Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

Beraktivitas merupakan hal yang mutlak dilakukan semua makhluk hidup. Terlebih lagi bagi manusia
yang aktivitasnya lebih beragam dibandingkan makhluk hidup yang lain. Tulang, otot, dan sendi
merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam beraktivitas. Apabila terdapat kelainan pada
tiga komponen tersebut maka akan berpengaruh pada aktivitas. Fungsi anggota badan (ekstremitas)
manusia bagian atas yang terdiri atas lengan dan tangan merupakan bagian yang sangat penting bagi
penunjang aktivitas. Dalam kehidupan sehari-hari didapati ada yang mengalami masalah pada
ekstremitas bagian atas terutama disekitar bahu, yaitu tidak dapat melakukan aktivitas sepenuhnya
dengan keadaan tertentu pada ekstremitas atasnya karena suatu penyebab.

Capsulitis adhesive merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS)
pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa
tanda-tanda atau riwayat trauma.Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan
otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Capsulitis adhesive
secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari Capsulitis
adhesive antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta
diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan
penyakit tersebut. Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi
glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat
menyertai tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus
cervicalis.4 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Capsulitis adhesive adalah gangguan pada permukaan gelang bahu dimana jaringan lunak disekitar sendi
– sendi yang membentuk gelang bahu terjadi inflamasi dan kekakuan yang lama kelamaan berkembang
menjadi adhesion atau perlengketan sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan
menyebabkan nyeri yang kronis.1,8
B. ANATOMI FUNGSIONAL

Terdapat empat sendi yang terpisah yaitu glenohumeral, skapulothorakal, sternoklavikular,


akromioklavikular yang menggerakan bahu secara normal bila terjadi gerakan kompleks dari empat
sendi tersebut.1

Glenohumeral, sternoklavikular dan akromioklavikular merupakan sendi artrodial. Walaupun sendi ini
masing-masing dapat bergerak sendiri, semuanya bergerak secara simultan dan sinkron, sehingga
tercipta gerakan yang halus dan mulus. Sendi sternoklavikular menghubungkan gelang bahu dan dinding
dada, yang dibentuk oleh iga I, klavikula dan manubrium sterni. Sendi akromioklavikular dan
sternoklavikular memungkinkan klavikula mengadakan rotasi sesuai dengan sumbu panjangnya,
ataupun melakukan gerakan elevasi pada saat mengangkat bahu. Dapat pula melakukan gerakan fleksi
dan ekstensi gelang bahu. Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh sampai diatas kepala
diperlukan sendi yang tidak ada gangguan.4

Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna karena lingkup gerak sendi
yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi
bahu terdiri dari fleksi (180o), ekstensi (60o), abduksi (180o), adduksi (75o), endorotasi (90o), eksorotasi
(90o).2 3

C. ETIOLOGI

Etiologi dari capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya
antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi,
hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical depression dan Parkinson.

Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen shoulder, teori tersebut
adalah :

a. Teori hormonal.

Pada umumnya Capsulitis adhesive terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause.

b. Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari Capsulitis adhesive, contohnya ada beberapa kasus
dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.

c. Teori auto immuno.


Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.

d. Teori postur.

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan pemendekan
pada salah satu ligamen bahu.5 4

D. PATOFISIOLOGI

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya terbentuk dari jaringan
penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi
seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas melampaui
permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan
cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak
membeku, tidak berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan
dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam
kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat
terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu lama.4

Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian secara detail.
Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat dikelompokkan menjadi:

a. Faktor Penyebab:

1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak dan struktur anatomi

2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan keluhan neurologik yang
menyertai baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa nyeri rujukan.

b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan

(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti pola kapsuler. 5

E. GAMBARAN KLINIS

Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang terbatas
kesegala arah, terutama gerakan abduksi, sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri
akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal itu terjadi gangguan lingkup gerak
sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6-12 bulan, dimana lingkup gerak sendi bahu
akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.2

Menurut Kisner (1996) Capsulitis adhesive dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :6

a. Pain ( freezing )

Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-
3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10 -36 minggu.

b. Stiffness ( frozen )

Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan
gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.

c. Recovery (thawing)

Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada sinovitis tetapi terdapat keterbatasan
gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.

F. DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS

Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS).
Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok punggung waktu mandi, atau
mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal
rotasi, abduksi-internal rotasi, maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.2 6

2. PEMERIKSAAN FISIK

Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas
dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan punggung. Perlu dilihat faktor pencetus
timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna
lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. 2

Tes “appley scratch” merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup gerak sendi aktif pasien.
Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati
belakang kepala (gambar 1). Pada Capsulitis adhesive pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila
sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka
kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.2

Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus “rotatorcuff”.
Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,
karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot “rotator cuff” lainnya. 2
Gambar 1: Tes Appley scracth 7

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit juga dibutuhkan suatu
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan sesuai dengan masing penyakit. Pada
Capsulitis adhesive pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan radiologi (x-ray untuk
menyingkirkan arthritis, tumor, dan deporit kalsium) dan pemeriksaan MRI atau arthrogram (dilakukan
bila tidak ada perbaikan dalam waktu 6-12 minggu).7

G. PENATALAKSANAAN

1. MEDIKAMENTOSA

Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi nonsteroid. Pemakaian
relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme otot.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada
rotator cuff dan intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan
kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2
kali dalam 1 tahun.Dasar penggunaan kortikosteroid pada Capsulitis adhesive dikaitkan dengan
kemampuan mengurangi edema atau inflamasi saraf.2

2. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK

Terapi dingin

Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera muskuloskeletal akut. Demikian
pula pada nyeri akut Capsulitis adhesive lebih baik diberikan terapi dingin.2,5

Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas, mengurangi maupun membebaskan
rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi. Pemberian
terapi dingin pada peradangan sendi kronis menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal
pengurangan nyeri. 2,5 8

Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut: 2,5

o Kompres dingin
Teknik: masukkan potongan – potongan es kedalam kantongan yang tidak tembus air lalu kompreskan
pada bagian yang dimaksud. Lama: 20 menit, dapat diulang dengan jarak waktu 10 menit.

o Masase es

Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah dibungkus. Lama: 5-7 menit.
Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak waktu 10 menit.

Terapi panas

Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam, terjadi oleh adanya produksi atau
perpindahan panas. Pada umumnya reaksi fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi
panas adalah bahwa panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan
sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut
saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu resolusi
infiltrat radang, edema, dan efek eksudasi. 2,5

Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan peregangan, dimana efek
pemanasan meningkatkan sirkulasi yang bermanfaat sebagai analgesik.Terapi panas dangkal
menghasilkan panas yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam jaringan hanya
beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi listrik atau
suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan tubuh kita yang lebih
dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan). Golongan ini yang sering disebut diatermi,
terdiri dari: 2,6,7

o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)

o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)

o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD) 9

Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah ultrasound diathermy (US) yang
merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling dalam
diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain memberikan efek panas/ termal, juga ada efek
nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan.
Frekuensi yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4 watt/cm2, lama pemberian
5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan
tidak bisa melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal adalah
gel. 2,5

Efek US pada Capsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah


Meningkatkan metabolisme jaringan

Mengurangi spasme otot

Mengurangi perlekatan jaringan

Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini digunakan arus listrik dengan
frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11m yang diubah menjadi panas sewaktu melewati
jaringan.Pada umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit dan otot yang
terletak di permukaan. 2,5

ELEKTROSTIMULASI: TENS (Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation)

Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun nyeri kronis, dan sering
digunakan untuk meredakan nyeri pada Capsulitis adhesive.

Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai sekarang masih lebih banyak
bersifat seni dan subyektif. Namun peletakkan elektrode harus tetap berdasarkan pengetahuan akan
dasar-dasar anatomi dan fisiologi. Letak elektroda yang biasa dipilih yaitu: 10

daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur. 2,5

Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan gerak abduksi, elektrode aktif
(negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda kedua diletakkan pada bahu atau diatas otot
deltoid penderita. Pasien berdiri disamping sebuah dinding dan diminta meletakkan jari-jarinya pada
permukaan dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas di dinding
tersebut. Lama pemberian stimulasi bervariasi dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat dilakukan
sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 80–
95%.2,5

3. LATIHAN

Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Capsulitis adhesive. Pada awalnya latihan gerak dilakukan
secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat. Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan
aktif dibantu. Rasa nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif
menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir
pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa
nyeri terdapat pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara
aktif boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus
ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi bila gerakan
pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil
dengan baik. Latihan gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , overhead pulleys, finger
ladder, dan tongkat merupakan terapi standar untuk penderita frozen shoulder. 2,5 11

Gambar 2 : shoulder wheel

Gambar 3 : overhead pulleys Gambar 4: finger ladder

Latihan Codman (Pendulum)

Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendon dari otot lengan. Codman memperkenalkan latihan
untuk sendi bahu dengan menggunakan gravitasi. Bila penderita melakukan gerak abduksi pada saat
berdiri tegak akan timbul raa nyeri hebat. Tetapi bila dilakukan dengan pengaruh dari gravitasi dan otot
supraspinatus relaksasi maka gerakan tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri. Pada pergerakan
pendulum penderita membungkuk kedepan, daerah lengan yang sakit tergantung bebas tanpa atau
dengan beban. 12

Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas meja atau bangku, lengan digerakkan
ke depan dan ke belakang pada bidang sagital (fleksi-ekstensi). Makin lama makin jauh gerakannya,
kemudian gerakan kesamping, dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler) searah maupun berlawanan arah
dengan jarum jam. Pemberian beban pada latihan pendulum akan menyebabkan otot memanjang dan
dapat menimbulkan relaksasi pada otot bahu. 2,5

Gambar 5: Latihan Pendulum 13

Latihan dengan menggunakan tongkat

Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Gerakan dapat
dilakukan dalam posisi berdiri, duduk ataupun berbaring. 2,5

Gambar 6 : Latihan dengan menggunakan tongkat

Latihan finger ladder

Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan secara obyektif sehingga penderita
mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu
diperhatikan agar penderita berlatih dengan posisi yang benar, jangan sampai penderita memiringkan
tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi kepala. Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan
abduksi. Penderita berdiri menghadap dinding dengan ujung jari-jari tangan sisi yang terkena
menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas dengan menggerakkan jari-jari tersebut (untuk fleksi bahu).
Untuk gerakan abduksi dikerjakan dengan samping badan menghadap dinding.2,5 14
Latihan dengan over head pulleys (katrol)

Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat efektif untuk membantu mencapai lingkup gerak sendi
bahu dengan penuh. Peralatan: dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali
dihubungkan dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan dapat
menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri atau berbaring terlentang dengan bahu
terletak dibawah katrol tersebut. Dengan menarik tali pada salah satu tali yang lain akan terangkat.
Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak boleh mengangkat bahu maupun
mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan perlahan-lahan. 2,5

Latihan dengan shoulder wheel

Dengan instruksi yang benar shoulder whell dapat digunakan untuk memberi motivasi pada penderita
untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi bahu secara aktif. Cara penggunaan alat yaitu penderita
berdiri sedemikian rupa sehingga aksis dari sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar sehingga gerak
lengan sesuai dengan gerak putaran roda. Penderita tidak diharuskan menggerakkan roda secara penuh,
tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan
pada waktu melakukan gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi abduksi 90o dan siku
fleksi 90o. Dengan meletakkan siku pada aksis roda maka gerakan dapat dilakukan sampai pada
keterbatasan lingkup gerak sendi. 2,5

H. Diagnosa Banding

Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan dapat bertahan beberapa
bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan secara berangsur-angsur berkurang, berbeda dengan
pola bahu beku.

