1
Christian T. Kaunang
2
Ari L. Runtunuwu
2
Audrey M. I. Wahani
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: yamato.kira64@yahoo.com
Abstract: Pneumonia is an acute respiratory tract infection that became a public health
problem in the world due to the high mortality in infants and toddlers. This study was aimed
to describe the characteristics of pneumonia in children treated at the pediatric intensive care
unit Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2013 - 2015. This was a descriptive
retrospective study with a cross sectional design. Subjects were all children suffering from
pneumonia hospitalized at the pediatric intensive care unit Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital
Manado in 2013 – 2015. There were 158 cases consisted of 62 patients in 2013, 74 patients
in 2014, and 22 patients in 2015. Most of them were males (88 patients) and at the age group
<1 year (108 patients). The average pulse was 194.75 beats/minute, the average breathing
rate was 60.4 breaths/minute, and the average body temperature was 37.8 ° C. The majority
showed retraction at the subcostal area (148 patients), crackles (142 patients), inaudible
wheezing (147 patients), clinical symptom as shortness of breath (148 patients), chest X-ray
as infiltrate (151 patients), laboratory tests as the average value of hemoglobin was 11.3 g /
dL, the average hematocrit was 33.3%, the average of leukocyte count was 45,293/mm3, and
the average of platelet count was 364.437/mm3.
Keywords: pneumonia, children, characteristic features
Abstrak: Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang menjadi
masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya sangat tinggi pada bayi dan balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pneumonia pada anak
yang dirawat di ruang perawatan intensif RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun
2013-2015. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang.
Subjek penelitian ialah semua anak yang menderita pneumonia dirawat di ruang perawatan
intensif anak di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selang
Januari 2013 – Desember 2015. Terdapat 158 kasus dengan rincian 62 pasien pada tahun
2013, 74 pasien pada tahun 2014, dan 22 pasien pada tahun 2015. Didapatkan anak yang
menderita pneumonia paling banyak pada jenis kelamin laki-laki (88 pasien) dan kelompok
usia <1 tahun (108 pasien). Nilai rerata denyut nadi didapatkan 194,75 kali/menit, laju
pernapasan 60,4/menit, dan suhu badan 37,8 ºC. Sebagian besar kasus memperlihatkan
retraksi di bagian subkostal (148 pasien), ronki (142 pasien), tanpa wheezing (147 pasien),
gejala klinis sesak nafas (148 pasien), gambaran foto toraks adanya infiltrat (151 pasien).
Pemeriksaan laboratorium mendapatkan rerata nilai hemoglobin 11,3 g/dL, hematokrit
33,3%, hitung leukosit 45.293/mm3, dan hitung trombosit 364.437/mm3.
Kata kunci: pneumonia, anak, gambaran karakteristik
Kaunang, Runtunuwu, Wahani: Gambaran karakteristik pneumonia...
Kriteria inklusi ialah semua pasien laki (55,7%), dan sisanya terdapat pada
anak pneumonia yang dirawat di ruang jenis kelamin perempuan yaitu (44,3%)
perawatan intensif RSUP Prof. Dr. R. D. (Tabel 2).
Kandou Manado periode tahun 2013-2015
yang memiliki rekam medik yang lengkap. Tabel 2. Karakteristik penderita pneumonia
Kriteria eksklusi ialah semua pasien anak pada anak berdasarkan jenis kelamin.
pneumonia yang dirawat di ruang Jenis kelamin (n) (%)
perawatan intensif RSUP Prof. Dr. R. D. Laki-laki 88 55,7
Kandou Manado periode tahun 2013-2015 Perempuan 70 44,3
yang tidak memiliki hasil ekspertisi foto
toraks. Variabel penelitian yaitu, usia, jenis Karakteristik pemeriksaan fisik tanda-
kelamin, pemeriksaan fisik, gambaran tanda vital subyek penelitian
klinis, gambaran foto toraks, gambaran Hasil dari analisis data univariat
hasil laboratorium. menggunakan SPSS versi 22 didapatkan
nilai rerata nadi 131,9/menit, pernapasan
HASIL PENELITIAN 60,4/menit, dan suhu 37,8 ºC (Tabel 3).
Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil data sekunder pada pasien anak Tabel 3. Karakteristik penderita pneumonia
yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. pada anak berdasarkan pemeriksaan fisik.
Kandou Manado mulai bulan Agustus 2016
sampai dengan November 2016 dan Pemeriksaan fisik Anak (n = 158)
didapatkan 158 pasien dengan rinician 62 Nadi, rerata (SB) /menit 194,7 (2,8)
Pernapasan, rerata (SB) 60,4 (6,9)
pasien pada tahun 2013, 74 pasien pada
/menit
tahun 2014, dan 22 pasien pada tahun 2015. Suhu, rerata (SB) ºC 37,8 (0,4)
hingga 158 data yang diberikan Tim jenis kelamin merupakan salah satu faktor
Rekam Medis RSUP Prof. Dr. R. D. risiko terjadinya penyakit pneumonia.
Kandou Manado, dengan rinician 62 pasien Sunyataningkamto mengatakan jensi
pada tahun 2013, 74 pasien pada tahun kelamin anak laki-laki merupakan faktor
2014, dan 22 pasien pada tahun 2015. risiko yang memengaruhi kesakitan
Frekuensi penderita pneumonia anak pneumonia. Hal ini disebabkan diameter
pada penelitian ini dibagi menjadi 4 saluran pernapasan anak laki-laki lebih
kelompok usia berdasarkan klasifikasi kecil dibandingkan anak perempuan atau
menurut UKK Tumbuh Kembang Pediatri adanya perbedaan dalam daya tahan tubuh
Sosial (Tabel 1).12 Frekuensi tertinggi anak laki-laki dan perempuan.16
terdapat pada kelompok usia bayi yaitu
pada usia <1 tahun (68,4%), diikuti Karakteristik sampel pemeriksaan fisik
kelompok usia anak dini (24,7%), Pada penelitian ini didapatkan
kelompok usia prasekolah (4,4%), dan pemeriksaan fisik pada anak yang
kelompok usia sekolah (2,5%). Penelitian menderita pneumonia (Tabel 3). Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori,
dilakukan oleh Nurjannah et al.10 yang diukur menurut batasan yang sesuai dengan
mendapatkan bahwa usia <1 tahun klasifikasi dari American Heart Association
merupakan usia anak terbanyak yang (AHA) 2012.17 Hasil analisis data univariat
menderita pneumonia. Monita13 juga menggunakan SPSS versi 22 mendapatkan
menemukan pada 178 kasus pneumonia nilai rerata denyut nadi 194,75 kali/menit,
bahwa usia terbanyak anak yang menderita nilai median yaitu sebesar 195 kali/menit,
pneumonia terdapat pada usia 2 bulan nilai tertinggi 199 kali/menit, dan nilai
sampai <1 tahun (43,8%). Faktor usia terendah 191 kali/menit. Pada pemeriksaan
merupakan salah satu faktor risiko fisik laju pernapasan, didapatkan nilai
kematian pada balita yang menderita rerata yaitu sebesar 60,4/kali menit, nilai
pneumonia. Risiko untuk terkena median yaitu sebesar 59 kali/menit, nilai
pneumonia lebih besar pada balita yang tertinggi 88 kali/menit, dan nilai terendah
berusia <2 tahun dibandingkan dengan 55 kali/menit. Pada pemeriksaan fisik suhu
balita yang berusia >2 tahun. Hal ini badan, didapatkan nilai rerata suhu badan
dikarenakan usia <2 tahun merupakan masa yaitu sebesar 37,8ºC median yaitu sebesar
rentan bagi balita untuk tertular penyakit 37,6ºC, nilai tertinggi 39,9ºC, dan nilai
pneumonia sebab daya tahan tubuh balita terendah 37,6ºC. Penelitian Nurjannah et
masih rendah dan sistem saluran napas al.10 mendapat nilai rerata yang hampir
