Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
jika tidak, itu sama saja mereka dianggap mencicipi uang haram itu.
8. Pengelembungan (mark up) pembayaran alat tulis kantor. Ini bia
dilihat secara fisik tetapi harus pula paham apa saja alokasi yang
telah disusun.
9. Memungut pajak atau retribusi Desa namun hasil pungutan tidak
disetorkan ke kas Desa atau kantor pajak.Pengawas harus
memahami alur Dana menyangkut pendapatan dari sektor pajak ini
Misalnya beberapa sungai penghasil ikan Danau terminal, Pelabuhan
barang Pelabuhan dari Perusahaan Tambang Batu Bara, dan Pasir
(galian C) secara prosedur ada yang di Lelang namun uang nya untuk
Pribadi,Menjual tanah adat kepada Perusahaan Perkebunan tampa
ada kesepakatan masyarakat.
10.Pembelian inventaris kantor dengan Dana Desa namun
peruntukkan secara pribadi. Lagi-lagi ewuh prakewuh menjadi salah
satu penghambat kasus seperti ini sehingga seringkali terjadi
pembiaran.
11. Pemangkasan anggaran publik kemudian dialokasikan untuk
kepentingan perangkat Desa. Publik harus tahu alokasi pendanaan
Dana Desa agar kasus ini tidak perlu terjadi .
12. Melakukan permainan (kongkalingkong) dalam proyek yang
didanai Dana Desa. Bisa ditelusuri sejak dilakukannya Musyawarah
Desa dan aturan mengenai larangan menggunakan jasa kontraktor
dari luar.Membuat kegiatan atau proyek fiktif yang dananya
4
RONI PASLAH
6
Nama Roni Paslah
Kepala Biro media Petisi.co Sum-Sel
Alokasi Dana Desa
07 Juni 2018
dan
b. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah
Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.
Ketentuan mengenai pengalokasian ADD dan pembagian ADD kepada
setiap Desa ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.[9]
Penjelasan lebih lanjut mengenai dana desa dapat Anda simak dalam
artikel Pengalokasian, Penyaluran, dan Pengawasan Dana Desa.
Jadi salah satu sumber pendapatan desa adalah ADD yang
merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota. ADD tersebut paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi
Dana Alokasi Khusus. Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa,
Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan kepada perangkat
Desa yang ditunjuk.
Jika Perangkat Desa Menyalahgunakan ADD
Perangkat Desa terdiri atas:[10]
a. sekretariat Desa;
b. pelaksana kewilayahan; dan
c. pelaksana teknis.
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.[11] Dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, perangkat Desa bertanggung jawab kepada
12
Kepala Desa.[12]
Perangkat Desa dilarang:[13]
1. merugikan kepentingan umum;
2. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota
keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu;
3. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau
kewajibannya;
4. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau
golongan masyarakat tertentu;
5. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;
6. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang,
barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi
keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
7. menjadi pengurus partai politik;
8. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
9. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan
Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam
peraturan perundangan-undangan;
10. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum
dan/atau pemilihan kepala daerah;
11. melanggar sumpah/janji jabatan; dan
12. meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja
berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
13
Perangkat Desa yang melanggar larangan tersebut dikenai sanksi
administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.[14]
Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan
tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan
pemberhentian.[15]
Jadi, pada hakikatnya, dalam menjalankan tugasnya, perangkat desa
dilarang untuk menyalahgunakan wewenangnya. Bagi yang
melanggarnya, perangkat desa yang bersangkutan bisa dikenakan
sanksi administratif.
Selain itu, perbuatan tersebut dapat juga dikategorikan sebagai
tindak pidana korupsi. Untuk itu, kita merujuk pada Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(“ UU 31/1999”) sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dimana
ada ancaman pidana bagi orang yang menyalahgunakan
wewenangnya yang berakibat dapat merugikan keuangan negara.
Pasal 3 UU 31/1999, berbunyi:
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
14
atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
tahun dan atau denda paling sedikit Rp50 juta dan paling banyak Rp1
milyar.
Hal serupa juga disebutkan dalam artikel Jokowi: Salah Kelola Dana
Desa Bisa Jadi Tersangka Korupsi sebagaimana yang kami akses dari
laman media Tempo, Presiden Joko Widodo mengingatkan para
kepala desa agar menggunakan dana desa dengan baik karena bisa
berujung menjadi tersangka korupsi. Dana desa tersebut harus
digunakan untuk pembangunan desa.
Jadi, jika itu berkaitan dengan penyalahgunaan keuangan desa
seperti penyalahgunaan ADD, maka perbuatan tersebut bisa
dikategorikan korupsi.
Langkah Hukum yang Dapat Dilakukan Masyarakat
Sebagaimana menurut informasi yang kami akses dalam artikel
Bagaimana Cara Melaporkan Perangkat Desa Menyelewengkan Dana
Desa-Lapor yang kami akses dari laman Sarana Pengaduan dan
Aspirasi (SaPa) Kementerian Dalam Negeri, dalam melaporkan
adanya tindak dugaan penyelewangan dana desa, masyarakat dapat
mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Masyarakat dapat membuat pelaporan atau pengaduan kepada
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) setempat serta kepada
Pemerintah Supra Desa (Kecamatan), mengenai obyek kegiatan serta
perkiraan nilai kerugian yang diselewengkan.
b. Dalam pelaporan ataupun pengaduan tersebut, perlu disertai
dengan penjelasan konkrit mengenai obyek kegiatan yang menjadi
15
Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa;
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana yang diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Referensi:
1.https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/18/078876462/jok
owi-salah-kelola-dana-desa-bisa-jadi-tersangka-korupsi, diakses
pada 17 Juli 2017 pukul 16.30 WIB.
2. http://sapa.kemendagri.go.id/aspirasi/20160001089, diakses
pada 17 Juli 2017 pukul 16.35 WIB.
17
[1] Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 71 ayat (1) UU Desa
[2] Pasal 71 ayat (2) UU Desa
[3] Pasal 72 ayat (1) UU Desa
[4] Pasal 96 ayat (1) PP 47/2015
[5] Pasal 72 ayat (4) UU Desa jo. Pasal 96 ayat (2) PP 47/2015
[6] Pasal 72 ayat (5) UU Desa
[7] Pasal 72 ayat (6) UU Desa
[8] Pasal 96 ayat (3) PP 47/2015
[9] Pasal 96 ayat (4) PP 47/2015
[10] Pasal 48 UU Desa
[11] Pasal 49 ayat (1) UU Desa
[12] Pasal 49 ayat (3) UU Desa
[13] Pasal 51 UU Desa
[14] Pasal 52 ayat (1) UU Desa
[15] Pasal 52 ayat (2) UU
Dana Transer Pusat Kabupaten Banyuasin TA 2018.
(dalam ribuan rupia)
1. PPH Rp 12.587.521
2. PBB Rp62.635.375
3. CHT Rp 0
4. MIGAS Rp68.763.279
5. MINERBA Rp30.023.569
6. KEHUTANAN Rp1.146.197
7. PERIKANAN Rp943.027
8. PANAS BUMI Rp 19.148
18
ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN Rp 0
20. DANA
PELAYANAN
ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN
21. Rp 1.858.123
22. TOTAL DAK
NON FISIK T.A.
2018 Rp 193.296.261
23. DANA
INSENTIF
DAERAH TA
2018 Rp 35.750.000
24. DANA DESA TA 2018 Rp254.673.532.
SALAM NAWACITA SETIA MEMBANGUN NEGERI
DOKUMEN MEDIA PETISI.CO BIRO SUMATERA SELATAN