Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan tanaman.

Metode pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara

perkembang biakan tanaman. Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda

dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang. Metode yang dikembangkan

secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara aseksual. Beberapa

metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi, seleksi dan hibridisasi

dilanjutkan seleksi.

Landasan genetik dari hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri berbeda

dengan tanaman menyerbuk silang. Tanaman menyerbuk silang proses hibridisasi

diharapkan untuk mendapatkan generasi yang homozigot. Tanaman yang

menyerbuk silang pada dasarnya akan menghasilkan tanaman yang heterzigot.

Tanaman menyerbuk silang yang diutamakan pada sifat fenotip suatu tanaman

dengan didasari pada hukum Mendel II dan hukum Heirdy-weinberg. Persilangan

ini mengusahakan untuk menubah frekuensi dari gen tanaman mengarah ke gen

yang diinginkan.

Keragaman genetis yang umumnya cukup besar dibanding dengan tanaman

penyerbuk sendiri dalam menentukan kriteria seleksi diutamakan pada sifat

ekonomis yang terpenting dulu, tanpa dicampur aduk dengan sifat–sifat lain yang

kurang urgensinya. Pengertian yang berhubungan dengan keseimbangan Hardy-

Weinberg pengertian mengenai silang dalam, macam -macam gen dan sebagainya
sangat membantu memahami sifat - sifat tanaman penyerbuk silang dan metode -

metode seleksinya.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara IV yaitu:

1. Menghilangkan kepala sari sebelum bunga membuka dengan

maksud untuk mencegah terjadinya pembungaan sendiri.

2. Menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari

dari jenis tanaman yang kita kehendaki sebaagai induk jantan.

3. Mendapatkan biji F1
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Bari et al., (1982) bahwa tujuan setiap program pemuliaan tanaman

adalah untuk mendapatkan varietas (hibrida, klon dan sebagainya) baru dengan

sifat-sifat keturunan yang lebih baik dari pada apa yang kini mudah diusahakan.

Varietas baru ini dipilih dan dikembangkan dari hasil seleksi terhadap suatu

populasi tertentu. Membedakan antara genotip unggul dari genotip yang tidak

dikehendaki berdasarkan pengukuran-pengukuran pada fenotip yang tampak pada

individu atau kelompok individu sangat sukar. Kebanyakan dari pewarisan sifat-

sifat agronomis tidak sederhana karena dikendalikan oleh banyak gen, Sifat

tersebut merupakan sifat kuantitatif yang penampilannya merupakan kerjasama

dari pengaruh genotipe dan lingkungan. Pengetahuan tentang gen sebagai

pengendali pewarisan sifat tertentu diperlukan dan teknik pengawasan lingkungan

diperhatikan dengan metoda statistika dan rancangan percobaan agar pengaruh

komponen yang bukan temurun diketahui.

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik sedangkan

pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria

klasifikasi yang di pergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbukan sendiri

dan penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan

salah satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan

dimana populasi dapat dikawinkan. Penyerbukan silang dalam grupnya pada


jumlah persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia memepengaruhi

dalam kontaminasi stok pemuliaan. Terdapat perbedaan yang besar antara jumlah

persilangan dengan luar didalam species dari suatu kelompok. Jumlah persilangan

darivarietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

yang berubah (Allard, 1992).

Penyerbukan silang adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma bunga

yang berbeda. Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi

liar ,dan lain-lain. Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh gangguan

mekanis terhadap penyerbukan sendiri: (a) Perbedaan periode matang serbuk sari

dan kepala putik; (b) Sterilitas dan inkompatibilitas serta adanya bunga

monocious dan diocious. Serbuk sari mudah diterbangkan angina sehingga

penyerbukan lebih dominan meskipun penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau

lebih (Nasir,2001).

Menurut Jud et al., (2002) pembentukan variasi pada tanaman baru dapat

juga dihasilkan melalui proses hibridisasi. Meskipun spesiasi hibrid banyak

berasosiasi dengan poliploidi, namun pada beberapa kasus dijumpai hibridisasi

diploid, dimana persilangan antara dua jenis diploid menghasilkan jenis diploid

pula. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penyerbukan

silang antara lain:

1. Persiapan Pengamatan bunga. Pembungaan, benang sari, putik,

mengumpulkan informasi mengenai: asal-usul dan sifat tanaman, waktu

penyerbukan yang baik. Pemilihan induk jantan dan betina, pemilihan bunga-

bunga yang akan disilangkan (Darjanto dan Satifah, 1984).