yang belum berfungsi sempurna.9 sama dengan penelitian ini yaitu didapatkan
rata-rata laju napas sekitar 60 kali/menit
Karakteristik sampel jenis kelamin dan denyut nadi 147,2 kali/menit, juga
Pada penelitian ini didapatkan didapatkan rata-rata suhu badan 38 ºC.10
frekuensi penderita pneumonia anak Palafox et al.18 menyatakan bahwa takipnu
tertinggi terdapat pada jenis kelamin laki- pada pneumonia mempunyai nilai
laki (55,7%), dan sisanya terdapat pada sensitivitas 74% dan spesifisitas 67%
jenis kelamin perempuan (44,3%) (Tabel dibandingkan dengan foto toraks sebagai
2). Penelitian ini sejalan dengan penelitian baku emas, maka dinyatakan bahwa
yang dilakukan oleh Kurniawan et al.14 takipnu dapat digunakan sebagai tanda
yang menlaporkan bahwa lebih banyak klinis dalam menegakkan diagnosis
pasien anak yang menderita pneumonia pneumonia. Suhu yang tinggi pada
berjenis kelamin laki-laki. Balakrishnan15 umumnya terjadi pada infeksi yang
juga menemukan dari 83 kasus anak, pada disebabkan oleh bakteri.10 Dari data
anak laki-laki lebih banyak menderita pemeriksaan fisik retraksi (Tabel 4)
pneumonia daripada perempuan (67,5%).15 didapatkan bahwa retraksi yang paling
Menurut Depkes RI 2004, dikatakan bahwa sering terjadi ialah retraksi subkostal
Kaunang, Runtunuwu, Wahani: Gambaran karakteristik pneumonia...
(93,7%), diikuti yang mengalami retraksi tidak ditemukannya wheezing yaitu sebesar
interkostal (80,4%), retraksi sifoid (29,7%), 147 pasien (93%). Penelitian ini mirip
retraksi suprasternal (17,1%), retraksi dengan penelitian yang dilakukan oleh
epigastrium (1,3%). Penelitian yang Nurjannah et al.10 yang menyatakan bahwa
dilakukan di Padang mendapatkan hasil ditemukannya wheezing pada pemeriksaan
ditemukan retraksi dinding dada sebanyak fisik auskultasi pada anak yang menderita
153 kasus (86%).13 Penelitian yang sama pneumonia yaitu sebanyak 13 kasus (9%).
juga dilakukan oleh Nurjannah et al.10 dan Penelitian yang dilakukan di Padang
mendapatkan hasil bahwa ditemukan mendapatkan hasil bahwa ditemukan
retraksi dinding dada sebanyak 95 kasus wheezing sebanyak 26 kasus (14,6%).13
(66%). Penelitian ini sesuai dengan Wheezing pada anak diatas 5 tahun
kepustakaan yang ada yang menyatakan mungkin terkait dengan bakteri atipikal
bahwa pada pneumonia, retraksi jaringan (Mycoplasma atau Chlamydia) dan
antara tulang rusuk (retraksi subkostal dan pneumonia virus serta tidak mungkin
interkostal) lebih sering terjadi dari pada karena penyebab bakteri lainnya.20
retraksi suprakostal.11 Wheezing merupakan suara nafas seperti
Pada penelitian ini (Tabel 5), musik yang terjadi karena adanya
didapatkan frekuensi tertinggi pada penyempitan jalan udara atau tersumbat
penderita pneumonia anak yang dirawat di sebagian. Obstruksi seringkali terjadi
ruang perawatan intensif ialah yang sebagai akibat adanya sekresi atau edema.
ditemukannya ronki saat pemeriksaan fisik Bunyi yang sama juga terdengar pada asma
auskultasi (89,9%), dan sisanya yang tidak dan banyak proses yang berkaitan dengan
ditemukannya ronki (10,1%). Penelitian ini bronkokonstriksi. Wheezing dapat berasal
sejalan dengan penelitian yang dilakukan dari bronki dan bronkiolus yang kecil.
