Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian antenatal care

Asuhan antenatal adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan) kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal (Kementerian Kesehatan RI,

2016).

2. Tujuan pelayanan antenatal

a. Tujuan umum

Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang

berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan

selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.

b. Tujuan khusus

1) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,

termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan

pemberian ASI.

2) Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan

pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.

3) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.

4) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil

sedini mungkin.
5) Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan

sistem rujukan yang ada (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

3. Standar pelayanan antenatal

Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu

hamil memenuhi kriteria 10 T yaitu :

a. Pengukuran tinggi badan

Tinggi badan bila < 145 cm, maka faktor risiko panggul sempit kemungkinan

sulit melahirkan secara normal. Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali

periksa, Sejak bulan ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1kg/bulan.

b. Pengukuran tekanan darah (tensi)

Tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi)

dalam kehamilan.

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Hasil LiLA < 23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi

Kronis (KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

d. Pengukuran tinggi rahim

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin apakah

sesuai dengan usia kehamilan.

e. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut jantung janin.

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum

masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut
jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan

ada tanda gawat janin, segera rujuk.

f. Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Perlu mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan

untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi.

g. Pemberian tablet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari

minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk

mengurangi rasa mual.

h. Tes laboratorium

1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila

diperlukan.

2) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia).

3) Tes pemeriksaan urine (air kencing).

4) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan Sifilis, sementara

pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis.

i. Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan,

pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas,

perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada

bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.

j. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.


4. Jadwal kunjungan antenatal

Kunjungan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan dengan

jadwal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali

pada trimester ketiga (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

a. Kunjungan I (umur kehamilan 0 - 16 minggu)

1) Penapisan dan pengobatan anemia.

2) Perencanan persalinan.

3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

b. Kunjungan II (24-28 minggu) dan III ( 30-32 minggu)

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.

2) Penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.

3) Mengulang perencanaan persalinan.

c. Kunjungan IV (36 – 38 minggu)

1) Sama seperti kunjungan II dan III.

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

3) Memantapkan rencana persalinan.

4) Mengenali tanda-tanda persalinan.


B. Kompetensi dan Kewenangan Bidan

1. Kompetensi Bidan

Kompetensi bidan dalam asuhan dan konseling selama kehamilan yaitu

memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama

kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi

tertentu (International Confederation of Midwives, 2011).

a. Pengetahuan dasar

1) Anatomi dan fisiologi tubuh manusia.

2) Biologi reproduksi manusia, siklus menstruasi dan proses konsepsi.

3) Tanda-tanda dan gejala kehamilan.

4) Pemeriksaan dan tes untuk mendiagnosa kehamilan.

5) Metode untuk diagnosis kehamilan ektopik.

6) Prinsip kencan kehamilan dengan riwayat menstruasi, ukuran uterus, pola

pertumbuhan fundus dan penggunaan ultrasound (jika tersedia)

7) Komponen riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik terfokus untuk kunjungan

antenatal.

8) Manifestasi berbagai derajat mutilasi genital perempuan (pemotongan) dan

efek potensinya pada kesehatan wanita, termasuk proses kelahiran.

9) Temuan normal [hasil] dari tes laboratorium skrining dasar yang ditentukan

oleh kebutuhan daerah di dunia, (misalnya, kadar zat besi, tes urin untuk gula,

protein, aseton, bakteri).

10) Perkembangan normal kehamilan: perubahan tubuh, ketidaknyamanan umum,

pola pertumbuhan fundal yang diharapkan.


11) Implikasi penyimpangan dari pola pertumbuhan fundal yang diharapkan, i

tidak termasuk retardasi pertumbuhan / pembatasan intrauterin, oligo dan

polihidramnion, janin multipel.

12) Faktor risiko neonatal yang membutuhkan transfer wanita ke tingkat

perawatan yang lebih tinggi sebelum persalinan dan kelahiran.

13) Perubahan psikologis normal pada kehamilan, indikator stres psikososial, dan

dampak kehamilan pada wanita dan keluarga.