2. Isolasi kuncup terpilih. Merupakan suatu proses isolasi kucup bunga yang

akan di gunakan dalam proses persilangan harus memenuhi syarat dan kriteria

dalam persilangan. Sebagai contoh pada persilangan jagung kali ini tonggkol

dari bunga betina harus mempunyai rambut yang pendek supaya proses

persilanganya berhasil (Darjanto dan Satifah, 1984).

3. Kastrasi/emaskulasi. Membuang semua benang sari dari sebuah kuncup

bunga yang akan dijadikan induk betina dalam penyerbukan silang. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindarkan penyerbukan sendiri, dilakukan sebelum

bunga mekar (putik dan benang sari belum masak) (Darjanto dan Satifah,

1984).

4. Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari. Hal-hal yang harus diperhatikan

:Serbuk sari tidak dapat disimpan terlalu lama pada kelembaban relatif tinggi,

Makin tua umur serbuk sari, makin rendah kemampuan kecambahnya untuk

membentuk tabung serbuk sari. Serbuk sari membutuhkan penyimpanan

dengan kelembaban rendah (10-50%) dan suhu rendah (2-8ºC). Biasanya

serbuk sari disimpan dalam desiccator yang diisi CaCl2 atau H2SO4 dengan

konsentrasi tertentu (Darjanto dan Satifah, 1984).

5. Melakukan penyerbukan silang.Pada bunga hermafrodit, kastrasi harus

dilakukan. Pada tanaman yang hanya menghasilkan bunga betina (femineus),

putik dapat langsung diserbuki (tanpa kastrasi terlebih dahulu) saat bunga

mekar. Waktu terbaik untuk melakukan penyerbukan adalah pada saat

tanaman berbunga lebat. Suhu yang baik untuk melakukan penyerbukan

adalah 20-25 ºC. Hindarkan kompetisi nutrisi antar putik yang diserbuki
(dalam satu cabang, sebaiknya jumlah putik yang diserbuki tidak terlalu

banyak). Kepala putik harus sudah mencapai masa reseptif, dan serbuk sari

sudah benar-benar masak. Materi Penyerbukan dan Pembuahan pada Bunga

ini merupakan materi yang patut diperhatikan dan dipelajari dikarenakan

tanpa penyerbukan dan pembuahan tidak akan ada regenerasi dari suatu

makhluk hidup (Widura, 2014).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah tongkol tetua betina yang sudah matang dan

malai tetua jantan yang sudah terbuka dan kotak sari yang belum pecah. Alat yang

diperlukan antara lain adalah kantong kertas, label dan pensil.

B. Prosedur Kerja

Praktikum acara 4 dilakukan dengan cara :

1. Bunga jantan dan benih materi induk betina dipotong. Pelaksanaan

pemotongan bunga jantan pada tanaman materi induk btina dilakukan setiap

pagi hari sebelum jam 09.00 selama 8-10 hari.

2. Bunga betina diberi sunggup dengan menggunakan kantong kertas, untuk

menghindari terserbukinya oleh serbuk sari yang tidak dikehendaki.

3. Tanaman pejantan tetap dibiarkan bunga jantannya keluar dan berkembang.

Menjelang bunga jantan mekar, sungkup dengan kantong kertas untuk

mencegah hilangnya serbuk sari yang akan digunakan untuk menyerbuki

bunga betina.

4. Penyerbukan dilakukan dengan menggoyang-goyangkan malai pada kantong

penutupnya, sehingga serbuk sari terkumpul.


5. Kantong yang berisi serbuk sari dilepaskan dari malai dengan hati-hati, agar

serbuk sari tidak keluar dan tidak terjadi kontaminasi, serbuk sari didekatkan

pada ujung rambut tongkol bunga betina.

6. Jika sudah terlalu panjang, rambut tongkol dipotong hingga panjangnya kira-

kira 2 cm dari ujung tongkol. Dengan demikian rambut tongkol menjadi rata.

7. Serbuk sari ditaburkan pada ujung rambut tongkol dengan cepat untuk

menghindari kontaminasi.

8. Setelah penyerbukan selesai, tongkol ditutup kembali dengan kantong malai,

dan dikuatkan pada batang dengan staplers.

