Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Metabolisme karbohidrat yaitu metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan
penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas
tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme.
Metabolisme total merupakan semua proses biokimia didalam organisme. Metabolisme sel
mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat
bertahan hidup.
Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana karbohidrat
didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat yang paling sederhana adalah aldehid
(disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton (disebut polihidroksiketon atau
ketosa). Karbohidrat terdiri atas atom C, H, dan O. Adapun rumus umum dari karbohidrat
adalah :

Cn(H2O) atau CnH2nOn

Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen, dan
oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi
di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang di konsumsi akan menghasilkan energi
sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan
digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya, seperti bernafas,
kontraksi jantung dan otot, serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik, seperti
berolahraga atau bekerja.
Karbohidrat memiliki fungsi sebagai sumber energi, cadangan makanan, dan materi
pembangunan pada semua makhluk hidup. Maka dari itu, karbohidrat sangat diperlukan oleh
tubuh ternak agar dapat tumbuh sehat dan produktif dalam menghasilkan hasil ternak.
Karbohidrat dalam bahan makanannya dapat ditemui dalam berbagai bentuk, yaitu
monosakarida, disakarida, dan polisakakrida, karbohidrat yang paling sering ditemui dalam
bahan pokok pakan ternak adalah dalam bentuk monosakarida seperti glukosa dan
polisakarida yaitu selulosa atau serat kasar.

1
1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis?
b. Bagaimana tahap-tahap reaksi dalam proses glikogenesis?
c. Bagaimana tahap-tahap reaksi dalam proses glikogenolisis?
d. Bagaimana tahap-tahap reaksi dalam proses glukoneogenesis?
e. Bagaimana tahap-tahap reaksi dalam siklus asam sitrat?

1.3.Tujuan
a. Menjelaskan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis.
b. Menjelaskan tahap-tahap reaksi dalam proses glikogenesis.
c. Menjelaskan tahap-tahap reaksi dalam proses glikogenolisis.
d. Menjelaskan tahap-tahap reaksi dalam proses gluconeogenesis
e. Menjelaskan tahap-tahap reaksi dalam siklus asam sitrat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang mempakan sumber energi yang
utama bagi organisme hidup. Dalam makanan kita, karbohidrat terdapat sebagai polisakarida
yang dibuat dalam tumbuhan dengan cara fotosimesis. Tumbuhan merukan gudang yang
menyimpan karbohidrat dalam bentuk amilum dan selulosa. Amilum digunakan oleh hewan dan
manusia apabila ada kebutuhan untuk memproduksi energi. Di samping dalam tumbuhan, dalam
tubuh hewan dan manusia juga terdapat karbohidrat yang mempakan sumber energi, yaitu
glikogen.

Pada proses pencemaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis, baik dalam
mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencemaan karbohidrat ini ialah glukosa,
fmktosa. galaktosa dan manosa serta monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa ini kemudian
diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.

Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia. Proses inilah yang
mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sel ini
tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sebagai contoh
apabila banyak glukosa yang teroksidasi untuk memproduksi energi, maka glikogen dalam hati
akan mengalami proses hidrolisis untuk membentuk glukosa. Sebaliknya apabila suatu reaksi
tertentu menghasilkan produk yang berlebihan, maka ada reaksi lain yang dapat menghambat
produksi tersebut. Dalam hubungan antarreaksi-reaksi ini enzim-enzim mempunyai peranan
sebagai pengatur atau pengendali. Proses kimia yang terjadi dalam sel ini disebut metabolisme.
Jadi metabolisme karbohidrat mencakup reaksi-reaksi monosakarida, terutama glukosa. Terdapat
beberapa tahapan-tahapan reaksi atau proses-proses dalam metabolisme karbohidrat, yaitu
glikolisis, glikogenesis, glikogenolisis, glukoneogenesis dan siklus asam sitrat.

