Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hilda Anggraeni

NIM : 12030117420074
MAKSI A
Angkatan 38
Resume Akuntansi Forensik
“Pencegahan Kecurangan”

Tujuan dari adanya program antifraud adalah untuk mencegah terjadinya fraud.
Sebuah slogan lama “mencegah lebih baik daripada mengobati” juga dapat
diterapkan dalam pencegahan fraud.
A. Pencegahan Lingkungan
Kunci keberhasilan pencegahan penipuan adalah dengan melihat budaya
entitas dan mengubahnya. Beberapa aktivitas dan atitude akan membantu
dalam mencapainya tujuan ini.
1 Struktur Tata Kelola Perusahaan
Sebelum adanya SOX, penelitian menunjukkan bahwa tata kelola perusahaa
yang buruk akan berkaitan dengan fraud keuangan yang besar. The COSO
Landmark Study (1998) meneliti 200 dari 300 kasus yang dihandle oleh
SEC dari 1987-1997, hasilnya menunjukkan bahwa ditemukan pola khusus
yaitu lemahnya dewan komisaris dari entitas yang diteliti. 72% dilakukan
oleh CEO dan 43% dilakukan oleh CFO (kepala bidang keuangan).
Kelemahan yang dilaporkan dalam laporan COSO adalah sebagai berikut :
a. Anggota dewan adalah orang yang tidak independen.
b. Anggota dewan didominasi oleh orang-orang dalam (dalam
perusahaan)
c. Anggota dewan merupakan pemegang saham dengan jumlah yang
signifikan.
d. Anggota dewan tidak mempunyai pengalaman.
e. Anggota dewan dan komite audit tidak sejalan.
f. Anggota komite audit tidak mempunyai pengetahuan tentang audit
dan keuangan.
g. Tidak ada komite audit.
h. Anggota komite audit tidak sejalan.
i. Top eksekutif terlibat dalam fraud.

Dari kelemahan tersebut , elemen dasar dari struktur tata kelola perusahaan
menjadi jelas, dan SOX merekomendasikan permasalahan ini membutuhkan
lebih banyak keahlian dan independensi. SOX merekomendasikan untuk
merekrut eksternal auditor dan membayar jasa untuk audit laporan
keuangan. Interaksi yang tinggi antara internal dan eksternal auditor sangat
penting.

2 Keteladanan Dari Atas


Gaya manajemen dapat membentuk keteladanan bagi organisasi.
Keteladanan dari atas (manajer) merupakan kunci untuk mencegah fraud.
Dari banyak kasus fraud yang terjadi, ada keterlibatan manajemen puncak
pada hampir setiap kasus. Eksekutif akan kehilangan kepercayaan pada
orang lain di perusahaan dan berusaha menjaga kerahasiaan finansial dari
auditor. Apabila manajer bersama dengan dewan direksi bersama-sama
untuk mensosialisasikan antifraud, mengkomunikasikan aturan fraud, dan
mendorong setiap orang untuk ikut mencegah dan mendeteksi fraud, maka
akan terbentuk budaya antifraud di perusahaan.
3 Realistic Financial Goal
Kebanyakan kasus fraud adalah “overoptimistic goals” atau target yang
terlalu tinggi. Hampir sebagian besar target perusahaan selalu pada
kenaikan profit yang abnormal pada level industri sejenis. Jika pimpinan
perusahaan dapat menghindari goal perusahaan yang tidak realistis, tekanan
pada pimpinan akan menjadi kecil, dan memperkecil kemungkinan
pimpinan untuk mencari jalan pintas untuk mencapai goal perusahaan.
Salah satu unsur fraud triangle adalah pressure, dimana unrealistic goal akan
menjadi pressure bagi pimpinan. Jika ditambah dengan kesempatan yang
ada, maka akan mendorong terjadinya fraud.
4 Kebijakan Dan Prosedur
Kebijakan menentukan prinsip dan tujuan perusahaan, dimana prosedur
menentukan langkah yang diambil perusahaan untuk memastikan tujuan
tersebut tercapai. Prosedur dan kebijakan akan mencatat kejadian yang
tergolong tidak etis, sehingga kejahatan akan dapat diperbaiki. Pondasi dari
pencegahan fraud adalah kebijakan fraud dan prosedur yang disusun
berdasarkan kebijakan. SOX merekemondasikan perusahaan publik agar
mempunyai kebijakan etika. Perusahaan yang tidak mempunyai kebijakan
etika tertulis harus menyatakan form 10-K dan menjelaskan mengapa
mereka tidak membuat kebijakan tertulis.
Isi dari kebijakan dan prosedur adalah sebagai berikut :
 Definisi fraud
 Deskripsi komunikasi dan publikasi kebijakan.
 Deskripsi implementasi pengendalian antifraud.
 Deskripsi pelatihan (untuk karyawan).
 Deksripsi pengukuran audit fraud yang proaktif.
 Deskripsi pengujian pengendalian antifraud.
 Deskripsi kebijakan dan prosedur investigasi.
 Deskripsi analisis bukti.
 Deksripsi resolusi untuk fraud
 Deskripsi prosedur pelaporan kejadian/insiden.