9. Kantong ditulisii tanggal dan jenis persilangan.

10. Perkembangan bakal biji pada tonggkol setalah 2 minggu dilakukannya

persilangan dipelihara dan diamati.

11. Setelah penyerbukan selesai, tongkol ditutup kembali dengan kantong kertas

dan dikuatkan pada batang menggunakan stapler.

12. Pada kantong ditulis tanggal dan persilangan.

13. Tanaman yang dihibridisasi dipelihara dan diamati perkembangan bakal biji

pada tongkol setelah 2 minggu.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Pengamatan
PARENTAL TALENTA >< PIONER
F1 MRA
Dokumentasi sebelum hibridisasi Dokumentasi sesudah hibridisasi

Keterangan :
Waktu penyerbukan : Tanggal 15 Meni 2018 / Jam 07.00 WIB
Waktu pengamatan : Tanggal 29 Mei 2018 / Jam 07.00 WIB
Warna kelobot : Hijau tua
Jumlah biji per tongkol : 264 biji
Jumlah baris per tongkol : 14 baris
Panjang tongkol : 19 cm
Diameter tongkol : 3,5 cm
Warna biji : kuning keputihan

KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA PARAMETER


TANAMAN JAGUNG
Varietas TALENTA Varietas PIOONER 1
1) Silsilah = suw2/SF: 2-1-2-1-5-3- 1) Silsilah = the way cross antara X075
2-1-1-bk x HB 6: 4-4-1-1-2-3-3- x M6181
2-1-bk 2) Golongan = Hibrida
2) Golongan = Hibrida silang 3) Umur panen = 100 hari
tunggal 4) Umur 50 % keluar rambut = 62 hari
3) Bentuk tanaman = tegak 5) Tinggi tanaman= ±207 cm
4) Tinggi tanaman = 157,7 – 264,0 6) Keseragaman tanaman = seragam
cm 7) Batang = tegak dan tinggi
5) Bentuk malai = terbuka dan 8) Daun = panjang dan lebar
bengkok 9) Warna daun = hijau
6) Warna mali = kuning 10) Bentuk tongkol = besar dan silindris
7) Umur panen =67 – 75 HST 11) Kelobot = tidak semua tongkol
8) Diameter tongkol = 4,5-5,4 cm tertutup baik.
9) Panjang tongkol = 19,7-23,5 cm 12) baris biji = lurus dan rapat
10) Bentuk tongkol = kerucut 13) Warna biji = kuning kemerahan
11) Warna rambut = kuning 14) Tipe biji = semi flint
12) Berat tongkol =221,2 -336,79 15) Kedudukan tongkol = ditengah batang
13) Jumlh tongkol per tanaman = 1 16) Daya hasil = 5,6 ton/ha
tongkol 17) Jumlah baris/tongkol = 12 -16 baris
14) Baris biji = lurus 18) Ketahanan terhadap penyakit = tahan
15) Warna biji = kuning bulai dan karat daun.
16) Tektur biji = lembut
17) Rasa biji = manis

B. Pembahasan

Tanaman jagung memiliki nilai yang sangat penting. Jagung merupakan

salah satu bahan pokok yang paling banyak dibutuhkan di dunia. Pentingnya

tanaman jagung menyebabkan penelitian jagung salah satunya pemuliaan tanaman

menjadi sangat pesat. Jagung menjadi sangat penting dalam pemuliaan tanaman

elain menjadi tanaman yang dihibridisasi pertama kali, juga menjadi dasar dari

metode perakitan varietas pada tanaman menyerbuk silang. Menurut Zirkle

(1934) sampai saat ini, riset tentang hibridisasi masih tetap berfokus pada 2 tema.

Riset hibridisasi pada tanaman, identifikasi ilmiah hibridisasi mulai terpikir di


awal tahun 1716, ketika Cotton Mather menjelaskan tanaman jagung dan

Cucurbita sp, tanaman yang menjadi asal hibridisasi.