1. Glikolisis
1.1.Tahap-tahap Reaksi pada Glikolisis
Glikolisis dapat didefinisikan sebagai serangkaian reaksi untuk pemecahan
Glukosa (molekul 6-karbon) menjadi dua molekul asam piruvat (molekul 3-karbon)
dalam kondisi aerobik; atau laktat dalam kondisi anaerobik bersama dengan produksi

3
sejumlah kecil energi. Jalur ini dijelaskan oleh Embden, Meyerhof dan Parnas. Oleh
karena itu, serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis juga disebut sebagai jalur
Embden-Meyerhof (jalur EM).
Terdapat dua fase di dalam glikolisis, yakni (i) fase persiapan, dan (ii) fase
produksi energi dalam bentuk ATP. Pada fase persiapan, terdapat lima tahapan reaksi
dimana glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan fase fosforilasi. Sedangkan pada fase
produksi energi, berlangsung melalui lima tahapan reaksi berikutnya yang dimulai dari
reaksi oksidasi triosafosfat hingga terbentuk asam piruvat, yang kemudian dihasilkan 4
molekul ATP.
Tahapan-tahapan dalam proses glikolisis digambarkan pada bagan berikut.

4
Tahap 1: Fosforilasi
Tahap pertama proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa -6-
fosfat dengan reaksi fosforilasi. Langkah ini Glukosa terfosforilasi oleh enzim heksokinase.
Dalam proses ini, molekul ATP digunakan. Sebuah gugus fosfat dari ATP ditransfer ke molekul
glukosa untuk menghasilkan glukosa-6-fosfat. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi
sebagai berikut.

5
Enzim heksokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi, apabila
glukosa -6- fosfat terbentuk dalam jumlah banyak, maka senyawa ini akan menjadi
inhibitor bagi enzim heksokinase tadi. Selanjutnya, enzim akan aktif kembali apabila
konsentrasi glukosa-6- fosfat menurun pada tingkat tertentu.

Tahap 2: Isomerisasi
Reaksi isomerisasi yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat
dengan enzim fosfoheksoisomerase yang terdapat pada jaringan otot. Enzim ini tidak
memerlukan kofaktor dan telah diperoleh dari ragi dengan cara kristalisasi. Pada reaksi
ini, terjadi pembukaan cincin glukopiranosa glukosa-6-fosfat ke struktur linier yang kemudian
berubah menjadi struktur cincin furanose fruktosa-6-fosfat.

Tahap 3: fosforilasi F-6-P menjadi Fruktosa-1,6-difosfat

Fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-diosfat oleh enzim


fosfofruktokinase dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini, gugus fosfat
dipindahkan dari ATP kepada fruktosa-6-fosfat dan ATP sendiri akan berubah menjadi
ADP.

6
Tahap 4: Penguraian Fruktosa-1,6-difosfat
Reaksi tahap ke empat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian
molekul Fruktosa-1,6-difosfat membentuk 2 molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton
fosfat dan D-gliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap ini, enzim yang berperan sebagai
katalis yaitu enzim aldolase.

Tahap 5: Interkonversi Triosa fosfat


Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa,
yaitu D-gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi asetonfosfat. Yang mengalami reaksi lebih
lanjut adalah D-gliseraldehida-3-fosfat. Sehingga untuk mencegah penimbunan
dihidroksiasetonfosfat dalam sel, terdapat enzim triosafosfat isomerase yang mengubah
dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat.

Tahap 6: Fosforilasi Oksidatif dari GAP menjadi asam 1,3 difosfogliserat


Tahap berikutnya merupakan tahap pertama pada fase pembentukan energi.
Reaksi yang terjadi yaitu oksidasi gliseraldehida-3-fosfat menjadi asam 1,3-difosfat yang
dikatalis oleh enzim gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. Dalam reaksi ini digunakan

7
koenzim NAD+, sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi ini
mengubah aldehid menjadi asam karboksilat.

Tahap 7: Konversi asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat


Reaksi pengubahan ini menggunakan enzim fosfogliseril kinase sebagai katalis.
Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan ion Mg2+ diperlukan sebagai
kofaktor. Enzim phosphoglycerate kinase mentransfer gugus fosforil berenergi tinggi dari
kelompok karboksil 1,3-bifosfogliserat menjadi ADP, membentuk ATP dan 3-
fosfogliserat.Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini
mempunyai fungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam
bentuk ATP.