oleh Nurjannah et al.10 yang mendapatkan Bunyi yang terdengar mempunyai puncak
hasil pemeriksaan fisik auskultasi bahwa suara tinggi dan bersiul.37
adanya ronki pada penderita pneumonia
yaitu sebanyak 133 kasus (92,4%). Pada Karakteristik sampel gambaran klinis
penelitian Monita13 didapatkan pasien yang Dari data karakteristik penderita
terdengar ronki pada saat dilakukan pneumonia berdasarkan gambaran klinis
pemeriksaan fisik auskultasi yaitu sebanyak (Tabel 7) didapatkan frekuensi tertinggi
163 kasus (91,6%). Ronki berasal dari pada gejala klinis sesak (93,7%), diikuti
bronki yang lebih besar atau trakea dan dengan batuk (91,8%), demam (88,6%),
mempunyai bunyi yang berpuncak lebih dan sianosis (3,8%).
rendah dari sonor. Bunyi-bunyi tersebut Penelitian ini tidak sejalan dengan
terdengar pada pasien yang mengalami peneltian yang dilakukan Dani et al.21 yang
penurunan sekresi. Ronki dapat disebabkan mendapatkan hasil bahwa gejala klinis
oleh hilangnya stabilitas jalan napas perifer terbanyak pada 51 kasus penderita
yang kolaps pada saat ekspirasi. Tekanan pneumonia anak ialah batuk (91%). Pada
inspirasi yang tinggi menyebabkan penelitian Monita13 juga mendapatkan hasil
terjadinya pemasukan udara cepat ke dalam yang berbeda dengan penelitian saya oleh
unit-unit udara distal. Hal ini menyebabkan karena pada penelitiannya didapatkan hasil
pembukaan yang cepat dari alveoli dan bahwa gejala klinis terbanyak pada 178
bronkus kecil atau bronkus sedang yang kasus penderita pneumonia anak adalah
mengandung sekret pada bagian-bagian demam yaitu sebanyak 165 pasien
paru yang berdeflasi sampai volume (92,7%).13
residu.19 Demam juga merupakan gejala yang
Pada penelitian ini (Tabel 6), paling sering terjadi, suhu yang tinggi pada
didapatkan yang ditemukannya wheezing umumnya terjadi pada infeksi yang
saat pemeriksaan fisik auskultasi yaitu disebabkan oleh bakteri.10 Manifestasi
sebesar 11 pasien (7%), dan sisanya yang klinis sesuai dengan kriteria WHO untuk
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016
pneumonia yaitu batuk, demam, takipnu, (96,6%). Eldrian juga mendapatkan hasil
peningkatan usaha napas, napas cuping yang sejalan dengan penelitian ini.13 Hasil
hidung, dan hipoksia didukung dengan penelitian Eldrian mengenai gambaran foto
pemeriksaan penunjang foto toraks.22 toraks menemukan bahwa gambaran yang
Mardjanis membagi gambaran klinis paling sering ialah adanya infiltrat
pneumonia menjadi 2 kelompok. Pertama, (73,21%). Berbeda dengan pemeriksaan
gejala umum misalnya demam, sakit laboratorium jumlah leukosit, pemeriksaan
kepala, maleise, nafsu makan kurang, radiologis tidak dapat menunjukkan
gejala gastrointestinal seperti mual, muntah perbedaan nyata antara infeksi virus dengan
dan diare. Kedua, gejala respiratorik seperti bakteri. Seringkali panas dan takipneu
batuk, napas cepat (tachypnoe/ fast sudah timbul sebelum terlihat perubahan
breathing), napas sesak (retraksi dada/chest pada foto rontgen thoraks. Foto toraks
indrawing), napas cuping hidung, air umumnya akan kembali normal setelah 3-4
hunger dan sianosis. Hipoksia merupakan minggu.13
tanda klinis pneumonia berat. Anak
pneumonia dengan hipoksemia 5 kali lebih Karakteristik sampel gambaran hasil
sering meninggal dibandingkan dengan laboratorium
pneumonia tanpa hipoksemia.8 Perbedaan Pada penelitian ini didapatkan
yang didapatkan dari masing-masing gambaran hasil laboratorium pada anak
penelitian bergantung dari alloanamnesis yang menderita pneumonia (Tabel 9). Hasil