Acara 4 praktikum pemuliaan tanaman dilakukan hibridisasi pada tanaman

jagung. Praktikum ini kelompok 6 memilih tetua yaitu jagung jenis talenta dan

jagung jenis pioneer-1. Jagung ini memiliki karakter masing masing yang

berbeda. Deskripsi jagung varietas talenta adalah :

 Silsilah : Suw2/SF1:2-1-2-1-5-3-2-1-1-bk x Pcf5/HB6:4-4-1-1-2-3-3-2-1-bk

 Golongan varietas : hibrida silang tunggal

 Bentuk tanaman : tegak

 Tinggi tanaman : 157,7 – 264,0 cm

 Ketahanan terhadap kerebahan : tahan

 Bentuk penampang batang : bulat

 Diameter batang : 2,9 – 3,2 cm

 Warna batang : hijau

 Ukuran daun : panjang 75,0 – 89,4 cm, lebar 7,0 – 9,7 cm

 Warna daun : hijau

 Bentuk malai (tassel) : terbuka dan bengkok

 Umur panen : 67 – 75 hari setelah tanam

 Bentuk tongkol : panjang 19,7 – 23,5 cm, diameter 4,5 – 5,4 cm

 Berat per tongkol : 221,2 – 336,7 g

 Jumlah tongkol per tanaman : 1 tongkol

 Bentuk biji : berbaris lurus dengan jumlah 12 – 16 baris

 Tekstur biji : lembut


 Rasa biji : manis dengan kadar gula : 12,1 – 13,6 obrix

 Berat 1.000 biji : 150 – 152 g

 Hasil tongkol : 13,0 – 18,4 ton/ha

 Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium

dengan altitude 150 – 650 m dpl (Kementrian Pertanian,2009).

Varietas tetua yang satunya yaitu digunakan jagung varietas pioneer-1 dengan

dekripsi varietas sebagi berikut :

 Asal : F1 dari three way cross antara X 076 dan M 6181

 Umur : 50% keluar rambut : + 62 hari

 Panen : + 100 hari

 Batang : Tegap dan tingginya sedang (+ 150 cm)

 Warna daun : Hijau tua

 Perakaran : Baik

 Kerebahan : Cukup tahan

 Tongkol : Besar, silindris, dan cukup seragam

 Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)

 Warna : Kuning kemerahan dan merata

 Baris biji : Cukup lurus dan rapat

 Jumlah baris/tongkol : 12 - 16 baris

 Bobot 1000 biji : + 290 g

 Rata-rata hasil : 5,6 t/ha pipilan kering

 Ketahanan : Cukup tahan terhadap penyakit karat, tahan penyakit bulai strain

Filipina (Peronosclerospora philippinassis Weston)


 Keterangan : Baik ditanam untuk dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.

(Aqil et al.,2012).

Etiket jagung jagung varietas talenta (benih pertiwi,2014)

Jagung var.pioneer 1 (piooner,2018)

Secara garis besar teknik persilangan pada semua tanaman sama yaitu

meliputi persiapan, kastrasi, emaskulasi (pada tanaman menyerbuk sendiri),

polenisasi, isolasi, dan labelisasi. Tahapannya yaitu:

1. Persiapan, untuk melakukan penyerbukan sendiri dan silang pada

jagung disediakan gunting kecil dan hekter.

2. Kastrasi, kastrasi pada jagung dilakukan dengan memotong ujung

dari tongkol tujuannya agar rambut yang keluar rata.

3. Isolasi, isolasi dilakukan pada bunga betina berfungsi agar bunga

tidak diserbuki polen asing. Isolasi pada bunga betina dilakukan

dengan kantong plastic transparan ukuran setengah kilogram.


Sedangkan isolasi pada bunga jantan bertujuan untuk

mengumpulkan polen.

4. Penyerbukan, penyebukan adalah peletakan polen ke kepala putik.

(Syukur et al.,2012).

Praktikum dilakukan dengan langkah hibridisasi penyerbukan silang pada

tanaman jagung yaitu :

1. Dalam suatu lahan jagung, dipilih bunga betina (tongkol) yang sehat dan

belum terserbuki. Ciri tongkol yang belum terserbuki adalah rambut

tongkolnya masih berwarna hijau. Jika rambut tongkol sudah coklat dan

kering, maka tongkol tersebut telah terserbuki. Lakukan isolasi untuk

mencegah terkontaminasinya tongkol dengan serbuk sari lain.

2. Setelah itu, dipilih bunga jantan (malai) yang sehat dan kotak sarinya belum

pecah pada tanaman jagung yang lain. Karena jika kotak sarinya sudah

pecah maka serbuk sari tidak tersedia karena sudah menyebar. Serbuk sari

diambil dengan cara malai jagung ditutup dengan kantong kertas , lalu malai

digoyangkan agar serbuk sarinya keluar.

