
T  
 Ie 

0,59

8
1,0544 
1

= 0,0699

Namun, nilai CS harus lebih besar dari,

Cs = 0,044.SDS.Ie

= 0,044. 0,96. 1

= 0,0422
72

atau,

Cs = 0,01

Dengan demikian Cs yang digunakan adalah 0,0699.

Berat total bangunan adalah:

Wt = W1+W2+W3+W4+W5+W6+W7+W8
= 11.290.262,40 kg

Gaya geser dasar (V) = Cs . Wt


= 0,0699 x 11.290.262,40
= 789.189,34 kg

Berdasarkan SNI 1726 201x, mengingat nilai periode fundamental 0,5 detik < T =

1,0544 < 2,5 detik, maka nilai k diperoleh melalui interpolasi berikut.
( 2  1)
k (1,0544  0,5)
( 2,5  0,5)

k  1,2772

Dengan diperoleh nilai k di atas, maka gaya horizontal statik ekivalen

dapat dihitung dengan rumus berikut.


w x h xk
Fx  n
.V
w h
i 1
i i
k

Berikut hasil perhitungan gaya horizontal statik ekivalen yang bekerja

pada tiap lantai, yang dapat ditabelkan sebagai berikut:


73

Tabel 4.4. Distribusi Horizontal Statik Ekivalen Struktur Tidak Beraturan


dengan Sudut Dalam 40%

Tingkat wi Hi wi.hi k Fi V
(kg) (m) (kg) (kg)
8 (atap) 805.248,00 32 67.345.286,86 126.145,70 126.145,70
7 1.284.019,20 28 90.548.603,23 169.608,26 295.753,96
6 1.374.739,20 24 79.620.722,55 149.139,05 444.893,01
5 1.374.739,20 20 63.080.601,67 118.157,44 563.050,45
4 1.485.619,20 16 51.263.652,41 96.022,89 659.073,35
3 1.485.619,20 12 35.500.771,48 66.497,15 725.570,50
2 1.616.659,20 8 23.016.803,47 43.113,20 768.683,70
1 1.863.619,20 4 10.947.329,68 20.505,65 789.189,34
0 0 0 0,00 0 789.189,34
Ʃ 11.290.262,40 421.323.771,35

Gaya horizontal statik ekivalen tersebut akan bekerja pada pusat massa

pada tiap lantai yang ada. Karena gedung dengan sudut dalam 40% tidak simetris,

maka terlebih dahulu dicari pusat massa dari struktur sebagai berikut.

Tabel 4.5 Ordinat Terhadap Sumbu - Y Struktur dengan Sudut Dalam 40%

Jarak Pusat ke Statis


Massa
Jenis Massa Sumbu X Momen
(Kg)
(m) (Kgm)
Plat Lantai I 20 x 40 x 0,12 x 2.400 = 230.400 10 2.304.000
II 4 x 40 x 0,12 x 2.400 = 46.080 -2 -92.160
III 16 x 24 x 0,12 x 2.400 = 110.592 -12 -1.327.104

Balok I Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 5 = 69.120 12 829.440


Ver 0,30 x 0,48 x 20 x 2.400 x 11 = 76.032 10 760.320
II Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 1 = 13.824 -4 -55.296
Ver 0,30 x 0,48 x 4 x 2.400 x 11 = 15.206 -2 -30.413
III Hor 0,30 x 0,48 x 24 x 2.400 x 4 = 33.178 -14 -464.486
Ver 0,30 x 0,48 x 16 x 2.400 x 7 = 38.707 -12 -464.486

Kolom I 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 55 = 388.080 12 4.656.960


II 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 11 = 77.616 -4 -310.464
III 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 28 = 197.568 -14 -2.765.952

Beban mati I 20 x 40 x 354 = 283.200 10 2.832.000


tambahan dan II 4 x 40 x 354 = 56.640 -2 -113.280
beban hidup III 16 x 24 x 354 = 135.936 -12 -1.631.232
Ʃ 1.772.179 4.127.846
74

Dari tabel di atas dapat dihitung ordinat sumbu y adalah:

y = 4.127.846/ 1.772.179 = 2,330 m

Tabel 4.6 Absis Terhadap Sumbu – X Struktur dengan Sudut Dalam 40%
Jarak Pusat ke Statis
Massa
Jenis Massa Sumbu Y Momen
(Kg)
(m) (Kgm)
Plat Lantai I 20 x 40 x 0,12 x 2.400 = 230.400 0 0
II 4 x 40 x 0,12 x 2.400 = 46.080 0 0
III 16 x 24 x 0,12 x 2.400 = 110.592 -8 -884.736

Balok I Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 5 = 69.120 0 0


Ver 0,30 x 0,48 x 20 x 2.400 x 11 = 76.032 0 0
II Hor 0,30 x 0,48 x 40 x 2.400 x 1 = 13.824 0 0
Ver 0,30 x 0,48 x 4 x 2.400 x 11 = 15.206 0 0
III Hor 0,30 x 0,48 x 24 x 2.400 x 4 = 33.178 -8 -265.421
Ver 0,30 x 0,48 x 16 x 2.400 x 7 = 38.707 -8 -309.658

Kolom I 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 55 = 388.080 0 0


II 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 11 = 77.616 0 0
III 0,70 x 0,70 x 6 x 2.400 x 28 = 197.568 -8 -1.580.544

Beban mati I 20 x 40 x 354 = 283.200 0 0


tambahan dan II 4 x 40 x 354 = 56.640 0 0
beban hidup III 16 x 24 x 354 = 135.936 -8 -1.087.488
Ʃ 1.772.179 -4.127.846

Dari tabel di atas dapat dihitung sumbu x adalah:

y = -4.127.846/ 1.772.179 = -2,330 m

Maka, koordinat pusat massa untuk struktur beraturan tidak beraturan

dengan sudut dalam 40% adalah (-2,330 m ; 2,330 m).

