DEFINISI PELABUHAN
Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi
dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar
muat barang, kran- kran (crane )untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-
tempat penyimpanan dimana kapal membongkar barang muatannya, dan gudang- gudang
dimana barang- barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu
pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan.
Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau Negara dan
sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau atau bahkan antar Negara, benua dan
bangsa.
ARAH ANGIN
Dalam perencanaan sesungguhnya, arah angin ditentukan dengan melakukan survey
menggunakan alat anemometer sehingga nantinya bisa didapat arah angin dominan dan
besarannya. Dalam tugas ini, arah angin dominan, durasi dan kecepatannya sudah ditentukan.
Arah angin diukur 47⁰ dari arah utara searah jarum jam. Arah angin laut yang digunakan adalah
angin dari arah laut pada titik yang direncanakan akan dibangun pelabuhan.
Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin sangat penting untuk diketahui agar dalam
kolam pelabuhan dapat diusahakan air berada dalam kondisi tenang. Tinggi gelombang yang
terjadi dalam kolam disyaratkan melebihi 30 cm atau tergantung kapal yang berlabuh.
Berikut ini adalah tabel kriteria besar gelombang yang cukup agar suatu jenis kapal dapat
melakukan bongkar muat dengan aman.
Untuk tinggi gelombang yang terjadi pada suatu titik P dalam kolam pelabuhan dapat juga
dihitung dengan rumus (formula Stevenson).
Catatan : Persamaan diatas tidak berlaku untuk titik yang berjarak kurang dari 15 m dari mulut.
Jadi,
D = 20%L + L
dimana,
L = Panjang kapal
Dalam perencanaan tugas ini, dipakai ukuran kapal yang terbesar yaitu PASSENGER : 70000 GT
dengan L = 260 m, jadi :
D = 20%L + L
D = (20/100)*(260m)+(260m) = 312m
R min = ½*D
R min = ½*312m =156m
STRATEGI
Pada perencanan pelabuhan, tidak hanya diperlukan strategi ekonomi, tapi perlu pula strategi
pertahanan dan keamanan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, kita dapat
membuat beberapa sketsa rencana penempatan pelabuhan yang tepat dan mendekati
sempurna. Perlu pula diperhatikan jaringan lalu lintas yang sudah ada agar tidak terganggu.
Untuk mendapatkan parameter tanah c, γ, dan φ perlu diambil contoh tanah asli dan diuji
di laboratorium dengan menggunakan Triaxial Test. Contoh tanah tidak terganggu harus
mewakili dengan baik tanah di kedalaman tempat asalnya. Untuk mempertahankan kondisi
tersebut harus dilakukan teknik tertentu, seperti boring.
Setelah didapat parameter tanahnya, maka dapat ditentukan jenis konstruksi pondasi yang akan
digunakan.
a) Dari lokasi yang akan direncanakan dibuat pelabuhan, ditarik garis lurus yang sejajar arah
angin yang ada.
b) Dari garis tersebut, dapat dilihat 2 kemungkinan :
Garis tersebut akan mengenai daratan
Garis tersebut tidak akan mengenai daratan
c) Selanjutnya buat garis lurus yang membentuk sudut 45˚ dengan garis sejajar arah angin
tersebut, ke arah kiri dan kanan.
d) Sudut 45˚ tersebut kemudian dibagi dalam beberapa segmen yang sudutnya 5˚ sehingga
terdapat beberapa garis lurus.
e) Apabila dari garis-garis lurus tersebut ada garis yang tidak mengenai daratan/pulau, diganti
dengan garis yang baru dengan sudut tertentu dengan arah kedaratan/pulau.
f) Ukur panjang garis dari lokasi pelabuhan sampai ke ujung seberang yang berpotongan tegak
lurus dari arah angin (Xi).
g) Hitung cosinus sudut tersebut.
h) Buat dalam bentuk tabel.
Catatan :
Garis yang mengenai daratan adalah garis dimana jika mengena daratan maka arah
anginnya akan kembali.
Garis yang tidak mengenai daratan adalah garis dimana jika tidak mengena daratan
maka arah angin akan terus.