3. Kantong kertas dibuka , lalu serbuk sarinya ditaburkan pada tongkol jagung

dengan cepat untuk mengurangi resiko terjadinya kontaminasi.

4. Tongkol jagung yang sudah diserbuku disungkup dengan kantong besar,

lalu distapler, dan diberi label nama kelompok dan waktu penyerbukan.

Tujuan dari tongkol yang disungkup ini adalah untuk mencegah terjadinya

serbuk sari dari malai lain jatuh dan menyerbuki tongkol yg sudah terpilih

tersebut.
5. Ditunggu selama 2 minggu, setelah itu dihitung jumlah biji jagung yang

berhasil terbentuk.

Perlakuan kastrasi proses penyerbukan isolasi dan hasil isolasi

Jagung yang dihasilkan dinamakan jagung MRA. Deskripsi jagung

varietas MRA adalah :

 Silsilah : talenta x piooner 1

 Golongan varietas : hibrida

 Bentuk tanaman : tegak

 Warna kelobot : Hijau tua

 Jumlah biji per tongkol : 264 biji

 Jumlah baris per tongkol : 14 baris

 Panjang tongkol : 19 cm

 Diameter tongkol : 3,5 cm

 Warna biji : kuning keputihan

 Ketahanan terhadap kerebahan : tahan

 Bentuk penampang batang : bulat

 Diameter batang : 2,9 – 3,2 cm

 Tongkol : Besar, silindris, dan cukup seragam

 Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)


 Baris biji : Cukup lurus dan rapat

 Jumlah baris/tongkol : 12 - 16 baris

 Bentuk malai (tassel) : terbuka dan bengkok

 Umur panen : 67 – 75 hari setelah tanam

 Tekstur biji : lembut

 Rasa biji : manis dengan kadar gula : 12,1 – 13,6 obrix

 Berat 1.000 biji : 150 – 152 g

 Hasil tongkol : 13,0 – 18,4 ton/ha

 beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium dengan altitude

150 – 650 m dpl

 Cukup tahan terhadap penyakit karat, tahan penyakit bulai strain Filipina

(Peronosclerospora philippinassis Weston)

Ada banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan hibridisasi. Menurut

Wegner (1954), dalam penyerbukan pemilihan tetua jantan dan betina sangat

penting. Apabila pemilihan tetua jantan dan tetua betina tidak tepat maka

penyerbukan akan berjalan tidak maaksimal sehingga akan memungkinkan

terjadinya kegagalan dalam persilangan.

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan hibridisasi menyerbuk

silang ini adalah pemilihan tetua dalam hubungannya dengan tujuan dilakukannya

persilangan, pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman,

waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga), dan keadaan

cuaca saat penyerbukan (Syukur et al., 2009). Pemilihan tetua jantan dan betina

yang sehat dan baik menjadi salah satu kunci keberhasilan penyerbukan silang
buatan ini. Tetua jantan (malai) yang masih menghasilkan serbuk sari dan tetua

betina (tongkol) yang belum terserbuki, peluang keberhasilan penyerbukan silang

akan besar. Selain itu selang waktu antara keluarnya bunga jantan dan bunga

betina merupakan hal yang penting. Menurut Takdir et al.(2007) ASI (Anthesis

Silking Interval) yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi pembungaan, yang

berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar

nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan terhambat

sehingga menurunkan hasil. Menurut Syukur (2009), faktor yang mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan suatu persilangan yaitu:

1. Pemilihan tetua, hubungannya dengan tujuan dilakukannya

persilangan

2. Pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman.

3. Waktu tanaman berbunga (maktu bunga mekar/tanaman berbunga)

4. Keadaan cuaca saat penyerbukan

Data curah hujan di Purwokerto berdasarkan praktikum agroklimatologi

fakultas pertanian Universitas Jenderal Soedirman yaitu:

Tabel 1. Data curah hujan 2 minggu lalu


Vh1 Vh2
98 ml 82 ml
160 ml 45 ml
69 ml 72 ml
30,5 ml 53 ml

Tabel 2. Data curah hujan 2 minggu lalu


Vh1 Vh2
7 ml 0 ml
7 ml 0 ml
4 ml 0 ml
15 ml 0 ml
Perhitungan :