4.4.2. Gaya Gempa untuk Analisis Analisis Time History

Beban gempa yang digunakan dalam analisis time history diambil dari 4

rekaman catatan gempa yang telah disesuaikan dengan respon spektra desain Kota

Padang dengan program sesimomatch. Keempat rekaman catatan gempa tersebut

adalah gempa Imp Parachute, gempa Imperialvalley, gempa Lomacoralito, dan

gempa Parkfield. Untuk setiap percepatan gempa pada interval waktu tertentu
75

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut grafik percepatan gempa

yang telah disesuaikan dengan respon spektra desain Kota Padang.

Gambar 4.4. Percepatan gempa yang telah disesuaikan dengan respon spektra desain
Kota Padang dengan Program Seismomatch
Sumber: Teruna (2012)

4.5 Kombinasi Pembebanan

Dari program spektra indo, diperoleh nilai SDs = 0,96g. Berdasarkan tabel

3.4, karena nilai SDs > 0,50, maka gedung tersebut termasuk kategori desain

seismik D. Dengan demikian untuk gedung yang termasuk ke dalam kategori

desain seismik D memiliki faktor redundansi (ρ) sebesar 1,3. Dengan

mensubstitusikan nilai SDs dan nilai faktor redundansi (ρ) ke dalam persamaan

pada kombinasi pembebanan, maka akan diperoleh kombinasi pembebanan yang

akan digunakan pada perhitungan analisis struktur seperti berikut:

1. 1,4 DL

2. 1,2 DL + 1,6 LL
76

3. 1,45 DL +1,3 QEx + 0,39 QEy + 1 LL

4. 1,33 DL + 1,3 QEx - 0,39 QEy + 1 LL

5. 1,07 DL - 1,3 QEx + 0,39 QEy + 1 LL

6. 0,95 DL - 1,3 QEx - 0,39 QEy + 1 LL

7. 1,45 DL + 0,39 QEx + 1,3 QEy + 1 LL

8. 1,33 DL + 0,39 QEx - 1,3 QEy + 1 LL

9. 1,07 DL - 0,39 QEx + 1,3 QEy + 1 LL

10. 0,95 DL - 0,39 QEx - 1,3 QEy + 1 LL

11. 0,65 DL + 1,3 QEx + 0,39 QEy

12. 0,77 DL + 1,3 QEx - 0,39 QEy

13. 1,03 DL - 1,3 QEx + 0,39 QEy

14. 1,15 DL -1,3 QEx - 0,39 QEy

15. 0,65 DL + 0,39 QEx + 1,3 QEy

16. 0,77 DL + 0,39 QEx - 1,3 QEy

17. 1,03 DL - 0,39 QEx + 1,3 QEy

18. 1,15 DL - 0,39 QEx - 1,3 QEy

DL merupakan beban mati dan LL merupakan beban hidup, sedangkan

untuk QEx merupakan beban gempa arah X dan QEy merupakan beban gempa arah

Y. Dan untuk QE diambil dari beban gempa statik ekivalen, Imp Parachute,

Imperialvalley, Lomacoralito, dan Parkfield.


77

4.6. Analisis Struktur dengan menggunakan program SAP 2000 V 14.0

Gambar 4.5. Permodelan struktur beraturan dengan sudut dalam 10 %


pada program SAP 2000 V 14,0

Gambar 4.6. Permodelan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40 %


pada program SAP 2000 V 14,0
78

Adapun tahapan yang dapat dilakukan untuk menghitung analisa struktur

dengan program SAP 2000 V. 14,0 adalah sebagai berikut:

1. Pilih unit satuan yang akan digunakan dalam perhitungan, dalam hal ini

digunakan satuan kgm.

2. Pilih new model, kemudian pilih grid only, masukkan ukuran panjang, lebar,

dan tinggi sesuai dengan geometri struktur bangunan.

3. Definisikan material yang digunakan melalui menu define, kemudian pilih

material, dan masukkan spesifikasi material baik baja maupun beton yang

digunakan.

4. Definisikan penampang balok dan kolom melalui menu define, kemudian

pilih section properties, kemudian frame sections. Masukkan dimensi sesuai

dengan penampang rencana.

5. Definisikan penampang plat lantai melalui menu define, kemudian pilih

section properties, kemudian area sections. Masukkan dimensi sesuai dengan

penampang rencana.

6. Lakukan penggambaran kolom dan balok menggunakan perintah draw

frame/cable element, kemudian lakukan penggambaran plat lantai dengan

menggunakan perintah draw poly area. Sesuaikan penggambaran dengan

gambar rencana.

7. Pada elemen balok dan kolom untuk memperhitungkan daerah sambungan

join agar tidak overlap karena frame yang sebenarnya berupa garis, maka

pilih semua balok dan kolom, dan pilih menu assign, pilih frame, dan pilih
79

end (length) offsets, pilih automatic from connectivity, dan beri nilai 1 pada

rigid zone factor.

8. Defenisikan plat lantai sebagai diafragma dengan memilih semua join pada

lantai yang mempunyai elevasi yang sama, setelah semua terpilih pilih menu

assign, kemudian pilih joint, dan pilih constraints.

9. Tentukan tipe penjepitan fondasi melalui menu assign, pilih joint, kemudian

pilih reistraint, tetapi sebelumnya dipilih terlebih dahulu titik-titik yang akan

dijadikan tumpuan.

10. Definisikan pembebanan melalui menu define, pilih load patterns, dan

masukkan jenis beban antara lain beban mati (DL), beban hidup (LL) dan

beban gempa untuk analisis statik ekivalen.

11. Untuk beban gempa analisis time history, di masukkan melalui menu define,

pilih functions, pilih time history, pilih rekaman percepatan gempa yang akan

digunakan dalam perhitungan. Dalam hal ini ada 4 rekaman percepatan

gempa yang digunakan yaitu, imp parachute, imperialvalley, lomacoralito dan

parkfield.