14) Aman, zat non-farmakologis tersedia secara lokal untuk menghilangkan

ketidaknyamanan umum kehamilan.

15) Cara menentukan kesejahteraan janin selama kehamilan termasuk denyut

jantung janin dan pola aktivitas.

16) Persyaratan gizi ibu hamil dan janin.

17) Pendidikan kesehatan kebutuhan dalam kehamilan (misalnya, informasi

tentang menghilangkan ketidaknyamanan umum, kebersihan, seksualitas,

bekerja di dalam dan di luar rumah).

18) Prinsip dasar farmakokinetik obat yang diresepkan, dibagikan atau diberikan

kepada wanita selama kehamilan.

19) Efek dari obat yang diresepkan, obat-obatan jalanan, tradisional obat-obatan,

dan obat-obatan yang dijual bebas pada kehamilan dan janin.

20) Efek merokok, penyalahgunaan alkohol, dan penggunaan obat-obatan

terlarang pada wanita hamil dan janin.

21) Elemen penting dari perencanaan kelahiran (persiapan persalinan dan

kelahiran, kesiapsiagaan darurat).


22) Komponen persiapan rumah / keluarga untuk bayi baru lahir.

23) Tanda dan gejala onset persalinan (termasuk persepsi dan gejala wanita).

24) Teknik untuk meningkatkan tindakan relaksasi dan penghilang rasa sakit yang

tersedia untuk persalinan.

25) Tanda, gejala dan efek potensial dari kondisi yang mengancam jiwa bagi

wanita hamil dan / atau janinnya, (mis., pre-eklamsia / eklamsia, pendarahan

vagina, persalinan prematur, anemia berat, Rh isoimmunisation, syphilis).

26) Sarana dan metode menasihati tentang perawatan, pengobatan dan dukungan

untuk ibu hamil yang HIV positif termasuk langkah-langkah untuk mencegah

penularan ibu-ke-bayi (PMTCT) (termasuk pilihan pemberian makan).

27) Tanda, gejala dan indikasi untuk rujukan komplikasi dan kondisi yang dipilih

dari kehamilan yang mempengaruhi ibu atau janin (misalnya, asma, infeksi

HIV, diabetes, kondisi jantung, malp kebencian / kebohongan abnormal,

gangguan plasenta, persalinan prematur, kehamilan setelah tanggal).

28) Langkah-langkah untuk pencegahan dan pengendalian malaria pada

kehamilan, sesuai dengan pola penyakit negara, termasuk pengobatan

pencegahan intermiten (IPT) dan promosi kelambu berinsektisida ( ITN).

29) Farmakologis dasar cacing dalam kehamilan (jika relevan dengan negara

praktek).

30) Fisiologi laktasi dan metode untuk mempersiapkan wanita untuk menyusui.

b. Keterampilan dasar

1) Mengambil riwayat awal dan berkelanjutan setiap kunjungan antenatal.

2) Melakukan pemeriksaan fisik dan menjelaskan temuan kepada wanita.


3) Mengambil dan menilai tanda vital ibu termasuk suhu, tekanan darah, denyut

nadi.

4) Menilai nutrisi ibu dan hubungannya dengan pertumbuhan janin; memberikan

saran yang tepat tentang kebutuhan nutrisi kehamilan dan bagaimana

mencapainya.

5) Melakukan pemeriksaan perut lengkap termasuk mengukur tinggi fundus,

berbaring, posisi, dan presentasi.

6) Menilai pertumbuhan janin menggunakan pengukuran manual.

7) Mengevaluasi pertumbuhan janin, lokasi plasenta, dan volume cairan ketuban,

menggunakan visualisasi dan pengukuran ultrasound (jika peralatan tersedia

untuk digunakan).

8) Mendengarkan denyut jantung janin; uterus palpasi untuk aktivitas janin dan

interpretasikan temuan.

9) Monitor denyut jantung janin dengan Doppler (jika tersedia).

