Anda di halaman 1dari 61

Arham bin Ahmad Yasin, Lc., MH.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 0


MUQODDIMAH

Alhamdulillahilladzi anzalal qur’an hudan linnasi wa bayyinaatin minal huda wal furqon.
Wash sholatu was salamu ‘ala nabiyyina muhammadin wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in.
Allah swt berfirman : “Alif laam miim. Kitab ( Al Qur'an ) ini tidak ada keraguan
padanya, pentunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”(QS. 2: 1-2)
“Dialah (Allah) yang menurunkan Kitab ( Al Qur'an ) kepadamu (Muhammad).
Diantaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok kitab ( Al Qur'an) dan yang lain
mutasyabihat. Adapun orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti
yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak
ada yang mengetahui ta’wilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam
berkata :kami beriman kepadanya( Al Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami. Tidak ada yang
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal”(QS.3 :7)
“Sungguh Al Qur'an ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat
pahala yang besar.(QS.17 :9)
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an ( sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang dholim ( Al Qur'an itu ) hanya akan
menambah kerugian” (QS.17 :82)
”Haa miim. ( Al Qur'an ini) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang. Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui. Yang membawa berita gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka
berpaling (darinya serta tidak mendengarkan)”(QS. 41:1-4)
“ Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana
mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya,
mereka itulah orang-orang yang rugi.(QS. 2:121)
“Janganlah engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu ( dalam membaca Al Qur'an)
kerena ingin cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya kami yang akan mengumpulkannya ( di
dadamu) dan membacakannya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaan ini. Kemudian sesungguhnya kami yang akan menjelaskannya.(QS.7516-19)

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 1


“Dan sungguh telah kami mudahkan Al Qur'an untuk peringatan, maka adakah yang
mau mengambil perlajaran”(QS. 54: 15/22/32/40)
Itulah Ayat-ayat Allah mengenai Al Qur'an. Dan masih banyak ayat-ayat yang lain yang
menjelaskan fungsi dan keutamaan Al Qur'an, dan bagaimana seharusnya kita bersikap atau
berinteraksi dengan Al Qur'an. Sehingga kita tidak menjadi orang yang dikhawatirkan oleh
Rasulullah saw. Sebagimana tersebut dalam firman Allah swt.: “Dan Rasul ( Muhaammad)
berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur'an ini
diabaikan”(QS.25:30).
Banyak ummat Islam yang sangat asing dengan Al Qur'an, baik secara bacaan,
pemahaman dan pengamalan. Keasingan terhadap Al Qur'an tersebut disebabkan mereka enggan
untuk mempelajarinya. Banyak faktor yang menjadikan ummat Islam enggan untuk mempelajari
Al Qur'an. Diantaranya adalah tidak merasakan atau memahami urgensi mempelajari Al Qur'an.
Seolah-olah belajar Al Qur'an bukanlah sebuah hal yang penting atau prinsip, bukan kewajiban,
tidak menarik, membosankan, tidak menguntungkan, dsb, na’udzubillah. Atau juga disebabkan
karena faktor malas, gengsi, malu, merasa sudah mampu, tidak mau repot atau susah payah,
sudah terlanjur, merasa sudah cukup, dsb “Sekali-kali tidak, sungguh ,manusia itu benar-benar
melampaui batas. Apabila melihat dirinya serba cukup”(QS. 96:6-7).
Alhamdulillah suatu fenomena yang patut kita syukuri, saat ini telah banyak lembaga-
lembaga bimbingan Al Qur’an dengan metode-metode dan buku-buku yang sangat bagus dan
semakin memudahkan untuk belajar Al Qur’an. Tinggal apakah kita mampu dan mau
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat Allah ini.
Buku yang sederhana ini sifatnya hanya melengkapi buku-buku yang telah ada tersebut.
Dengan susunan yang sedikit berbeda. Pada bab Makhorijul Huruf langsung penulis tambahkan
sifat-sifat huruf yang paling menonjol, dan lebih detailnya dijelaskan tersendiri dalam bab sifat-
sifat huruf, dan tambahan catatan kesalahan-kesalahan umum yang terjadi saat membaca suatu
huruf atau suatu hukum tajwid agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Dan
permasalahan atau pengecualian yang terkait dengan suatu huruf atau suatu hukum tajwid tidak
dimasukkan dalam satu bab tersendiri, akan tetapi langsung dibahas di bab tersebut disertai
latihan-latihan langsung. Meskipun terdapat keterangan-keterangan diatas, untuk penerapannya
secara benar dalam praktek, tetap harus melalui proses talaqqi (berhadap-hadapan langsung
guru dengan murid), dan tidak bisa dilakukan secara otodidak. Rujukan utama secara praktek
adalah dari talaqqi dari para Asatidz dan Masayikh penulis dengan bacaan riwayat Imam Hafsh

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 2


dari ‘Ashim, dan secara teroritis berdasarkan kitab-kitab Ulumul Qur’an yang muktabar yang
disusun oleh para pakar dibidangnya.
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kita semua, dan dapat membantu proses
belajar maupun mengajar Al Qur’an, serta menjadi amal sholeh bagi penulis, kedua orang tua,
para Asatidz dan Masayikh penulis.

‫ﺔﹰ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﻫ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﻧ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺎ ﺇﹺﻣ‬‫ ﻟﹶﻨ‬‫ﻠﹾﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺍﺟ‬‫ ﻭ‬‫ﺁﻥ‬‫ﺎ ﺑﹺﺎﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ ﺍﺭ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻬ‬


‫ﺎﺭﹺ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﺍﻑ‬‫ﺃﹶﻃﹾﺮ‬‫ﻞﹺ ﻭ‬‫ﺎﺀَ ﺍﻟﻠﱠﻴ‬‫ ﺁﻧ‬‫ﻪ‬‫ﺗ‬‫ﻼﻭ‬
‫ ﹶ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬﹺﻠﹾﻨ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻨ‬‫ّﻤ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺴِّﻴ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻧ‬‫ّﺮ‬‫ ﺫﹶﻛ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻟﱠﻠﻬ‬
‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺎﻟﹶﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺏ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﺔﹰ ﻳ‬‫ﺠ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ ﻟﹶﻨ‬‫ﻠﹾﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺍﺟ‬‫ﻭ‬
Ya Allah, kasihanilah kami dengan Al Qur'an, dan jadikan Al Qur'an bagi kami sebagai
pemimpin, petunjuk, dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah kami apa yang kami lupa darinya(Al
Qur'an ), dan ajarkankan kami apa yang kami tidak tahu darinya, dan karuniakan pada kami
untuk membacanya siang dan malam. Dan jadikanlah Al Qur'an hujah bagi kami wahai
Robb semesta alam.
‫ﻚ‬‫ﻠﹾﻘ‬‫ ﺧ‬‫ﻦ‬‫ﺍ ﻣ‬‫ﺪ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻠﱠﻤ‬‫ ﻋ‬‫ ﺃﹶﻭ‬‫ﺎﺑﹺﻚ‬‫ﺘ‬‫ﻲ ﻛ‬‫ ﻓ‬‫ﻪ‬‫ﻟﹾﺘ‬‫ﺰ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ ﺃﹶﻭ‬‫ﻚ‬‫ﻔﹾﺴ‬‫ ﻧ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﺳ‬‫ ﻟﹶﻚ‬‫ﻮ‬‫ﻢﹴ ﻫ‬‫ ﺑﹺﻜﹸﻞﱢ ﺍﺳ‬‫ﻢ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻬ‬‫ﺄﹶﻟﹸﻚ‬‫َﺴ‬‫ﻧ‬
َ‫ﺟﹺﻠﹶﺎﺀ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺭﹺﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﺭ‬‫ﻧ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺑﹺﻨ‬‫ ﻗﹸﻠﹸﻮ‬‫ﺑﹺﻴﻊ‬‫ ﺭ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻈ‬‫ﺁﻥﹶ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻞﹶ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ ﺃﹶﻥﹾ ﺗ‬‫ﻙ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﺐﹺ ﻋ‬‫ﻴ‬‫ﻠﹾﻢﹺ ﺍﻟﹾﻐ‬‫ﻲ ﻋ‬‫ ﻓ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﺕ‬‫ﺄﹾﺛﹶﺮ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﺳ‬‫ﺃﹶﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﻏﹸﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ ﻫ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺫﹶﻫ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺍﻧﹺﻨ‬‫ﺰ‬‫ﺃﹶﺣ‬
Kami memohon kepadamu Ya Allah dengan segala nama milikMu, yang Engkau namakan
dengannya diriMu, atau yang Engkau turunkan dalam KitabMu, atau yang telah Engkau
ajarkan kepada salah seorang hambaMu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghoib
disisiMU, jadikanlah Al Qur'an yang Agung ini sebagai penyejuk hati kami, cahaya dada
kami, pelipur kesedihan kami, dan penghilang kesusahan dan kesempitan kami.
‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﻔ‬‫ ﺷ‬‫ﺔ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻴ‬‫ﻡﹺ ﺍﻟﹾﻘ‬‫ﻮ‬‫ﻲ ﻳ‬‫ﻓ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺎ‬‫ﻧﹺﺴ‬‫ﺆ‬‫ﺮﹺ ﻣ‬‫ﻲ ﺍﻟﹾﻘﹶﺒ‬‫ﻓ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﻗﹶﺮﹺﻳ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﻲ ﺍﻟﺪ‬‫ﺎ ﻓ‬‫ﺁﻥﹶ ﻟﹶﻨ‬‫ﻞﹺ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻌ‬‫ ﺍﺟ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻬ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺠ‬‫ﺎﺭﹺ ﺣ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ ﻭﹺﻣ‬، ‫ﻘﹰﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ ﺭ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺍ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ ﻧ‬‫ﺍﻁ‬‫ّﺮ‬‫ﺍﻟﺼ‬
Ya Allah, jadikanlah Al Qur'an bagi kami di dunia sebagai teman, di dalam kubur sebagai
pendamping, di hari kiamat sebagai penolong, di atas shirot sebagai cahaya, ke surga sebagai
pengantar, dan dari neraka sebagai hijab dan penghalang

،    ،      

.    

‫ﺧﺎدم اﻟﻘﺮآن اﻟﻜﺮﯾﻢ‬


‫أرﺣﺎم ﺑﻦ أﺣﻤﺪ ﯾﺎﺳﯿﻦ‬

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 3


DAFTAR ISI

MUQODDIMAH ...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................4
SEPUTAR AL QUR’AN ..............................................................................................................5
10 PRINSIP ILMU TAJWID .........................................................................................................6
TARGET TAHSIN TILAWAH ..................................................................................................11
KIAT SUKSES BELAJAR AL QUR’AN ..................................................................................12
ISTI’ADZAH DAN BASMALAH .............................................................................................13
CARA MENYAMBUNG DUA SURAT ...................................................................................14
TINGKAT KECEPATAN MEMBACA AL QUR’AN .............................................................14
MENYEMPURNAKAN HAROKAT .......................................................................................15
MAKHORIJUL HURUF .............................................................................................................17
SIFAT-SIFAT HURUF ................................................................................................................29
HUKUM NUN MATI ATAU TANWIN....................................................................................33
HUKUM MIM MATI .................................................................................................................36
HUKUM MAD (BACAAN PANJANG)....................................................................................37
MACAM-MACAN IDGHOM ....................................................................................................42
WAQOF ........................................................................................................................................45
ISTILAH-ISTILAH DALAM AL QUR’AN ..............................................................................52
EXTRA : 20 KIAT PRAKTIS MENGHAFAL AL QUR’AN .................................................57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................59
SANAD MATAN AL JAZARI PENULIS .................................................................................60

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 4


SEPUTAR AL QUR’AN

Pengertian Al Qur’an
• Kalamulloh yang Mu’jiz, yang diturunkan kepada Penutup Para nabi dan Rosul, dengan
perantara Malaikat Jibril a.s., yang tertulis dalam Mushaf, yang sampai kepada kita
dengan mutawattir, yang tilawahnya bernilai ibadah, yang dimulai dari surat Al Fatihah,
dan ditutup dengan surat An Nas1.
Nuzulul Qur’an
• Gelombang Pertama :turunnya Al Qur’an secara utuh dari Al lauhil Mahfudz ke langit
dunia.
• Gelombang Kedua :turunnya Al qur’an secara berangsur-angsur kepada Nabi
Muhammad saw. Melalui perantaraan malaikat jibril selama kurang lebih 23 tahun,
diawali dari surat Al Alaq ayat 1-5 dan diakhiri surat Al Baqarah ayat 281.2
Makkiyah dan Madaniyyah
• Ayat Makkiyyah adalah ayat yang turun sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah.
• Ayat Madaniyyah adalah ayat yang turun sesudah Rasulullah saw hijrah ke Madinah.3

KEWAJIBAN KITA TERHADAP AL QUR’AN (‫ﺁﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻮ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ﻨ‬‫ﺎﺗ‬‫ﺍﺟﹺﺒ‬‫)ﻭ‬


• ‫ﺎﻥﹸ ﺑﹺﻪ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﻳ‬/‫ﻖ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺼ‬‫( ﺍﻟﺘ‬mengimani seluruh isinya)
(QS. 2:4;85, 4:136;150, )
• ‫ﺓﹸ‬‫ّﻼﹶﻭ‬‫ ﺍﻟﺘ‬/ ‫ﻦ‬‫ﺴِﻴ‬‫ﺤ‬‫ ( ﺍﻟﺘ‬Tilawah dengan baik)
(QS. 2:121, 29;45, 35;29)
• ‫ﺮ‬‫ﺑ‬‫ﺪ‬‫ ﺍﻟﺘ‬/ ‫ﺮ‬‫ﻔﹾﺴِﻴ‬‫( ﺍﻟﺘ‬mentadabburi dan memahami)
(QS. 39;29, 4;82, 47;24)
• ‫ﻞﹸ ﺑﹺﻪ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬/ ‫ﻖ‬‫ﻄﹾﺒﹺﻴ‬‫(ﺍﻟﺘ‬mengamalkan dan menerapkan dalam kehidupan)
(QS. 2;2, 8;2, 25;73, 31;7)
• ‫ﻪ‬‫ﺓﹸ ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻮ‬‫ﻋ‬‫ ﺍﻟﺪ‬/ ‫ﻎﹸ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﺘ‬ (menda’wahkan/menyampaikan/ mengajarkan kepada orang
lain) (QS. 2;159, 25;52, 13;30, 19;97, 36;70)
• ‫ﻆﹸ‬‫ﻴ‬‫ﻔ‬‫ﺤ‬‫( ﺍﻟﺘ‬menghafal)
(QS. 15;9, 29;29,) Sabda Rasulullah saw:
‫ﻪ‬‫ﻓ‬‫ﻮ‬‫ﻲ ﺟ‬‫ ﻓ‬‫ﺲ‬‫ﻱ ﻟﹶﻴ‬‫ﻞﹶ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺟ‬‫ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﺮ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺎﺱﹴ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬‫ﺒ‬‫ﻦﹺ ﻋ‬‫ﻦﹺ ﺍﺑ‬‫ﻋ‬
(‫ﺮﹺﺏﹺ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬‫ ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ ﻛﹶﺎﻟﹾﺒ‬‫ﺁﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻦ‬‫ﺀٌ ﻣ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬
”sesunggguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari Al
Qur’an bagaikan rumah yang tidak ada penghuninya”(HR. Turmudzi )

1
Muhammad Ali Ash Shobuni.At Tibyan fi ‘Ulumil Qur’an, Beirut : ‘Alamul Kutub, 1985 , hal . 8
2
Ibid. hal. 15, 30
3
Ibid.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 5
‫ﺓﹸ‬‫ﺮ‬‫ﺸ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺉ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﳌﹶﺒ‬
‫ﺪ‬‫ﻮﹺﻳ‬‫ﺠ‬‫ﻠﹾﻢﹺ ﺍﻟﺘ‬‫ﻌ‬‫ﻟ‬
(10 PRINSIP ILMU TAJWID)

1. ‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫( ﺣ‬PENGERTIANNYA)
Secara bahasa : tajwid berarti tahsin atau memperbagus
Secara istilah : tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang pemberian setiap huruf
haknya dan mustahaqnya4 secara makhraj, sifat, waqaf, ibtida’, tanpa berlebihan dan dibuat-
buat, sesuai yang dicontohkan dari Rasulullah saw.