12. Agar fungsi rekaman percepatan gempa tersebut dibuah menjadi pembebanan

pada struktur, maka dilakukan dengan menu define, pilih load case,

masukkan faktor skala dengan Ie/R x 9,81 m/s2.

13. Definisikan kombinasi pembebanan dengan menggunakan menu define, pilih

load combinations.

14. Definisikan beban-beban yang terjadi pada area melalui menu assign, pilih

area loads, masukkan beban sesuai dengan perhitungan pembebanan yang


80

telah dilakukan untuk beban mati dan beban hidup. Sedangkan untuk beban

gempa statik ekivalen di defenisikan melalui menu assign, pilih joint loads,

kemudian masukkan beban statik ekivalen yang telah dihitung. Tetapi

sebelum melakukan defenisi beban, terlebih dahulu dipilih area dan join yang

akan diberi beban.

15. Defenisikan massa struktur yang akan digunakan dalam analisis time history

dengan menggunakan menu define, pilih mass source, kemudian pilih loads

dan masukkan koefisien reduksi beban hidup sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

16. Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu lakukan penyetingan analisa

melalui menu analyze, pilih set analysis option, pilih space frame.

17. Lakukan analisa struktur dengan menggunakan menu analyze, pilih run

analysis, kemudian pilih run now, dan tunggu sampai analysis complete dan

tidak ada pesan error yang muncul.

4.7. Kontrol Hasil Analisis Struktur

Setelah struktur selesai dianalisis dengan program SAP 2000 V.14, maka

perlu dilakukan pegecekan terhadap standar atau peraturan yang berlaku saat ini,

yaitu SNI-03-1726-201x. Adapun respon parameter yang perlu di kontrol antara

lain adalah sebagai berikut.


81

4.7.1. Periode Struktur

Periode getar maksimum tidak boleh lebih besar dari nilai Cu.Ta. Dimana

struktur yang memiliki parameter SD1 ≥ 0,4 maka dari tabel 3.6 diperoleh nilai Cu

adalah 1,4 dan Ta adalah periode pendekatan struktur. Berikut periode getar dari

masing-masing struktur yang ditinjau.

1. Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Tabel 4.7 Periode Struktur Pada Struktur Beraturan

dengan Sudut Dalam 10%

Mode Periode
(Detik)
1
0,991205
2
0,990683
3
0,925748
4
0,370965
5
0,370848
6
0,218886
7
0,218818
8
0,14808
9
0,142763
10
0,110826
11
0,079982
12
0,063651

Cek persyaratan : T max ≤ Cu. Ta

T max = 0,991205
Cu. Ta = 1,4 . 1,0544
= 1,467 detik ….. OK!
82

2. Struktur Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Tabel 4.8 Periode Struktur Pada Struktur Tidak Beraturan

dengan Sudut Dalam 40%

Mode Periode
(Detik)
1
1,221583
2
1,221437
3
1,142894
4
0,449389
5
0,449331
6
0,272353
7
0,263533
8
0,231058
9
0,177615
10
0,133312
11
0,12343
12
0,075565

Cek persyaratan : T max ≤ Cu. Ta

T max = 1,221583
Cu. Ta = 1,4 . 1,0544
= 1,467 detik ….. OK!

4.7.2. Partisipasi Massa

Analisis time history yang digunakan adalah metode modal analisis,

sehingga perlu diketahui apakah analisis telah menyertakan jumlah ragam yang

cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling


83

sedikit 90% dari massa aktual dalam masing-masing arah horizontal ortoganal

dari respon yang ditinjau oleh model. Berikut nilai partisipasi massa dari struktur

yang ditinjau.

1. Struktur beraturan dengan sudut dalam 10%

Tabel 4.9 Modal Participating Mass Ratios Pada Struktur Beraturan

dengan Sudut Dalam 10%

Modal Participating Mass Ratios


OutputCase StepType StepNum SumUX SumUY
Text Text Unitless Unitless Unitless
MODAL Mode 1 0,373 0,373
MODAL Mode 2 0,745 0,745
MODAL Mode 3 0,745 0,745
MODAL Mode 4 0,807 0,807
MODAL Mode 5 0,868 0,868
MODAL Mode 6 0,894 0,894
MODAL Mode 7 0,920 0,920
MODAL Mode 8 0,933 0,933
MODAL Mode 9 0,952 0,952
MODAL Mode 10 0,963 0,963
MODAL Mode 11 0,983 0,983
MODAL Mode 12 0,997 0,997

Dari tabel 4.9 dapat dilihat jumlah partisipasi massa pada mode ke 12

untuk arah X adalah 0,997 dan untuk arah Y adalah 0,997, berarti telah memenuhi

syarat minimal 90%.


84

2. Struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40%

Tabel 4.10 Modal Participating Mass Ratios Pada Struktur Tidak Beraturan

dengan Sudut Dalam 40%

Modal Participating Mass Ratios


OutputCase StepType StepNum SumUX SumUY
Text Text Unitless Unitless Unitless
MODAL Mode 1 0,369 0,369
MODAL Mode 2 0,738 0,738
MODAL Mode 3 0,739 0,739
MODAL Mode 4 0,798 0,798
MODAL Mode 5 0,857 0,857
MODAL Mode 6 0,873 0,873
MODAL Mode 7 0,899 0,899
MODAL Mode 8 0,915 0,915
MODAL Mode 9 0,929 0,929
MODAL Mode 10 0,942 0,942
MODAL Mode 11 0,975 0,975
MODAL Mode 12 0,992 0,992

Dari tabel 4.10 dapat dilihat jumlah partisipasi massa pada mode ke 12

untuk arah X adalah 0,992dan untuk arah Y adalah 0,992, berarti telah memenuhi

syarat minimal 90%.

4.7.3. Gaya Geser Dasar (Base Shear)

Nilai akhir respon dinamik struktur (base shear) tidak boleh kurang dari

85% nilai respons ragam pertama (statik ekivalen). Apabila nilai tersebut belum

memenuhi, maka diberikan faktor pengali yaitu 85% V statik/ V dinamik. Berikut

base shear dari masing-masing struktur yang ditinjau.