Tahap 8: konversi asam 3-fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat


Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3-
fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat. Enzim ini berfungsi memindahkan gugus
fosfat dari satu atom C kepada atom C lain dalam satu molekul.

8
Tahap 9: Dehidrasi asam 2-fosfogliserat menjadi asam fosfoenolpiruvat
Reaksi pada tahap ini menggunakan enzim enolase sebagai katalis dan Mg2+
sebagai kofaktor. Adanya ion F- dapat menghambat kerja dari enzim enolase, sebab ion F-
dengan ion Mg2+ dan fosfat dapat membentuk kompleks magnesium fluoro fosfat.
Dengan terbentuknya kompleks ini akan mengurangi jumlah ion Mg2+ dalam campuran
reaksi dan akibat berkurangnya ion Mg2+ maka efektivitas reaksi berkurang.

Tahap 10: Konversi asam fosfoenol piruvat menjadi asam piruvat


Pada tahap ini terjadi reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam fosfoenol piruvat
kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul asam piruvat. Enzim yang
digunakan sebagai katalis yaitu piruvat kinase. Dalam reaksi tersebut diperlukan ion
Mg2+ dan K+ sebagai activator.

9
Tahapan Tambahan dalam Kondisi Anaerobik
Ketika jaringan hewan tidak memiliki oksigen yang cukup untuk mendukung
oksidasi aerobik asam piruvat dan NADH yang dihasilkan dalam glikolisis, NAD+
diregenerasi dari NADH dengan mereduksi asam piruvat menjadi asam laktat. Beberapa
jaringan dan tipe sel (seperti eritrosit, yang tidak memiliki mitokondria dan dengan
demikian tidak dapat mengoksidasi asam piruvat menjadi CO2) menghasilkan asam laktat
dari glukosa bahkan dalam kondisi aerobik. Reduksi asam piruvat dikatalisis oleh enzim
laktat dehidrogenase.

Rincian energi yang dibutuhkan dan dihasilkan pada glikolisis aerob

10
Energi yang dibutuhkan dan dihasilkan pada glikolisis anaerob

Proses glikolisis tidak hanya melibatkan glukosa saja, tetapi juga monosakarida
lain, misalnya fruktosa, galaktosa dan mannosa. Monosakarida tersebut diserap melalui
dinding usus an dibawa ke hati.

Di sini beberapa monosakarida dan juga glikogen mengalami beberapa reaksi


pengubahan menjadi glukosa -6-fosfat dan selanjutnya masuk ke dalam proses glikolisis,
seperti halnya dengan glukosa. Enzim galaktokinase merupakan katalis pada reaksi
pembentukan galaktosa-1-fosfat dari galaktosa. Kemudian galaktosa-1-fosfat diubah
menjadi uridin difosfat galaktosa (UDP-galaktosa) oleh enzim UDP
galaktosapirofosforilase yang terdapat dalam hati orang dewasa. Selanjutnya UDP
galaktosa diubah menjadi UDP glukosa oleh enzim UDP glukosa epimerase.
11
galaktosa-1-fosfat + uridin trifosfat UDP galaktosa + pirofosfat

UDP galaktosa UDP glukosa

Akhirnya UDP glukosa bereaksi dengan pirofosfat dan membentuk UTP dan
glukosa-1-fosfat. Reaksi ini berlangsung dengan adanya enzim UDP
glukosapirofosforilase sebagai katalis. Pada hati bayi atau anak-anak, terdapat enzim
fosfogalaktosa-1-fosfat menjadi glukosa -1-fosfat.
Di samping monosakarida, gliserol juga ikut serta dalam proses glikolisis. Gliserol
sebagai hasil hidrolisis lemak dapat diubah menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim
gliserolkinase.

Gliserol-3-fosfat yang terbentuk kemudian diubah menjadi dihidroksiasetonfosfat


oleh enzim gliserilfosfatdehidrogenase. Dihidroksiaseton fosfat terdapat dalam keadaan
keseimbangan dengan gliseraldehida-3-fosfat yang merupakan salah satu hasil antara
dalam proses glikolisis.