2. ‫ﻪ‬‫ﻋ‬‫ﻮ‬‫ﺿ‬‫ﻮ‬‫ﻣ‬ (BAHASANNYA)
• KALIMAT / AYAT- AYAT AL QUR’AN

3. ‫ﻪ‬‫ﺗ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺛﹶ‬ ( BUAH/ HASILNYA)


Selamatnya lisan dari kesalahan saat membaca Al Qur’anul Karim

4. ‫ﻠﹸﻪ‬‫ﻀﺎﺋ‬
 ‫ﻓﹶ‬ (KEUTAMAANNYA)
• Merupakan Amal yang terbaik
‫ﺁﻥﹶ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﻌ‬‫ ﺗ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺧ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻲ‬‫ﺿ‬‫ﺎﻥﹶ ﺭ‬‫ﺜﹾﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
(‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬‫ﻪ‬‫ﻠﱠﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬
Dari Utsman bin ‘Affan, Rasulullah saw bersabda:“sebaik-baik kalian adalah orang yang
belajar Al Qur’an dan mengajarkanya”(HR. Bukhari)

• Memberi Syafaat pada hari kiamat


‫ﺀُﻭﺍ‬‫ﻘﹸﻮﻝﹸ » ﺍﻗﹾﺮ‬‫ ﻳ‬-‫ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- ‫ﻮﻝﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ ﺭ‬‫ﺖ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺳ‬‫ﻰ‬‫ﻠ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺔﹶ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻲ ﺃﹸﻣ‬‫ﻋﻦ ﺃﹶﺑ‬
(‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺎﺑﹺﻪ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﻷَﺻ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻔ‬‫ ﺷ‬‫ﺔ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﻘ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﺄﹾﺗ‬‫ ﻳ‬‫ﻪ‬‫ﺁﻥﹶ ﻓﹶﺈﹺﻧ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬

4
Mustahaq huruf adalah konsekwensi atau hasil yang timbul dari suatu hak huruf, misalnya sifat isti’la’
konsekwensinya adalah tafkhim/ tebal (lihat bab sifat huruf)
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 6
Dari Abi Umamah:saya mendengar Rasulullah saw bersabda : bacalah Al Qur’an,
sesungguhnya ia akan datang pada hari qiyamat sebagai penolong bagi pembacanya”(HR.
Muslim)

• Mendapat derajat yang tinggi


‫ﺬﹶﺍ‬‫ ﺑﹺﻬ‬‫ﻓﹶﻊ‬‫ﺮ‬‫ ﻳ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ » ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻗﹶﺪ‬-‫ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺒﹺﻴ‬‫ﺎ ﺇﹺﻥﱠ ﻧ‬‫ ﺃﹶﻣ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻋ‬
(‫)ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.« ‫ﺮﹺﻳﻦ‬‫ ﺁﺧ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﻊ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺍﻣ‬‫ﺎﺏﹺ ﺃﹶﻗﹾﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬
Dari Umar bin Al Khatthab, bahwa Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah
dengan Kitab ( Al Qur’an) ini mengangkat(derajat) suatu kaum, dan dengannya(pula)
Allah merendahkan yang lainnya”(HR. Muslim)
‫ﻘﹶﺎﻝﹸ‬‫» ﻳ‬: ‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬-‫ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- ‫ﺒﹺﻰ‬‫ﻦﹺ ﺍﻟﻨ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻰ‬‫ﺿ‬‫ﺮﹴﻭ ﺭ‬‫ﻤ‬‫ﻦﹺ ﻋ‬‫ ﺑ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬
‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﺰﹺﻟﹶﻚ‬‫ﻨ‬‫ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﻣ‬، ‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﻰ ﺍﻟﺪ‬‫ﻞﹸ ﻓ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬‫ ﺗ‬‫ﺖ‬‫ﺎ ﻛﹸﻨ‬‫ﻞﹾ ﻛﹶﻤ‬‫ﺗ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻗﹶﻪ‬‫ﺍﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺃﹾﻩ‬‫ ﺍﻗﹾﺮ‬‫ﺔ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﻘ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ ﻳ‬‫ﺁﻥ‬‫ﺐﹺ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﺎﺣ‬‫ﺼ‬‫ﻟ‬
( ‫ﺎ «) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭ ﺃﲪﺪ ﻭ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬‫ﻫ‬‫ﺅ‬‫ﻘﹾﺮ‬‫ ﺗ‬‫ﺔ‬‫ ﺁﻳ‬‫ﺮ‬‫ﺁﺧ‬
Dari ‘Abdillah ibnu ‘Amr ra dari Rasulullah saw bersabda: Dikatakan kepada shohibul Al
Qur’an : bacalah, dan naiklah, dan tartilkanlah sebagaimana engkau mentartilkan di dunia
. Maka sesungguhnya kedudukanmu adalah diakhir ayat yang engkau baca.(HR. HR At
Turmudzi, Abu Dawud, Ahmad, Al Baihaqi, dan Ibnu Majah)

‫ﻘﹸﻮﻝﹸ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ﺔ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﻘ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺁﻥﹸ ﻳ‬‫ﺠﹺﻲﺀُ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻳ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬‫ﺓﹶ ﻋ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫ‬‫ﻋ‬
‫ﻘﹸﻮﻝﹸ‬‫ ﻳ‬‫ ﺛﹸﻢ‬‫ﺔ‬‫ﺍﻣ‬‫ﻠﱠﺔﹶ ﺍﻟﹾﻜﹶﺮ‬‫ ﺣ‬‫ﺲ‬‫ﻠﹾﺒ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ﻩ‬‫ ﺯﹺﺩ‬‫ﺏ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻘﹸﻮﻝﹸ ﻳ‬‫ ﻳ‬‫ ﺛﹸﻢ‬‫ﺔ‬‫ﺍﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺮ‬‫ﺎﺝ‬‫ ﺗ‬‫ﺲ‬‫ﻠﹾﺒ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ﻠﱢﻪ‬‫ ﺣ‬‫ﺏ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻳ‬
‫ﺔﹰ )ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬‫ ﺣ‬‫ﺔ‬‫ ﺑﹺﻜﹸﻞﱢ ﺁﻳ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺰ‬‫ﺗ‬‫ ﻭ‬‫ﻕ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺃﹾ ﻭ‬‫ ﺍﻗﹾﺮ‬‫ﻘﹶﺎﻝﹸ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻰ ﻋ‬‫ﺿ‬‫ﺮ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﺽ‬‫ ﺍﺭ‬‫ﺏ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻳ‬
( ‫ ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ‬،‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ‬
Dari Abi Hurairah ra dari Rasulullah saw bersabda: Qur’an datang dihari Qiyamat, dan
berkata: Ya Robb, berilah ia perhiasan! Maka dipakaikan mahkota kemuliaan. Kemudian
berkata lagi : Ya Robb, tambahkan! Maka dipakaikan hiasan kemuliaan. Kemudian berkata
: Ya Robb, ridloilah dia. Maka dikatakan kepadanya : bacalah dan naiklah! Dan setiap
ayat menambah kebaikan (HR. At Turmudzi dan berkata: hadits hasan shohih, dan Al
Hakim)

• Mendapat ketenangan, rahmat, & dibanggakan Allah


‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ﻰ ﺑ‬‫ ﻓ‬‫ﻡ‬‫ ﻗﹶﻮ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﺎ ﺍﺟ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬-‫ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- ‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺓﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﺑﹺﻰ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﺔﹸ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻏﹶﺸ‬‫ﺔﹸ ﻭ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻜ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻟﹶﺖ‬‫ﺰ‬‫ ﺇﹺﻻﱠ ﻧ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ ﺑ‬‫ﻪ‬‫ﻮﻧ‬‫ﺳ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬‫ﻠﹸﻮﻥﹶ ﻛ‬‫ﺘ‬‫ ﻳ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﺕ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬
(‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻴﻤ‬‫ ﻓ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺫﹶﻛﹶﺮ‬‫ﻜﹶﺔﹸ ﻭ‬‫ﻼﹶﺋ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻔﱠﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 7
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka
membaca Al Qur’an dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, diliputi
dengan rahmat, melaikat menaungi mereka, dan Allah sebut dihadapan (malaikat )
disisiNya”(HR. Muslim)

• Pahala yang berlipat


‫ﺎﺏﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺘ‬‫ ﻛ‬‫ﻦ‬‫ﻓﹰﺎ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶ ﺣ‬‫ ﻗﹶﺮ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺳﻠﱠﻢ‬ ‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﻘﹸﻮﻝﹸ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬‫ ﻳ‬‫ﻮﺩ‬‫ﻌ‬‫ﺴ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ ﺑ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬
(‫ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬‫ﻬ‬‫ﺜﹶﺎﻟ‬‫ﺮﹺ ﺃﹶﻣ‬‫ﺸ‬‫ﺔﹸ ﺑﹺﻌ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺔﹲ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬‫ ﺣ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻪ‬
Dari Ibnu Mas’ud Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang membaca satu huruf dari Al
Qur’an, maka baginya satu kebaikan, dan tiap kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali
lipat”(HR. Turmudzi)

• Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah


‫ﻴﻞﹶ‬‫ﺎﺱﹺ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻗ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﲔ‬‫ﻠ‬‫ﻞﱠ ﺃﹶﻫ‬‫ﺟ‬‫ﺰ ﻭ‬ ‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻪ‬‫ ﺇﹺﻥﱠ ﻟ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺲﹴ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
(‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﲪﺪ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺻ‬‫ﺧ‬‫ ﻭ‬‫ﻞﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺃﹶﻫ‬‫ﻢ‬‫ ﻫ‬‫ﺁﻥ‬‫ﻞﹸ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺃﹶﻫ‬‫ﻮﻝﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﻳ‬‫ﻢ‬‫ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬
Dari Anas ra : Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari
manusia. Sahabat bertanya : ya Rasulullah siapakah mereka? Rasulullah menjawab : Ahlul
Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang spesialNya (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah)

• Sebaik-baik kesibukan dan anugerah


‫ﻦ‬‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺮﺏ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﻣ‬: ‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﻗﺎﻝ‬
ِ‫ﻞﹸ ﻛﹶﻠﹶﺎﻡﹺ ﺍﷲ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺎﺋ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻲ‬‫ﻄ‬‫ﺎ ﺃﹸﻋ‬‫ﻞﹶ ﻣ‬‫ ﺃﹶﻓﹾﻀ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻄﹶﻴ‬‫ﻲ ﺃﹶﻋ‬‫ﺄﹶﻟﹶﺘ‬‫ﺴ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻛﹾﺮﹺﻱ ﻋ‬‫ﺫ‬‫ﺁﻥﹶ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻠﹶﻪ‬‫ﻐ‬‫ﺷ‬
‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹾﻘ‬‫ ﺧ‬‫ﻠﻰ‬‫ﻞﹺ ﺍﷲِ ﻋ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﻼﹶﻡﹺ ﻛﹶﻔﹶﻀ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺋ‬‫ﻠﹶﻰ ﺳ‬‫ﻋ‬
(‫ ﺿﻌﻴﻒ‬: ‫ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻷﻟﺒﺎﱐ‬،‫ﻏﺮﻳﺐ‬
Allah berfirman dalam hadits Qudsi :” barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur’an dan
berdzikir kepadaKu dari meminta kepadaKu, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih
utama daripada apa yang telah aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan
keutamaan kalam Allah atas seluruh kalam yang lain, adalah seperti keutamaan Allah atas
makhluqNya” (HR. Turmudzi)

5. ‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻧﹺﺴ‬ (KEDUDUKANNYA TERHADAP ILMU LAIN)


• Merupakan salah satu dari Ilmu Syar’i yang independen dan benar-benar berbeda dengan
ilmu yang lainnya, karena tidak mungkin seseorang menguasainya dengan sendirinya
tanpa seorang pengajar yang mutqin.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 8


6. ‫ﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺍﺿ‬‫ﻭ‬ ( PELETAKNYA)
• Secara praktek bersumber dari wahyu yang disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as.
• Secara teori : tajwid disusun oleh para imam qiro’ah dan pakar dalam bidang ini. Adapun
yang pertama kali menyusunnya ada yang mengatakan Abu Abdil Qosim bin Sallam
(wafat tahun 224 H), ada pula yang mengatakan selainnya.

7. ‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ ( ﺍ‬NAMANYA)


• ِ‫ﻋِﻠْﻢُ اﻟﺘَﺠْﻮِﯾْﺪ‬
• ِ‫ﻓَﻦﱡ اﻟﺘﱠﺮْﺗِﯿْﻞ‬
• ِ‫ﺣَﻖﱡ اﻟﺘِّﻼَوَة‬

8. ‫ﻩ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍ‬ (PERKEMBANGANNYA)
• Dari bacaan Al Qur’anul Karim yang disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Kemudian Rasulullah
mengajarkannya kepapa para Shahabat, kemudian para Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, para
Imam Qiro’ah hingga sampai kepada kita dengan sanad mutawattir.

9. ‫ﻪ‬‫ﻜﹾﻤ‬‫ﺣ‬ (Hukum Mempelajarinya)


• Secara Teori : Fardlu Kifayah (9;122)
• Secara Praktek : Fardlu ‘Ain
QS. 75;16-119, 73;4
Sabda Rasulullah saw:
‫ﻪ‬‫ﻦ ﻓﹶﺈﹺﻧ‬‫ﻴ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺘ‬‫ﻞﹺ ﺍﻟﹾﻜ‬‫ ﺃﹶﻫ‬‫ﻖﹺ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﻞﹺ ﺍﻟﹾﻔ‬‫ ﺃﹶﻫ‬‫ﻥ‬‫ﻮ‬‫ ﻟﹸﺤ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ ﺇﹺﻳ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻮ‬‫ ﺃﹶﺻ‬‫ﺏﹺ ﻭ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻥ‬‫ﻮ‬‫ﺁﻥﹶ ﺑﹺﻠﹸﺤ‬‫ﺍ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﺅ‬‫ﺍﻗﹾﺮ‬
‫ﺎﻭﹺﺯ‬‫ﺠ‬‫ﺡﹺ ﻻﹶ ﻳ‬‫ﻮ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﺎﻧﹺﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻫ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﺎﺀِ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﹾﻐ‬‫ﻊ‬‫ﺟﹺﻴ‬‫ﺮ‬‫ﺁﻥﹶ ﺗ‬‫ﻥﹶ ﺑﹺﺎﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻮ‬‫ﺟﹺﻌ‬‫ﺮ‬‫ ﻳ‬‫ﻡ‬‫ﻱﹺ ﻗﹶﻮ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﺀُ ﻣ‬‫ﺠﹺﻲ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬
(‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺄﹾﻧ‬‫ ﺷ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺠﹺﺒ‬‫ﻌ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺏ‬‫ ﻗﹸﻠﹸﻮ‬‫ ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺑ‬‫ﺔﹲ ﻗﹸﻠﹸﻮ‬‫ﻧ‬‫ﻮ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺎﺟﹺﺮ‬‫ﻨ‬‫ﺣ‬
“Bacalah Al qur’an sesuai dengan cara dan suara orang Arab. Dan jauhilah olehmu
cara baca orang-orang fasik dan ahlul kitab. Maka sesungguhnya akan datang beberapa
kaum setelah aku melagukan Al Qur’an seperti nyanyian rahbaniyah dan ratapan, suara
mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka, hati mereka dan orang-orang yang
mengagumi mereka telah terfitnah” (HR. Al Baihaqi & Ath Thabrani)
Imam Ibnu Al jazari berkata:
‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻜﹶﺬﹶﺍ ﻣ‬‫ﻫ‬‫ﻻﹶ ﻭ‬‫ﺰ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ ﺍﻹِﻟﹶﻪ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﻪ‬‫ ﻷَﻧ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻥﹶ ﺁﺛ‬‫ﺢﹺ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﺤ‬‫ﺼ‬‫ ﻳ‬‫ ﻟﹶﻢ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﻻﹶﺯﹺﻡ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ ﺣ‬‫ﻮﹺﻳﺪ‬‫ﺠ‬‫ﺬﹸ ﺑﹺﺎﻟﺘ‬‫ﺍﻷَﺧ‬‫ﻭ‬
‫ﻼﹶ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 9


“ membaca (Al Qur’an) dengan tajwid hukumnya wajib, barang siapa tidak
membacanya dengan tajwid ia berdosa, karena dengan tajwidlah Allah menurunkan Al
Qur’an, dan demikianlah Al Qur’an sampai kepada kita darinya”5

Beliau juga berkata :


‫ ﹶﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ ﻣ‬‫ﻩ‬‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ ﺣ‬‫ﺔ‬‫ﺇﹺﻗﹶﺎﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﺁﻥ‬‫ﺎﻧﹺﻲ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻌ‬‫ﻢﹺ ﻣ‬‫ﻥﹶ ﺑﹺﻔﹶﻬ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ﺔﹶ ﻛﹶﻤ‬‫ ﺍﹾﻷُﻣ‬‫ﻩ‬‫ﺬ‬‫ ﺃﹶﻥﱠ ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﻻﹶ ﺷ‬‫ﻭ‬
‫ﺓ‬ ‫ﺮ‬‫ﻀ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﹾﺤ‬‫ﻠﹶﺔ‬‫ﺼ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺍﺀَﺓ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﻘ‬‫ﺔ‬‫ﻤ‬‫ ﺃﹶﺋ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻠﹶﻘﱠﺎﺓ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ّﻔﹶﺔ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﺼ‬‫ ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﻓ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ ﺣ‬‫ﺔ‬‫ﺇﹺﻗﹶﺎﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺢﹺ ﺃﹶﻟﹾﻔﹶﺎﻇ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ﺼ‬‫ﺑﹺﺘ‬
‫ﺎ" ﺃﻫـ‬‫ﺮﹺﻫ‬‫ﺎ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﻏﹶﻴ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻝﹸ ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﻻﹶ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺎﻟﹶﻔﹶﺘ‬‫ﺨ‬‫ ﻣ‬‫ﺯ‬‫ﻮ‬‫ﺠ‬‫ﻲ ﻻﹶ ﺗ‬‫ ﺍﻟﱠﺘ‬‫ﺔ‬‫ﺑﹺﻴ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺔ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ ﺍﹾﻷَﻓﹾﺼ‬‫ﺔ‬‫ﻮﹺﻳ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻨ‬
“Tidak diragukan bahwasannya Ummat ini sebagaimana mereka diperintahkan
memahami Al Qur’an dan menegakkan hukum-hukumnya, juga diperintahkan
membetulkan lafadz-lafadznya dan menegakkan huruf-hurufnya dengan sifat yang
dicontohkan dari para imam qiro’ah yang bersambung pada Nabi Muhammad saw
dengan arab yang fasih, yang tidak boleh menyelisihinya dan berpaling kepada
selainnya.”6

Syeikh Nashiruddin Ath Thablawi berkata :


‫ﺎ‬‫ ﻓﹶﻤ‬،‫ﻠﹶﺔ‬‫ﻤ‬‫ﻲ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ ﻓ‬‫ﻩ‬‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻊ‬‫ ﻣ‬‫ﺎﺫ‬‫ﺍﺀَﺓﹸ ﺑﹺﺎﻟﺸ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﻘ‬‫ﺯ‬‫ﻮ‬‫ﺠ‬‫ ﻻﹶ ﺗ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻰ ﺃﹶﻧ‬‫ﻥﹶ ﻋ‬‫ﻮ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺍﹾﻷُﺻ‬‫ﺎﺀُ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻔﹸﻘﹶﻬ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ ﺃﹶﺟ‬‫ﻗﹶﺪ‬‫ﻭ‬
. ‫ﻼﹰ‬‫ ﺃﹶﺻ‬‫ﺮﹺﺩ‬‫ ﻳ‬‫ﺎ ﻟﹶﻢ‬‫ ﻣ‬‫ﺍﺀَﺓ‬‫ﺮ‬‫ ﺑﹺﻘ‬‫ﺎﻟﹸﻚ‬‫ﺑ‬
“Para Ulama’ Fiqih dan Ushul telah sepakat bahwa tidak boleh membaca (Al Qur’an)
dengan riwayat yang syadz (ahad/tidak mutawattir) walaupun ada riwayatnya. Lalu
bagaimana dengan yang tidak ada riwayatnya sama sekali!! “7

10. ‫ﻠﹸﻪ‬‫ﺎﺋ‬‫ﺴ‬‫( ﻣ‬Permasalahannya)


Kaidah-kaidah ilmu tajwid seperti : makhorijul dan sifat-sifat huruf, hukum nun mati dan
tanwin, hukum mim mati, idghom, mad dan qoshr, waqof, washol dan ibtida’, dsb.

