Anda di halaman 1dari 1

Sajak Orang Kepanasan Ia melihat petani

Bila kamu remehkan mereka, Ia melihat panen Aku bertanya :


Karena kami makan akar di jalan kamu akan diburu bayangan. Dan suatu hari subuh Apakah gunanya pendidikan
dan terigu menumpuk di gudangmu Tidurmu akan penuh igauan, Para wanita dengan gendongan Bila hanya akan membuat seseorang menjadi
Karena kami hidup berhimpitan dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka. Pergi ke pasar… asing
dan ruangmu berlebihan Di tengah kenyataan persoalanya??
maka kita bukan sekutu Jangan kamu bilang negara ini kaya Dan ia juga melihat
karena orang-orang berkembang di kota dan di Suatu pagi hari Apakah gunanya pendidikan
Karena kami kucel desa. Di dekat sumur Bila hanya mendorong seseorang
dan kamu gemerlapan Jangan kamu bilang dirimu kaya Gadis-gadis bercanda Menjadi layang-layang di ibukota
Karena kami sumpeg bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya. Sambil menumbuk jagung Kikuk pulang ke daerahnya??
dan kamu mengunci pintu Lambang negara ini mestinya trompah dan Menjadi maisena Apakah gunanya seseorang
maka kami mencurigaimu blacu. Belajar filsafat,teknologi,ilmu kedokteran,atau
Dan perlu diusulkan Sedang di dalam dapur apa saja.
Karena kami terlantar di jalan agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Tungku-tungku menyala Ketika ia pulang ke daerahnya,lalu berkata :
dan kamu memiliki semua keteduhan Belanda. Di dalam udara murni “disini aku merasa asing dan sepi”
Karena kami kebanjiran Dan tentara di jalan jangan bebas memukul Tercium bau kue jagung
dan kamu berpesta di kapal pesiar mahasiswa.
maka kami tidak menyukaimu Seonggok jagung dikamar
Orang-orang miskin di jalan Dan seorang pemuda
Karena kami dibungkam masuk ke dalam tidur malammu. Ia siap menggarap jagung
dan kamu nrocos bicara Perempuan-perempuan bunga raya Ia melihat menggarap jagung
Karena kami diancam menyuapi putra-putramu. Ia melihat kemungkinan
dan kamu memaksakan kekuasaan Tangan-tangan kotor dari jalanan Otak dan tangan
maka kami bilang tidak kepadamu meraba-raba kaca jendelamu. Siap bekerja
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Karena kami tidak boleh memilih Tetapi ini :
dan kamu bebas berencana Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi Seonggok jagung dikamar
Karena kami cuma bersandal nol. Dan seorang pemuda tamat S.L.A
dan kamu bebas memakai senapan Mereka akan menjadi pertanyaan Tak ada uang, tak bisa jadi mahasiswa
Karena kami harus sopan yang mencegat ideologimu. Hanya ada seonggok jagung dikamarnya
dan kamu punya penjara Gigi mereka yang kuning Ia memandang jagung itu
maka tidak dan tidak kepadamu akan meringis di muka agamamu. Dan ia melihat dirinya terlunta-lunta
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang
Karena kami arus kali gelap Ia melihat dirinya ditendang dari discotheque
dan kamu batu tanpa hati akan hinggap di gorden presidenan Ia melihat sepasang sepatu kenes
maka air akan mengikis batu dan buku programma gedung kesenian. di balik etalase
Ia melihat sainganya naik sepeda motor
Orang-orang Miskin (feudal/miskin) Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah, Ia melihat nomer-nomer lotere
bagai udara panas yang selalu ada, Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal
Orang-orang miskin di jalan, bagai gerimis yang selalu membayang. Seonggok jagung ia di kamar
yang tinggal di dalam selokan, Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau Tidak menyangkut pada akal
yang kalah di dalam pergulatan, tertuju ke dada kita, Tidak akan menolongnya
yang diledek oleh impian, atau ke dada mereka sendiri.
janganlah mereka ditinggalkan. O, kenangkanlah : Seonggok jagung dikamar
orang-orang miskin Tak akan menolong seorang pemuda
Angin membawa bau baju mereka. juga berasal dari kemah Ibrahim Yang pandangan hidupnya berasal dari buku
Rambut mereka melekat di bulan purnama. Dan tidak dari kehidupan
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala, Sajak Seonggok Jagung Yang tidak terlatih dalam metode
mengandung buah jalan raya. Dan hanya penuh hafalan kesimpulan
Seonggok jagung dikamar Yang hanya terlatih sebagai pemakai
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa. Dan seorang pemuda Tatapi kurang latihan bebas berkarya
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan Yang kurang sekolahan Pendidikan telah memisahkanya dari
raya. Memandang jagung itu kehidupanya
Tak bisa kamu abaikan. Sang pemuda melihat lading

Anda mungkin juga menyukai