Ri Ri Cos α
No Sudut Cos α
(m) (km) (km)
R1 45.000 0.707 20115.711 20.116 14.224
R2 40.000 0.766 22128.253 22.128 16.951
R3 35.000 0.819 24797.575 24.798 20.313
R4 30.000 0.866 27847.140 27.847 24.116
R5 25.000 0.906 26606.387 26.606 24.114
R6 20.000 0.940 25666.172 25.666 24.118
R7 15.000 0.966 24967.629 24.968 24.117
R8 10.000 0.985 23729.136 23.729 23.369
R9 5.000 0.996 22048.418 22.048 21.965
R10 0.000 1.000 19624.575 19.625 19.625
R11 5.000 0.996 19121.646 19.122 19.049
R12 10.000 0.985 19180.177 19.180 18.889
R13 15.000 0.966 19716.940 19.717 19.045
R14 20.000 0.940 20215.087 20.215 18.996
R15 25.000 0.906 19334.540 19.335 17.523
R16 30.000 0.866 17696.260 17.696 15.325
R17 35.000 0.819 16600.646 16.601 13.598
R18 40.000 0.766 2554.318 2.554 1.957
R19 45.000 0.707 2275.539 2.276 1.609
16.903 338.902
Untuk mengetahui nilai UW perlu diketahui nilai RL terlebih dahulu. Nilai RL dapat dicari
menggunakan bantuan Grafik hubungan kecepatan angin di darat dan laut. (“Perencanaan
Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 124)
(𝑋2−𝑋1)𝑥(𝑌−𝑌1)
𝑋 = 𝑋1 + ( 𝑌2−𝑌1
)
(3.6278−0)𝑥(19.5489−15)
𝑌 =0+( )
20−15
𝑌 = 3.3005 m
Kemudian diukur sepanjang 3.3005 m(diautocad) dari nilai 15, itulah letak dari nilai 19.5489
(𝑌2−𝑌1)𝑥(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + ( )
𝑋2−𝑋1
(1−0.5)𝑥(3.9495−0)
𝑌 = 0.5 + ( 4.5127−0
)
𝑌 = 0.937
Maka :
RL = 0.937
UW = RL * UL
= 0.937 * 19.549
= 18.326 m/s
UA = 0.71 Uw ^(1.23)
= 0.71 (18.3261.23)
= 25.4 m/s
Setelah didapat nilai UA, berikutnya akan dicari nilai tinggi gelombang (Ho) dan periode
gelombang (T). Nilai tersebut dapat dicari dengan menggunakan grafik peramalan gelombang
(Gambar 3.27. “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 128) untuk :
UA = 25.4 m/s dan fetch efektif = 20.05 km.
Tinggi gelombang :
X1 =0 m Y1 = 1.75 m
X2 = 0.8033 m Y2 =2 m
X = 0.2508 m Y =?
Ket: satuan meter untuk X, X1 dan X2 munjukkan panjang dengan skala 1:1 yang diukur di autocad.
(𝑌2−𝑌1)𝑥(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + ( 𝑋2−𝑋1
)
(2−1.75)𝑥(0.2508−0)
𝑌 = 1.75 + ( 0.8033−0
)
𝑌 = 1.828 m
Maka :
Tinggi gelombang (Ho) = 1.828 m
Grafik Kuning
Periode :
X1 =0 m Y1 =6d
X2 = 1.6975 m Y2 =7d
X = 0.9381 m Y =?
Ket: satuan meter untuk X, X1 dan X2 munjukkan panjang dengan skala 1:1 yang diukur di autocad.
(𝑌2−𝑌1)𝑥(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + ( 𝑋2−𝑋1
)
(7−6)𝑥(0.9381−0)
𝑌 =6+( )
1.6975−0
𝑌 = 6.553 d
Maka :
Periode (T) = 6.553 d
Tinggi gelombang :
X1 =0 m Y1 = 2.5 m
X2 = 1.0838 m Y2 =3 m
X = 0.4901 m Y =?
Ket: satuan meter untuk X, X1 dan X2 munjukkan panjang dengan skala 1:1 yang diukur di autocad.
(𝑌2−𝑌1)𝑥(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + ( 𝑋2−𝑋1
)
(3−2.5)𝑥(0.4901−0)
𝑌 = 2.5 + ( 1.0838−0
)
𝑌 = 2.726 m
Maka :
Tinggi gelombang (Ho) = 2.726 m
Cara 1
Plot nilai Fetch Efektif pada garis vertical dibagian kanan grafik, kemudian tarik garis ke arah kiri.
Plot Tegangan Angin pada garis horizontal di bagian bawah grafik, kemudian tarik garis ke arah
atas.
Jika garis Tegangan Angin dan Fetch bertemu, di situlah nilai yang akan di ambil untuk
mendapatkan nilai Tinggi Gelombang ataupun periode atau nilai lainnya
Cara 2
Plot nilai Fetch Efektif pada garis vertical dibagian kanan grafik, kemudian tarik garis dari titik
tersebut ke arah kiri grafik . Garis yang dibuat harus sejajar dengan garis nilai durasi kecepatan
angin yang ada pada grafik.
Plot Tegangan angin pada garis horizontal da bagian bawah grafik, kemudian tarik hingga
bersentuhan dengan garis Fetch Efektif yang telah dibuat sejajar dengan garis nilai durasi
kecepatan angin.
Titik persilangan garis tersebut akan menentukan nilai tinggi gelombang atau periode.
Dari cara 1 dan cara 2, hasilnya memiliki nilai berbeda. Dan dari cara tersebut, kita mengambil nilai
tinggi gelombang tau periode yang nilainya tinggi.
Keterangan :
UL = kecepatan angin di darat (m/s)
UA = faktor tegangan angin
UW = kecepatan angin di laut (m/s)
RL = perbandingan antara kecepatan angin di laut dan di darat
Selain berdasarkan UA dan fetch efektif, perhitungan Ho dan T bisa juga berdasarkan data UA dan
durasi dengan menggunakan grafik yang sama, yaitu untuk :
UA = 25.4 m/s dan durasi 4 jam.