5
Imam Ibnu Al Jazari, Al Muqoddimah Fiimaa ‘Ala Qor’ il Qur’ani An Ya’lamah,.
6
Imam Ibnu Al Jazari, An Nasyr fil qiro’atil ‘asyr, Beirut, Darul kutub
7
Abdul Fattah As Sayyid ‘Ajmi, Hidayatul Qori’ ila Tajwidi Kalamil Bari, Madinah: Darul Fajr Al Islamiyyah,
2001, hal 56

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 10


Target Tahsin Tilawah
(Tilawah yang ideal)

Lancar Benar

Frekwensi Talaqqi
tilawah

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 11


KIAT SUKSES BELAJAR AL QUR’AN
- Niat Ikhlash (QS. 98;5).
- Sungguh-sungguh/mujahadah (QS.29;6&69)
- Sabar dan istiqomah (QS.47:31, 3;142, 46;13)
- Yakin bahwa belajar Al Qur’an adalah mudah ( QS. 54;15/22/32/40)
- Memperhatikan ada-adab membaca Al Qur’an
- Tidak tergesa-gesa/membaca dengan tartil (QS.73;4, 75;16, 20;114)
- Talaqqi kepada orang yang menguasai ilmu tajwid (QS.75;18)
- Banyak praktek dan mengulang hingga bisa terucap secara refleks dari mulut
dengan benar
- Setiap hari harus ada waktu wajib khusus Al Qur’an
- Disiplin dalam menerapkan setiap hukum-hukum tajwid ( karena hukum-hukum
tajwid bersifat eksak/pasti)
- Dengan suara yang lantang dan berusaha membaguskan suaranya (dengan suara
yang terbaik)
- Menggunakan mushaf yang standart ( ‘Utsmani)
- Senantiasa berdoa agar dimudahkan dalam mempelajari AL Qur’an (QS.20;114)
- Ber’azam untuk mengajarkan kembali

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 12


ISTI’ADZAH DAN BASMALAH

Lafadz Isti’adzah

    ‫ﻮﺫﹸ‬‫ﺃﹶﻋ‬


atau
   ‫ﻢﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻊﹺ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬  ‫ﻮﺫﹸ‬‫ﺃﹶﻋ‬

Disunnahkan membaca Isti’adzah setiap memulai membaca Al Qur’an. Dan jika tilawah
dilakukan secara bergantian dan berurutan, maka yang membaca Isti’adzah bisa yang pertama
saja.

        

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.(QS. An Nahl :98)

Lafadz Basmalah

   


Basmalah dibaca disetiap memulai awal surat kecuali surat At Taubah. Adapun jika memulai
dari tengah surat, Basmalah boleh dibaca boleh tidak.

Cara membaca Isti’adzah, basmalah, dan awal surat


1. Dipisah semua:

    .     .     ‫ﻮﺫﹸ‬‫ﺃﹶﻋ‬

2. Disambung semua :

            ‫ﻮﺫﹸ‬‫ﺃﹶﻋ‬

3. Menyambung Isti’adzah dengan Basmalah, dan memisah Basmalah dengan awal surat :

    .         ‫ﻮﺫﹸ‬‫ﺃﹶﻋ‬
4. Memisah Isti’adzah dengan Basmalah, dan menyambung Basmalah dengan awal surat :

        .     ‫ﻮﺫﹸ‬‫ﺃﹶﻋ‬

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 13


CARA MENYAMBUNG DUA SURAT

1. Dipisah semua :

    .     .     
2. Disambung semua:

            

3. Menyambung Basmalah dengan awal Surat :

        .     

Yang tidak boleh adalah menyambung akhir surat sebelumnya dengan Basmalah, dan
memisah Basmalah dengan surat sesudahnya.

Tingkat Kecepatan Membaca Al Qur’an

1. ‫ﺭ‬‫ﺍﳊﹶﺪ‬ : Membaca dengan cepat (lebih cepat dari hadr, sudah tidak ideal)

2. ‫ﻞﹸ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﺘﺮ‬‫ﺍﻟ‬ : Membaca dengan lambat

3. ‫ﺮ‬‫ﻭﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺘ‬ : Membaca antara tartil dan hadr

4. ‫ﻖ‬‫ﻴ‬‫ﻘ‬‫ﺘﺤ‬‫ﺍﻟ‬ : Membaca dengan sangat lambat

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 14


MENYEMPURNAKAN HAROKAT

Salah satu bagian penting dari kesempurnaan bacaan Al Qur’an adalah menyempurnakan
harokat. Maksudnya adalah pengucapan vokal a, i, u dengan sempurna.

- Setiap Huruf yang berharokat fathah (َ ) atau yang berbunyi “a” harus dibaca dengan

membuka bibir secara sempurna, sehingga terucap ‘a” secara sempurna, dan tidak boleh
miring ke “e” atau “o”, atau pada huruf-huruf yang tebal (tafkhim) tidak boleh miring ke
“a”

- Setiap Huruf yang berharokat kasroh ( ِ ) atau yang berbunyi “i” harus dibaca dengan
merendahkan bibir bagian bawah, sehingga terucap “i” secara sempurna, dan tidak boleh
miring ke “e”

- Setiap Huruf yang berharokat dlommah (ُ ) atau yang berbunyi “u” harus dibaca dengan
memonyongkan (membulatkan) bibir secara sempurna, sehingga terucap “u” secara
sempurna, dan tidak boleh miring ke “o”

:"‫ "ﺍﳌﻔﻴﺪ ﰲ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﺪ‬:‫ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﻄﱢﻴﱯ ﰲ ﻣﻨﻈﻮﻣﺘﻪ‬


‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻦﹺ ﺿ‬‫ﻴ‬‫ﻔﹶﺘ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﻢ‬‫ﺇﹺ ﱠﻻ ﺑﹺﻀ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ ﻳ‬‫ﻮﻡﹴ ﻓﹶﻠﹶﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻀ‬‫ﻛﹸﻞﱡ ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﻢﹺ‬‫ﺢﹺ ﺍﻓﹾﻬ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﹾﻔﹶﺘ‬‫ﻮﺡ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻭ‬،‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻠﹾﻔﹶﻢﹺ‬‫ﻔﹶﺎﺽﹴ ﻟ‬‫ﺨ‬‫ﻔﹶﺎﺽﹴ ﺑﹺﺎﻧ‬‫ﺨ‬‫ﺫﹸﻭ ﺍﻧ‬‫ﻭ‬
‫ﻛﹶﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻞﹺ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺝ ﺃﹶﺻ‬  ‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻛﹸﻬ‬‫ﺮ‬‫ﺸ‬‫ﻳ‬ ‫ﻛﹶﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻣﺤ‬ ‫ﻜﹸﻦ‬‫ﻑ ﺇﹺﻥﹾ ﺗ‬  ‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺇﹺﺫ‬
‫ﺮﹺﻑ‬‫ﻱ ﻋ‬‫ﺎ ﺍﱠﻟﺬ‬‫ﺟﹺﻬ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﻲ ﻣ‬‫ﺎ ُﺀ ﻓ‬‫ ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻭ‬ ‫ﻒ‬‫ﺝ ﺍﻷَﻟ‬
 ‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻭﹺ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻮ‬‫ﺝ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ ﻣ‬‫ﺃﹶﻱ‬
‫ﻘﱢﻘﹶﺎ‬‫ﺤ‬‫ ﻣ‬‫ ﻛﹸﻦ‬‫ﻢ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﻀ‬‫ﻫﻪ‬ ‫ﻔﹶﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﻄﹶﺒﹺﻘﹶﺎ‬‫ﻨ‬‫ ﺗ‬‫ ﻟﹶﻦ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﺎﺭﹺﺉ‬‫ﺮ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ ﺗ‬
‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ ﻣ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﻄﹾﻖ‬‫ﺐ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺍﺟﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﺿ‬‫ ﻣ‬‫ﺺ‬‫ﻘ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﺑﹺﺄﹶﻧ‬
‫ﺐ‬‫ﺗﺼ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬‫ﺎ ﺍﻓﹾﻬ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻡ ﹸﻛﻞﱟ ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﺗ‬ ‫ﺠﹺﺐ‬‫ﺮﹴ ﻳ‬‫ﺫﹸﻭ ﻛﹶﺴ‬‫ﺢﹴ ﻭ‬‫ ﺫﹸﻭ ﻓﹶﺘ‬‫ﻛﹶﺬﹶﺍﻙ‬
Imam Ahmad Ath Thibii rohimahullah menyatakan :
“Dan setiap huruf yang berdlommah tidak akan sempurna kecuali dengan membulatkan
(memonyongkan) bibir secara sempurna.
Dan yang berkasroh dengan merendahkan bibir, maka ia menjadi sempurna. Dan yang
berfathah dengan membuka bibir, maka fahamilah.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 15


Ketika suatu huruf berharokat, maka makhroj asli harokah tergabung dengannya.
Yaitu makhroj wawu (‫ ) و‬, makhroj alif (‫ ) ا‬, dan ya’ (‫ ) ي‬di makhrojnya yang sudah
diketahui.
Jika engkau melihat seorang qori’ tidak membulatkan bibirnya (pada huruf berdlommah),
maka pastikan
bahwa ia mengurangi yang berdlommah. Sedangkan seharusnya mengucapkan dengan
sempurna.
Demikian pula yang berkasroh dan berfathah, wajib menyempurnakan keduannya,
fahamilah, maka engkau akan benar.8

Contoh-contoh perubahan arti jika salah harokat

• Kalimat ‫ﻮﻟﹸﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻛ‬‫ﺸ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﺮﹺﻱﺀٌ ﻣ‬‫ ﺑ‬‫“ ﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬bahwa Allah dan RasulNya berlepas diri dari

orang-orang musyrik” , jika dibaca ‫ﻪ‬‫ﻮﻟ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﲔ‬‫ﺸﺮﹺﻛ‬


 ‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﺮﹺﻱﺀٌ ﻣ‬‫ ﺑ‬‫ ﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬, artinya menjadi “bahwa

Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan RasulNya ”

• kalimat ‫ﻜﹶﺔﹸ‬‫ﻠﹶﺎﺋ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻛﹶﻔﹶﺮ‬‫ﻳﻦ‬‫ﻓﱠﻰ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫“ ﺇﹺﺫﹾ ﻳ‬ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir

“ jika ِd ibaca ‫ﻠﹶﺎﺋﻜﹶﺔﹶ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻛﹶﻔﹶﺮ‬‫ﻳﻦ‬‫ﻓﱠﻰ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ ﺇﹺ ﹾﺫ ﻳ‬artinya menjadi “ketika orang-orang kafir mencabut

nyawa para malaikat “


Contoh-contoh perubahan arti jika salah panjang pendek
• Kalimat ‫ﺍ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎﻓﹸﻮﺭ‬‫ﻬ‬‫ﺍﺟ‬‫ﺰ‬‫ ﻛﹶﺄﹾﺱﹴ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻮﻥﹶ ﻣ‬‫ﺑ‬‫ﺸﺮ‬
 ‫ ﻳ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺑﺮ‬‫“ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﹾﻟﺄﹶ‬sungguh orang-orang yang berbuat

kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air

kafur”. Jika dibaca ‫ﺍ‬‫ﺎ ﻛﹶﻔﹸﻮﺭ‬‫ﻬ‬‫ﺍﺟ‬‫ﺰ‬‫ ﻛﹶﺄﹾﺱﹴ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻮﻥﹶ ﻣ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﺸ‬‫ ﻳ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺑﺮ‬‫ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﹾﻟﺄﹶ‬artinya menjadi “sungguh

orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang
campurannya adalah orang kafir”
• Kalimat ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻧ‬‫ ﻟﹶﺄﹶﺯﹺﻳﺪ‬‫ﻢ‬‫ﺗ‬‫ﻜﹶﺮ‬‫ ﺷ‬‫ﻦ‬‫“ ﻟﹶﺌ‬sungguh jika kalian bersyukur, sungguh Aku akan menambah

(nikmat) kepada kalian”. Jika dibaca ‫ﻢ‬ ‫ﻜﹸ‬‫ﻧ‬‫ ﻻﹶ ﺃﹶﺯﹺﻳ ﺪ‬‫ﻢ‬‫ﺮﺗ‬ ‫ﻜﹶ‬‫ ﺷ‬‫ﻦ‬‫ ﻟﹶﺌ‬artinya menjadi “sungguh jika

kalian bersyukur, Aku tidak menambah (nikmat) kepada kalian”

8
Shofwat Mahmud Salim , Fathu Robbil Bariyyah Syarhul Muqoddimatul Jazariyyah, Jeddah: Daru Nurul
Maktabat, 1424 H, Hal. 117
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 16
MAKHORIJUL HURUF

Makhorij jama’ dari makhroj artinya tempat keluar . Makhorijul Huruf artinya tempat
keluarnya huruf. Pengucapan huruf sesuai makhrojnya merupakan hal yang sangat penting dalam
membaca Al Qur’an. Kesalahan pada makhorijul huruf dapat menyebabkan peruabahan arti kata.

Contoh-contoh perubahan arti jika salah makhroj


• kalimat ‫ﻢ‬‫ﺗ‬‫ﻜﹶﺮ‬‫ ﻟﹶﺈﹺﻥ ﺷ‬yang berarti “jika kalian bersyukur”, kalau dibaca : ‫ﻢ‬‫ﺗ‬‫ﻜﹶﺮ‬‫ﻝَﺇﹺﻥ ﺳ‬
maka artinya menjadi “jika kalian mabuk”,
• kalimat ‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬ yang berarti “kalian mengetahui, jika dibaca ‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﺄﹾْﻟﹶﻤ‬‫ ﺗ‬maka artinya
menjadi “ kalian menderita kesakitan”,
• Kalimat ‫ﺍ‬‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﻟﹰﺎ ﺳ‬‫ﻗﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﻗﹶﻮ‬‫ ﻭ‬yang berarti “dan berkatalah perkataan yang benar”, jika dibaca
‫ﺍ‬‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﻟﹰﺎ ﺷ‬‫ﻗﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﻗﹶﻮ‬‫ ﻭ‬, maka artinya menjadi “dan berkatalah perkataan yang keras”
• Kalimat ‫ﻠﱠﻪ‬‫ ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫“ ﺍﻟﹾﺤ‬Segala puji bagi Allah” jika dibaca ‫ﻠﱠﻪ‬‫ ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻬ‬artinya menjadi
“kematian bagi Allah”

Setiap huruf hijaiyyah memiliki makhroj sendiri-sendiri yang berbeda dengan huruf latin.
Apabila huruf tersebut dikeluarkan dari makhroj yang benar, maka akan keluar suara dengan
benar pula. Secara global makhorijul huruf ada lima :
1. Rongga Mulut dan tenggorokan ( ‫ﻮﻑ‬ ‫) ﺍﻟﹾﺠ‬
2. Tenggorokan (‫ﻠﹾﻖ‬‫) ﺍﻟﹾﺤ‬
3. Lidah ( ‫ﺎﻥﹸ‬‫ّﺴ‬‫) ﺍﻟﻠ‬
4. Bibir ( ‫ﻔﹶﺔ‬‫ُ)ﺍﻟﺸ‬
5. Rongga Hidung ( ‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺸ‬‫ﻴ‬‫) ﺍﻟﹾ ﺨ‬
Namun jika dirinci Jumlah keseluruhan makhorijul huruf ada tujuh belas makhroj.

1- Rongga Mulut dan tenggorokan ( ‫ﻑ‬‫ﻮ‬‫) ﺍﻟﹾﺠ‬

1. Yang keluar dari al jauf adalah huruf-huruf mad (panjang) yaitu ‫َﺍ ِﻱ ُﻭ‬ atau biasa

disingkat ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ ﻧ‬. setiap huruf mad harus benar-benar keluar dari al jauf secara bersih
dan tidak boleh ada suara hidung.

2. Tenggorokan (‫ﻠﹾﻖ‬‫) ﺍﻟﹾﺤ‬


2. Pangkal tenggorokan, keluar huruf ‫ ھـ‬- ‫ء‬
‫ ﺀًﺍ‬‫ﺌﹰﺎ ﺃﹶﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺌ‬‫ ﻣ‬‫ﻥ‬‫ﺆ‬‫َ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﺃﹶﺃﹾﻥﹶ ﻣ‬‫ ﺀً ﺃﹶﻥ‬‫ﺄﹾ ﺃﹸﻭ‬‫ ﺑ‬‫ ﺃﹸﻭ‬‫ﺀَﺍ ﺇﹺﻱ‬
‫ﺃﹶﺃﱠ ﺇﹺﺉﹺّ ﺃﹸﺅ‬ ‫ ﹸﺃﺅ‬‫ﺃﹶﺃﹾ ﺇﹺﺉ‬
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 17
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﻫ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ﻬ‬‫ﻬﹺﻴ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻦﹺ ﻫ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ ﻫ‬‫ﻮ‬‫ ﻫ‬‫ﻪ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﻫ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ﻫ‬
‫ّ ﺃﹸﻩ‬‫ ﺇﹺﻩ‬‫ﺃﹶﻩ‬ ‫ ﺃﹸﻩ‬‫ ﺇﹺﻩ‬‫ﺃﹶﻩ‬
.  .  .  .  .  .  . 

.   .  .  .  .  .  



 .  .  .  .  .  .  . 

 .  .  .  .   .  . 

 . 

3. Tengah tenggorokan, keluar huruf ‫ﺡ‬- ‫ﻉ‬


‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﻋ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﻌ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﻌ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻌ‬‫ﻦﹺ ﻋ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ ﻋ‬‫ﻮ‬‫ ﻋ‬‫ﻊ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﻋ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻋ‬
‫ ﺇﹺﻉﹺّ ﺃﹸﻉ‬‫ﺃﹶﻉ‬ ‫ ﺃﹸﻉ‬‫ ﺇﹺﻉ‬‫ﺃﹶﻉ‬
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺣ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺤ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺤ‬‫ﻦﹺ ﺣ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ ﺣ‬‫ﻮ‬‫ ﺣ‬‫ﺢ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺣ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﺣ‬
‫ ﺇﹺﺡﹺّ ﺃﹸﺡ‬‫ﺃﹶﺡ‬ ‫ﺡ ﺃﹸﺡ‬
 ‫ ﺇﹺ‬‫ﺃﹶﺡ‬
.  .  .  .  .  .  .  . 

.  .  .  .  .  .  

 .  

 .  .  .  .  .  . 

 .  .  .   .  .  

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 18


4. Ujung Tenggorokan, keluar huruf ‫ﺥ‬ -‫ﻍ‬ , dibaca dengan tafkhim(tebal)9

‫ﺎ ﻏﹶﻦﹺ ﻏﹰﺎ‬‫ﻐ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﻐ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ ﻏﹰﺎ ﻏﹶﻦﹺ ﻏﹶﻐ‬‫ﻎﹾ ﻏﹸﻮ‬‫ ﺑ‬‫ ﻏﹸﻮ‬‫ﻲ‬‫ﻏﹶﺎ ﻏ‬
‫ﻍ‬
‫ﺃﹶﻍﱠ ﺇﹺﻍﹺّ ﺃﹸ ﱡ‬ ‫ﺃﹶﻍﹾ ﺇﹺﻍﹾ ﺃﹸﻍﹾ‬
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺧ‬‫ﺎ ﺧ‬‫ﺨ‬‫ﻴ‬‫ﺨ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺨ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺨ‬‫ﻦﹺ ﺧ‬‫ﺎ ﺧ‬‫ ﺧ‬‫ﻮ‬‫ ﺧ‬‫ﺦ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺧ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﺧ‬‫ﺧ‬
‫ ﺇﹺﺥﹺّ ﺃﹸﺥ‬‫ﺃﹶﺥ‬ ‫ﺥ ﺃﹸﺥ‬
 ‫ ﺇﹺ‬‫ﺃﹶﺥ‬
 .  .    .  .  .  