2. Glikogenesis dan Glikogenolisis


Glukosa merupakan sumber bahan bagi proses glikolisis, karena glukosa terdapat
dalam jumlah banyak bila dibandingkan dengan monosakarida lain. Oleh karena itu bila

12
jumlah glukosa yang dperoleh dari makanan terlalu berlebih, maka glukosa akan
disimpan dengan jalan diubah menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot. Proses
sintesis glikogen dari glukosa ini disebut glikogenesis. Glikogenesis merupakan proses
anabolisme pembentukan glikogen untuk simpanan glukosa saat kadar gula darah
menjadi tinggi seperti setelah makan. Glikogenesis terjadi terutama dalam sel-sel hati dan
sel-sel otak rangka, tetapi tidak terjadi dalam sel-sel otak yang sangat bergantung pada
pada persendian konstan gula darah untuk energi.

Glikogen hati

Asam laktat Glukosa darah

Glikogen otot

Menunjukan siklus pengubahan glukosa, asam laktat dan glikogen yang disebut siklus
Cori.

Konsentrasi glukosa dalam darah manusi normal ialah antara 80 dan 100 mg/ml.
Setelah makan makanan sumber karbohidrat, konsentrasi glukosa darah dapat naik hingga
120-130 mg/100 ml, kemudian turun menjadi normal lagi. Dalam keadaan berpuasa
kopnsentrasi glukosa darah turun hingga 60-70 mg/100 ml. Kondisi glukosa darah yang
lebih tinggi daripada normal disebut hiperglikemia, sedangkan yang lebih rendah
daripada normal disebut hipoglikemia. Bila konsentrasi terlalu tinggi maka sebagian
glukosa dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Pembentukan glikogen dari glukosa, baik
dalam hati maupun dalam otot, dapat berlangsung karena adanya uridin difosfat glukosa.

13
Reaksi pembentukan glikogen tersebut ialah sebagai berikut:

Uridin difosfat glukosa dapat dibentuk dari reaksi uridintrifosfat dengan glukosa-1-fosfat.
Kebalikan dari glikogenesis ialah glikogenolisis, yaitu reaksi pemecahan molekul
glikogen menjadi molekul-molekul glukosa.

14
Glikogen yang terdapat dalam hati dan otot dapat dipecah menjadi molekul
glukosa-1-fosfat melalui suatu proses yang disebut fosforolisis, yaitu reaksi dengan asam
fosfat. Enzim fosforilase ialah enzim yang menjadi katalis pada reaksi glikogenolisis
tersebut.

Ada dua macam fosforilase a, bentuk aktif dan fosforilase b, suatu bentuk tidak
aktif yang dapat diaktifkan. Aktivasi fosforilase b berlangsung oleh adanya fosfokinase,
ATP dan ion Mg++.

Dalam hati glukosa-1-fosfat diubah menjadi glukosa-6-fosfat yang kemudian


diubah menjadi glukosa dan fosfat oleh enzim fosfatase. Glukosa yang terjadi masuk ke
dalam darah dan dibawa ke jaringan-jaringan. Glukosa-1-fosfat yang dihasilkan oleh
penguraian glikogen dalam otot diubah menjadi glukosa-6-fosfat untuk digunakan lebih
lanjut dalam proses glikolisis . Akan tetapi karena dalam sel otot tidak terdapat enzim
fosfatase, maka glukosa-6-fosfat tidak dapat diubah menjadi glukosa.

3. Glukoneogenesis
3.1.Pengertian Glukoneogenesis
Glukoneogenesis berasal dari kata Yunani yaitu glykys (manis/gula), neo (baru),
dan genesis (asal atau pembentukan). Awalan “gluko” dan “gliko” berakar pada kata
Yunani yaitu glykys. Jadi glukoneogenesis bisa diartikan sebagai pembentukan gula baru.
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan
karbohidrat. misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis
berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat

15
dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui
serangkaian reaksi.
Peranan fisiologis dari jalur ini adalah untuk mempertahankan kadar glukosa
darah pada saat masukan glukosa darah rendah, misalnya pada saat puasa, atau apabila
tubuh dalam keadaan stress. Agar glukosa darah tidak kurang dari batas minimal, kadar
glukosa darah harus dipertahankan di atas batas minimal mengingat ada jaringan tubuh
yaitu otak, sel darah merah, dan sel limfoit serta makrofag yang untuk fungsi
fisiologisnya mutlak membutuhkan glukosa.