Cara 3
Plot nilai durasi kecepatan angin yang ada pada grafik.
Plot Tegangan angin pada garis horizontal di bagian bawah grafik, kemudian tarik hingga
bersentuhan dengan garis durasi kecepatan angin yang telah dibuat.
Titik persilangan garis tersebut akan menentukan nilai tinggi gelombang atau periode.
(𝑌2−𝑌1)𝑥(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + ( 𝑋2−𝑋1
)
(7−6)𝑥(1.086−0)
𝑌 =6+( )
1.7017−0
𝑌 = 6.638
Maka :
Periode (T) = 6.638 d
Tinggi gelombang :
X1 =0 Y1 = 2.5
X2 = 1.0692 Y2 =3
X = 0.5869 Y =?
(𝑌2−𝑌1)𝑥(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + ( 𝑋2−𝑋1
)
(3−2.5)𝑥(0.5869−0)
𝑌 = 2.5 + ( 1.0692−0
)
𝑌 = 2.774
Maka :
Tinggi gelombang (Ho) = 2.774 m
Dari ke tiga data yang di dapat untuk nilai Ho dan T diatas diambil nilai yang lebih besar, sehingga
tinggi dan periode gelombang adalah :
Maka, untuk bisa masuknya kapal dengan ukuran 1000 DWT ke pelabuhan di perlukan
pembangunan breakwater.
10 𝑚
m= = 0.0995 atau kemiringannya sebesar 9.952 %
100.4756 𝑚
Lo = 1.56*(6.638)2
= 68.738 m ≈ 69 m
Dari gambar (sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal. 117) diperoleh:
Hb/Ho’ = 1.23 (Grafik dapat dilihat pada halaman berikut)
Hb = 1.23 * Ho
= 1.23 * 2.774m
= 3.41202 m
ENERGI GELOMBANG
Energi gelombang terdiri dari energi kinetic dan energi potensial.
Maka diperoleh :
(1024)(9.81)((2.774)2 )
E = = 9662.553 kg/det2
8
Perencanaan breakwater sisi miring biasanya dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi oleh
lapisan pelindung (armour) berupa batu besar atau beton dengan bentuk tertentu. Beton dan batu
buatan terdiri dari :
Tetrapod -- mempunyai empat kaki yang berbentuk kerucut terpancung
Tribar -- mempunyai tiga kaki yang saling dihubungkan dengan lengan
Ouddripod -- mempunyai bentuk mirip tetrapod tetapi sumbu-sumbu dari ketiga kakinya
berada pada bidang datar
Dolos -- terdiri dari dua kaki saling silang menyilang dan dihubungkan dengan lengan
Dalam perencanaan breakwater, dipilih model “Rubble Mound” karena memiliki keuntungan :
Elevasi puncak bangunan rendah
Gelombang refleksi kecil
Kerusakan berangsur-angsur
Perbaikan murah
Harga murah
Data yang digunakan adalah data kapal yang paling maksimum, sehingga untuk panjang, lebar
dan sarat kapal akan digunakan data kapal Container :
Diketahui :
Kapal Berat Panjang (m) Lebar (m) Draft (m)
Passenger 50000 GT 231 30.5 7.6
Cargo 50000 DWT 216 31.5 12.4
Container 50000 DWT 250 32.3 13.4
Tanker/Liquid Carrier 50000 DWT 219 33.1 12.7
Ore Carrier 50000 DWT 204 32.3 12
Dry Bulk 50000 DWT 222 32.6 11.9
Fishing Boat 1000 DWT 67 10.8 3.9
H=16.825 m
13.4 m
1.5 m
1/3*2.774m
= 0.925 m
Jadi:
Untuk kedalaman perairan diambil yang terbesar = 16.825 m
Untuk tinggi rencana = 16.825 m + free board (=1.5 m)
= 18.325 m
R = 389,565m
R = 259,71m
Tanker/Liquid Carrier
Data tonase yang diramalkan/tahun = 200.000 ton/tahun
Jumlah kapal yang berkunjung/tahun : 200.000/50.000 = 4 buah
Jumlah kapal/hari : 4/315 = 0.013 kapal ≈ 1 kapal
Jumlah tambatan yang dibutuhkan = 1 buah
Keterangan :
1 tahun = 365 hari (asumsi bahwa jumlah hari kerja selama 1 tahun = 315 hari)
Dari hasil perhitungan, semua kapal yang ada intensitas kapal per harinya sangat sedikit, sehingga
diambil keputusan untuk membuat 1 tambatan untuk ketujuh jenis kapal tersebut. Tambatan yang
akan dibuat adalah :
a. Panjang Dermaga
10
d = 1* 250 m + (1+1)* 100 * 250 m = 300 m
Kesimpulan :
Jadi, panjang total dermaga = 300 m dan lebar dermaga = 20 m