 .   .   .  .    

  .  .  .  .  . 

.     .    .  .  

  .  .  .  .  .  


Praktek Surat Al Fatihah dan Al A'la

3. Lidah ( ‫ﺎ ﻥﹸ‬‫ّﺴ‬‫) ﺍﻟﻠ‬


5.Pangkal lidah dengan langit-langit, keluar huruf ‫ ق‬, dibaca dengan tafkhim (tebal) tanpa
disertai keluarnya nafas. Jika mati, huruf qof harus dibaca memantul (qolqolah)10
‫ﻘﹰﺎ ﻗﹶﻦﹺ ﻗﹰﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻘ‬‫ﻘﹾﻦﹺ ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﻗﹰﺎ ﻗﹶﻦﹺ ﻗﹶﻘﹾﻦ‬‫ ﻗﹸﻮ‬‫ﻖ‬‫ ﺑ‬‫ ﻗﹸﻮ‬‫ﻗﻲ‬ ‫ﻗﹶﺎ‬
‫ ﺇﹺﻕﹺّ ﺃﹸﻕ‬‫ﺃﹶﻕ‬ ‫ ﺃﹸﻕ‬‫ ﺇﹺﻕ‬‫ﺃﹶﻕ‬
.  .   .   .  .    

9
Tafkhim secara bahasa berarti menebalkan. Secara istilah berarti sifat tebal yang melekat pada huruf sehingga
gemanya memenuhi rongga mulut.
10
Kesalahan umum yang terjadi pada pengucapan huruf Qof adalah mengeluarkan huruf Qof terlalu dalam dari
tenggorokan. Yang benar adalah dari pangkal lidah.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 19
.   .  .       

 .   .  .  . 

6. Pangkal lidah dengan langit-langit sedikit dibawah makhroj qof, keluar huruf ‫ك‬,
dibaca disertai keluarnya nafas.
‫ﻜﹰﺎ ﻛﹶﻦﹺ ﻛﹰًﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻜ‬‫ﻜﹾﻦﹺ ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﻛﹰﺎ ﻛﹶﻦﹺ ﻛﹶﻜﹾﻦ‬‫ ﻛﹸﻮ‬‫ﻚ‬‫ ﺑ‬‫ ﻛﹸﻮ‬‫ﻲ‬‫ﻛﹶﺎ ﻛ‬
‫ّ ﺃﹸﻙ‬‫ ﺇﹺﻙ‬‫ﺃﹶﻙ‬ ‫ ﺃﹸﻙ‬‫ ﺇﹺﻙ‬‫ﺃﹶﻙ‬
 .  .  .  .  . 

 .  .  .  . 


Praktek Surat Al Anfal Ayat 29-32, Al Balad, dan Al Alaq

7. Tengah lidah dengan langit-langit, keluar huruf ‫ ش – ي‬- ‫ ج‬, Jika huruf jim (‫)ج‬
mati harus dibaca memantul (qolqolah)
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺟ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ﺠ‬‫ﺠﹺﻴ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺠ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺠ‬‫ﻦﹺ ﺟ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ ﺟ‬‫ﻮ‬‫ ﺟ‬‫ﺞ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺟ‬‫ﺎ ﺟﹺﻲ‬‫ﺟ‬
‫ ﺇﹺﺝﹺّ ﺃﹸﺝ‬‫ﺃﹶﺝ‬ ‫ﺝ ﺃﹸﺝ‬
 ‫ ﺇﹺ‬‫ﺃﹶﺝ‬
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺷ‬‫ﺎ ﺷ‬‫ﺸ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺸ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺸ‬‫ﻦﹺ ﺷ‬‫ﺎ ﺷ‬‫ ﺷ‬‫ﻮ‬‫ ﺷ‬‫ﺶ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺷ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﺷ‬‫ﺷ‬
‫ ﺇﹺﺵﹺّ ﺃﹸﺵ‬‫ﺃﹶﺵ‬ ‫ ﺃﹸﺵ‬‫ ﺇﹺﺵ‬‫ﺃﹶﺵ‬
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﻳ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﻴ‬‫ﻴﹺﻴ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻦﹺ ﻳ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ ﻳ‬‫ﻮ‬‫ ﻳ‬‫ﻲ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﻳ‬‫ﺎ ﻳﹺﻲ‬‫ﻳ‬
‫ ﺇﹺﻱﹺّ ﺃﹸﻱ‬‫ﺃﹶﻱ‬ ‫ ﺃﹸﻱ‬‫ﺃﹶﻱ‬
.  .  .   .  .  . 

  .  .  . 

  .  .  .  . ٍ  .  . 

       .  . 


Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 20
 .  .  .   .  .  . 

.  .  .  .    .  . 


١١
 .
Praktek Surat An Naba’ ayat 1- 30

7. Sisi lidah kiri atau kanan bertemu dengan gigi geraham atas, keluar huruf ‫ ض‬, dibaca
dengan tafkhim (tebal).12
‫ًﺎ‬‫ﻦﹺ ﺿ‬‫ﺎ ﺿ‬‫ﻀ‬‫ﻴ‬‫ﻀ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﻀ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻀ‬‫ﻦﹺ ﺿ‬‫ﺎ ﺿ‬‫ ﺿ‬‫ﻮ‬‫ ﺿ‬‫ﺾ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺿ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﺿ‬‫ﺿ‬
‫ ﺇﹺﺽﹺّ ﺃﹸﺽ‬‫ﺃﹶﺽ‬ ‫ ﺃﹸﺽ‬‫ ﺇﹺﺽ‬‫ﺃﹶﺽ‬
.    .  .     

           
Praktek surat Thoha 83 – 97, surat Adl Dluha

8. Ujung sisi lidah bertemu dengan ujung langit-langit, keluar huruf ‫ ل‬, dalam lafadz
( ‫)اﷲ‬13 jika huruf sebelumnya berharokat fathah atau dlommah, maka dibaca tebal
(tafkhim). Selain tempat tersebut huruf lam harus dibaca tipis (tarqiq) termasuk lafadz
(‫ )اﷲ‬jika sebelumnya kasroh. 14

11
Kesalahan umum saat membaca huruf ya’ yang bertasydid adalah menahan lama tasydid atau dibaca seperti
idghom bighunnah. Secara umum tidak boleh menahan (mamanjangkan) tasydid. Huruf bertasydid hanya ditekan
secara biasa. Kesalahan mamanjangkan tasydid oleh ulama’ disebut tamthithusy syaddi(ّ‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﻴﻂﹸ‬‫ﻄ‬‫ﻤ‬‫) ﺗ‬. Kecuali pada
huruf mim dan nun tasydid, ghunnah pada mim dan nun tasydid wajib ditahan. Jadi yang menyebabkan ditahan
adalah ghunnah, termasuk pada idghom bighunnah.
12
kesalahan umum yang sering terjadi adalah mengeluarkan huruf ‫ ض‬dari ujung lidah bertemu dengan gigi depan,
atau dengan geraham, atau dengan pipi, sedangkan yang tepat adalah sisi lidah dengan geraham. Sehingga lidah atau
bibir tidak perlu miring ke kiri atau ke kanan. Kesalahan umum yang lain adalah mengucapkan َ‫ ض‬dengan
memonyongkan bibir. Sedangkan memonyongkan bibir hanya pada huruf ‫ و‬dan huruf berdlommah saja, dan tidak
ada hubungannya dengan tafkhim (tebal)nya huruf.
13
Dalam mushhaf timur tengah lafadz harokatnya fathah biasa (pendek), namun tetap harus dibaca 2 harokat.
14
Kesalahan umum pada pengucapan huruf yang berharokat fathah sebelum lafadz (‫ )اﷲ‬, adalah membacanya
miring ke “o”, misalnya kalimat (‫ )اﷲ‬dibaca olloh, harusnya tetap Alloh, dan kalimat (‫ )وَ اﷲ‬dibaca wolloh,

harusnya tetap Walloh, termasuk kalimat   dibaca walodl dloollin, harusnya tetap waladl dloollin.

Dsb.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 21
‫ﻼﹰ ﻟﹶﻦﹺ ﻻﹰ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻠﹾﻦﹺ ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﻻﹰ ﻟﹶﻦﹺ ﻟﹶﻠﹾﻦ‬‫ﻞﹾ ﻟﹸﻮ‬‫ ﺑ‬‫ ﹸﻟﻮ‬‫ﻲ‬‫ﻻﹶ ﻟ‬
‫ﺃﹶﻝﱠ ﺇﹺﻝﹺّ ﺃﹸ ﱡﻝ‬ ‫ﺃﹶﻝﹾ ﺇﹺﻝﹾ ﺃﹸﻝﹾ‬
.   .  .  .   .  

   .  .   .   . 

               

  


Praktek Surat Al Hasyr : 18 – 24

9. Ujung lidah bertemu dengan langit-langit dibawah makhroj lam, keluar huruf ‫ ن‬, jika
huruf nun bertasydid (ّ‫ن‬ ) maka dengung (ghunnah)nya harus ditahan sekitar dua
15
harokat. Kesalahan umum yang terjadi saat pengucapan nun yang bertasydid (ّ‫) ن‬
adalah ghunnah (dengung) tidak ditahan, atau menahan ghunnah terlalu lama (berlebihan)
dan menggelombang-gelombangkannya yang disebut oleh ulama tajwid sebagai
tathniinul ghunnaat(‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﻐ‬‫ﻄﹾﻨﹺﲔ‬‫) ﺗ‬.

‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﻧ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ﻨ‬‫ﻨﹺﻴ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻨ‬‫ﻦﹺ ﻧ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ ﻧ‬‫ﻮ‬‫ ﻧ‬‫ﻦ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﻧ‬‫ﺎ ﻧﹺﻲ‬‫ﻧ‬
‫ّ ﺃﹸﻥﱡ‬‫ﺃﹶﻥﱠ ﺇﻥ‬ ‫ﺃﹶﻥﹾ ﺇﹺﻥﹾ ﺃﹸﻥﹾ‬
.   .  .     .    . 

   .   .  .  .    


Praktek Surat An Nas, Al Hujurot 13-18

10. Ujung lidah bertemu dengan langit-langit dengan memasukkan sedikit permukaan lidah,
keluar huruf ‫ر‬, huruf ro’ memiliki tiga kondisi : (1) harus dibaca tebal (tafkhim), (2)
harus dibaca tipis (tarqiq), dan (3) boleh dibaca tafkhim atau tarqiq.

1. Harus dibaca tebal (tafkhim)


1. berharokat fathah / dlommah : ‫ﺎ‬‫ﺯﹺﻗﹾﻨ‬‫ ﺭ‬، ‫ﺮ‬‫ ﺗ‬‫ﺃﹶﻟﹶﻢ‬
15
Ada pula yang menyebutkan sekitar tiga harokat, Disebut “sekitar” karena ghunnah bukan harokat, ukuran pasti
lamanya menahan ghunnah adalah pada talaqqi.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 22
2. Mati setelah fathah/ dlommah : ‫ﺍ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬ ، ‫ﻢ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬
3. Mati setelah hamzah washol16 : ،  ,  

4. Mati setelah kasroh sesudahnya terdapat huruf isti’la’17 yang tidak berharokat

kasroh dalam satu kata :    ,   ,   ,   , 



5. Mati karena waqof (berhenti) setelah alif atau wawu sukun:   
6. Mati karena waqof (berhenti) setelah huruf mati yang sebelumnya huruf yang

berharokat fathah / dlommah  

2. Harus dibaca tipis (tarqiq)


1. Berharokat kasroh : ‫ﺮﹺﻯ‬‫ﺠ‬‫ﺗ‬
2. Mati sesudah kasroh : ‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻋ‬‫ﺮ‬‫ﻓ‬
3. Mati karena waqof setelah huruf Ya’ sukun :       

4. Mati karena waqof setelah huruf mati (bukan isti’la’) yang sebelumnya huruf

yang berharokat kasroh :   

16
Hamzah washol adalah hamzah yang tidak dibaca ketika di pertengahan kalimat, dan dibaca jika di awal kalimat
(lawan dari hamzah qotho’/asli, yang tetap dibaca diawal, ditengah, atau diakhir). Dalam mushhaf timur tengah

biasanya ditulis dengan alif diatasnya ada huruf shod kecil ( ),cara menentukan harokat hamzah washol ( )

adalah :

1. Pada alif lam ( ‫ ) ال‬hamzah washol harus dibaca fathah . misal (  , ),

2. Pada kalimat ( ‫ﻦﹴ‬‫ ﺍﺑ‬، ‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﺑ‬، ٍ‫ﺮﹺﻯﺀ‬‫ ﺍﻣ‬، ‫ﻦﹺ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﺛﹾﻨ‬، ‫ﺃﺓ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻣ‬، ‫ﻢﹴ‬‫ ﺍﺳ‬، ‫ﻦﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺘ‬‫ ) ﺍﺛﹾﻨ‬hamzah washol harus dibaca
kasroh.
3. Selain dua bentuk diatas, untuk menentukan harokat hamzah washol dilihat harokat huruf ketiganya. Jika huruf

ketiga fathah atau kasroh, maka hamzah washol harus dibaca kasroh, misal : ,  . , 

(karena huruf ‫ ﺕ‬berdatsdid (dobel), maka huruf kedua dan ketiga adalah huruf ‫) ﺕ‬

Dan jika huruf ketiga dlommah, maka hamzah washol harus dibaca dlommah, misal:   ,  .

17
Lihat di bab sifat-sifat huruf
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 23
3. Boleh tebal atau tipis
1. Mati setelah kasroh sesudahnya ada huruf isti’la’ berharokat kasroh : ‫ﺮﻕﹴ‬
 ‫ﻓ‬
2. Mati karena waqof setelah huruf isti’la’ yang mati yang sebelumnya huruf
yang berharokat kasroh : ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﻣ‬
3. Mati karena waqof setelahnya ada huruf Ya’ yang dibuang18 :  

  

‫ﺍ‬‫ ﺭ‬‫ﻥ‬‫ﺍ ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﺮﹺﻳ‬‫ ﻣ‬‫ﻥ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻥﹶ ﻣ‬‫ﺭ‬‫ ﺭ‬‫ﻥ‬‫ﺍ ﺭ‬‫ ﺭ‬‫ﻭ‬‫ ﺭ‬‫ﺮ‬‫ ﺑ‬‫ﻭ‬‫ ﺭ‬‫ﺍ ﺭﹺﻱ‬‫ﺭ‬
‫ ﺇﹺﺭﹺّ ﺃﹸﺭ‬‫ﺃﹶﺭ‬ ‫ ﺃﹸﺭ‬‫ ﺇﹺﺭ‬‫ﺃﹶﺭ‬
Praktek surat Al Muddatstsir, Al Fajr, dan Al Qomar19

11. Ujung lidah bertemu dengan gusi bagian atas (pangkal gigi seri atas), keluar huruf –‫ط‬
‫ د – ت‬, pengucapan huruf ‫ ت‬disertai dengan keluarnya nafas20. Pengucapan huruf ‫& ط‬
‫ د‬tanpa disertai keluarnya nafas. Huruf ‫ ط‬harus dibaca tafkhim (tebal), dan jika mati
huruf ‫د‬، ‫ ط‬harus dibaca qolqolah (mamantul).21
‫ﺍ‬‫ ﺩ‬‫ﻥ‬‫ﺍ ﺩ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ ﻣ‬‫ﻥ‬‫ﺪ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻥﹶ ﻣ‬‫ﺩ‬‫ ﺩ‬‫ﻥ‬‫ﺍ ﺩ‬‫ ﺩ‬‫ﻭ‬‫ ﺩ‬‫ﺪ‬‫ ﺑ‬‫ﻭ‬‫ ﺩ‬‫ﻱ‬‫ﺍ ﺩ‬‫ﺩ‬
‫ّ ﺃﹸﺩ‬‫ ﺇﺩ‬‫ﺃﹶﺩ‬ ‫ ﺃﹸﺩ‬‫ ﺇﹺﺩ‬‫ﺃﹶﺩ‬
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺗ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺘ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺘ‬‫ﻦﹺ ﺗ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ ﺗ‬‫ﻮ‬‫ ﺗ‬‫ﺖ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺗ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﺗ‬
‫ّ ﺃﹸﺕ‬‫ ﺇﹺﺕ‬‫ﺃﹶﺕ‬ ‫ ﺃﹸﺕ‬‫ ﺇﹺﺕ‬‫ﺃﹶﺕ‬
‫ﻄﹰﺎ ﻃﹶﻦﹺ ﻃﹰًﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻄ‬‫ﻄﹾﻦﹺ ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﻃﹰﺎ ﻃﹶﻦﹺ ﻃﹶﻄﹾﻦ‬‫ﻂﹾ ﻃﹸﻮ‬‫ ﺑ‬‫ ﻃﹸﻮ‬‫ﻲ‬‫ﻃﹶﺎ ﻃ‬
‫ﻁ‬
‫ّ ﺃﹸ ﱡ‬‫ﺃﹶﻁﱠ ﺇﹺﻁ‬ ‫ﻁ ﺃﹸﻁﹾ‬
‫ﺃﹶﻁﹾ ﺇﹺ ﹾ‬

18
Dapat diketahui dari konteks ayat atau asal kalimat.
19
Kesalahan umum yang terjadi saat membaca huruf ro’ yang bertasydid seperti dalam lafadz basmalah adalah ro’
dibaca lemah seolah tanpa tasydid. Atau ro’ tasydid dibaca dengan menghentakkan suara sehingga seolah suaranya
terputus atau tersendat (ada jeda), kesalahan ini disebut oleh ulama’ sebagai ( ‫ﺍﺀَﺍ ﺕ‬‫ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫) ﺣ‬.
20
Kesalahan umum yang terjadi pada pengucapan huruf ‫ ط د ت‬adalah lidah keluar menyentuh ujung gigi.
21
Kesalahan umum yang terjadi pada pengucapan huruf ‫ ط‬adalah dengan memonyongkan bibir. Sedangkan
memonyongkan bibir hanya pada huruf ‫ و‬dan huruf berdlommah saja, dan tidak ada hubungannya dengan tafkhim
(tebal)nya huruf.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 24
 .   .  .    .    .  

 .   .  .   .  

    .  .  .  .  . 

 .  .   .   .  

  .   

  .  .  .  .  

