Preskas Luka Bakar, Yofara
Preskas Luka Bakar, Yofara
LUKA BAKAR
Pembimbing:
Disusun Oleh:
1111103000047
JAKARTA
2016
Bismillahirahmanirahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 15 Juni 2016 pukul 06.00 secara
aloanamnesis terhadap ibu pasien di IGD Bedah RSUP Fatmawati.
Keluhan Utama:
Pasien tersiram air kuah bakso mendidih 2 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Primary Survey
A : Bebas
B : Spontan, frekuensi nafas 24x/menit, reguler
C : Akral hangat, CRT < 2 detik, frekuensi nadi 97x/menit, suhu 36,8°C
Secondary Survey
BB 67 kg
Jantung : Inspeksi
Ictus kordia tidak terlihat
Palpasi
Ictuc kordis teraba ICS V
Perkusi
Batas jantung kiri ICS V sisi medial MCLS, batas
jantung kanan ICS V PSL dektra
Auskultasi
Abdomen : Inspeksi
Anterior:
Tidak tampak adanya luka bakar.
Lateral:
Kanan - tampak luka bakar berwarna merah
hingga linea axillaris anterior disertai
dengan beberapa bullae
Kiri – tampak luka bakar berwarna merah hingga
linea axillaris media disertai dengan
beberapa bullae
Posterior:
Tampak luka bakar berwarna merah hingga putih
di seluruh lapang abdomen posterior
disertai dengan beberapa bullae
Palpasi
Lemas, Nyeri tekan (-), hepar/lien tak teraba,
ballotement -/-
Perkusi
Timpani
Auskultasi
Bising usus positif normal
1.6 .Tatalaksana
Penatalaksanaan saat penerimaan di IGD Fatmawati Jakarta:
Rawat inap di unit luka bakar
IVFD RL 1500 cc/ 24 jam
Medikamentosa:
o Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 gr IV
o Tramadol 1 x 100 mg IV
o Omeprazole 2 x 40 mg IV
Non-medikamentosa:
o Debridement di ruang operasi
o Diet bebas
o Rawat luka dengan Burnazin (Silver Sulfadiazin)
Adapun, penatalaksaan di unit luka bakar pada pukul 14.00 WIB di hari
yang sama diperbaiki menjadi:
Program Cairan:
o IVFD ± 2500 cc/ 24 jam berupa RL : Kaen 3B sebanyak 3 :
1 dengan laju 35-40 tpm
o Monitor produksi urin dengan target balans sebanyak 40 –
70 cc/ jam
Medikamentosa:
o Ceftriaxon 2 x 1 gr IV
o Tramadol 1 x 100 mg IV
o Omeprazole 2 x 40 mg IV
Non-medikamentosa:
o Luka dibersihkan dengan NaCl 0,9% dan Chlorhexidine
dengan menggunakan kassa
o Perawatan luka:
Luka bakar dibalut dengan cling wrap
Luka-luka yang tidak terbalut oleh wrap dibalut
dengan Kemicetin zalf 2-4 x/ hari
o Diet bebas
o Mobilisasi miring kanan-kiri
1.7 Prognosis
Ad vitam : Bonam
1.8 Dokumentasi
Sebelum Dilakukan Debridement (16 Juni 2016)
2. 1. Identitas Pasien
2. 2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 17.00 WIB secara
alloanamnesis terhadap ibu dan bapak pasien di IGD bagian Unit Luka
Bakar.
Keluhan Utama:
Pasien tersiram air panas mendidih 6 jam SMRS.
Riwayat Kelahiran:
Pasien lahir tanggal 11 Mei 2015 di bidan, proses kelahiran melalui
persalinan normal, ditolong oleh bidan, cukup bulan, dan langsung
menangis. Tidak ada kebiruan saat setelah kelahiran, tidak ada cacat
bawaan. Pasien lahir dengan BBL 2900 gram.
Pola Makan:
Pasien mendapatkan ASI ekslusif, makanan pendamping ASI bubur
diberikan mulai usia 6 bulan. Saat ini pasien sudah makan nasi, sayur, dan
buah. Selera makan pasien baik.
2. 3. Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
A : Bebas
B : Spontan, frekuensi nafas 30x/menit, reguler
C : Akral hangat, CRT < 2 detik, frekuensi nadi 130x/menit, tekanan cukup
Secondary Survey
Jantung : Inspeksi
Ictus kordia tidak terlihat
Palpasi
Tidak dilakukan
Perkusi
Tidak dilakukan
Auskultasi
S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi
Anterior:
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada
setengah lapang disertai luka bakar berwarna
gelap beberapa
Lateral:
Kanan – tidak tampak luka bakar
Palpasi
Lemas, Nyeri tekan (-), hepar/lien tak teraba,
ballotement -/-
Perkusi
Timpani, pekak hepar (+)
Auskultasi
Bising usus positif normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 3 detik, tampak luka
Atas bakar berwarna merah mudah pucat hingga gelap
pada lengan kiri atas, tampak luka bakar berwarna
merah-gelap pada lengan kiri bawah
Genital : Orificium uretra eksternum tidak hiperemis
Kulit : Lembab, petechiae (-), ikterik (-), sianosis (-),tampak
luka bakar sesuai dengan penjelasan per-regio
sebelumnya
2. 5. Diagnosis
Combustio Grade IIa-IIb 15,25% Regio Kepala, Leher, Dada, Perut, dan
Lengan Kiri e.c. Air Panas
2. 6. Tata Laksana
2. 7. Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan
luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat
dibagi menjadi:
Paparan api
Flame (kobaran api): Akibat kontak langsung antara jaringan
dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke
jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih
dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
tambahan berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area
tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah
luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau
peralatan masak.
Scalds (air panas)
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan
banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar
derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara
sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan
keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar
derajat I adalah sunburn.
Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun
masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan
Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ
atau jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan
epitel yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga
untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok
kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena
pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah
tidak intak.
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia
dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi
prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka
bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas
46oC. Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan
lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak.
Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler
juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma
meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya
cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya
cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga
menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan
mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin
kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas
seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka
bakar, yaitu:
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi,
dan rumus 10-15-20 untuk anak.
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk
pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka
bakar derajat III.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan
mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak
tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal,
pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik.
Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit
penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan
kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini
biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah
resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase
akut, peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan
pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion
kalium.
Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat
dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau
duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik.
Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya
maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari
luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas
lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung
lama
2. Urinalisis
1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi
mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan
jalan nafas.
2. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu
agresif dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding
intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar
tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar
dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk
memperbaiki kompliansi paru
Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24
jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
c. Resusitasi nutrisi
1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan
debris (debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7
hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari
tindakan ini adalah:
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan
dari metode ini adalah:
2.10. Prognosis
Patofisiologi
Tahap I
Tahap II
Tahap III
MODS merupakan bagian akhir dari spektrum klinis SIRS. Pada pasien
luka bakar dapat dijumpai secara kasar 30% kasus mengalami MODS.
Ada 3 teori yang menjelaskan timbulnya SIRS, MODS dan sepsis; yang
mana ketiganya terjadi secara simultan.
Tatalaksana
PEMBAHASAN KASUS
Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL kristaloid per 24 jam
30,75% x 67 kg = 2060,25 cc kristaloid/ 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL koloid per 24 jam
30,75% x 67 kg = 2060,25 cc koloid/ 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari total cairan tersebut (6120,5 cc/ 2 = 3060,25 cc) diberikan
pada 8 jam pertama. Sementara sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Jika menggunakan cara ini, maka cairan yang diberikan