3.2.Proses dan Tahapan Glukoneogenesis


Proses glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Glukoneogenesis juga
berlangsung di korteks ginjal, tetapi jumlah total glukosa yang terbentuk di situ hanya
sedikit sepersepuluh dari yang terbentuk di hati, karena massa ginjal yang lebih kecil.
Sangat sedikit glukoneogenesis terjadi di otak, otot kerangka atau otot jantung. Bahkan,
glukoneogenesis di hati dan ginjal membantu memelihara kadar glukosa darah, agar otak
dan otot dapat mengekstraksi cukup glukosa dari darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Tiga sumber karbon yang utama untuk glukoneogenesis adalah laktat, gliserol,
dan asam amino, terutama alanin. Laktat dihasilkan oleh glikolisis anaerobik di jaringan
misalnya otot yang sedang bekerja atau sel darah merah, gliserol dibebaskan dari
simpanan triasilgliserol di jaringana adiposa dan asam amino terutama berasal dari
simpanan asam amino di otot yang mungkin berasal dari penguraian protein otot. Alanin,
asam amino glukoneogenik utama, dibentuk di otot dari asam amino lain dan dari
glukosa.
Jalur glukoneogenesis yaitu mengubah piruvat menjadi glukosa. Kebalikan dari
proses glikolisis yang mengubah glukosa menjadi piruvat. Akan tetapi, glukoneogenesis
bukan kebalikan dari glikolisis, karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak
reversibel, yaitu yang dikatalis oleh heksokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase.
Artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.

16
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversible tersebut, maka proses
glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain yakni melalu 4 tahapan reaksi
dengan enzim yang berbeda.

a. Perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat

Fosfoenolpiruvat dibentuk dari piruvat melalui oksaloasetat. Mula-mula piruvat


mengalami karboksilasi menjadi oksaloasetat dengan menggunakan satu ATP.
Pengubahan piruvat menjadi oksaloasetat, dikatalisis oleh enzim piruvat karboksilase.

Piruvat + CO2 + ATP + H2O Oksaloasetat + ADP + Pi + 2H+

Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus dikeluarkan
menuju sitoplasma. Namun molekul tersebut tidak dapat melalui membran mitokondria
sebeum diubah menjadi malat. Jadi oksaloasetat akan diubah menjadi malat agar dapat
keluar menuju sitoplasma dan akan segera diubah kembali menjadi oksaloasetat.
Pengubahan oksaloasetat menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase.
Kemudian malat keluar dari mitokondria menuju sitoplasma. Di sitoplasma, malat diubah
manjadi oksaloasetat kembali yang dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase.

Selanjutnya oksaloasetat serentak mengalami dekarboksilasi dan fosforilasi yang


dikatalisis oleh enzim phospoenolpiruvat karboksilase menghasilkan phospoenolpiruvat.

17
Oksaloasetat + GTP Fosfoenolpiruvat + GDP + CO2

b. Perubahan Fosfoenolpiruvat menjadi Fruktosa 1,6-bisfosfat

Langkah glukoneogenesis selanjutnya berlangsung di dalam sitosol.


Fosfoenolpiruvat membalikkan langkah pada glikolisis untuk membentuk gliserildehida3-
fosfat yang terbentuk, 1 di ubah menjdi dihidroksi aseton fosfat (DHAP). Kedua triosa
fosfatni, DHAP dan gliserildehida3-fosfat, berkondenssi membentuk fruktosa1,6-
bisfosfat melalui kebalikan dari reaksi aldolase. Karena membentuk DHAP, gliserol
masuk ke dalam jalur glukoneogeneis pada tahap ini.

c. Perubahan Fruktosa1,6-bisfosfat menjadi Fruktosa 6-fosfat

Fruktosa 6-fosfat dibentuk dari Fruktosa1,6-bisfosfat dengan cara hidrolisis fosfat


pada C-1 yang dikatalis oleh enzim Fruktosa1,6-bisfosfatase.