 .  .   .  . 


Praktek Surat At Takwir, At Takatsur, dan Al 'Adiyat, Ar Ra’d 25-29

12. Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri atas (lidah sedikit keluar), keluar huruf –‫ظ‬
‫ ث‬- ‫ ذ‬, huruf ‫ ظ‬harus dibaca tafkhim (tebal).
‫ﺜﹰﺎ ﺛﹶﻦﹺ ﺛﹰًﺎ‬‫ﻴ‬‫ﺜ‬‫ﺜﹾﻦﹺ ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﺛﹰﺎ ﺛﹶﻦﹺ ﺛﹶﺜﹾﻦ‬‫ﺚﹾ ﺛﹸﻮ‬‫ ﺑ‬‫ ﺛﹸﻮ‬‫ﻲ‬‫ﺛﹶﺎ ﺛ‬
‫ّ ﺃﹸﺙﱡ‬‫ﺃﹶﺙﹾ ﺇﹺﺙﹾ ﺃﹸﺙﹾ ﺃﹶﺙﱠ ﺇﹺﺙ‬
‫ ﺫﹰًﺍ‬‫ﺬﹰﺍ ﺫﹶﻥ‬‫ﻳ‬‫ﺬ‬‫ ﻣ‬‫ﺬﹾﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﺫﹶﺫﹾﻥﹶ ﻣ‬‫ ﺫﹰﺍ ﺫﹶﻥ‬‫ﺬﹾ ﺫﹸﻭ‬‫ ﺑ‬‫ ﺫﹸﻭ‬‫ﻱ‬‫ﺫﹶﺍ ﺫ‬
‫ّ ﺃﹸ ﱡﺫ‬‫ﺃﹶﺫﱠ ﺇﹺﺫ‬ ‫ﺃﹶﺫﹾ ﺇﹺﺫﹾ ﺃﹸﺫﹾ‬
‫ﻈﹰﺎ ﻇﹶﻦﹺ ﻇﹰًﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻈ‬‫ﻈﹾﻦﹺ ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﻇﹰﺎ ﻇﹶﻦﹺ ﻇﹶﻈﹾﻦ‬‫ﻆﹾ ﻇﹸﻮ‬‫ ﺑ‬‫ ﻇﹸﻮ‬‫ﻲ‬‫ﻇﹶﺎ ﻇ‬
‫ﻅ‬
‫ّ ﺃﹸ ﱡ‬‫ﺃﹶﻅﱠ ﺇﹺﻅ‬ ‫ﻅ ﺃﹸﻅﹾ‬
‫ﺃﹶﻅﹾ ﺇﹺ ﹾ‬
  .  .   .  .  . 

  .  .  .  .  .  

 .  .  .  .   . 

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 25


.  .  .  .  .  .   .

   .   .  .   

 .  .  .  . 

Praktek Surat Al Baqarah :275-281, Al Zalzalah

13. Ujung lidah diantara gigi atas dan gigi bawah, namun lebih dekat ke bawah, keluar huruf
‫ ص – س – ز‬, huruf ‫ ص‬dibaca tafkhim (tebal),22

‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺳ‬‫ﺎ ﺳ‬‫ﺴ‬‫ﺴِﻴ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﻦﹺ ﺳ‬‫ﺎ ﺳ‬‫ ﺳ‬‫ﻮ‬‫ ﺳ‬‫ﺲ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺳ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﺳ‬‫ﺳ‬
‫ ﺇﹺﺱﹺّ ﺃﹸﺱ‬‫ﺃﹶﺱ‬ ‫ ﺃﹸﺱ‬‫ ﺇﹺﺱ‬‫ﺃﹶﺱ‬
‫ﺍ‬‫ ﺯ‬‫ﻥ‬‫ﺍ ﺯ‬‫ﺰ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ ﻣ‬‫ﻥ‬‫ﺰ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻥﹶ ﻣ‬‫ﺯ‬‫ ﺯ‬‫ﻥ‬‫ﺍ ﺯ‬‫ ﺯ‬‫ﻭ‬‫ ﺯ‬‫ﺰ‬‫ ﺑ‬‫ﻭ‬‫ ﺯ‬‫ﺍ ﺯﹺﻱ‬‫ﺯ‬
‫ ﺇﹺﺯﹺّ ﺃﹸﺯ‬‫ﺃﹶﺯ‬ ‫ ﺃﹸﺯ‬‫ ﺇﹺﺯ‬‫ﺃﹶﺯ‬
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺻ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﺼ‬‫ﻴ‬‫ﺼ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺼ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺼ‬‫ﻦﹺ ﺻ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ ﺻ‬‫ﻮ‬‫ ﺻ‬‫ﺺ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺻ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﺻ‬
‫ ﺇﹺﺹﹺّ ﺃﹸﺹ‬‫ﺃﹶﺹ‬ ‫ ﺃﹸﺹ‬‫ ﺇﹺﺹ‬‫ﺃﹶﺹ‬
.   .  .    .  .  . 

.  .  .  .  .  

 .  . 

    .  .   .  . 

.  .   .  .  .  . 

22
Kesalahan umum yang terjadi pada pengucapan huruf ‫ ص‬adalah dengan memonyongkan bibir. Sedangkan
memonyongkan bibir hanya pada huruf ‫ و‬dan huruf berdlommah saja, dan tidak ada hubungannya dengan tafkhim
(tebal)nya huruf
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 26
.  .  .   .  .  .  

.   .  .  .   .  . 

٢٣
    .  . 
Praktek Surat Al Qori’ah, Al Zalzalah, & Nuh

4. Bibir (‫ﻔﹶﺔﹸ‬‫ِ) ﺍﻟﺸ‬


15. Bibir bawah bagian dalam bertemu dengan ujung gigi seri atas, keluar huruf ‫ف‬
‫ﻔﹰﺎ ﻓﹶﻦﹺ ﻓﹰًﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻔ‬‫ﻔﹾﻦﹺ ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﻓﹰﺎ ﻓﹶﻦﹺ ﻓﹶﻔﹾﻦ‬‫ ﻓﹸﻮ‬‫ﻒ‬‫ ﺑ‬‫ ﻓﹸﻮ‬‫ﻲ‬‫ﻓﹶﺎ ﻓ‬
‫ّ ﺃﹸﻑ‬‫ ﺇﹺﻑ‬‫ ﺃﹶﻑ‬‫ ﺃﹸﻑ‬‫ ﺇﹺﻑ‬‫ﺃﹶﻑ‬
.     .     .  

 .  .      . 

16. Dua bibir


- tertutup , keluar huruf ‫ ب – م‬, jika huruf ba’ mati maka harus dibaca
mantul (qolqolah). Jika huruf mim bertasydid (ّ‫ )م‬maka dengung
(ghunnah)nya harus ditahan sekitar dua harokat. Kesalahan umum yang
terjadi saat pengucapan mim yang bertasydid (ّ‫ )م‬adalah ghunnah (dengung)
tidak ditahan, atau menahan ghunnah terlalu lama (berlebihan) dan
menggelombang-gelombangkannya yang disebut oleh ulama tajwid sebagai
‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﻐ‬‫ﻄﹾﻨﹺﲔ‬‫( ﺗ‬tathniinul ghunnaat).
- membulatkan bibir, keluar huruf ‫و‬

23
Boleh dibaca Shod, boleh dibaca sin :

  (Al Baqarah : 245)     
(Ath Thur : 37) 

( Al A’rof: 69) 


Jika huruf sin diatas huruf shod maka lebih utama (masyhur) dibaca sin. Dan jika huruf sin dibawah huruf shod,
maka lebih utama (masyhur) dibaca shod.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 27


‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﺑ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﺒ‬‫ﺒﹺﻴ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺒ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺒ‬‫ﻦﹺ ﺑ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺑ‬‫ﺐ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺑ‬‫ﺎ ﺑﹺﻲ‬‫ﺑ‬
‫ ﺇﹺﺏﹺّ ﺃﹸﺏ‬‫ ﺃﹶﺏ‬‫ ﺃﹸﺏ‬‫ ﺇﹺﺏ‬‫ﺃﹶﺏ‬
‫ﺎ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻤ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻦﹺ ﻣ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ ﻣ‬‫ﻮ‬‫ ﻣ‬‫ﻢ‬‫ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﻣ‬‫ﻲ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻣ‬
‫ ﺇﻡﹺّ ﺃﹸﻡ‬‫ﺃﹶﻡ‬ ‫ ﺃﹸﻡ‬‫ ﺇﻡ‬‫ﺃﹶﻡ‬
‫ﻭﺍ‬ ‫ﻥ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﻮ‬‫ﻮﹺﻳ‬‫ ﻣ‬‫ﻥ‬‫ﻮ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻥﹶ ﻣ‬‫ﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻥ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻮ‬‫ ﺑ‬‫ﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﺍ ﻭﹺﻱ‬‫ﻭ‬
‫ ﺇﹺﻭﹺّ ﺃﹸًﻭ‬‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ ﺇﹺﻭ‬‫ﺃﹶﻭ‬
 .  .   .  .   . 

 .      . 

 .  .  .   .   . 

.         .

. ٢٤      .  .  . 

 .  


Praktek Surat Yusuf ayat 43 – 49, At Takatsur

5. Rongga Hidung ( ‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺸ‬‫ﻴ‬‫) ﺍﻟﹾﺨ‬


17. Yang keluar dari Rongga hidung adalah ghunnah ( dengung) yang ada pada huruf mim
dan nun. Seluruh huruf selain dari huruf mim dan nun, tidak boleh ada suara hidung,
termasuk pada mad. Ada tidaknya suara hidung dapat dicek dengan memencet atau
menutup kedua lubang hidung saat pengucapan huruf.

24
Kesalahan umum saat membaca huruf wawu yang bertasydid adalah menahan lama tasydid atau dibaca seperti
idghom bighunnah. (lihat catatan kaki nomor 11)
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 28
SIFAT-SIFAT HURUF

Huruf-huruf hija’iyyah memiliki sifat-sifat yang khusus yang harus diberikan. Dengan sifat-
sifat tersebut kita dapat :
1. Membedakan antara satu huruf dengan huruf yang lain, terutama yang sama makhrojnya.
2. Memperbagus pengucapan huruf secara tepat.
3. Mengetahui huruf yang mempunyai sifat yang kuat dan sifat yang lemah, yang hal ini
berpengaruh dalam masalah Idghom.
4. Membedakan antara huruf-huruf arab (hija’iyyah) dengan selain huruf hija’iyyah.
Misalnya antara huruf “t” dalam bahasa indonesia berbeda dengan sifat huruf “ ‫“ ت‬
dalam bahasa arab, antara huruf “K” berbeda dengan sifat huruf “‫“ ك‬, huruf “s” berbeda
dengan sifat huruf “ ‫ ث‬،‫ ص‬، ‫ ش‬، ‫ “ س‬dsb. Lebih-lebih huruf yang tidak memiliki padanan
dalam bahasa kita seperti huruf “ ‫ غ‬، ‫ ظ‬، ‫ “ ض‬. Sehingga kita tidak membaca Al Qur’an
dengan logat kita masing-masing, akan tetapi membaca Al Qur’an dengan logat arab
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
(‫ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬‫ﻬ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻮ‬‫ ﺃﹶﺻ‬‫ﺏﹺ ﻭ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻥ‬‫ﻮ‬‫ﺁﻥﹶ ﺑﹺﻠﹸﺤ‬‫ﺍ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﺅ‬‫ﺍﻗﹾﺮ‬
“Bacalah Al qur’an sesuai dengan logat dan suara orang Arab. (HR. Al Baihaqi &
Ath Thabrani)

Dari segi keterikatan dengah huruf, sifat huruf dibagi dua :


1. Sifat Ashliyyah atau sifat lazimah, yaitu sifat asli yang dimiliki oleh suatu huruf yang
tidak dapat terpisahkan dari huruf tersebut dalam kondisi apapun (berharokat fathah,
kasroh, dlommah, maupun sukun).
2. Sifat ‘Arodliyyah atau sifat ‘aridloh, yaitu sifat yang ada pada suatu huruf dalam satu
kondisi, dan tidak ada dalam kondisi yang lain, seperti sifat tafkhim (tebal) ataau tarqiq
(tipis) pada huruf ro’, idhar atau ikhfa’ pada huruf nun mati, dsb.
Sifat Ashliyyah atau Sifat Lazimah sebagaimana disebut di atas, adalah suatu hak huruf yang
harus selalu diberikan dalam pengucapan suatu huruf. Sifat Ashliyyah atau Sifat Lazimah secara
keseluruhan ada tujuh belas. Dan dari tujuh belas sifat tersebut, setiap huruf minimal memiliki
lima sifat dan maksimal tujuh sifat. Secara global tujuh belas sifat tersebut dibagai menjadi dua
kategori : 1. Sifat yang memiliki lawan., dan 2. Sifat yang tidak memiliki lawan.

1. Sifat yang memiliki lawan :


1. ُ‫اﻟﮭَﻤْﺲ‬ : Keluar nafas : hurufnya adalah ‫ﻜﹶﺖ‬‫ ﺳ‬‫ﺺ‬‫ﺨ‬‫ ﺷ‬‫ﺜﹼﻪ‬‫ﻓﹶﺤ‬
‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﹾﺠ‬ : Tidak keluar nafas : hurufnya adalah selain dari huruf Al Hams

2. ‫ﺪﺓﹸ‬ ّ‫ﺍﻟﺸ‬ : Suara tertahan : hurufnya adalah ‫ﻜﹶﺖ‬‫ ﺑ‬‫ ﻗﹶﻂ‬‫ ﺃﹶﺟﹺﺪ‬.
(antara sifat syiddah dan sifat Ar Rikhowah ada huruf yang memiiki

sifat pertengahan ( ‫ﻂﹸ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ )ﺍﻟﺘ‬hurufnya adalah ; ‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬‫ﻟ‬

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 29


‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ : Suara terlepas : hurufnya adalah selain huruf Asy Syiddah dan At
25
tawassuth

3. ُ‫ﻼﹶﺀ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ : Lidah naik ke langit-langit26 : hurufnya adalah : ‫ﻗﻆﹾ‬ ‫ﻂ‬‫ﻐ‬‫ ﺿ‬‫ﺺ‬‫ﺧ‬


‫ﻔﹶﺎﻝﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ : Lidah turun27 : hurufnya adalah selain huruf isti’la’

4. ‫ﺎﻕ‬‫ﺍﻹِﻃﹾﺒ‬ : Lidah lengket dengan langit langit: hurufnya adalah: ‫ ﻅ‬،‫ ﻁ‬،‫ ﺽ‬،‫ﺹ‬
‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻻ‬ : Lidah terpisah dari langit-langit: hurufnya adalah selaih huruf al ithbaq

5. ‫ﺍﻹِﺫﹾﻻﹶﻕ‬ : Mengeluarkan huruf dengan cepat dan mudah: hurufnya adalah

‫ ﻟﹸﺐ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻓﹶﺮ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻹِﺻ‬ : Mengeluarkan huruf dengan tertahan /berat : hurufnya adalah selain
dari huruf al idzlaq.28

2. Sifat yang tidak memiliki lawan :


1. ‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻔ‬‫ﺍﻟﺼ‬ : Keluar suara tambahan menyerupai desis burung; hurufnya adalah
‫ ز‬،‫ س‬،‫ص‬
2. ‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻠﹾﻘﹶﻠﹶﺔﹸ‬ : Suara memantul ketika mati29 : hurufnya ‫ﺪ‬‫ﺟ‬ ‫ﻗﹸﻄﹾﺐ‬
3. ‫ﻦ‬‫ﺍﻟﻠﱢﻴ‬ : Mengeluarkan suara dengan lembut : hurufnya adalah huruf ‫ _َﻱ‬، ‫_َﻭ‬
(wawu dan ya’ sukun sebelumnya huruf berharokat fathah)

4. ‫ﺍﻑ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻻ‬ : Miring dari makrojnya30.: hurufnya adalah ‫ﺭ‬،‫ﻝ‬


25
Sifat Syiddah, Tawassuth, dan Rikhowah sangat berpengaruh pada tempo huruf.
26
Yang dimaksud naik ke langit-langit adalah lidah bagian belakang terangkat ke langit-langit. Konsekwensi dari
huruf yang memiliki sifat isti’la’ adalah harus selalu dibaca tafkhim (tebal) dalam segala kondisi (berharokat fathah,
kasroh, dlommah, maupun sukun), -keterangan tentang tafkhim lihat catatan kaki nomor 9-. Sifat isti’la’ tidak ada
hubungannnya dengan bibir, tetapi hubungannya dengan lidah. Sehingga tidak ada kaitan antara isti’la’ dengan
gerakan/bentuk bibir, misalnya dengan memonyongkan bibir. Memonyongkan bibir hanya pada huruf wawu dan
huruf yang berharokat dlommah.
27
Huruf yang memilki sifat istifal harus selalu dibaca tarqiq(tipis).
28
Kedua sifat ini (idzlaq dan ishmat) tidak ada hubungan atau pengaruh dalam pengucapan suatu huruf. Akan tetapi
hubungannya adalah dengan bahasa. Jika ada kata yang terdiri dari empat atau lima huruf yang tidak satupun dari

huruf-huruf tersebut merupakan huruf idzlaq, maka kata tersebut bukan dari bahasa arab. Misal kalimat : ‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻋ‬
(emas)
29
Qolqolah dibagi dua: (1) qolqolah sughro (jika mati ditengah ayat), dan (2) qolqolah kubro (jika mati/dimatikan di
akhir ayat). Pengucapan qolqolah tidak seolah-olah berakhiran hamzah seperti ْ‫ﺀ‬‫ﺩ‬ (de’). Akan tetapi dipantulkan
secara wajar : ْ‫( د‬de)
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 30
5. ‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺮﹺﻳ‬‫ﺍﻟﺘ‬ : Ujung lidah bergetar31. Hurufnya adalah ‫ﺭ‬

6. ‫ﻲ‬‫ﺸ‬
ّ ‫ﻔﹶ‬‫ﺍﻟﺘ‬ : Angin menyebar di mulut : hurufnya adalah ‫ﺵ‬

7. ‫ﻄﹶﺎﻟﹶﺔﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ : Suara dan makhroj memanjang32 : hurufnya adalah ‫ﺽ‬