Minggu 1

357,5
Vh1 = 98+160+69+30,5 = = 89,375
4

252
Vh2 = 82+45+72+53 = = 63
4

152,375
∑ Vh1 + ∑Vh2 = = 76,1875 = 76,1875 × 7
2

= 533,3125

Minggu 2
33
Vh1 = 7+7+4+15 = = 8,25
4

0
Vh2 = 0+0+0+0 = 4 = 0

8,25
∑ Vh1 + ∑Vh2 = = 4,125 = 4,125 × 7
2

= 28,875

∑𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 1+ ∑𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢2
Rata-rata curah hujan 2 minggu = 2

533,3125+28,875
= = 281,09375 ml.
2

Curah hujan yang tinggi pada saat melakukan proses persilangan akan

mengganggu dan menggagalkan persilangan yang dilakukan karena hujan akan

menyebabkan bunga yang telah diserbuki menjadi gugur (Syukur et al., 2009).

Hal ini terbukti dengan adanya beberapa sungkup yang rusak akibat hujan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum hibridisasi penyerbukan silang adalah

1. Hibridisasi penyerbukan silang adalah adalah penyerbukan silang antara tetua

yang berbeda susunan genetiknya.

2. Hibridisasi penyerbukan silang yang dilakukan dari tetua jantan dan betin

berbeda yang terpilih berhasil menghasilkan biji F1 sebanyak 264 biji.

3. Karena dipanen sebelum waktunya, maka sifat yang dihasilkan belum terlalu

terlihat secara jelas. Namun jagung yang didapat diperkirakan menghasilkan

tongkol yang besar dan kelobot menutup baik.

B. Saran

Semoga dalam pelaksanaannya praktikum dapat berjalan lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Aqil M, Rapar C, Zubachtirodin. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi


Ketujuh. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian-
Kementerian Pertanian. Maros. hal. 19, 47, 58.

Allard, R. W, 1992. Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

Bari,A.,S. Musa,dan E. Sjamsudin. 1982. Pengantar Pemuliaan Tanaman


.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Benih pertiwi.2014.Budidaya Jagung Talenta. http://benihpertiwi.co.id/budidaya-


jagung-manis-talenta/#.WxMoju6FO00 diakses tanggal: 2 juli 2018

Darjanto dan Satifah, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. PT. Gramedia, Jakarta.

Judd et al. 2002. Plant Systematics, a Phylogenetic Approach, Second Edition.


Mac. Graw Hill, Massachusetts.

Kementrian Pertanian.2009.Deskripsi Jagung Manis Varietas Talenta. Lampiran


Keputusan Menteri Pertanian.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Nugroho, Bambang., Gayuh Prasetyo Budi. 2014. 20 Keragaan Tanaman Jagung


(Zea Mays L.) Lokal Srowot Banyumas Karena Pengaruh Selfing Pada
Generasi F2 Selfing . Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP ,
Purwokerto.

Olfati, J.A., H. Samizadeh, B. Rabiei & G.H. Peyvast. 2012. Griffing’s methods
comparison for general and specific combining ability in cucumber. The
cientific world journal. 1(1): 1-4

Piooner.2018. Cara Menanam atau Budidaya Jagung Hibrida.


https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Cara-Menanam-atau-
Budidaya-Jagung-Hibrida diakses tanggal: 2 juli 2018
Sujiprihati, S., M. Syukur., dan R. Yunianti. 2008. Pemuliaan tanarnan. Bagian
Genetika dan Pemuliaan Tanarnan. Departemen Agronomi dan
Hotikultura IPB, Bogor.

Syukur, M., S. Sujiprihat.i, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanarnan.


Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan
Hotikultura IPB, Bogor.

______. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta

Takdir A., Sunarti S., dan M. J. Mejaya. 2007. Pembentukan varietas jagung
hibrida. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Departemen Pertanian, Jakarta.

Widura, A. 2014. Pemuliaan Untuk Tanaman Menyerbuk Silang. Universitas


Trilogi.

Wagner, Joseph F.1952.Ontology. the University of California. Digitized,.


California.

Zirkle C. (1934).More records of plant hybridization before Koelreuter.Jurnal


Hered vol.25: 3–18.
LAMPIRAN

Jagung hasil hibridisasi proses kastrasi


LAPORAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN

ACARA IV
HIBRIDASI TANAMAN MENYERBUK SILANG

Semester:
Genap 2017/2018

Oleh:
Riza Baihaqi
NIM A1D01620/8

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018

Anda mungkin juga menyukai