dari ibu dimana biasanya ibu lebih peka dari penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori
terhadap gejala demam dibandingkan yang diukur menurut batasan yang sesuai
dengan gejala lainnya dan pada penelitian dengan klasifikasi dari Texas Children’s
ini didapatkan gejala paling banyak adalah Hospital Clinical Laboratory 2011.23 Hasil
sesak dikarenakan pada penelitian ini analisis data univariat menggunakan SPSS
diambil sampel pasien yang dirawat di versi 22 mendapatkan nilai rerata
ruang perawatan intensif. Untuk masuk di hemoglobin 11,3 g/dL, nilai median yaitu
ruang perawatan intensif mempunyai sebesar 11,35 g/dL, nilai tertinggi 19,1
beberapa indikasi diantaranya yaitu g/dL, dan nilai terendah 5,7 g/dL. Pada
hipoksemia, pasien yang menderita pemeriksaan laboratorium hematokrit,
penyakit dasar jantung paru, sumbatan didapatkan nilai rerata yaitu sebesar 33,3%,
jalan nafas, atau pasien penyakit jantung, nilai median yaitu sebesar 33,5 %, nilai
penyakit paru terminal disertai komplikasi tertinggi 58%, dan nilai terendah 17,7 %.
penyakit akut berat dimana pada data yang Pada pemeriksaan laboratorium leukosit,
saya teliti didapatkan pasien yang memiliki didapatkan nilai rerata yaitu sebesar
ciri-ciri yang sama. 45.293/mm3, median yaitu sebesar
40.200/mm3, nilai terendah 1.700/mm3, dan
Karakteristik sampel gambaran foto nilai tertinggi 61.300/mm3. Pada
toraks pemeriksaan laboratorium trombosit,
Pemeriksaan foto toraks merupakan didapatkan nilai rerata yaitu sebesar
pemeriksaan penting untuk mendiagnosis 364.437/mm3, nilai median yaitu sebesar
penyakit pneumonia. Pada penelitian ini 356.500/mm3, nilai tertinggi
(Tabel 8) dilakukan pemeriksaan foto 1.096.000/mm3, dan nilai terendah
toraks dan didapatkan frekuensi tertinggi 44.000/mm3. Pada penelitian yang
dari hasil foto toraks ialah gambaran dilakukan oleh Nurjannah et al.10
adanya infiltrat (95,6%), dan sisanya ialah didapatkan rata-rata hasil laboratorium
gambaran adanya perselubungan (87,3%). pada penderita pneumonia yaitu pada
Penelitian yang dilakukan oleh Monita13 hemoglobin 10,9 g/dL, hematokrit 32,5%,
pada 178 kasus mendapatkan bahwa leukosit 14.051/mm3, dan trombosit
gambaran foto toraks yang paling sering 361.638/mm3. Penelitian yang dilakukan
ditemukan ialah gambaran adanya infiltrat Michelow24 juga menemukan nilai leukosit
Kaunang, Runtunuwu, Wahani: Gambaran karakteristik pneumonia...
yang tertinggi rata-rata pada kasus pemeriksaan fisik tanda–tanda vital dengan
pneumonia idalah 16.000/mm3 yang rerata denyut nadi 194,75 kali/menit,. laju
disebabkan oleh bakteri. Monita13 pernapasan 60,4/menit, suhu badan 37,8 ºC,
menyatakan bahwa nilai leukosit pada dan hasil laboratorium ditemukan rerata
pasien pneumonia anak yang paling sering hemoglobin 11,3 g/dL, hematokrit 33,3%,
adalah anak yang memiliki nilai leukosit hitung leukosit 45.293/mm3, dan hitung
dalam batas normal. Penelitian ini tidak trombosit 364.437/mm3.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jufri25 yang mendapatkan hasil bahwa SARAN
pada penderita pneumonia lebih sering Untuk pengembangan ilmu diperlukan
didapatkan peningkatan hemoglobin yaitu penelitian lebih lanjut dengan desain kohort
sebanyak 26 pasien (40,62%) dari 64 prospektif pada anak berusia 1-18 tahun
pasien yang diteliti. Guven et al. agar mendapatkan faktor-faktor risiko yang
mendapatkan neonatus yang menderita berperan dalam kejadian pneumonia.