Dari keterangan diatas, maka jika sifat-sifat masing-masing huruf diuraikan adalah sebagai
berikut:
‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ّﺪ‬‫ ﺍﻟﺸ‬، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﹾﺠ‬ - ‫ﺃ‬
‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﻠﹾﻘﹶﻠﹶﺔﹸ‬، ‫ ﺍﻹِﺫﹾﻻﹶﻕ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﻔﹶﺎﻝﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ّﺪ‬‫ ﺍﻟﺸ‬، ، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﺏ – ﺍ ﹾﻟﺠ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ّﺪ‬‫ ﺍﻟﺸ‬، ُ‫ﺕ – اﻟﮭَﻤْﺲ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ُ‫ اﻟﮭَﻤْﺲ‬- ‫ﺙ‬
‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﻠﹾﻘﹶﻠﹶﺔﹸ‬، ‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﻔﹶﺎﻝﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ّﺪ‬‫ ﺍﻟﺸ‬، ، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬- ‫ﺝ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ُ‫ اﻟﮭَﻤْﺲ‬- ‫ﺡ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻻ‬ ، ُ‫ﻼﹶﺀ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ُ‫ اﻟﮭَﻤْﺲ‬- ‫ﺥ‬
‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﻠﹾﻘﹶﻠﹶﺔﹸ‬، ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ّﺪ‬‫ ﺍﻟﺸ‬، ، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬- ‫ﺩ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﻔﹶﺎﻝﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﺫ – ﺍﻟﹾﺠ‬
٣٣
‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺮﹺﻳ‬‫ ﺍﻟﺘ‬، ‫ﺍﻑ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ ﺍﻹِﺫﹾﻻﹶﻕ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻂﹸ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ ﺍﻟﺘ‬، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﺭ – ﺍ ﺍﻟﹾﺠ‬
‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻔ‬‫ﺍﻟﺼ‬ ، ‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﻔﹶﺎﻝﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬- ‫ﺯ‬
‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻔ‬‫ﺍﻟﺼ‬ ، ‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍ ِﻹﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ُ‫ اﻟﮭَﻤْﺲ‬- ‫ﺱ‬
‫ّﻲ‬‫ﻔﹶﺸ‬‫ ﺍﻟﺘ‬، ‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍ ِﻹﺻ‬، ‫ﺎﺡ‬‫ﺘ‬‫ﻔ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﻔﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻻ‬ ، ، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ُ‫ اﻟﮭَﻤْﺲ‬- ‫ﺵ‬
‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻔ‬‫ ﺍﻟﺼ‬، ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﻕ‬‫ ﺍﻹِﻃﹾﺒ‬، ُ‫ﻼﹶﺀ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ُ‫ اﻟﮭَﻤْﺲ‬- ‫ﺹ‬
‫ﻄﹶﺎﻟﹶﺔﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﻕ‬‫ ﺍﻹِﻃﹾﺒ‬، ُ‫ﻼﹶﺀ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﺓﹸ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‬ ، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬- ‫ﺽ‬
‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﻠﹾﻘﹶﻠﹶﺔﹸ‬، ‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻹِﺻ‬، ‫ﺎﻕ‬‫ ﺍﻹِﻃﹾﺒ‬، ُ‫ﻼﹶﺀ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ ﺍﻻ‬، ‫ﺓﹸ‬‫ّﺪ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ، ‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬- - ‫ﻁ‬

30
Maksudnya adalah miringnya huruf setelah keluar dari makhrojnya hingga menyentuh makroj huruf lain. Huruf
lam miring hingga ke ujung lidah, sedangkan huruf ro’ miring ke bagian permukaan lidah.
31
Harus dihindari bergetarnya ujung lidah berlebihan sehingga seolah menimbulkan lebih dari satu huruf ro’
32
Memanjang diseluruh sisi lidah dengan gigi geraham(5 gigi belakang). Pengaruh dari sifat ititholah pada huruf ‫ض‬
adalah pada tempo suara huruf ‫ ض‬yang lebih, terutama saat sukun atau bertasydid.
33
Hanya huruf ro’ saja yang memiliki 7 sifat.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 31
‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺓﹸ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻼﹶﺀُ ‪ ،‬ﺍﻹِﻃﹾﺒ‪‬ﺎﻕ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻅ ‪ -‬ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻬ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﻉ ‪ -‬ﺍﹾﻟﺠ‪‬ﻬ‪‬ﺮ‪ ، ‬ﺍﻟﺘ‪‬ﻮ‪‬ﺳ‪‬ﻂﹸ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎ ﹸﻝ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪‬‬
‫ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺓﹸ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻼﹶﺀُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻍ ‪ - -‬ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻬ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺫﹾﻻﹶﻕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎﻝﹸ‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺓﹸ ‪،‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻑ ‪ -‬اﻟﮭَﻤْﺲُ‬
‫ﺍﻟﺸ‪ّ‬ﺪ‪‬ﺓﹸ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻼﹶﺀُ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪ ، ‬ﺍﻟﹾﻘﹶﻠﹾﻘﹶﻠﹶﺔﹸ‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻕ ‪ -‬ﺍﹾﻟﺠ‪‬ﻬ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﻙ – اﻟﮭَﻤْﺲُ ‪ ،‬ﺍﻟﺸ‪ّ‬ﺪ‪‬ﺓﹸ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎﻝﹸ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪‬‬
‫ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺫﹾﻻﹶﻕ‪ ، ‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﺤ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻑ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻝ ‪ -‬ﺍ ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻬ‪‬ﺮ‪ ، ‬ﺍﻟﺘ‪‬ﻮ‪‬ﺳ‪‬ﻂﹸ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎﻝﹸ‬
‫ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎ ﹸﻝ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺫﹾﻻﹶﻕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻡ – ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻬ‪ ‬ﺮ ‪ ،‬ﺍﻟﺘ‪‬ﻮ‪‬ﺳ‪‬ﻂﹸ ‪،‬‬
‫ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎ ﹸﻝ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺫﹾﻻﹶﻕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻥ ‪ -‬ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻬ‪ ‬ﺮ ‪ ،‬ﺍﻟﺘ‪‬ﻮ‪‬ﺳ‪‬ﻂﹸ ‪،‬‬
‫ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎﻝﹸ‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺓﹸ ‪،‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻭ ‪ -‬ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻬ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎ ﹸﻝ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺓﹸ ‪،‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻫـ _ اﻟﮭَﻤْﺲُ‬
‫ﺍﻻ‪‬ﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎ ﹸﻝ ‪ ،‬ﺍﻻ‪‬ﻧ‪‬ﻔ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺡ‪ ، ‬ﺍﻹِﺻ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺕ‪‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻟﺮﹺّﺧ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺓﹸ ‪،‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ﻱ ‪ -‬ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻬ‪‬ﺮ‪‬‬

‫‪Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 32‬‬


HUKUM NUN MATI ATAU TANWIN
( -
ٌ -
ٍ -
ً / ‫) ﻥﹾ‬

1. ‫ﺎﺭ‬‫ﺇﹺﻇﹾﻬ‬ : Jelas/ terang. Nun mati atau tanwin dibaca jelas tanpa menahan

ghunnah ketika bertemu dengan huruf ‫ﺃ ﻫـ ﻉ ﺡ ﻍ ﺥ‬


misal :

            

           

             

         

         

        

2. ‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ ﺑﹺﻐ‬‫ﻏﹶﺎﻡ‬‫ﺇﹺﺩ‬ : Masuk disertai ghunnah (dengung). Nun mati atau tanwin dimasukkan
(melebur) kedalam huruf berikutnya disertai menahan ghunnah sekitar
dua harokat34 ketika bertemu huruf ‫ﻱ ﻥ ﻡ ﻭ‬ 35
misal :

           

           

            

  
٣٦
     

34
Lihat catatan kaki nomor 15
35
Kesalahan umum yang terjadi saat pengucapan idghom bighunnah adalah ghunnah tidak ditahan, atau menahan
suara ‫ ي‬atau ‫ و‬tanpa ada ghunnah, atau menahan ghunnah terlalu lama (berlebihan) dan menggelombang-
gelombangkannya yang disebut oleh ulama tajwid sebagai ‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﻐ‬‫ﻄﹾﻨﹺﲔ‬‫ﺗ‬.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 33
Praktek surat Al Insan 19 - 31

3. ‫ﺔ‬‫ ﺑﹺﻼﹶ ﻏﹸﻨ‬‫ﻏﹶﺎﻡ‬‫ﺇﹺﺩ‬ : Masuk tanpa ghunnah. Nun mati atau tanwin dimasukkan /melebur ke

huruf berikutnya tanpa adanya ghunnah ketika bertemu huruf ‫ﻝ ﺭ‬,


misal :

             

         

4. ‫ﺇﹺﻗﹾﻼﹶﺏ‬ : Membalik/merubah. Nun mati atau tanwin dirubah seperti mim disertai

menahan ghunnah sekitar dua harokat ketika bertemu dengan huruf ‫ﺏ‬
37

           

           
Praktek Surat Al Humazah dan Ali ‘Imran : 18-22
5. ٌ‫ﻔﹶﺎﺀ‬‫ﺇﹺﺧ‬ : Menyamarkan. Nun mati atau tanwin dibaca samar (antara idzhar dan
idghom)38 disertai menahan ghunnah sekitar dua harokat ketika bertemu
selain huruf-huruf yang diatas. Yaitu : ‫ﺕ ﺙ ﺝ ﺩ ﺫ ﺯ ﺱ ﺵ ﺹ‬
‫ﺽ ﻁ ﻅ ﻑ ﻕ ﻙ‬

36
Pengecualian dari Idghom bighunnah dalam kalimat : ‫ﻴﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻟﺪ‬      ,
nun mati harus dibaca Idzhar, tidak dibaca idghom bighunnah.
37
Cara pengucapannya adalah menempelkan/menutup kedua bibir dengan lembut, tidak ditekan sebagaimana
pengucapan pada mim yang bertasydid. Sehingga suara mim terdengar agak samar. Ada pula yang menyatakan
pengucapannya adalah dengan sedikit merenggangkan kedua bibir (bibir tidak menempel) atau menyentuhkan gigi
seri atas dengan bibir bawah. Akan tetapi – wallohu a’lam - yang lebih kuat menurut para ulama adalah kedua bibir
tetap menempel/tertutup akan tetapi menempel dengan lembut (tidak ditekan). Kesalahan umum yang terjadi adalah
ghunnah tidak ditahan.
38
Cara pengucapannya adalah nun mati atau tanwin disamarkan, namun posisi bibir atau lidah sudah siap masuk ke
huruf berikutnya dengan menahan ghunnahnya. Sehingga cara pengucapan ikhfa’ berbeda-berbeda tergantung
makroj huruf berikutnya. Jika sesudahnya adalah huruf isti’la’ (‫ ) ص ض ط ظ ق‬maka ikhfa’ juga harus dibaca tafkhim
(tebal), dan jika sesudahnya adalah huruf istifal ( ‫ ) ت ث ج د ذ ز س ش ك‬maka ikhfa’ juga harus dibaca tarqiq (tipis).
Kesalahan umum yang terjadi adalah ghunnah tidak ditahan.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 34
         

            

          

            

          

          

            

         

      

               

          

            

            

            

           

Praktek Surat Al Muzzammil

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 35


HUKUM MIM MATI

1. ‫ﻦﹺ‬‫ﻣﺜﹾﻠﹶﻴ‬ ‫ﻏﹶﺎﻡ‬‫ﻲ ( ﺇﹺﺩ‬‫ﻤ‬‫ﻴ‬‫ ﻣ‬‫ﻏﹶﺎﻡ‬‫)ﺇﹺﺩ‬ : Mim mati bertemu dengan huruf ‫ﻡ‬ . Mim mati
langsung dimasukkan kedalam huruf mim berikutnya
disertai manahan ghunnah sekitar dua harokat (sama
persis dengan cara pengucapan huruf mim yang
bertasydid), misal :

              

2. ‫ﺷﻔﹶﻮﹺﻱ‬ ٌ‫ﻔﹶﺎﺀ‬‫ﺇﹺﺧ‬ : Mim mati bertemu dengan huruf ‫ﺏ‬ . Cara


pengucapannya sama persis dengan pengucapan iqlab
(lihat catatan kaki nomor 3٧).39

           

           

3. ‫ﺷﻔﹶﻮﹺﻱ‬ ‫ﺎﺭ‬‫ﺇﹺﻇﹾﻬ‬ : Mim mati bertemu dengan seluruh huruf selain ‫ﺏ‬
dan ‫ ﻡ‬. Mim mati dibaca jelas tanpa menahan ghunnah.40

             

         

Praktek Surat Al Fiil , Al Isro’ : 68- 71 , Al Mu’minun : 51 -76

39
Kesalahan umum saat membaca ikhfa’ syafawi adalah tidak menahan ghunnahnya.
40
. Kesalahan yang umum terjadi adalah ketika huruf mim mati bertemu dengan huruf ‫ ف‬sering dibaca samar atau
dengan menahan ghunnah.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 36
HUKUM MAD (BACAAN PANJANG)
Secara global hukum mad dibagi menjadi dua : (1) Mad Asli, dan (2) Mad Far’i (cabang).

1. Mad Asli. Panjangnya dua harokat(tidak boleh lebih atau kurang), yang termasuk mad asli
adalah 41:
1. Mad Thobi’i : Apabila ada alif setelah huruf berfathah, ya’ sukun setelah huruf
berkasroh, atau wawu sukun setelah huruf berdlommah42 : ‫ُﻭ‬- ، ‫ِﻱ‬- ، ‫َﺍ‬- . misal :

‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻧ‬
2. Mad Badal : Yaitu hamzah yang dibaca mad : misal  , 

3. Mad ‘Iwadl : Berhenti pada huruf berharokat fathah tanwin selain huruf ‫ ﺓ‬. cara
membacanya adalah dengan menghilangkan tanwin, dan membaca huruf tersebut dua

harokat43. Misal :    

4. Mad Tamkin : Yaitu jika ada ya’ yang bertasydid bertemu dengan ya’ sukun. Panjangnya

2 harokat : misal :   

5. Mad Shilah Qoshiroh (sughro) : Adalah huruf ha’ (‫ ) ﻩ‬dlomir (kata ganti ketiga

tunggal)44, yang sebelumnya dalah huruf hidup. Misal   ,   . 45

41
Banyak pula ulama yang menggolongkan mad asli hanya mad thobi’i, dan menggolongkan mad badal, mad
‘iwadl, mad tamkin, dan mad shilah qoshiroh dalam mad far’i (cabang), tidak dalam mad asli. Namun intinya tetap
dibaca 2 harokat.
42
Di dalam mushaf timur tengah tidak ada fathah/kasroh/dlommah yang berdiri.
43
Kesalahan umum yang terjadi ketika membaca mad ‘iwadl adalah membacanya lebih dari dua harokat dengan
anggapan setiap akhir ayat dapat dipanjangkan lebih dari dua harokat, terutama jika di akhir surat, atau seorang
imam sholat yang mengakhiri bacaannya pada mad ‘iwadl ketika mau ruku’.
44
Ha’ dlomir (kata ganti ketiga tunggal) selalu dibaca panjang jika sebelumnya adalah huruf hidup, dan selalu
dibaca pendek jika sebelumnya huruf sukun atau huruf mad. Pengecualian pada kalimat –kalimat :

  (QS. Al Furqon : 69) : ha’ dlomir ( ‫ه‬ ) dibaca panjang.

  ( QS. Az Zumar : 7). : ha’ dlomir ( ‫ ) ه‬dibaca pendek.


 (QS. Al A’rof : 111), dan    (QS. An Naml : 28) : ha’ dlomir ( ‫ ) ه‬dibaca sukun.
45
Dalam mushaf cetakan Indonesia, mad shilah biasanya ditandai dengan dlommah atau kasroh yang berdiri.
Namun dalam mushaf timur tengah, dlommah dan kasroh tetap seperti biasa, tapi setelah dlommah terdapat huruf

wawu kecil, dan setelah kasroh terdapat huruf ya’ yang berbentuk seperti sudut (  )

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 37


Praktek Surat Al Furqon 1- 11

2. Mad Far’i (cabang). Suluruh mad, panjang aslinya adalah dua harokat. Panjang mad
menjadi lebih dari dua harokat jika ada sebab. Dan jika sebab tersebut tidak ada, maka tidak
boleh sama sekali memanjangkan mad lebih dari dua harokat. Sebab tersebut secara global
dibagi dua yaitu :

1. Sebab Hamzah :
1. Mad Wajib muttasil: Yaitu jika setelah mad asli ada hamzah dalam satu

kalimat(kata). Panjangnya 4 atau 5 harokat. misal :  ,  ,    ,

 ,  ,     Praktek Surat Al Baqarah ayat 13 - 24


2. Mad Jaiz Munfashil : Yaitu jika setelah mad asli ada hamzah di lain kalimat.

Panjangnya 2, 4, atau 5 harokat. Misal :     . Praktek


Surat Al Kafirun.

3. Mad Shilah Thowilah (kubro) : Yaitu jika setelah mad shilah qoshiroh (sughro)
ada huruf hamzah. Panjangnya 2, 4, atau 5 harokat. 46misal :

 ,   , Praktek Ayat Kursi ( QS. Al Baqarah : 255)
2. Sebab Sukun
1. Mad ‘Aridl lissukun : Yaitu jika setelah mad asli ada huruf yang
diwaqofkan(dimatikan). Panjangnya adalah 2, 4, 6 harokat47. Misal.
٤٨
           

46
Bacaan yang umum kita gunakan adalah bacaan dengan riwayat Hafsh dari ‘Ashim dengan Jalur (thoriqoh)
Syathibiyyah. Dalam jalur syathibiyyah, mad jaiz munfashil dan mad shilah thowilah hanya boleh dibaca 4 atau 5
harokat (tidak boleh 2 harokat). Sedangkan mad jaiz munfasil dan mad shilah thowilah yang boleh dibaca 2 harokat,
adalah jalur (thoriqoh) Thoyyibatun Nasyr, yang jika kita menggunakannya (membaca mad jaiz munfasil dan mad
shilah thowilah 2 harokat) terdapat konsekwensi-konsekwensi perubahan dalam beberapa hukum tajwid yang lain.
Jika kita tidak memahami konsekwensi-konsekwensi tersebut, maka lebih baik tetap membaca mad jaiz munfasil
dan mad shilah thowilah 4 atau 5 harokat.( Abdul Fattah As Sayyid ‘Ajmi, Hidayatul Qori’ ila Tajwidi Kalamil
Bari, Madinah: Darul Fajr Al Islamiyyah, 2001, 1/ 296-298)
47
Banyak orang yang beranggapan setiap akhir ayat dapat dipanjangkan lebih dari dua harokat, terutama jika di
akhir surat, atau seorang imam sholat yang mengakhiri bacaannya ketika mau ruku’. Sedangkan yang dapat
dipanjangkan hingga 6 harokat hanyalah jika setelah mad asli ada huruf yang diwaqofkan(dimatikan). Jika tidak

maka tetap harus dibaca mad asli . misal mad thobi’i    : , atau mad ‘iwadl, misal :

   .

48
Jika yang dimatikan adalah mad wajib muttashil, maka dibaca 5 atau 6 harokat misal : . 

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 38


Praktek Surat At Tiin.