85

1. Struktur beraturan dengan sudut dalam 10%

Arah-X

Tabel 4.11 Base Shear Pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Arah Gempa X

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kg Kg
SE-X 920.656,14 0,00000073
TH Imp parachute - X 657.634,77 9.637,36
TH Imperialvalley - X 545.944,54 21.843,34
TH Lomacoralito - X 643.597,56 23.310,24
TH Parkfield - X 662.663,02 22.697,28

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 920.656,14 = 782.557,72 kg > V dinamik…. NO OK!


Faktor skala:

TH Imp parachute – X = 920.656,14/657.634,77 = 1,190


TH Imperialvalley – X = 920.656,14/545.944,54 = 1,434
TH Lomacoralito – X = 920.656,14/643.597,56 = 1,216
TH Parkfield – X = 920.656,14 /662.663,02 = 1,181

Setelah diperoleh nilai faktor skala, kemudian nilai tersebut diinput pada

program SAP 2000 V.14 dengan mengalikan nilai faktor skala tersebut dengan

faktor skala awal yaitu Ie/R x 9,81 m/s2, kemudian dilakukan analisa struktur

kembali dan perhatikan kembali nilai base shear yang baru.


86

Tabel 4.12 Base Shear Setelah diberi Faktor Skala Pada Struktur Beraturan

dengan Sudut Dalam 10% Arah Gempa X

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kgf Kgf
SE-X 920.656,14 0,00000073
TH Imp parachute - X 782.563,92 11.468,15
TH Imperialvalley - X 782.891,60 31.323,64
TH Lomacoralito - X 782.606,23 28.344,95
TH Parkfield - X 782.601,79 26.805,37

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 920.656,14 = 782.557,72 kg < V dinamik…. OK!

Dengan demikian, nilai base shear telah memenuhi syarat.

Arah-Y

Tabel 4.13 Base Shear Pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Arah Gempa Y

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kgf Kgf
SE-Y 0,00000074 920.656,14
TH Imp parachute -Y 9.637,36 657.634,77
TH Imperialvalley -Y 21.843,34 545.944,54
TH Lomacoralito - Y 23.310,24 643.597,56
TH Parkfield -Y 22.697,28 662.663,02

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 920.656,14 = 782.557,72 kg > V dinamik…. NO OK!

Faktor skala:

TH Imp parachute –Y = 920.656,14/657.634,77 = 1,190


87

TH Imperialvalley – Y = 920.656,14/545.944,54 = 1,434


TH Lomacoralito – X = 920.656,14/643.597,56 = 1,216
TH Parkfield – Y = 920.656,14 /662.663,02 = 1,181

Setelah diperoleh nilai faktor skala, kemudian nilai tersebut diinput pada

program SAP 2000 V.14 dengan mengalikan nilai faktor skala tersebut dengan

faktor skala awal yaitu Ie/R x 9,81 m/s2, kemudian dilakukan analisa struktur

kembali dan perhatikan kembali nilai base shear yang baru.

Tabel 4.14 Base Shear Setelah diberi Faktor Skala Pada Struktur Tidak

Beraturan dengan Sudut Dalam 10% Arah Gempa Y

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kgf Kgf
SE-Y 0,00000074 920.656,14
TH Imp parachute -Y 11.468,15 782.563,92
TH Imperialvalley -Y 31.323,64 782.891,60
TH Lomacoralito - Y 28.344,95 782.606,23
TH Parkfield -Y 26.805,37 782.601,79

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 920.656,14 = 782.557,72 kg < V dinamik…. OK!

Dengan demikian, nilai base shear telah memenuhi syarat.


88

2. Struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40%

Arah –X

Tabel 4.15 Base Shear Pada Struktur Tidak Beraturan dengan

Sudut Dalam 40% Arah Gempa X

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kgf Kgf
SE-X 789.189,34 0,00000086
TH Imp parachute - X 358.037,04 26.518,71
TH Imperialvalley - X 416.143,16 63.459,81
TH Lomacoralito - X 452.760,98 33.945,13
TH Parkfield - X 379.465,41 47.085,66

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 789.189,34 = 670.810,94 kg > V dinamik…. NO OK!

Faktor skala:

TH Imp parachute – X = 789.189,34 /358.037,04 = 1,874


TH Imperialvalley – X = 789.189,34 /416.143,16 = 1,612
TH Lomacoralito – X = 789.189,34 /452.760,98 = 1,482
TH Parkfield – X = 789.189,34 /379.465,41 = 1,768

Setelah diperoleh nilai faktor skala, kemudian nilai tersebut diinput pada

program SAP 2000 V.14 dengan mengalikan nilai faktor skala tersebut dengan

faktor skala awal yaitu Ie/R x 9,81 m/s2, kemudian dilakukan analisa struktur

kembali dan perhatikan kembali nilai base shear yang baru.


89

Tabel 4.16 Base Shear Setelah diberi Faktor Skala Pada Struktur Tidak

Beraturan dengan Sudut Dalam 40% Arah Gempa X

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kgf Kgf
SE-X 789.189,34 0,00000086
TH Imp parachute - X 670.954,41 49.695,54
TH Imperialvalley - X 670.818,70 102.296,59
TH Lomacoralito - X 670.979,96 50.305,80
TH Parkfield - X 670.904,74 83.248,67

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 789.189,34 = 670.810,94 kg > V dinamik…. OK!

Dengan demikian, nilai base shear telah memenuhi syarat.

Arah – Y

Tabel 4.17 Base Shear Pada Struktur Tidak Beraturan dengan

Sudut Dalam 40% Arah Gempa Y

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kgf Kgf
SE-Y 789.189,34 0,00000086
TH Imp parachute -Y 26.518,71 358.037,04
TH Imperialvalley -Y 63.459,81 416.143,16
TH Lomacoralito - Y 33.945,13 452.760,98
TH Parkfield -Y 47.085,66 379.465,41

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 789.189,34 = 670.810,94 kg > V dinamik…. NO OK!