10) Melakukan pemeriksaan panggul, termasuk mengukur uterus, jika

diindikasikan dan bila sesuai selama kehamilan.

11) Melakukan pelvimetri klinis [evaluasi tulang panggul] untuk menentukan

kecukupan struktur tulang.

12) Menghitung perkiraan tanggal kelahiran.

13) Memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja, wanita dan keluarga

tentang perkembangan kehamilan normal, tanda dan gejala bahaya, dan kapan

dan bagaimana menghubungi bidan.


14) Mengajarkan dan / atau menunjukkan langkah-langkah untuk mengurangi

ketidaknyamanan umum kehamilan.

15) Memberikan bimbingan dan persiapan dasar untuk persalinan, kelahiran dan

pengasuhan.

16) Identifikasi variasi dari normal selama kehamilan dan melembagakan

manajemen independen atau kolaboratif lini pertama yang tepat berdasarkan

pedoman berbasis bukti, standar lokal dan sumber daya yang tersedia untuk:

a) Rendah dan atau nutrisi ibu yang tidak memadai.

b) Uterus yang tidak memadai atau berlebihan pertumbuhan, termasuk

dugaan oligo- atau polihidramnion, kehamilan mola.

c) Tekanan darah tinggi, proteinuria, adanya edema yang signifikan, sakit

kepala frontal yang berat, perubahan visual, nyeri epigastrium yang

berhubungan dengan tekanan darah tinggi.

d) Perdarahan vagina.

e) Kehamilan ganda, kebohongan abnormal / malpresentasi pada aterm.

f) Kematian janin intrauterine.

g) Ketuban pecah sebelum berakhirnya status HIV positif dan / atau AIDS.

h) Hepatitis B dan C positif.

17) Meresepkan, mengeluarkan, memberikan atau mengatur (namun berwenang

untuk melakukannya di yurisdiksi praktek) dipilih, obat-obatan yang

menyelamatkan jiwa (misalnya, antibiotik, antikonvulsan, antimalarial,

antihipertensi, antiretrovirals) untuk wanita yang membutuhkan karena

kondisi presentasi.
18) Mengidentifikasi penyimpangan dari normal selama kehamilan dan memulai

proses rujukan untuk kondisi yang memerlukan tingkat intervensi yang lebih

tinggi.

2. Kewenangan Bidan

Bidan memberikan pelayanan serta sesuai dengan program pemerintah

penyelenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:

a. Pelayanan kesehatan ibu

Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,

masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan:

1) Konseling pada masa sebelum hamil

2) Antenatal pada kehamilan normal

3) Persalinan normal

4) Ibu nifas normal

5) Ibu menyusui

6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada

uraian di atas, bidan berwenang melakukan:

1) Episiotomi

2) Pertolongan persalinan normal

3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

4) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

5) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil


6) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

7) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif

8) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

9) Penyuluhan dan konseling

10) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

11) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

b. Pelayanan kesehatan anak

Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita,

dan anak prasekolah. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak, bidan

berwenang melakukan:

1) Pelayanan neonatal esensial, meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan

perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi HB0,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda

identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi

stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

2) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan meliputi:

a) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan nafas,

ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.

b) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui

penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh bayi

dengan metode kangguru.

c) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau

povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering; dan
d. membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan

infeksi gonore (GO).

3) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah, meliputi

kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran li]ngkar kepala, pengukuran

tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh

kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

(KPSP).

4) Konseling dan penyuluhan meliputi pemberian komunikasi, informasi,

edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI

eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi,

gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana, bidan berwenang memberikan:

1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

2) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

3. Kewajiban Bidan

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, bidan berkewajiban untuk :

a. Menghormati hak pasien.

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang

dibutuhkan.
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan

tepat waktu.

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-

undangan.

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang diberikan

secara sistematis.

g. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Praktik Kebidanan

termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

i. Pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran.

j. Meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan

bidang tugasnya.

C. Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau

petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,

latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley, 2007).

Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang

tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Notoatmodjo, 2007).


a. Definisi perilaku

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010). Perilaku merupakan

fungsi karakteristik individu dan lingkunganya. Karakteristik individu meliputi

berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat, keperibadian, dan sikap yang saling

berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor

lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar

dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatanya lebih besar daripada karakteristik

individu (Azwar, 2010)

b. Teori perubahan perilaku

Dalam perilaku keseahatan terdapat beberapa hal penting yaitu masalah

pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan

dari sebuah pemberian informasi kesehata, maka ada banyak teori tentang perubahan

perilaku ini (Notoatmodjo, 2007), antara lain :

1) Teori Stimulus Organisme Respon (SOR)

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan

organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources), seperti kredibilitas

kepemimpinan dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan

perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku

(Notoatmodjo, 2007) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah


sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan

proses belajar pada individu. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme

dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari oganisme

(diterima) maka selanjutnya stimulus ini akan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

Setelah itu itu organisme mengolah stimulus tersebut lalu timbul kesedian untuk

bertindak (bersikap). Dukungan fasilitas serta dorongan telah didapat dari lingkungan

maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan (perubahan perilaku).

2) Teori Festinger (Dissonance Theory)

Dalam teori ini menyebutkan bahwa dissonance (ketidakseimbangan) terjadi

karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertengtangan.

Elemen bertetangan yaitu pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu

menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersenbut menimbulkan pendapat

atau keyakinan yang berbeda di dalam individu itu sendiri. Penyeleseian konflik ini

adalah penyesuaian diri secara kognitif. Dengan penyesuain diri ini maka akan terjadi

keseimbangan kembali dan keberhasilan yang ditunjukan itu dengan tercapainya

keseimbangan kembali menunjukan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan

terjadi perubahan perilaku (Notoatmjdo, 2007).

3) Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku indivi tergantung

kepada kebutuhan. Hal ini berarti stimulus yang dibutuhkan adalah stimulus yang

dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz perilaku

dilatarbelaknagi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan (Notoatmdjo, 2007).


Perilaku memiliki fungsi instrumental yaitu seseorang dapat bertindak (berperilaku)

positif terhadap objek demi kebutuhannya. Perilaku berfungsi sebagai defence

macanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkunganya. Perilaku

berfungsi sebagi penerima objek dan pemberi arti. Dalam peranya dengan tindakan

itu seseorang senatiasa menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Perilaku berfungsi

sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.

4) Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang

seimbang antara kekuata-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan

penahan (restining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila kekuatan-kekuatan

dalam diri tersebut memilki ketidakseimbangan di dalam diri seseorang maka ada tiga

terjadinya perubahan perilaku, (Notoatmodjo, 2007). Kekuatan –kekuatan pendorong

meningkat sehingga akan terjadinya pendorong untuk perubahan perilaku. Stimulus

ini berupaya penyuluhan atau informasi yang diberikan. Kekuatan kekutan penahan

melemah sehingga akan menurunkan kekuatan penahan. Kekuatan pendorong

meningkat, kekuatan penahan menurun.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Notoadmodjo (2003) merumuskan perilaku dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yakni behavior causes dan non behavior causes. Kemudian perilaku itu

sendiri ditentukan oleh tiga faktor yaitu :


a. Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi :

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti

bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

a) Tingkatan Kognitif Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan tindakan

seseorang, dalam hal ini pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu :

(1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima, oleh sebab itu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

(2) Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.


(3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

(4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

(5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainnya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

(6) Evaluasi (evaluation)


Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.

b) Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni :

(1) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

(3) Evaluation (Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya).

(4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

(5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

c) Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(1) Pendidikan

(2) Pekerjaan

(3) Umur

(4) Minat

(5) Pengalaman

(6) Kebudayaan, sosial dan lingkungan sekitar


d) Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu :

(1) Baik : hasil persentase 76%-100%

(2) Cukup : hasil persentase 56%-75%

(3) Kurang : hasil persentase <55%

2) Umur

Umur adalah terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa

akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur

melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2007).