pneumonia memiliki hemoglobin yang Pemeriksaan kultur darah perlu
lebih tinggi.25 Menurut penelitian Baum26 dilakukan untuk mencari kuman penyebab
didapatkan penurunan angka hematokrit pneumonia agar bisa diketahui piñata-
sampai 50% dapat terjadi pada minggu ke laksanaan lanjutan yang akan diberikan.
2-3 dari perjalanan penyakit pneumonia. Perlu dilakukann penyuluhan kepada
Winarsih menyatakan bahwa peningkatan masyarakat mengenai gejala-gejala dan hal-
kadar hematokrit dapat terjadi pada keadaan hal yang dapat menyebabkan terjadinya
edema hebat yang akan terjadi pengeluaran pneumonia.
cairan dari pembuluh darah ke jaringan
ekstravaskuler.27 Menurut Dawson dan DAFTAR PUSTAKA
Whittow penurunan nilai hematokrit dapat 1. Sugihartono, Nurjazuli. Analisis faktor risiko
disebabkan oleh kerusakan eritrosit, kejadian pneumonia pada balita di
penurunan produksi eritrosit atau dapat wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kota
Pagar Alam. Jurnal Kesehatan
juga dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran
Lingkungan Indonesia. 2012;11:82-6.
eritrosit.28 Menurut Swenson jika terjadi 2. Sigalingging G. Karakteristik penderita
peningkatan jumlah eritrosit pada penyakit pneumonia pada anak di
temperatur lingkungan yang rendah akan Ruang Merpati II Rumah Sakit Umum
meningkatkan nilai hematokrit bila volume Herna Medan. Darma Agung. 2011:69-
darah tetap, sebaliknya bila pada 78.
temperatur lingkungan yang tinggi akan 3. Sundari S, Pratiwi, Khairudin. Perilaku tidak
menurunkan nilai hematokrit sebagai akibat sehat ibu yang menjadi faktor resiko
dari berkurangnya jumlah eritrosit.28 Pada terjadinya ispa pneumonia pada balita.
penelitian mengenai trombosit yang Jurnal Pendidikan Sains. 2014;2:141-6.
dilakukan oleh Jufri25 didapatkan nilai 4. Mokoginta D. Faktor risiko kejadian
pnemonia pada anak balita di wilayah
trombosit pada penderita pneumonia anak
kerja Puskesmas Sudiang Kota
yang paling sering adalah anak yang Makassar [Skripsi]. Makassar:
memiliki nilai trombosit normal. Universitas Hasanuddin; 2013.
5. Nasution K, Sjahrullah MAR, Brohet KE,
SIMPULAN Wibisana KA, Yassien MR, Ishak
Dari hasil penelitian terhadap anak LM, et al. Infeksi saluran napas akut
yang didiagnosis dengan pneumonia dapat pada balita di Daerah Urban Jakarta.
disimpulkan bahwa mayoritas ialah anak Sari Pediatri. 2009;11:223-7.
berusia <1 tahun, berjenis kelamin laki- 6. WHO. Pneumonia. 2016 Sep. [cited 31
laki, gambaran foto toraks adanya infiltrat, Agustus 2016]. Available from:
gejala yang tersering yaitu sesak, adanya http://www.who.int/mediacentre/factsh
eets/fs331/en/.
retraksi di bagian subkostal, adanya ronki,
7. Sulistyoningsih H, Rustandi R. Faktor-faktor
tanpa wheezing disertai dengan
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016