Faktor skala:

TH Imp parachute – Y = 789.189,34 /358.037,04 = 1,874


TH Imperialvalley – Y = 789.189,34 /416.143,16 = 1,612
90

TH Lomacoralito – Y = 789.189,34 /452.760,98 = 1,482


TH Parkfield – Y = 789.189,34 /379.465,41 = 1,768

Setelah diperoleh nilai faktor skala, kemudian nilai tersebut diinput pada

program SAP 2000 V.14 dengan mengalikan nilai faktor skala tersebut dengan

faktor skala awal yaitu Ie/R x 9,81 m/s2, kemudian dilakukan analisa struktur

kembali dan perhatikan kembali nilai base shear yang baru.

Tabel 4.18 Base Shear Setelah diberi Faktor Skala Pada Struktur Tidak

Beraturan dengan Sudut Dalam 40% Arah Gempa Y

Beban Gempa Base Shear Base Shear


Arah - X Arah - Y
Kgf Kgf
SE-Y 0,00000094 789.189,34
TH Imp parachute -Y 49.695,54 670.954,41
TH Imperialvalley -Y 102.296,59 670.818,70
TH Lomacoralito - Y 50.305,80 670.979,96
TH Parkfield -Y 83.248,67 670.904,74

Cek Persyaratan: 85% V sataik ≤ V dinamik

85%. 789.189,34 = 670.810,94 kg > V dinamik…. OK!

Dengan demikian, nilai base shear telah memenuhi syarat.

4.7.4. Simpangan Antar Lantai

Berdasarkan SNI-03-1725-201x untuk simpangan antar lantai tingkat

desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin (Δa) seperti

didapatkan dari tabel 3.8 untuk semua tingkat. Dalam hal ini sttruktur termasuk ke
91

dalam kategori semua struktur lainnya, dan berada pada kategori resiko II. Oleh

karena itu simpangan antar lantai ijin (Δa) ditentukan dengan rumus 0,020hsx,

dimana hsx adalah tinggi tingkat di bawah tingkat x, yaitu 4000 mm. Maka

diperoleh Δa = 0,020 x 4000 = 80 mm. Berikut pada tabel dapat dilihat simpangan

antar lantai pada tiap struktur, baik struktur beraturan dengan sudut dalam 10 %

maupun pada struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40% yang masing-

masing dilakukan dengan analisis time history.

1. Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

a. Simpangan Antar Lantai Gempa Statik Ekivalen

Tabel 4.19 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Statik Ekivalen Pada

Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Gempa Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 50,09 275,50 18,94 80 OK 0,47
7 4000 46,65 256,56 35,62 80 OK 0,89
6 4000 40,17 220,95 36,07 80 OK 0,90
5 4000 33,61 184,87 43,94 80 OK 1,10
4 4000 25,62 140,93 41,04 80 OK 1,03
3 4000 18,16 99,89 42,44 80 OK 1,06
2 4000 10,45 57,45 35,63 80 OK 0,89
1 4000 3,97 21,82 21,82 80 OK 0,55
92

b. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imp Parachute

Tabel 4.20 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imp Parachute Pada Struktur

Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Gempa Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 41,35 227,45 15,04 80 OK 0,38
7 4000 38,62 212,41 28,19 80 OK 0,70
6 4000 33,49 184,22 28,79 80 OK 0,72
5 4000 28,26 155,43 35,76 80 OK 0,89
4 4000 21,76 119,67 34,06 80 OK 0,85
3 4000 15,56 85,61 35,99 80 OK 0,90
2 4000 9,02 49,61 30,69 80 OK 0,77
1 4000 3,44 18,93 18,93 80 OK 0,47

c. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imperialvalley

Tabel 4.21 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imperialvalley Pada Struktur

Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Gempa Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 43,00 236,51 15,30 80 OK 0,38
7 4000 40,22 221,20 29,15 80 OK 0,73
6 4000 34,92 192,05 30,15 80 OK 0,75
5 4000 29,44 161,90 37,52 80 OK 0,94
4 4000 22,62 124,39 35,60 80 OK 0,89
3 4000 16,14 88,79 37,29 80 OK 0,93
2 4000 9,36 51,50 31,78 80 OK 0,79
1 4000 3,59 19,73 19,73 80 OK 0,49
93

d. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Lomacoralito

Tabel 4.22 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Lomacoralito Pada Struktur

Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li Gempa (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 40,40 222,22 14,06 80 OK 0,35
7 4000 37,85 208,16 26,92 80 OK 0,67
6 4000 32,95 181,24 27,96 80 OK 0,70
5 4000 27,87 153,28 35,04 80 OK 0,88
4 4000 21,50 118,24 33,52 80 OK 0,84
3 4000 15,40 84,72 35,47 80 OK 0,89
2 4000 8,95 49,25 30,35 80 OK 0,76
1 4000 3,44 18,90 18,90 80 OK 0,47

e. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Parkfield

Tabel 4.23 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Parkfield Pada Struktur

Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li Gempa (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 39,23 215,77 17,24 80 OK 0,43
7 4000 36,10 198,53 22,63 80 OK 0,57
6 4000 31,98 175,89 23,99 80 OK 0,60
5 4000 27,62 151,90 32,38 80 OK 0,81
4 4000 21,73 119,53 33,02 80 OK 0,83
3 4000 15,73 86,50 36,17 80 OK 0,90
2 4000 9,15 50,33 31,11 80 OK 0,78
1 4000 3,49 19,22 19,22 80 OK 0,48
94

2. Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

a. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Statik Ekivalen

Tabel 4.24 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Statik Ekivalen Pada Struktur

Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li Gempa (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 75,72 416,44 26,94 80 OK 0,67
7 4000 70,82 389,49 53,09 80 OK 1,33
6 4000 61,17 336,41 53,95 80 OK 1,35
5 4000 51,36 282,46 67,36 80 OK 1,68
4 4000 39,11 215,11 64,04 80 OK 1,60
3 4000 27,47 151,06 66,89 80 OK 1,67
2 4000 15,31 84,18 55,06 80 OK 1,38
1 4000 5,29 29,12 29,12 80 OK 0,73

b. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imp Parachute

Tabel 4.25 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imp Parachute Pada Struktur

Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li Gempa (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 80,41 442,26 27,84 80 OK 0,70
7 4000 75,35 414,42 55,13 80 OK 1,38
6 4000 65,33 359,29 56,04 80 OK 1,40
5 4000 55,14 303,25 71,54 80 OK 1,79
4 4000 42,13 231,71 69,26 80 OK 1,73
3 4000 29,54 162,45 72,12 80 OK 1,80
2 4000 16,42 90,33 59,22 80 OK 1,48
1 4000 5,66 31,12 31,12 80 OK 0,78
95

c. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imperialvalley

Tabel 4.26 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Imperialvalley Pada Struktur

Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Antar
Gaya Diperbesar antar lantai lantai ijin Lantai
Lantai Li Gempa (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 74,01 407,07 34,48 80 OK 0,86
7 4000 67,74 372,59 61,37 80 OK 1,53
6 4000 56,59 311,22 54,76 80 OK 1,37
5 4000 46,63 256,46 62,54 80 OK 1,56
4 4000 35,26 193,92 56,26 80 OK 1,41
3 4000 25,03 137,66 59,39 80 OK 1,48
2 4000 14,23 78,27 50,74 80 OK 1,27
1 4000 5,00 27,52 27,52 80 OK 0,69

d. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Lomacoralito

Tabel 4.27 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Lomacoralito Pada Struktur

Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li Gempa (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 69,24 380,81 23,13 80 OK 0,58
7 4000 65,03 357,68 45,89 80 OK 1,15
6 4000 56,69 311,79 47,24 80 OK 1,18
5 4000 48,10 264,55 60,58 80 OK 1,51
4 4000 37,09 203,97 59,43 80 OK 1,49
3 4000 26,28 144,54 63,38 80 OK 1,58
2 4000 14,76 81,16 53,08 80 OK 1,33
1 4000 5,10 28,08 28,08 80 OK 0,70
96

e. Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Parkfield

Tabel 4.28 Simpangan Antar Lantai Akibat Gempa Parkfield Pada Struktur Tidak

Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Perpindahan Perpindahan Simpangan Rasio


Tinggi Akibat yang Simpangan antar Simpangan
Gaya Diperbesar antar lantai lantai ijin Antar Lantai
Lantai Li Gempa (δe) (δ) (Δ) (Δa) KET (Δi/Li)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%)
8 4000 78,34 430,90 33,21 80 OK 0,83
7 4000 72,31 397,68 62,01 80 OK 1,55
6 4000 61,03 335,68 59,47 80 OK 1,49
5 4000 50,22 276,20 71,53 80 OK 1,79
4 4000 37,21 204,67 65,03 80 OK 1,63
3 4000 25,39 139,64 62,92 80 OK 1,57
2 4000 13,95 76,71 49,90 80 OK 1,25
1 4000 4,87 26,81 26,81 80 OK 0,67

4.8 Perbandingan Respon Struktur Hasil Analisis

Dengan hasil kontrol yang telah memenuhi syarat, kemudian dapat dilihat

perbandingan respons struktur hasil analisis statik ekivalen dan analisis time

history yang telah dilakukan pada struktur beraturan dengan sudut dalam 10%,

dan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40% sebagai berikut.

4.8.1 Perpindahan (Displacement)

Perbandingan displacement pada struktur beraturan dengan sudut dalam

10% dan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40% dengan analisis statik

ekivalen dan analisis time history dapat dilihat pada tabel 4.29 dan tabel 4.30

berikut.
97

Tabel 4.29 Perbandingan Displacement Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan

dengan Sudut Dalam 10%

Perpindahan (Displacement)

Lantai Statik Imp Imperial Loma


Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(mm)
(mm) (mm) (mm) (mm)
8 50,09 41,35 43,00 40,40 39,23
7 46,65 38,62 40,22 37,85 36,10
6 40,17 33,49 34,92 32,95 31,98
5 33,61 28,26 29,44 27,87 27,62
4 25,62 21,76 22,62 21,50 21,73
3 18,16 15,56 16,14 15,40 15,73
2 10,45 9,02 9,36 8,95 9,15
1 3,97 3,44 3,59 3,44 3,49

Tabel 4.30 Perbandingan Displacement Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Tidak Beraturan

dengan Sudut Dalam 40%

Perpindahan (Displacement)

Lantai Statik Imp Imperial Loma


Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(mm)
(mm) (mm) (mm) (mm)
8 75,72 80,41 74,01 69,24 78,34
7 70,82 75,35 67,74 65,03 72,31
6 61,17 65,33 56,59 56,69 61,03
5 51,36 55,14 46,63 48,10 50,22
4 39,11 42,13 35,26 37,09 37,21
3 27,47 29,54 25,03 26,28 25,39
2 15,31 16,42 14,23 14,76 13,95
1 5,29 5,66 5,00 5,10 4,87
98

Apabila nilai-nilai dari tabel 4.29 dan tabel 4.30 tersebut di plot ke grafik

dapat dilihat lebih jelas perbandingan displacement dari ke dua struktur tersebut

seperti berikut.

Gambar 4.7 Perbandingan Displacement Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Gambar 4.8 Perbandingan Displacement Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Tidak Beraturan

dengan Sudut Dalam 40%


99

Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa pada struktur beraturan dengan sudut

dalam 10% analisis statik ekivalen masih akurat digunakan, karena memiliki nilai

displacement yang lebih besar dibandingkan dengan analisis time history, namun

dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa pada struktur tidak beraturan dengan sudut

dalam 40% analisis statik ekivalen sudah tidak akurat lagi digunakan, karena

sebagian nilai displacement lebih kecil dibandingkan dengan analisis time history.