Kondisi pembanding dari kondisi Capsulitis adhesive antara lain adalah bursitis subacromial, tendinitis
bicipitalis, dan lesi rotator cuff. 15

I. Komplikasi

Pada kondisi capsulitis adhesive yang berat dan tidak mendapat penanganan yang tepat dalam jangka
waktu yang lama akan menimbulkan problematic yang lebih berat antara lain kekakuan sendi bahu,
kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot – otot bahu, potensial terjadinya deformitas pada
sendi bahu, dan adanya gangguan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari). 16

BAB III

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama : Ny. S.S

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Suku/bangsa : Manado/Indonesia

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Malalayang

Tanggal pemeriksaan : 27 Mei 2013

Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri bahu kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri bahu kanan dirasakan penderita sejak ± 2 bulan yang lalu dirasakan seperti ditusuk-tusuk, hilang
timbul dan tidak menjalar ke lengan bawah. Nyeri bertambah berat sejak 1 bulan terakhir sehingga
gerakan bahu kanan menjadi terbatas. Penderita merasa kesulitan saat membuka baju, mengancing bra,
menggosok punggung saat mandi dan mengambil benda ditempat yang tinggi. Nyeri lebih terasa bila
lengan digerakkan ke atas atau diputar ke belakang dan bila lengan kanan tertindih saat tidur, nyeri
berkurang saat lengan kanan tidak digerakkan. Riwayat trauma tidak ada. Nyeri berkurang dengan
pemberian obat anti nyeri namun nyeri timbul kembali setelah obat dihentikan, sehingga penderita
memutuskan untuk datang ke poliklinik Rehabilitasi Medik BLU Prof.dr.R.D Kandou. 17

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat Hipertensi (+) sejak 16 tahun yang lalu

- Riwayat Asam Urat (+) sejak 3 tahun yang lalu.

- Riwayat Kolesterol (-)

- Riwayat Penyakit Jantung (-)

- Riwayat Stroke (-)


Riwayat penyakit keluarga :

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

Riwayat Kebiasaan :

Sehari-hari beraktifitas dengan tangan kanan. Aktivitas keseharian melakukan pekerjaan Rumah Tangga
seperti membersihkan rumah, mencuci dan memasak. Penderita tidak merokok dan minum alkohol.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Penderita tinggal dirumah permanen bersama seorang suami dan mempunyai 1 orang anak. Rumah 1
lantai atap seng, dinding beton, lantai semen dan jumlah kamar 3 buah. Kamar mandi di dalam rumah,
WC jongkok. Sumber penerangan listrik dari PLN dan sumber air minum dari PAM. Penderita adalah
pensiunan PNS kantor Gubernur. Biaya pengobatan ditanggung oleh ASKES.

Riwayat Psikologi :

Pasien merasa cemas dengan sakit yang dideritanya. 18

Pemeriksaan Fisik

27 Mei 2013

Status Generalis

Berat badan : 60 kg

Tinggi badan : 158 cm

IMT : 24,03 (Normal)

Keadaan umum : cukup

Kesadaran : compos mentis GCS : E4M6V5

Tanda vital : T : 130/80 mmHg,

N : 80x/menit, reguler, isi cukup

R : 20x/menit,

S : 36,50C

Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-


Pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+

normal

Leher : Trakea letak ditengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax : Inspeksi : bentuk normal, simetris, ictus cordis tidak

tampak

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri, tumor (-),

krepitasi (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Cor bising jantung (-), gallop (-)

Pulmo ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen :

Inspeksi : datar

Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak

teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) 19

Status lokalis

Status Regio bahu kanan

Inspeksi : Simetris kanan = kiri, Edema (-), deformitas (-),

eritema (-)

Palpasi : Krepitasi (-), kalor (-), nyeri gerak aktif dan pasif (+), spasme m.supraspinatus dekstra.

Visual Analog Scale


0 6 10

Tanggal 27-05-2013

Status Motorik Ekstremitas Superior

Dekstra Sinistra

Gerakan ↓ (nyeri) Normal

Tonus Otot (+) Normal (+) Normal

Kekuatan otot 4/4/5/5 5/5/5/5

Refleks Fisiologis (+) Normal (+) Normal

Refleks Patologis - -

Sensibilitas : 2 2

C5 2 2

C6 2 2

C7 2 2

C8 2 2

T1

Anda mungkin juga menyukai