Fruktosa1,6-bisfosfat + H2O Fruktosa 6-fosfat + Pi

d. Perubahan Glukosa 6-Fosfat menjadi Glukosa

Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glukosa 6-Fosfat pada reaksi yang
dikatalis oleh Glukosa 6-Fosfatase.

Glukosa 6-Fosfatase + H2O Glukosa + Pi

Tahap akhir pembentukan glukosa ini tidak berlangsung dalam sitosol. Melainkan
glukosa 6-Fosfat diangkut ke dalam lumen retikulum endoplasma dan disitu dihidrolisis
oleh glukosa 6-Fosfatase, suatu enzim yang terikat pada membran. Untuk aktivitasnya,
fosfatase perlu distabilkan oleh suatu protein pengikat Ca2+ . glukosa dan Pi kemudian
diangkut kembali ke sitosol oleh sepasang pengangkut ( ”trans-porter”).

18
Berikut bagan alir dari proses glukoneogenesis

Pengendalian (Pengaturan) Glukoneogenesis

19
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan glukosa
melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar kedua
lintasan ini tidak bekerja serentak. Sistem pengaturan juga harus menjamin bahwa
aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu pembentukan glukosa
selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa banyak. Aktivitas glukoneogenesis
dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara perubahan jumlah relatif glukagon
dan insulin dalam sirkulasi.

Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari
cadangan jaringan adipose dan aktivitas oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati. Karena
asam amino secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi peningkatan kadar
asam amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain
glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin, dan asetil-KoA semuanya
memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke glukoneogenesis dan mencegah
penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-KoA secara alosterik mengaktifkan piruvat
karboksilase dan menghambat piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa
piruvat akan diubah menjadi oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak dan
alanin, jadi menghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk menjadi piruvat.

Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase diperantarai


oleh senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat (F-2,6-BP) yakni suatu
molekul isyarat yang berasal dari fruktosa 6-fosfat. Pembentukan dan pemecahan
senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim yang diatur oleh fosforilasi dan
defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat sejajar dengan perubahan
untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya meningkat bila glukosa banyak dan
berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-2,6- bisfosfat secara alosterik mengaktifkan
fosfofruktokinase dan menghambat fruktosa 1,6-bisfosfatase. Jadi, bila glukosa banyak
maka glikolisis aktif dan glukoneogenesis dihambat. Bila kadar glukosa turun,
peningkaan glukagon mengakibatkan penurunan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat dan
penghambatan yang sederajat pada glikolisis dan pengaktifan glukoneogenesis.

20
4. Siklus Asam Sitrat
4.1.Pengertian Siklus Asam Sitrat
Siklus asam sitrat adalah sederetan jenjang reaksi metabolisme pernafasan selular
yang terpacu enzim. Siklus asam sitrat juga bisa didefinisikan sebagai jalur bersama
terakhir untuk oksidasi karbohidrat, lipid, dan protein karena glukosa, asam lemak,
dan sebagian besar asam amino dimetabolisme menjadi asetil koenzim A (KoA)
atau zat-zat pada siklus ini. Siklus asam sitrat terjadi didalam mitokondria, yang
berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat menjadi
CO2, H2O dan sejumlah energi. Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan
akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena
glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau
intermediat yang ada dalam siklus tersebut. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama
oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.
Siklus asam sitrat ini disebut juga siklus asam trikarboksilat dan siklus krebs.
Penemu siklus krebs adalah seorang ahli biokimia terkenal, ilmuwan Jerman-Inggris,
beliau bernama Mr. Hans Krebs. Krebs mendeskripsikan sebagian besar jalur metabolik
ini pada tahun 1930-an. Krebs juga menemukan metabolisme karbohidrat. Siklus krebs
adalah satu seri reaksi yang terjadi di dalam mitokondria yang membawa katabolisme
residu asetyl, membebaskan ekuivalen hidrogen, yang dengan oksidasi menyebabkan
pelepasan dan penangkapan ATP sebagai kebutuhan energi jaringan. Residu asetyl
tersebut dalam bentuk asetyl-KoA (CH3-CO-S-CoA, asetat aktif), suatu ester
koenzim A (KoA). Koenzim A (KoA) mengandung vitamin asam pantotenat.
Siklus krebs dikatakan sebagai siklus asam sitrat karena menggambarkan langkah
pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil KoA dengan asam oksaloasetat untuk
membentuk asam sitrat. Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis,
liogenesis, dan interkonversi asam- asam amino. Banyak proses ini berlangsung di
sebagian besar jaringan, tetapi hati adalah satu- satunya jaringan tempat semuanya
berlangsung dengan tingkat yang signifikan. Jadi,akibat yang timbul dapat parah,
contohnya jika sejumlah sel hati rusak, seperti pada hepatitis akut atau diganti oleh
jaringan ikat (seperti pada sirosis). Beberapa defek genetik pada enzim-enzim siklus asam
sitrat yang pernah dilaporkan menyebabkan kerusakan saraf berat karena sangat

