1. Acantosis nigricans merupakan salah satu lesi kulit non-spesifik pada diabetes melitus
yang ditandai dengan daerah hiperpigmentasi (gelap/kehitaman) serta tekstur seperti beludru
(hyperkeratosis) pada daerah lipatan tubuh, biasanya terdapat di sekitar ketiak, lipat paha, leher
bagian belakang dan umbilicus. Perubahan kulit timbul secara perlahan-lahan, kadang-kadang
selama beberapa bulan atau tahun. Hiperpigmentasi terjadi karena adanya penebalan keratin
kulit yang mengandung epitel superfisial. Tingginya kadar plasma insulin diperkirakan
untuk berkontribusi pada pengembangan acanthosis nigricans. Hal ini terjadi karena
meningkatnya jumlah insulin yang tidak berikatan dengan reseptor insulin, sehingga insulin
banyak berikatan dengan reseptor yang mirip reseptor insulin sehingga terjadi resistensi insulin.
Pengobatan yang paling efektif adalah perubahan gaya hidup. Penurunan berat badan dan
olahraga dapat mengurangi resistensi insulin. Acanthosis nigricans adalah reversibel dengan
penurunan berat badan jika dilihat sebagai komplikasi dari obesitas. Jika lesi tidak menunjukkan
gejala, mereka tidak memerlukan pengobatan. Salep yang mengandung asam salisilat atau
retinoat dapat digunakan untuk mengurangi lesi di daerah maserasi ataupun dapat dilakukan
tindakan laser. Acantosis Nigricans dapat juga timbul sebagai akibat efek samping obat tertentu
(asam nikotinat dan kortikosteroid), masalah endocrinopathies (akromegali, sindrom Cushing,
leprechaunism), dan juga sebagai tanda keganasan (terutama pada kanker lambung).
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori pada
perempuan 25kal/kgBB, sementara laki-laki 30kal/kgBB. Pasien ini laki-laki sehingga kebutuhan
kalorinya = 30x82 = 2460kalori.
Untuk pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%; untuk 40-59 tahun
dikurangi 10%; untuk 60-69 tahun dikurangi 20%. Usia pasien 43 tahun sehingga kebutuhan
kalori dikurangi 5% = 2460-123=2337 kalori.
Pada keadaan istirahat diperlukan penambahan 10% dari kebutuhan basal; aktivitas
ringan 20%, aktivitas sedang 30%, aktivitas berat 50%. Pasien ini sedang beristirahat sehingga
penambahan kalori cukup 10% = 2337+233,7=2570,7 kalori.
Bila kegemukan kalori dikurangi sekitar 20-30%, bila terlalu kurus ditambah sekitar 20-
30% sesuai berat-badan. Pasien tergolong gemuk sehingga kalori perlu dikurangi sebesar 20-
30% = 1798,79-2056,56 kalori/hari.
Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200
kkal perhari untuk perempuan dan 1200-1600kkal perhari untuk laki-laki. Makanan sejumlah
kalori terhitung dengan komposisi tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
siang 30%, dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) diantaranya.
Efek samping utama insulin adalah terjadinya hipoglikemia, yaitu menurunnya kadar
glukosa darah <60mg/dl. Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonil urea
dan insulin. Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari, mengingat
dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental bermakna pada pasien. Perbaikan
kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih lambat dan memerlukan pengawasan yang lebih
lama. Gejala hipoglikemik terdiri dari geala adrenergic (berebar-debar, banyak keringat,
gemetar, dan rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun
sampai koma). Bagi pasien dengan kesadaran yang masih baik, cukup diberikan makanan
mengandung karbohidrat atau minuman mengandung gula berkalori (teh manis) atau glukosa 15-
20 gram melalui intravena. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang glukosa darah 15 menit setelah
pemberian glukosa. Untuk penyandang diabetes yang tidak sadar, sementara dapat diberikan
glukosa 40% intravena terlebih dahulu sebagai tindakan darurat, sebelum dapat dipastikan
penyebab penurunan kesadarannya.
Efek samping lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat menimbulkan
alergi insulin atau resistesi insulin.