2. Mad Lin : Yaitu jika wawu atau ya’ sukun setelah huruf yang berharokat fathah, dan
sesudahnya ada huruf yang diwaqofkan(dimatikan). Panjangnya 2, 4, atau 6 harokat.

Misal :   . . Praktek Surat Quraisy.


3. Mad Farq : Yaitu mad badal bertemu dengan huruf yang bertasydid. Panjangnya 6

harokat. Di dalam Al qur’an hanya ada empat pada empat tempat, yaitu kalimat 

 (QS. Al An’am ayat 143, dan 144), dan kalimat   (QS. Yunus ayat
59 dan An Naml ayat 59)

4. Mad lazim : Mad lazim dibagi empat macam , seluruhnya wajib dibaca 6 harokat.
Mad lazim Mutsaqqol Kalimi ;Yaitu mad asli bertemu huruf yang bertasydid49.
Misal

    ،    

      ،   


Praktek surat Al An’am : 76-80
Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi : Yaitu mad badal bertemu huruf sukun. Di dalam
Al Qur’an hanya ada pada 2 tempat (QS. Yunus ayat

51 dan 91 dengan kalimat yang sama yaitu :  

Mad Lazim Mutsaqqol Harfi :Yaitu huruf ‫ﻠﹸﻜﹸﻢ‬‫ﺴ‬‫ ﻋ‬‫ﻘﹶﺺ‬‫ ﻧ‬di awal-awal surat yang
diidghomkan. Cara bacanya adalah dengan
membaca abjadnya dan dipanjangkan 6 harokat
kemudian diidghomkan pada huruf berikutnya.

Misal:  

Mad Lazim Mukhoffaf Harfi : yaitu huruf ‫ﻠﹸﻜﹸﻢ‬‫ﺴ‬‫ ﻋ‬‫ﻘﹶﺺ‬‫ ﻧ‬di awal-awal surat yang
tidak diidghomkan. Misal  , , 

Secara keseluruhan huruf-huruf yang dipakai sebagai pembuka surat ada 14 huruf,
yang dapat dirangkai menjadi ‫ﻪ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﺼ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻚ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ ﺳ‬‫ﻕ‬‫ ﻃﹶﺮ‬atau ‫ﺮ‬‫ ﺳ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﻊ‬‫ ﻗﹶﺎﻃ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻜ‬‫ ﺣ‬‫ﺺ‬‫ﻧ‬

49
Kesalahan umum saat membaca Mad lazim mutsaqqol kalimi adalah huruf yang bertasydid setelah bacaan mad
tersebut dibaca lemah seolah tanpa tasydid. Atau langsung masuk ke tasydid dan tidak memanjangkan mad 6
harokat.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 39
Huruf-huruf tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1- Huruf-huruf yang dibaca abjad hijaiyyahnya dan dipanjangkan 6 harokat, ada
8 huruf dirangkai menjadi ‫ﻠﹸﻜﹸﻢ‬‫ﺴ‬‫ ﻋ‬‫ﻘﹶﺺ‬‫ﻧ‬
2- Huruf-huruf yang dibaca mad thobi’i (2 harokat) dan tidak dibaca abjad
hijaiyyahnya, ada 5 huruf dirangkai menjadi : ‫ﺮ‬‫ﻃﹶﻬ‬ ‫ﻲ‬‫ ﺣ‬50 ,
Misal : dibaca : ‫ﺎ‬‫ﻃﹶﺎﻫ‬
3- Huruf yang dibaca abjad hijaiyyahnya dan tidak dipanjangkan sama sekali,
yaitu huruf alif (‫) ا‬

Secara praktek, ketika menyambung huruf-huruf tersebut dalam satu


rangkaian bacaan, berlaku hukum nun mati dan mim mati. Misalnya huruf ‫( ﻝ‬‫) ﻻﹶﻡ‬
bertemu dengan huruf ‫( ﻡ‬‫ﻴﻢ‬‫) ﻣ‬, maka berlaku hukum Idghom Miimi. Dan Jika huruf
‫( ﻝ‬‫ ) ﻻﹶﻡ‬bertemu dengan huruf ‫ ﺭ‬, maka berlaku hukum Idhar Syafawi (lihat
bahasan Mim Mati). Demikian juga jika huruf ‫( ﻉ‬‫ﲔ‬‫ )ﻋ‬bertemu dengan huruf ‫ﺹ‬
(‫ﺎﺩ‬‫)ﺻ‬, maka berlaku hukum Ikhfa’. Dan jika huruf ‫( ﺱ‬‫ﲔ‬‫ ) ﺳ‬bertemu dengan huruf ‫ﻡ‬
(‫ﻴ ﻢ‬‫) ﻣ‬, maka berlaku hukum Idghom Bighunnah (lihat bahasan nun mati ). Dst.

Praktek          

      


Catatan :
Tanda ( ~ ) bukanlah tanda baca, bukan pula sebab mad menjadi panjang. Akan tetapi
sebabnya adalah yang telah disebutkan diatas. Misal dalam kalimat :

 
 
 
 
     
   
     
  

Dalam kalimat  ada tanda ( ~ ) karena ada hamzah (‫ )أ‬pada ayat berikutnya. Jadi jika

berhenti pada kalimat  , tetap harus dibaca mad asli (2 harokat), karena sebabnya ada pada

ayat berikutnya . Namun jika disambung (washol) dengan ayat berikutnya, maka dibaca mad jaiz
munfasil karena ada sebab hamzah. Tanda ( ~ ) sifatnya hanya membantu, bukan patokan.
Demikian pula misalnya pada kalimat :

Para ulama juga menggolongkannya pada mad asli. Kesalahan umum saat membaca huruf-huruf ini ( ‫ﺮ‬‫ﻃﹶﻬ‬
50
‫ﻲ‬‫ﺣ‬ )
adalah dibaca abjad hijaiyyahnya, atau dibaca lebih panjang dari dua harokat.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 40
 
 
   
 
    
 
    
  
 
 
 
 

Jika berhenti (waqof) pada kalimat  , maka dibaca mad ‘aridl lissukun (2- 6 harokat),

karena ada sebab setelah mad ada huruf yang dimatikan. Namun jika  disambung

(washol) dengan ayat berikutnya , maka harus dibaca mad asli (2 harokat), karena sebab mad
dapat lebih panjang dari dua harokat tidak ada.
Jadi untuk memastikan suatu mad dapat lebih panjang dari dua harokat atau tidak,
adalah dengan memastikan ada tidaknya sebab-sebab yang telah diuraikan diatas.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 41


MACAM-MACAM IDGHOM

1. Idghom Mutamatsilain (‫ﻴﻦﹺ‬ ‫ﻠﹶ‬‫ﺎﺛ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻏﹶﺎﻡ‬‫) ﺇﹺﺩ‬ Yaitu mengidghomkan huruf kedalam huruf
yang sama makroj dan sifatnya (huruf yang sama), yang sebelumnya sukun , dan yang
berikutnya berharokat(hidup) sehingga seolah-olah menjadi satu huruf bertasydid .
Misal :

   ،    ،   

   ،  


Huruf dal dan ba’ tidak boleh dibaca qolqolah, tetapi langsung masuk pada huruf
berikutnya

        ،   
Huruf wawu tidak boleh ditahan seperti idhgom bighunnah, akan tetapi cukup ditekan
secara wajar.

Jika huruf wawu atau ya’ merupakan huruf mad, maka tidak dapat diidghomkan pada huruf
berikutnya.
Misal :

  ،       

     

2. Idghom Mutajanisain (‫ﲔﹺ‬‫ﺎﻧﹺﺴ‬‫ﺠ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻏﹶﺎﻡ‬‫) ﺇﹺﺩ‬ Yaitu mengidghomkan huruf kedalam huruf
yang sama makrojnya namun berlainan sifatnya.
Misal :

    ‫ ظ‬--- ‫ذ‬

         ‫ ت‬--- ‫د‬

         ‫ د‬--- ‫ت‬

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 42


        ‫ ط‬-- ‫ت‬

  ‫ ذ‬-- ‫ث‬

  ‫ب –م‬

Huruf yang pertama langsung dimasukkan pada huruf berikutnya, atau huruf pertama
seolah-olah dihilangkan dan huruf berikutnya ditasydid sehingga dinamakan idghom
taam/sempurna.

 ،   ،  ‫ط– ت‬

Huruf tho’ tidak gugur seratus persen. Qolqolah pada huruf tho’ tidak dibaca, namun sifat
Ithbaq atau sifat tebal(tafkhim) tho’ masih ada, sehingga dinamakan Idhgom Naqish /tidak
sempurna.

3. Idghom Mutaqoribain (‫ﻦﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻘﹶﺎﺭﹺﺑ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻏﹶﺎﻡ‬‫) ﺇﹺﺩ‬ Yaitu mengidghomkan huruf kedalam huruf
yang berdekatan makroj dan sifatnya.
Misal :

            ٥١
‫ل –ر‬

  ‫ﻕ–ﻙ‬

Huruf yang pertama langsung dimasukkan pada huruf berikutnya, atau huruf pertama
seolah-olah dihilangkan dan huruf berikutnya ditasydid sehingga juga termasuk idghom
taam/sempurna.52

Catatan :
Ada suatu kesalahan yang rawan terjadi yaitu membaca idghom pada huruf-huruf yang harus
dibaca idhar/ jelas :
Misal :

     ‫ﺫ–ﺩ‬ ،    


    ‫ﺫ–ﺝ‬ ،  
      ‫ﺫ–ﺕ‬
  ‫ ﺫ –ﺹ‬،   ‫ﺫ–ﺱ‬ ،   ‫ﺫ–ﺯ‬

51
Sebagian Ulama ada yang menggolongkannya pada Idghom Mutajanisain.
52
Dalam Mushaf Timur tengah, jika idghom taam (sempurna ), maka huruf yang diidghomi ditandai dengan tasydid.
Dan jika idghom naqish (tidak sempurna), maka tidak diberi tasydid.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 43
 
    
  
 ‫ ﺕ–ﺯ‬، 
   
 
   ‫ ﺕ –ﺝ‬،  
  
  ‫ﺕ–ﺙ‬
  ‫ ﺕ–ﻅ‬،   ‫ ﺕ–ﺹ‬،   ‫ﺕ–ﺱ‬
   
 
   ‫ﺯ‬- ‫ ﺩ‬،     
 
   ‫ ﺩ–ﺫ‬،  
    
 
 
  ‫ﺩ–ﺝ‬
  ‫ ﺩ–ﺹ‬،   ‫ ﺩ–ﺵ‬،   ‫ﺩ–ﺱ‬
 
 
  
 
  ‫ ﻁ‬-‫ ﺽ‬،  
 
   
 
  ‫ ﺩ–ﻅ‬،   
 
  ‫ﺩ–ﺽ‬

Huruf-huruf dalam bacaan diatas (‫ﺽ‬،‫ﺩ‬ ،‫ ﺕ‬،‫ ) ﺫ‬tetap harus dibaca idhar (jelas), dan tidak boleh
dibaca idghom. Dan pada huruf (‫ ) ﺩ‬tetap harus dibaca qolqolah.53

53
‘Abdul Fattah As Sayyid ‘Ajmi, Op. Cit. 1/ 245-247. Kalimat-kalimat yang digaris bawah adalah kalimat-kalimat
yang paling rawan terjadi kesalahan.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 44


WAQOF
Waqof artinya berhenti, lawannya adalah washol yang artinya sambung(terus). Masalah
waqof dan washol merupakan hal yang sangat penting dalam tilawah Al Qur’an. Karena waqof
dan washol sangat terkait dengan makna ayat. Jika tidak tepat dalam waqof dan washol, maka
boleh jadi akan merubah makna. Bahkan Ali bin Abi Tholib ra. ketika ditanya tentang makna
firman Allah swt.
٥٤
  

beliau menjawab : ‫ﻑ‬‫ﻗﹸﻮ‬‫ﺮﹺﻓﹶﺔﹸ ﺍﻟﹾﻮ‬‫ﻌ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻑ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺪ‬‫ﻮﹺﻳ‬‫ﺠ‬‫ﺗ‬ (membaca huruf dengan tajwid dan
55
mengetahui waqof.)

Sehingga berdasarkan pernyataan Ali bin Abi Tholib ra. tersebut, seseorang belum dapat
dikatakan membaca Al Qur’an dengan tartil jika tidak menguasai masalah waqof.
Dari segi makna ayat, waqof dibagi 4 macam, yaitu :
1. ‫ﺎﻡ‬‫ ﺍﻟﺘ‬‫ﻗﹾﻒ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬ : Yaitu berhenti pada ayat yang telah sempurna ma’nanya dan tidak

terkait dengan ayat berikutnya baik lafadz maupun maknanya. Misal :

 
    
    
   
  
 
   
   
 
  
 
   
 
 
       
 
   
 
 
  
    

      

2. ‫ﻲ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓ‬‫ﻗﹾﻒ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬ : Yaitu berhenti pada ayat yang telah sempurnya maknanya namun
secara lafadz ayat tersebut berkaitan dengan ayat berikutnya. Misal :

  
  
  
  
  
     
 
 
  
  
    
 
   
   
 
   
    
   
  
 
   
 

    

3. ‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻗﹾﻒ‬‫ ﺍﻟﹾﻮ‬: yaitu berhenti pada ayat yang telah sempurna ma’nanya namun
ma’na dan lafadz ayat tersebut berkaitan dengan ayat berikutnya. Oleh karena itu
dianjurkan untuk memulai dari kalimat sebelumnya. Kecuali jika di akhir ayat. Misal :

    …     

54
QS. Al Muzzammil ayat 4
55
Ibnul Jazariy , An Nasyr fil qiro’atil ‘asyr, Beirut, Darul kutub; Juz 1 hal 254
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 45
4. ‫ﺦ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﺒﹺﻴ‬ ‫ﻗﹾﻒ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬ : Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna maknanya, yang jika
dilakukan akan memberikan makna yang tidak bagus atau bahkan merubah arti. Misal ::

   ..


Waqof ini jika dilakukan dengan sengaja maka hukumnya tercela, kecuali jika berhenti
karena darurat, seperti nafas habis, batuk, bersin, atau menguap, maka wajib mengulang.
Untuk mengetahui kaidah waqof-waqof diatas, tentu saja sangat diperlukan pemahaman
terhadap makna ayat-ayat Al Qur’an dan tata bahasa arab. Namun agar waqof tilawah kita
tepat dan terhindar dari kesalahan arti (terutama bagi yang tidak menguasai tata bahasa arab),
maka dalam mushaf Al Qur’an diberikan tanda-tanda waqof yang disesuaikan dengan makna
ayat. Dan bagi yang memiliki kemampuan pemahaman terhadap ayat-ayat Al Qur’an dan tata
bahasa arab, maka ia tidak terikat dengan tanda-tanda tersebut. Karena tanda-tanda tersebut
sifatnya tidak mutlak. Sebagaimana diungkapkan oleh Imam Al Jazari :

‫ﺐ‬
 ‫ﺒ‬‫ ﺳ‬‫ﺎﻟﹶﻪ‬‫ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ ﻏﹶﻴ‬‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬‫ﻻﹶ ﺣ‬‫ ﻭ‬... ‫ﺐ‬‫ﺟ‬‫ ﻭ‬‫ﻗﹾﻒ‬‫ ﻭ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺁﻥ‬‫ ﰲ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻟﹶﻴﺲ‬‫ﻭ‬
“Di dalam Al Qur’an tidak ada waqof yang sifatnya wajib atau haram kecuali karena suatu
sebab.56

Bahkan boleh jadi kita dapati satu cetakan mushaf yang satu dengan yang lainnya, dalam satu
ayat yang sama memiliki tanda waqof yang berbeda.

Tanda-tanda waqof tersebut adalah :

1. : harus waqof
2.
 : lebih utama waqof
3.
4.

‫ط‬
‫ج‬
: lebih utama waqof
: boleh waqof boleh wasol
5. : lebih utama washol


6. : berhenti pada salah satu tanda
7.
  ‫ﻻ‬ : tidak boleh waqof57

56
Imam Ibnu Al Jazari., Al Muqoddimah Fiimaa ‘Ala Qor’ il Qur’ani An Ya’lamah
57
Berhenti diakhir ayat tetap boleh walaupun terdapat tanda (‫ )ﻻ‬di akhir ayat, namun harus melanjutkan ayat
berikutnya (tidak berhenti tilawah). Misalnya :
‫ﻻ‬
        

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 46


Catatan :
Ketika waqof, huruf terakhir harus mati atau dimatikan. Tidak boleh waqof dalam kondisi
huruf hidup, baik waqof ditengah ayat maupun di akhir ayat. Imam Al Jazari menyatakan :

‫ﻛﹶﻪ‬‫ ﺑﹺﻜﹸﻞﱢ ﺍﳊﹶﺮ‬‫ﻗﹾﻒ‬‫ﺭﹺ ﺍﻟﹾﻮ‬‫ﺎﺫ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬


“Hindari waqof dengan harokat (huruf hidup)”58

Jika huruf terakhir adalah huruf mati, maka dibaca apa adanya : misal

 (huruf yang terakhir adalah alif)    -

        -

          -

          -

Jika huruf terakhir adalah huruf hidup, maka harus dimatikan 59(termasuk jika huruf
sebelum akhir juga huruf mati), misal :

     -

            -

٦٠
          -

58
, Imam Ibnu Al Jazari. Loc. Cit.
59
Pengecualian jika berhenti (waqof) pada lafadz  (QS. An Naml ; 36), maka boleh mematikan pada

huruf ya’, sehingga dibaca famaa aataanii. Atau boleh juga mematikan pada huruf nun dan huruf ya’ tidak dibaca,
sehingga dibaca famaa aataan.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 47


         -

     -

             -

       -

          -

      -

     -

       -

            -

             -

٦١
   

60
Jika mati pada mad shilah, huruf ‫( ه‬ha’ dlomir) tetap harus dimatikan.
61
Kesalahan umum saat waqof pada kondisi huruf sebelum akhir berharokat sukun(mati), adalah berhenti pada
huruf sebelum akhir tersebut dan menghilangkan (tidak membaca) huruf yang terakhir sesudahnya. Atau kesalahan
yang lain adalah dengan menghidupkan huruf yang terakhir. Yang tepat adalah huruf yang terakhir tetap dibaca
(tidak hilang), namun hurus dimatikan. Sehingga huruf terakhir dan sebelum akhir sama-sama mati.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 48
Jika huruf terakhir adalah ta’ marbuthoh (‫) ﺓ‬, maka ketika mati menjadi huruf ‫ ﻩ‬,

misal :

              -

      

           -

              

             

            

Jika huruf terakhir berharokat fathatain (ً ), maka ketika mati dibaca mad iwadl (lihat

bab mad)62, kecuali pada huruf ‫ ﺓ‬tetap dibaca seperti kaidah mati pada ‫ ﺓ‬diatas. Misal:

             -

   

              -

               

62
Termasuk pada hamzah yang berharokat fathatain ( ً‫ء‬ ) walaupun sesudahnya tidak ada huruf alif.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 49
             -

    -

Jika huruf terakhir yang dimatikan bertasydid, ada beberapa kondisi :


- Jika mematikan huruf mim dan nun yang bertasydid, maka huruf mim atau nun
dimatikan dengan menahan ghunnahnya sekitar dua harokat , misal :

        -

              -

         -

          -


- Jika mematikan huruf qolqolah ( ‫ ق‬،‫ ج‬،‫ ) ب‬yang bertasydid, maka huruf tersebut tidak
langsung diqolqolahkan, tetapi ditahan sejenak baru diqolqolahkan (dipantulkan)63. Misal
:

           -

         -

     -

      -

            -
- Jika mematikan huruf bertasydid selain pada dua kondisi diatas, maka dibaca mati
dengan sidikit ditekan. Misal :

63
Kesalahan umum dalam masalah ini adalah misalnya dalam kalimat  , adalah dengan sedikit

memanjangkan huruf (‫)ح‬. Yang tepat adalah menahan sejenak qolqolahnya baru dikeluarkan, bukan
memanjangkan huruf sebelumnya, huruf sebelumnya tetap harus dibaca 1 harokat.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 50
        -

      -

          -

      -

       -

                -

            -

 

.     -

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 51


ISTILAH-ISTILAH DALAM AL QUR’AN

1. ‫ﺔ‬‫ﻜﹾﺘ‬‫ﺳ‬ : berhenti sejenak tanpa bernafas pada ayat :


٦٨ ٦٧
    ٦٦
    ٦٥    ٦٤  

2. ‫ﺎﻡ‬‫ﺷﻤ‬ ‫ﺇﹺ‬ : Memonyongkan (membulatkan) bibir ketika menahan ghunnah nun

tasydid sebagai isyarat dlommah yang terbuang pada ayat69 : 

3. ‫ﺎﻟﹶﺔ‬‫ﹺﺇﻣ‬ : fathah dibaca miring ke kasroh(re’) pada ayat 70


:

  

4. ‫ﻞﹲ‬‫ﻬﹺﻴ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬ : yaitu hamzah kedua dibaca pertengahan antara hamzah dan alif pada ayat

:71  


72

64
QS. Al Kahfi : 1-2
65
QS. Yasin : 52
66
QS. Al Qiyamah : 27
67
QS. Al Muthoffifin : 14
68
Selain empat ayat tersebut, pada QS. Al Haqqoh : 28-29

        

ketika washol dapat dibaca ‫ﺔ‬‫ﻜﹾﺘ‬‫ ﺳ‬atau idghom.