21
terganggunya pembentukan ATP di sistem saraf pusat. Selain disebut dengan siklus
asam sitrat, siklus krebs juga disebut siklus asamtrikarboksilat (COOH) karena
hampir di awal-awal siklus krebs, senyawanya tersusun dari asam─trikarboksilat.
Trikarboksilat itu merupakan gugus asam (COOH). Adapun reaksi-reaksi kimia yang
berhubungan serta reaksi dalam siklus asam sitrat sendiri meliputi:
a. Pembentukan asetil koenzim A (Asetil KoA)
Asetil KoA dapat dibentuk melalui reaksi antara asam piruvat dengan Koenzim A
ataupun pada proses oksidasi asam lemak. Reaksi pembentukan asetil KoA menggunakan
kompleks piruvatdehidrogenase sebagai katalis yang terdiri atas beberapa jenis enzim.
Koenzim yang ikut dalam reaksi ini ialah Tiamin Pirofosfat (TPP), NAD+, asam lipoat
dan ion Mg++ sebagai activator. Reaksi ini bersifat tidak reversible dan asetil KoA yang
terjadi merupakan penghubung antara proses glikolisis dengan siklus asam sitrat.

b. Pembentukan Asam Sitrat


Asetil KoA adalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai zat
pemberi gugus asetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi. Asam sitrat dibentuk oleh
asetil KoA dengan asam oksaloasetat dengan cara kondensasi dengan enzim yang bekerja
sebagai katalis adalah sitrat sintetase. Reaksi kondensasi awal asetil KoA dengan
oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir oleh enzim sitrat sintase menyebabkan sintesis
ikatan karbon ke karbon di antara atom karbon metil pada asetil KoA dengan atom
karbon karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang membentuk sitril KoA,
diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan hilangnya energi bebas
dalam bentuk panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut selesai dengan
sempurna.

22
c. Pembentukan Asam Isositrat
Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat
dengan enzim yang bekerja pada reaksi ini ialah akonitase (akonitat hidratase) yang
mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung
dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di antaranya terikat
pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat. Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat
yang dalam bentuk fluoroasetil KoA mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk
membentuk fluorositrat. Senyawa terakhir ini menghambat akonitase sehingga
menimbulkan penumpukan sitrat.

Dalam keadaan keseimbangan terdapat 90% asam sitrat, 4% asam akonitat dan
6% asam isositrat. Walaupun dalam keseimbangan ini asam isositrat hanya sedikit, tetapi
asam isositrat akan segera diubah menjadi asam ketoglutarate sehingga keseimbangan
akan bergeser kekanan.