4.8.2 Rasio Simpangan Antar Lantai (Drift Ratio)

Perbandingan drift ratio pada struktur beraturan dengan sudut dalam 10%

dan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40% dengan analisis statik

ekivalen dan analisis time history dapat dilihat pada tabel 4.31 dan tabel 4.32

berikut.

Tabel 4.31 Perbandingan Drift Ratio Analisis Statik Ekivalen dengan Analisis

Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Rasio Simpangan Antar Lantai (Drift Ratio)

Lantai Statik Imp Imperial Loma


Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(%)
(%) (%) (%) (%)
8 0,47 0,38 0,38 0,35 0,43
7 0,89 0,70 0,73 0,67 0,57
6 0,90 0,72 0,75 0,70 0,60
5 1,10 0,89 0,94 0,88 0,81
4 1,03 0,85 0,89 0,84 0,83
3 1,06 0,90 0,93 0,89 0,90
2 0,89 0,77 0,79 0,76 0,78
1 0,55 0,47 0,49 0,47 0,48
100

Tabel 4.32 Perbandingan Drift Ratio Analisis Statik Ekivalen dengan Analisis

Time History pada Struktur Tidak Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Rasio Simpangan Antar Lantai (Drift Ratio)

Lantai Statik Imp Imperial Loma


Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(%)
(%) (%) (%) (%)
8 0,67 0,70 0,86 0,58 0,83
7 1,33 1,38 1,53 1,15 1,55
6 1,35 1,40 1,37 1,18 1,49
5 1,68 1,79 1,56 1,51 1,79
4 1,60 1,73 1,41 1,49 1,63
3 1,67 1,80 1,48 1,58 1,57
2 1,38 1,48 1,27 1,33 1,25
1 0,73 0,78 0,69 0,70 0,67

Apabila nilai-nilai dari tabel 4.31 dan tabel 4.32 tersebut di plot ke grafik

dapat dilihat lebih jelas perbandingan drift ratio dari ke dua struktur tersebut

seperti berikut.

Gambar 4.9 Perbandingan Drift Ratio Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%
101

Gambar 4.10 Perbandingan Drift Ratio Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Dari gambar 4.9 dapat dilihat bahwa pada struktur beraturan dengan sudut

dalam 10% analisis statik ekivalen masih akurat digunakan karena memiliki nilai

drift ratio yang lebih besar dibandingkan dengan analisis time history, namun dari

gambar 4.10 dapat dilihat bahwa pada struktur tidak beraturan dengan sudut

dalam 40% analisis statik ekivalen sudah tidak akurat lagi digunakan, karena

sebagian nilai drift ratio lebih kecil dibandingkan dengan analisis time history.

4.8.3 Momen Balok

Perbandingan momen balok pada struktur beraturan dengan sudut dalam

10% dan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40% dengan analisis statik

ekivalen dan analisis time history dapat dilihat pada tabel 4.33 dan tabel 4.34

berikut.
102

Tabel 4.33 Perbandingan Momen Balok Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Momen Balok
Statik Imp Imperial Loma
Lantai Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(kg/m)
(kg/m) (kg/m) (kg/m) (kg/m)
8 -3.726,37 -3.511,12 -4.176,68 -3.489,16 -3.826,94
7 -8.897,55 -7.789,12 -8.246,97 -8.041,79 -8.162,00
6 -12.912,48 -11.001,21 -11.349,64 -11.193,48 -12.004,99
5 -15.829,23 -13.479,42 -14.061,21 -13.595,37 -13.586,37
4 -17.986,07 -15.448,92 -16.159,88 -15.256,60 -14.986,60
3 -19.047,95 -16.569,53 -17.240,86 -16.390,51 -16.575,72
2 -19.090,98 -16.839,31 -17.370,71 -16.695,74 -17.106,07
1 -16.561,65 -14.720,24 -15.188,41 -14.652,48 -14.932,51

Tabel 4.34 Perbandingan Momen Balok Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Tidak Beraturan

dengan Sudut Dalam 40%

Momen Baloks
Statik Imp Imperial Loma
Lantai Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(kg/m)
(kg/m) (kg/m) (kg/m) (kg/m)
8 -3.424,89 -4.131,85 -4.464,63 -3.720,52 -3.929,17
7 -8.298,61 -8.694,76 -10.855,16 -8.094,91 -9.654,39
6 -12.155,07 -12.629,80 -13.618,33 -11.161,11 -13.425,26
5 -15.090,35 -15.696,71 -15.356,75 -13.837,13 -16.061,11
4 -16.810,04 -17.829,42 -15.678,62 -15.513,89 -17.277,03
3 -17.875,63 -19.122,98 -16.270,43 -16.826,85 -17.654,09
2 -16.736,02 -17.890,26 -15.420,71 -16.062,11 -15.632,51
1 -13.526,80 -14.322,86 -12.755,18 -13.099,33 -12.555,64

Apabila nilai-nilai dari tabel 4.33 dan tabel 4.34 tersebut di plot ke grafik

dapat dilihat lebih jelas perbandingan momen balok dari kedua struktur tersebut

seperti berikut.
103

Gambar 4.11 Perbandingan Momen Balok Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Gambar 4.12 Perbandingan Momen Balok Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Tidak Beraturan

dengan Sudut Dalam 40%


104

Dari gambar 4.11 dapat dilihat bahwa pada struktur beraturan dengan

sudut dalam 10% analisis statik ekivalen masih akurat digunakan, karena

memiliki nilai momen balok yang hampir seluruhnya lebih besar dibandingkan

dengan analisis time history, namun dari gambar 4.12 dapat dilihat bahwa pada

struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40% analisis statik ekivalen sudah

tidak akurat lagi digunakan, karena memiliki banyak nilai momen balok yang

lebih kecil dibandingkan dengan analisis time history.