Eksekutif harus terlibat dalam mengkomunikasikan kebijakan tersebut


sehingga semua elemen entitas dapat terlibat. Program pelatihan karyawan
baru juga harus memasukkan kebijakan tersebut.

B. Persepsi Deteksi
Profesi antifraud setuju untuk menempatkan persepsi deteksi di urutan teratas
untuk pencegahan terjadinya fraud.
Persepsi deteksi adalah mekanisme untuk memberi gambaran bagi pelaku
mengenai konsekuensi apa yang diterima apabila mereka melakukan tindak
kejahatan. Dengan dibuatnya persepsi deteksi diharapkan pelaku berfikir dua
kali sebelum memutuskan untuk melakukan fraud. Kejahatan kerah putih
dilakukan oleh orang yang mempunyai kode atik personal, sehingga teknik ini
efektif untuk mencegah fraud, daripada digunakan pada kejahatan jalanan.
Ketakutan pada penjara, penghinaan, atau kehilangan keluarga cukup kuat
untuk membuat pelaku kejahatan untuk berfikir dan memutuskan untuk
berhenti, bahwa semua yang mereka lakukan tidak sebanding dengan
konsekuensi yang diterima. Beberapa cara untuk meningkatkan persepsi
deteksi adalah sebagai berikut :
 Pengawasan
Pada tempat dimana terdapat aset yang beresiko tinggi, seperti di ruang arsip
yang menyimpan banyak arsip dan cek, serta brangkas kas, pengawasan
kamera atau metode pengawasan yang lain dapat menjadi metode persepsi
deteksi yang baik. Monitor pengawas harus betul-betul membuat orang
percaya bahwa mereka sedang diawasi. Karyawan yang tidak mempunyai
etika akan menguji efektivitas pengawasan untuk mengetahui apakah benar
mereka sedang diawasi.
 Anonymous Tips

Tips telah terbukti menjadi metode terbaik hingga saat ini dalam mendeteksi
kecurangan. Namun, mereka juga menjadi ukuran pencegahan. Alasannya
sederhana. Jika karyawan tahu ada sistem anonymous tips dan siapa saja
yang melihat sesuatu mencurigakan dapat mengubah mereka, lalu ia mulai
berfungsi sebagai pendeteksi persepsi dari tindakan pencegahan. Praktik
terbaik untuk anynomous tip meliputi keterlibatan manajemen yang tepat,
penanganan keluhan independen oleh pihak ketiga, dan menggunakan
beberapa metode komunikasi (telepon, surat, email, dll.). serta membuatnya
mudah, nyaman, dan nyaman bagi karyawan untuk memberikan tip.