23
d. Pembentukan Asam α Ketoglutarat
Dalam reaksi ini asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat, kemudian
diubah lebih lanjut menjadi asam α Ketoglutarat. Enzim isositrat dehydrogenase bekerja
pada reaksi pembentukan asam oksalosuksinat dengan koenzim NADP+, sedangkan
enzim karboksilase bekerja pada reaksi berikutnya. Pada reaksi yang kedua ini disamping
asam α Ketoglutarat, dihasilkan pula CO2. Untuk 1 mol asam isositrat yang diubah,
dihasilkan 1 mol NADPH dan 1 mol CO2. Koenzim yang digunakan dalam reaksi selain
NADP, juga NAD.

e. Pembentukan Suksinil KoA


Asam α Ketoglutarat diubah menjadi suksinil KoA dengan jalan dekarboksilasi
oksidatif. Reaksi ini analog dengan reaksi pembentukan asetil KoA dari asam piruvat.
Koenzim TPP dan NAD+ diperlukan juga dalam reaksi pembentukan suksinil KoA.
Reaksi berlangsung antara asam α Ketoglutarat dengan koenzim A menghasilkan suksinil
KoA dan melepaskan CO2. NADH juga dihasilkan pada reaksi ini. Yang menonjol ialah
bahwa reaksi ini tidak reversible, sehingga dengan demikian siklus asam sitrat secara
keseluruhan bersifat tidak reversible. Suksinil KoA adalah senyawa berenergi tinggi
yang terjadi karena pelepasan energi bebas dari dekarboksilasi oksidatif ∝–ketoglutarat
cukup memadai untuk menghasilkan ikatan berenergi tinggi disamping pembentukan
NADH.

24
f. Pembentukan Asam Suksinat
Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzim A
serta pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP). Enzim suksinil
KoA sintetase bekerja pada reaksi yang bersifat reversible ini. Gugus fosfat yang terdapat
pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP. Katalis dalam reaksi ini adalah
nukleosida difosfokinase.

g. Pembentukan Asam Fumarat


Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses
oksidasi dengan menggunakan enzim suksinat dehydrogenase dan FAD sebagai koenzim.

25
h. Pembentukan Asam Malat
Asam malat terbentuk dari asam fumarate dengan cara adisi molekul air. Enzim
fumarase bekerja sebagai katalis dalam reaksi ini.

i. Pembentukan Asam Oksaloasetat


Tahap akhir dalam siklus asam sitrat ialah dehidrogenasi asam malat untuk
membentuk asam oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini ialah malat
dehydrogenase. Oksaloasetat yang terjadi kemudian bereaksi dengan asetil koenzim A
dan asam sitrat yang terbentuk bereaksi lebih lanjut dalam siklus asam sitrat.

Demikian reaksi-reaksi tersebut diatas berlangsung terus-menerus dan berulang


kali. Dalam setiap reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat juga dihasilkan energy yang
tersimpan dalam bentuk molekul ATP.

4.2.Energi yang Dihasilkan


Dalam metabolisme glukosa menjadi CO2 dan H2O serta sejumlah energy dalam bentuk
ATP, melalui glikolisis dan siklus asam sitrat menghasilkan 36 mol ATP tiap mol glukosa.

26
Adapun reaksi-reaksi yang menghasilkan energy berupa molekul ATP dapat dilihat pada table
berikut ini:

Reaksi Koenzim Jumlah ATP/mol glukosa


Pemindahan elektron
3 fosfogliseraldehida  1-3 difosfogliserat NAD 4
Piruvat  asetil KoA NAD 6
Isositrat  α ketoglutarate + CO2 NADP 6
α ketoglutarate  suksinil KoA + CO2 NAD 6
Suksinat  fumarate FAD 4
Malat  oksaloasetat NAD 6
Tingkat substrat
1-3 difosfogliserat  3-fosfogliserat 2
Fosfoenol piruvat  piruvat 2
Suksinil KoA  suksinat 2
Jumlah 38
Digunakan untuk fosforilasi glukosa -2
Jumlah bersih 36

27
BAB III

KESIMPULAN

28
DAFTAR PUSTAKA

Linder, Maria C. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI-Press.

Murray, R. K.,dkk.2009. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.

Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Volume 2 Edisi 4. Jakarta : EGC.

Wakianto, et al. 2007. Glukoneogenesis, Glikogenolisis, Glikogenesis. Program Studi


Kedokteran Umum Universitas Mulawarman Samarinda.

29

Anda mungkin juga menyukai