4.8.4 Momen Kolom

Perbandingan momen kolom pada struktur beraturan dengan sudut dalam

10% dan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40% dengan analisis statik

ekivalen dan analisis time history dapat dilihat pada tabel 4.35 dan tabel 4.36

berikut.

Tabel 4.35 Perbandingan Momen Kolom Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%

Momen Kolom
Statik Imp Imperial Loma
Lantai Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(kg/m)
(kg/m) (kg/m) (kg/m) (kg/m)
8 4.523,05 4.259,06 5.448,51 4.089,38 4.850,37
7 12.073,83 6.930,03 7.306,69 5.925,91 8.049,03
6 13.180,00 11.136,71 11.354,78 9.492,44 11.234,46
5 14.757,03 12.120,35 13.005,23 10.155,97 11.845,12
4 18.179,26 15.290,78 16.214,05 12.910,87 15.541,42
3 18.106,20 15.183,89 16.202,62 12.691,89 15.762,55
2 21.820,38 18.719,68 19.643,20 15.669,18 19.369,03
1 31.928,78 27.846,27 29.054,54 22.742,21 28.241,25
105

Tabel 4.36 Perbandingan Momen Kolom Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 40%

Momen Kolom
Statik Imp Imperial Loma
Lantai Parkfield
Ekivalen Parachute valley coralito
(kg/m)
(kg/m) (kg/m) (kg/m) (kg/m)
8 4.409,71 5.308,94 6.105,17 4.752,96 5.273,67
7 7.960,04 8.176,50 9.670,28 7.073,13 9.113,04
6 12.714,94 13.168,48 13.244,40 11.314,34 13.569,61
5 14.627,73 15.403,73 13.912,44 13.057,77 15.224,84
4 17.740,34 19.086,33 15.890,69 16.389,73 17.559,87
3 17.392,24 18.978,32 16.105,54 16.258,75 17.641,77
2 23.179,52 25.187,33 21.338,18 22.073,10 21.784,74
1 37.599,87 40.203,28 36.015,68 36.119,86 34.793,58

Apabila nilai-nilai dari tabel 4.35 dan tabel 4.36 tersebut di plot ke grafik

dapat dilihat lebih jelas perbandingan momen kolom dari kedua struktur tersebut

seperti berikut.

Gambar 4.13 Perbandingan Momen Kolom Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan dengan Sudut Dalam 10%
106

Gambar 4.14 Perbandingan Momen Kolom Analisis Statik Ekivalen dengan

Analisis Time History pada Struktur Beraturan

dengan Sudut Dalam 40%

Dari gambar 4.13 dapat dilihat bahwa pada struktur beraturan dengan

sudut dalam 10% analisis statik ekivalen masih akurat digunakan karena memiliki

nilai momen kolom yang hampir seluruhnya lebih besar dibandingkan dengan

analisis time history, namun dari gambar 4.14 dapat dilihat bahwa pada struktur

tidak beraturan dengan sudut dalam 40% analisis statik ekivalen sudah tidak

akurat lagi digunakan, karena memiliki banyak nilai momen kolom yang lebih

kecil dibandingkan dengan analisis time history.


107

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perpindahan (displacement) dan rasio simpangan antar lantai (drift ratio)

pada struktur beraturan dengan sudut dalam 10% pada analisis statik

ekivalen masih memiliki nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan

analisis time history, berbeda halnya dengan perpindahan (displacement)

dan rasio simpangan antar lantai (drift ratio) pada struktur tidak beraturan

dengan sudut dalam 40%, dimana pada analisis statik ekivalen memiliki

sebagian nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan analisis time

history. Dari peninjauan perpindahan dan rasio simpangan antar lantai

tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis statik ekivalen masih akurat

digunakan pada struktur beraturan dengan sudut dalam 10%, tetapi tidak

akurat apabila digunakan pada struktur tidak beraturan dengan sudut

dalam 40%.

2. Momen kolom pada struktur beraturan dengan sudut dalam 10% pada

analisis statik ekivalen hampir seluruhnya memiliki nilai momen yang

lebih besar bila dibandingkan dengan analisis time history, berbeda halnya

dengan momen kolom pada struktur tidak beraturan dengan sudut dalam

40%, dimana pada analisis statik ekivalen memiliki banyak nilai momen

yang lebih kecil bila dibandingkan dengan analisis time history. Dari
108

peninjauan momen kolom tersebut dapat disimpulkan analisis statik

ekivalen masih akurat digunakan pada struktur beraturan dengan sudut

dalam 10%, tetapi tidak akurat apabila digunakan pada struktur tidak

beraturan dengan sudut dalam 10%.

3. Momen balok pada struktur beraturan dengan sudut dalam 10% pada

analisis statik ekivalen hampir seluruhnya memiliki nilai momen yang

lebih besar bila dibandingkan dengan analisis time history, berbeda halnya

dengan momen balok pada struktur tidak beraturan dengan sudut dalam

40%, dimana pada analisis statik ekivalen memiliki banyak nilai momen

yang lebih kecil bila dibandingkan dengan analisis time history. Dari

peninjauan momen balok tersebut dapat disimpulkan analisis statik

ekivalen masih akurat digunakan pada struktur beraturan dengan sudut

dalam 10%, tetapi tidak akurat apabila digunakan pada struktur tidak

beraturan dengan sudut dalam 10%.

5.2 Saran

1. Untuk penelitian lebih lanjut dapat di gunakan dengan memilih sudut

dalam yang lebih lebih besar seperti 60% dan 80%, sehingga dapat di

peroleh hasil yang lebih teliti lagi mengenai perbandingan respon struktur

yang memiliki sudut dalam.

2. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dibandingkan struktur beraturan dan

struktur ketidakberaturan yang lain selain struktur yang memiliki sudut

dalam, sehingga diperoleh lehih teliti lagi kekakurasian analisis statik


109

ekivalen dibandingnakn dengan analisis dinamik pada perhitungan respon

struktur beraturan dan struktur ketidakberaturan.

Anda mungkin juga menyukai