 Audit mendadak
Menurut ACFE : internal audit adalah metode deteksi yang terbaik. Namun
audit mendadak (surprise audit) baik oleh auditor internal maupun eksternal
lebih efektif. Audit ini tidak hanya menyajikan tujuan yang sama dalam
mendeteksi fraud tetapi juga fakta bahwa audit mendadak yang tidak
diumumkan akan menciptakan persepsi deteksi. Pelaku tidak akan tahu
kapan mereka akan diperiksa, sehingga mereka tidak bisa bersiap-siap untuk
membohongi auditor.
 Penuntutan
Penuntutan seseorang akan memberikan pesan yang kuat tentang persepsi
deteksi. Jika seseorang melakukan kejahatan dan ditangkap, perusahaan
akan melakukan penuntutan hukum dan dapat dipenjara. Banyak kasus
orang-orang yang melakukan fraud tidak dihukum, tidak dituntut secara
hukum, dan hanya dipecat. Kondisi akan menurunkan persepsi deteksi
terhadap fraud. Hukuman yang ringan juga akan meningkatkan
rationalization dalam fraud triangle.
 Pelaksanaan Kebijakan Etika Dan Fraud
Perusahaan harus menentukan apa yang akan dilakukan apabila terjadi
fraud, hukuman apa yang akan diberikan dan juga level atau tingkatan fraud.
Setelah itu perusahaan harus mengawasi dan menerapkan kebijakan yang
telah ditetapkan. Membuat kebijakan tanpa melaksanakan sama dengan
tidak mempunyai kebijakan. Perusahaan harus konsisten menerapkan
hukuman sesuai yang telah diatur dalam kebijakan.
 Catch me if you can!
Contoh penangkapan pelaku akan meningkatkan persepsi deteksi, karena
memberikan sebuah contoh nyata sekaligus warning bahwa perusahaan
serius dan mampu mendeteksi fraud, serta berkeinginan untuk menuntut di
muka pengadilan. Sebaliknyaa, perusahaan akan memberikan reward
kepada karyawan yang berkontribusi dalam mendeteksi fraud dan
membangun budaya antifraud.
C. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik terhadap kecurangan yang dilakukan karyawan
(pencurian,penipuan,dll) sangat membantu membangun program pengendalian
antifraud. Beberapa pendekatan klasik adalah :
 Directive approach
Pendekatan ini diambil bila perusahaan tidak mempunyai kontrol terhadap
pencegahan fraud. Jika terjadi fraud, manajemen akan memecat pelaku dan
tidak melakukan penuntutan. Perusahaan juga akan mengalami shock
karena ada karyawannya yang berbuat fraud.
 Preventive approach
Seseorang yang berpotensi melakukan fraud akan di uji dengan berbagai
indikator, seperti pengecekan latar belakang tindak kriminal dan riwayat
hutang. Pemisahan fungsi tugas dapat mencegah resiko terjadinya fraud,
setidaknya pada poin dimana manajemen mengabaikan pengendalian atau
karyawan yang berkonspirasi untuk melakukan fraud.
 Detective approach
Manajemen akan membuat pengendalian akuntansi dan fungsi internal
audit untuk mengawasi potensi terjadinya fraud. Internal audit secara
periodik akan memverifikasi legitimasi (kesesuaian dengan aturan)
transaksi dan mengkonfirmasi keberadaan aset.
 Observation approach
Tergantung pada observasi fisik atas aset dan karyawan. Manajemen
mengawasi karyawan yang melakukan aktivitas yang mencurigakan atau
perilaku yang tidak biasa.
 Investigative approach
Investigative approach akan menindaklanjuti jika terdapat perbedaan.
Contoh : perusahaan ingin menindaklanjuti dugaan pencurian. Dari
beberapa kemungkinan, perusahaan akan menentukan tingkat kejadian
kehilangan dan menebak siapa yang mungkin menjadi pelakunya.
 Insurance approach
Pendekatan ini bergantung pada kecukupan klaim asuransi untuk
menanggung resiko kehilangan yang mungkin ada bila terjadi fraud.
Walaupun pendekatan ini tidak mengurangi angka terjadinya fraud, tapi
memberikan proteksi finansial dari kerugian akibat adanya fraud.

D. Pengukuran Pencegahan yang Lain


Selain pengkuran pencegahan umum ( lingkungan, budaya, dan
perusahaan), pengukuran pencegahan yang spesifik dapat diterapkan untuk
meminimalkan fraud. Beberapa pendekatan yang spesifik diantaranya :
1. Pengecekan Background Karyawan
Pengecekan background dengan mengungkapkan catatan kriminal atau
riwayat hutang dari karyawan. Tingginya nilai hutang dapat menjadi
bukti bahwa salah satu unsur fraud triangle, yaitu pressure, telah
dimiliki oleh karyawan tersebut.
2. Audit Reguler
Audit reguler dapat meningkatkan persepsi deteksi, sehingga dapat
menciptakan pencegahan fraud. Jika auditor menggunakan teknik dan
alat yang sesuai untuk mencari fraud, akan menciptakan ukuran
pencegahan. Kunci dari efektivitas audit reguler adalah
mengidentifikasi, mereview, dan menganalisis perubahan.
3. Internal Control
Pengendalian kontrol yang kurang memadai akan memperbesar
opportunity yang akan mendorong terjadinya fraud. Beberapa contoh
pengendalian intern adalah :
 Pemisahan fungsi yang jelas.
 Prosedur otorisasi yang layak.
 Dokumentasi, pencatatan, dan jejak audit yang cukup.
 Pengawasan fisik atas aset dan catatan.
 Pemeriksaan independen terhadap kinerja.
 Monitoring pengawasan
4. Invigilation
Invigilation adalah teknik investigasi tindakan pencurian yang
melibatkan pengawasan yang ketat dari tersangka selama
periode pemeriksaan. Pendekatan invigilation dilakukan pada skema
skimming atau off the books, yaitu jenis kecurangan yang terjadi diluar
pembukuan, dan pendekatan detective yang biasa kurang berguna untuk
kejahatan jenis ini.
Invigilation biasanya diterapkan pada siklus penjualan atau pendapatan.
E. Siklus Akuntansi
Penting untuk mempertimbangkan dan memahami karakteristik fraud yang
umum terjadi didalamnya, dengan demikian dapat dibuat pencegahan fraud
yang efektif.
1 Generalisasi
2 Siklus Penjualan
3 Siklus Pembelian
4 Siklus Gaji

Anda mungkin juga menyukai