Umur seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak

terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi

untuk melahirkan. Kesiapa seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi,

psikologi, social dan ekonomi (Ruswana, 2006).

3) Paritas

Menurut Dorlan (2007) paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh

seorang wanita. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram

yang pernah dilahirkan hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka

dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu (Padila, 2014).


Klasifikasi paritas menurut Sarwono Prawirohardjo (2010) yaitu :

(1) Primipara adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.

(2) Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan seorang anak lebih

dari satu kali.

(3) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

lebih.

4) Sikap

Sikap merupakan aksi atau respon seseorang yang masih tertutup. Menurut

Notoadmodjo (2007), sikap manusia terhadap suatu rangsangan adalah perasaan

setuju (favorablere) ataupun perasaan tidak setuju (non favorable) terhadap

rangsangan tersebut.

Selain itu Allport (1935 dalam Notoadmodjo, 2003) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu: kepercayaan (keyakinan) yang

merupakan ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi

emosional terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga

komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap secara psikologi ada dua yaitu:

a) Faktor instriksik

Yang termasuk faktor instrinsik diantaranya intelegensi, bakat, minat, dan

kepribadian.

b) Faktor ekstrinsik
Sedangkan yang termasuk didalam ekstrinsik antara lain yang datang dari

lingkungan individu itu sendiri. Maka sikap seseorang terhadap rangsangan sangat

tergantung pada berbagai situasi dan kondisi lingkungan dimana orang itu berada.

Dan sikap juga terukir melalui pengalaman seseorang, dengan motivasi yang ada

pada dirinya. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu rangsangan (Notoadmodjo, 2007).

5) Kepercayaan dan tradisi

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua. Seseorang menerima

kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

6) Nilai

Nilai-nilai di dalam masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang

pada umum nya disebut kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai

akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.

b. Faktor pemungkin (enabling faktor)

Faktor ini yang terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dan posyandu untuk

mendukung perilaku hidup sehat.

c. Faktor pendorong (reinforcing faktor)

Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

yang lain, yang kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Maka promosi dan

kesehatan yang paling tepat adalah bentuk pelatihan bagi tokoh masyarakat, tokoh

agama, dan petugas kesehatan agar sikap dan perilaku petugas, tokoh agama dan
tokoh masyarakat dapat menjadi teladan, contoh, atau acuan bagi masyarakat tentang

hidup sehat (Notoatmodjo, 2003).


meliputi pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan

lain-lain; (b) faktor pendorong (reforcing factor) meliputi sikap

perilaku petugas kesehatan; dan (c) faktor pendukung (enabling

factor) meliputi lingkungan fisik yang tersedia atau tidaknya

fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007) faktor

yang mempengaruhi kepatuhan terbagi menjadi :

a. Faktor predisposisi (faktor pendorong)

i. Kepercayaan atau agama yang dianut

Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang dapat

menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap

agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa

serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara akan lebih baik.

Kemauan untuk melakukan control penyakitnya dapat dipengaruhi

oleh kepercayaan penderita dimana penderita yang memiliki

kepercayaan yang kuat akan lebih patuh terhadap anjuran dan larangan

kalau tahu akibatnya.

ii. Faktor geografis

Lingkungan yang jauh atau jarak yang juah dari pelayanan kesehatan

memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan.

iii. Individu

1. Sikap individu yang ingin sembuh

Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu

sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatannya


sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku penderita dalam kotrol penyakitnya.

2. Pengetahuan

Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak

teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa

dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan

kontrol terhadap kesehatannya.

b. Faktor reinforcing (Faktor penguat)

1. Dukungan petugas

Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi penderita sebab

petugas adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi

sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih

baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa

percaya dan selalu menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk

anjuran-anjuran yang diberikan.

2. Dukungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan

tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram

apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena

dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya

untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan baik, serta

penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga

untuk penunjang pengelolaan penyakitnya (Friedman, 1998).


c. Faktor enabling (Faktor pemungkin)

Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam memberikan penyuluhan

terhadap penderita yang diharapkan dengan prasarana kesehatan yang lengkap

dan mudah terjangkau oleh penderita dapat lebih mendorong kepatuhan

penderita.

d.

]] ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]] reward dan punishment merupakan kekuatan

efektif untuk menambah derajat kepatuhan seseorang terhadap orang lain.

Penggunaan reward dan punishment ini terkait dengan adanya usaha penguatan

perilaku, yaitu perilaku patuh.

e. Teori Perilaku

Menurut teori Green (1980) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :

1) Predisposisi (Predisposing)

Terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai.

2) Pemungkin (Enabling factors)

Terwujud oleh adanya fasilitas daialam lingkungan fisik, maupun tersedianya fasilitas

sarana prasarana kesehatan, misal : Puskesmas, obat-obatan.

3) Penguat (Reinforcing factors)


Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas sebagai

pengawas, peraturan, petugas lainnya, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

c. Tahap Perubahan Perilaku

Menurut mubarak (2012) proses perubahan perilaku mencakup 5 (lima) fase yaitu :

1) Fase Pencairan (Unfreezing Phase)

Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap perubahan perilaku baru,

dalam hal ini dipertimbangkan melalui tingkat usia dan jenis kelamin individu

maupun kelompok terhadap adanya fasilitas ketersediaan dan pengenalan alat

pelindung diri melalui pelatihan.

2) Fase Diagnosis Masalah (Problem Diagnosis Phase)

Individu mulai mengidentifikasi segala sesuatu, baik yang mendukung maupun

menentang perubahan. Dalam hal ini individu mempertimbangkan dengan adanya

sanksi, hukuman maupun tekanan yang diberikan.

3) Fase Penentuan Tujuan (Goal Setting Phase)

Individu menentukan tujuan sesuai dengan perubahan yang diterimanya. Individu

menggunakan alat pelindung diri dengan mempertimbangkan adanya peraturan dan

pengawasan tentang pemakaian alat peindung diri.

4) Fase Tingkah Laku Baru (New Behaviour Phase)

Individu mulai mencoba perilaku baru. Pada fase ini individu mulai mencoba dan

membandingkan dengan praktik-praktik yang telah dilakukan dan diharapkan, dengan

mempertimbangan kenyamanan dari penggunaan alat pelindung diri yang telah

disediakan.
5) Fase Pembekuan Ulang (Refreezing Phase)

Tingkah laku individu yang permanen, apabila dianggap berguna, perubahan

kemudian diasimilasikan menjadi pola tingkah laku yang permanen, dalam hal ini

diharapkan dalam perubahan perilaku dapat menggunakan alat pelindung diri secara

permanen.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan bentuk respon yang dapat

dipengaruhi oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Pentingnya peran penggunaan

alat pelindung diri di tempat kerja perlu adanya kesadaran dan kepatuhan oleh tenaga

kerja dalam menggunakan

alat pelindung diri yang telah di sediakan oleh perusahaan dan sesuai

dengan resiko dan bahaya ditempat kerja, sebagai kelengkapan untuk

menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di

sekelilingnya.

Faktor internal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi :

1) Pendidikan (Tingkat Kecerdasan)

2) Jenis Kelamin

15

3) Usia

4) Masa Kerja

5) Pelatihan

Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi :


1) Lingkungan

2) Penghasilan

3) Sosial

4) Buday
Faktor predisposisi
(predisposing factor)

1. Pengetahuan
2. Umur
3. Paritas
4. Sikap Kunjungan ANC
5. Nilai
6. Kepercayaan

Faktor pendukung (enabling


factor)

1. Ketersediaan sarana
2. Sumber dana
3. Keterampilan
4. Keterjangkauan

Faktor pendorong (reinforcing


factor)

1. Sikap dan perilaku


masyarakat
2. Sikap dan perilaku petugas
kesehatan
3. Fasilitas dan peralatan
yang memadai

Anda mungkin juga menyukai