69
QS. Yusuf : 11
70
QS. Hud : 41
71
QS. Fushilat :44
72
Selain ayat tersebut, ‫ﻞﹲ‬‫ﻬﹺﻴ‬‫ﺴ‬‫ ﺗ‬juga dapat diterapkan pada Mad Farq yaitu kalimat : dan 
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 52
5. ‫ﻞﹲ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬ : yaitu mengganti hamzah yang berharokat sukun dengan huruf ya’ sukun

pada ayat 73 :     sehingga membacanya adalah iituunii,74 bukan

I’tuunii, juga bukan u’tuunii.75

6. ‫ﻘﹾﻞﹲ‬‫ﻧ‬ : yaitu dengan memindahkan harokat hamzah washol ke huruf lam pada

ayat76 :   


77

5. ِ ‫ﺔ‬‫ﻥﹸ ﺍﻟﹾﻮﹺﻗﹶﺎﻳ‬‫ﻮ‬‫ ﻧ‬: Wiqoyah artinya menjaga. Nun Wiqoyah yaitu nun yang dibaca kasroh
yang dimunculkan untuk menjaga agar tanwin tidak hilang, dibaca ketika ada
tanwin bertemu dengan hamzah washol78, cara bacanya adalah tanwin

dihilangkan, dan diganti dengan huruf nun kasroh (ni) misal79 : 

73
QS. Al Ahqof : 4
74
Hamzah washolnya dibaca kasroh (i) karena harokat asli huruf ketiganya (‫ )ت‬adalah kasroh, huruf (‫ )ت‬tersebut
menjadi dlommah karena menyesuaikan dengan huruf (‫ )و‬jama’ sesudahnya. (Keterangan tentang hamzah washol
lihat catatan kaki nomor 16.)
75
Sebenarnya tabdil adalah kaidah umum yang berlaku untuk setiap hamzah washol yang bertemu dengan hamzah
asli yang sukun. Cara bacanya yaitu dengan mengganti hamzah asli yang sukun dengan huruf mad yang sesuai

dengan harokat hamzah washol. Misal dalam surat Al Baqarah 283 jika kita memulai pada bacaan    maka
harus kita baca uutumina, bukan u’tumina.
76
QS. Al Hujurat : 11
77
Aslinya adalah bi’sal ismu, dipindah harokatnya menjadi bi’salismu
78
Keterangan tentang hamzah washol lihat catatan kaki nomor 16.
79
Pada mushaf cetakan Indonesia biasanya sudah ditandai dengan huruf nun kecil dibawah, dan tanwinnya sudah
dihilangkan. Pada mushaf timur tengah tidak ada nun kecil tersebut, namun tanwin tetap ditulis, dan hamzah washol

ditandai dengan huruf alif diatasnya ada huruf shod kecil (),. Walaupun nun wiqoyah tidak tertulis, ketika ada

tanwin bertemu dengan hamzah washol (), nun wiqoyah tetap harus dibaca. Kesalahan umum yang terjadi adalah

tanwin dihilangkan begitu saja tanpa membaca nun wiqoyah, dan langsung masuk ke huruf berikutnya.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 53
       

            

        

             

6. ‫ﺓ‬‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ﺔﹸ ﺍﻟﺴ‬‫ﺀَﺍﻳ‬ : Yaitu ayat-ayat yang jika kita membacanya disyari’atkan untuk

melakukan sujud tilawah80. Jumhur ‘Ulama’ menyatakan hukum sujud


tilawah adalah Sunnah Muakkadah.

‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ﺓﹶ ﻓﹶﺴ‬‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻡ‬‫ ﺁﺩ‬‫ﻦ‬‫ﺃﹶ ﺍﺑ‬‫ » ﺇﹺﺫﹶﺍ ﻗﹶﺮ‬-‫ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- ‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺓﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﺑﹺﻰ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﻮﺩ‬‫ﺠ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﺴ‬‫ﺕ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﺔﹸ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻪ‬‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ ﻓﹶﺴ‬‫ﻮﺩ‬‫ﺠ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﺴ‬‫ﻡ‬‫ ﺁﺩ‬‫ﻦ‬‫ ﺍﺑ‬‫ﺮ‬‫ ! ﺃﹸﻣ‬‫ﻠﹶﻪ‬‫ﻳ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻘﹸﻮﻝﹸ ﻳ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﻜ‬‫ﺒ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹸ ﻳ‬‫ﻴ‬‫ﻝﹶ ﺍﻟﺸ‬‫ﺰ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻋ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬.« ‫ﺎﺭ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻰ‬‫ ﻓﹶﻠ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺑ‬
“dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Apabila anak adam membaca ayat
sajdah kemudian sujud, maka menyingkirlah syetan dan menangis seraya berkata : celakalah
diriku, anak adam disuruh sujud dan ia pun ber sujud, maka baginya surga. Dan aku disuruh
sujud namun aku enggan, maka bagiku neraka. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
Sujud tilawah disunnahkah bagi yang membaca maupun yang menyimak, baik diluar
sholat maupun didalam sholat. Disyaratkan untuk sahnya sujud tilawah seperti syarat sahnya
sholat yaitu : dalam kondisi suci dari hadats kecil dan besar, suci dari najis, menutup aurat, dan
menghadap kiblat81. Caranya: diawali takbir, kemudian sujud, lalu bangkit lagi dengan
mengucapkan takbir. Bacaan sujud tilawah82, bisa sebagaimana bacaan sujud sholat,
tiga kali ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻲ ﺍﻷَﻋ‬‫ﺑ‬‫ﺎﻥﹶ ﺭ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬
atau membaca :

80
Ayat-ayatnya ada lima belas tempat yaitu : QS. Al A’rof : 206, Ar Ra’d:15, An Nahl : 50, Al Isro’ : 109, Maryam:
58, Al Hajj : 18 dan 77, Al Furqon: 60, An Naml :26, As Sajdah : 15, Shod : 24, Fushilat : 37, An Najm : 62, Al
Insyiqoq : 21, dan Al Alaq: 19.
81
DR. Wahbah Zuhaili , Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu ,Suriyah: Darul Fikr, 1985. 2/114, Imam Nawawi At
Tibyan Fii Adab Hamalatil Qur’an hal. 111
82
DR. Wahbah Zuhaili , Ibid 2/118, Imam Nawawi, Ibid hal 118, Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan,
Al Mulakhosul Fiqhi, Riyadl : Darul ‘Ashimah, 2002, 1/182, dari Hadits Riwayat Al Bukhori, Muslim, Al Baihaqi,
At Turmudzi, Abu Dawud, An Nasa’i, dan Ahmad.
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 54
‫ﻪ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ ﺳ‬‫ﻖ‬‫ ﻓﹶﺸ‬‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﺻ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹶﻘﹶﻪ‬‫ﻱ ﺧ‬‫ﻠﱠﺬ‬‫ﻬﹺﻲ ﻟ‬‫ﺟ‬‫ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ ﺳ‬‫ﺖ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ ﺃﹶﺳ‬‫ﻟﹶﻚ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺖ‬‫ﻨ‬‫ ﺁﻣ‬‫ﺑﹺﻚ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺕ‬‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ ﺳ‬‫ ﻟﹶﻚ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻬ‬
‫ﲔ‬‫ﻘ‬‫ﺎﻟ‬‫ ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻙ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺒ‬‫ ﺗ‬‫ﻩ‬‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬
“ Ya Allah untukMu aku sujud, kepadaMu aku beriman, dan kepadaMu aku berserah diri. Telah
sujud wajahku kepada Yang Menciptakannya, membentuknya, dan membelah pendengarannya
dan penglihatannya, Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta. ”
Atau membaca ;

.‫ﻪ‬‫ﺗ‬‫ﻗﹸﻮ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ ﺑﹺﺤ‬، ‫ﻩ‬‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺑ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ ﺳ‬‫ﻖ‬‫ﺷ‬‫ ﻭ‬، ‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﺻ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹶﻘﹶﻪ‬‫ﻱ ﺧ‬‫ﻠﱠﺬ‬‫ﻬﹺﻲ ﻟ‬‫ﺟ‬‫ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺠ‬‫ﺳ‬
“Telah sujud wajahku kepada Yang Menciptakannya, membentuknya, dan membelah
pendengarannya dan penglihatannya dengan daya dan kekuatanNya”

Atau bisa ditambah dengan membaca doa:


‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﻘﹶﺒ‬‫ﺗ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ ﺫﹸﺧ‬‫ﻙ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻲ ﻋ‬‫ﺎ ﻟ‬‫ﻠﹾﻬ‬‫ﻌ‬‫ﺍﺟ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺍ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﻭﹺﺯ‬‫ﻨﹺّﻲ ﺑﹺﻬ‬‫ ﻋ‬‫ﻊ‬‫ﺿ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺎ ﺃﹶﺟ‬‫ﻲ ﺑﹺﻬ‬‫ ﻟ‬‫ﺐ‬‫ﻢ ﺍﻛﹾﺘ‬ ‫ ﺍﻟﻠﱠﻬ‬،
. ‫ﺩ‬‫ﺍﻭ‬‫ ﺩ‬‫ﻙ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹾﺘ‬‫ﻘﹶﺒ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﻨﹺّﻲ ﻛﹶﻤ‬‫ﻣ‬
“ Ya Allah tuliskanlan untukku di sisiMu dengan tilawah ini suatu pahala, dan ampunilah
dosaku dengan tilawah ini, dan jadikanlah untukku di sisiMu suatu simpanan, dan terimalah
dariku sebagaimana Engkau menerima dari hambaMu Dawud”

7. ‫ﻳﺮ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ّﻔﹾﺮ‬‫ ﺍﻟﺼ‬: yaitu bulatan sempurna ( ‫ ) ﻩ‬diatas suatu huruf. Tanda ini biasanya
terdapat di mushaf timur tengah. Tanda tersebut diletakkan diatas suatu huruf yang
menunjukkan bahwa huruf tersebut tidak dibaca (dianggap tidak ada) baik ketika waqof
maupun washol.

  
  
  
   
 
  
  
 
    
  
    

 
  
  
   
       


      
 
   
  
  
  

  
  
 
   
 
 
       
 
   
 
  
 
     

 
   
       
   
 
   
    
       
    
    
  
     
  
 
   
  
 

  


  
       
 
   
  
   
  
  
       
       
 
   
  
   

    


Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 55
 
 
   
  
          
  
                 
  
   
  

8. ‫ﻞﹸ‬‫ﻴ‬‫ﻄ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ّﻔﹾﺮ‬‫ﺍﻟﺼ‬ : yaitu bulatan lonjong diatas suatu huruf. Tanda tersebut diletakkan
diatas suatu huruf yang menunjukkan bahwa huruf tersebut tidak dibaca (dianggap tidak ada)
ketika washol, dan dibaca (dianggap ada) ketika waqof83.

   
  
  
    
 

  
  
     
  
     
 
     
     
 
    
   


  
    
   
    
   
   
 

            

    
  
   
  
  

           


 
     
   
           
  
      
 
 
 
  
  
    

 
 
    
             
   
 

٨٤
     
   
      
           
 
 
 

83
Misalnya pada lafadz jika washol (terus), maka harus dibaca pendek. Dan jika waqof pada lafadz

tersebut, maka harus dibaca panjang (2 harokat).


84
Sering muncul pertanyaan : kalau tidak dibaca kenapa ditulis? Padahal ini adalah hal yang biasa dalam bahasa
apapun, seperti pada kata “student” dalam bahasa Inggris, kenapa huruf “t” harus ditulis, walaupun tidak dibaca?
Jawabnya karena itu sudah merupakan kaidah penulisannya. Ada huruf yang harus ditulis walaupun tidak dibaca.
Demikian juga dalam bahasa Arab. Lebih-lebih dalam Al Qur’an yang setiap hurufnya bernilai sepuluh kebaikan
(lihat bahasan keutamaan membaca Al Qur’an, halaman 10).
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 56
20 KIAT PRAKTIS MENGHAFAL AL QUR’AN
1- Niat Ikhlash (QS. 98;5), dan memahami keutamaan menghafal Al Qur’an.. Keikhlasan
akan memunculkan semangat dan ketahanan seorang muslim dalam menjalankan setiap
perintah Allah dengan maksimal.
2- Sungguh-sungguh/mujahadah & memiliki tekad (kemauan) yang kuat
(QS.29;6&69)
3- Sabar dan istiqomah (QS.47:31, 3;142, 46;13)
4- Yakin bahwa menghafal Al Qur’an adalah mudah ( QS. 54;15/22/32/40),
5- Memperhatikan ada-adab membaca Al Qur’an (Membaca dengan tadabbur (berusaha
memahami isinya) dan khusu’, Membaguskan bacaan (bacaan yang ideal dan sesuai
tajwid), Menjaga kesucian dan kebersihan, dll)
6- Setiap hari harus ada waktu wajib khusus Al Qur’an. Dan konsisten terhadap waktu yang
sudah kita tetapkan. Jika terpaksa dilanggar, maka maktu yang dilanggar harus dihitung
hutang.
7- Menetapkan target secara eksak sesuai kampuan maksimal masing-masing yang
memungkinkan untuk dicapai, baik dari segi jumlah yang mau dihafal maupun batas
waktunya (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).misal : dalam waktu sekian harus
dapat sekian (kalau perlu ditulis). Target tidak boleh abstrak ( misal : secukupnya,
sedapatnya, seselesai-selesainya, sebanyak-banyaknya, sekena-kenanya, sesempatnya,
dsb)
8- Menghafal persurat atau perhalaman. Jika langsung per-ayat, umumnya akan mengalami
kesulitan saat menyambung antar ayat.
9- Halaman/surat yang hendak dihafal, dibaca berulang-ulang sampai akrab dan memiliki
gambaran utuh dengan halaman/surat tersebut, dengan konsentrasi penuh dan pandangan
fokus. Jangan sampai teralihkan pada pikiran dan pandangan yang lain.
10- Membaca dengan tartil & Tidak tergesa-gesa (QS.73;4, 75;16, 20;114). Membaca dengan
cepat (tergesa-gesa) akan menjadikan hafalan mudah kacau.
11- Dengan suara yang lantang dan berusaha membaca dengan suara yang terbaik, karena
akan lebih berkesan dan membekas di pikiran. Menghafal dengan suara yang pelan akan
sulit memastikan benarnya bacaan, dan akan muncul keraguan saat dibaca dengan
keras.
12- Setelah melakukan proses pada poin ke-9, 10, dan 11, baru kemudian menghafal satu
ayat sampai lancar, kemudian lanjut ke ayat berikutnya. Kemudian diulang dari awal,
lanjut lagi ke ayat berikutnya, dan seterusnya hingga selesai satu surat atau satu halaman
yang menjadi target. (Tetap dengan tartil dan suara lantang. Walaupun sudah hafal, tidak
boleh semakin cepat )
13- Mengulang surat atau hafalan yang baru dihafal minimal sepuluh kali dihari tersebut.
Pastikan yang baru dihafal dipagi hari, sore masih hafal, atau sebaliknya.
14- Talaqqi dan memperdengarkan hafalannya kepada orang yang menguasai ilmu tajwid
(QS.75;18), lebih utama jika orang tersebut juga hafal.
15- Banyak mengulang (muroja’ah) hafalan, dan tidak menambah hafalan baru sampai
hafalan yang lama kuat. Rasulullah saw bersbada :´Jagalah Al Qur’an ini, demi Dzat
yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, sengguh ia(hafalan Qur’an) lebih cepat
lepasnya dari unta yang ditambatkan” (Muttafaqun ‘Alaih)
Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 57
16- Menggunakan satu mushaf yang standart (mushhaf ‘Utsmani), karena saat menghafal,
secara otomatis mata dan pikiran akan merekam letak ayat. Dan mengingat letak ayat,
sangat membantu mengingat ayat.
17- Disiplin dalam memanfaatkan setiap waktu luang. Bagi penghafal Al Qur’an,
”menunggu adalah waktu yang sangat menyenangkan” , dan kalahkan rasa bosan
dan jenuh dengan mencari suasana yang baru dan berbeda untuk menambah atau
mengulang hafalan.
18- Menjauhi segala hal-hal yang sia-sia ( banyak ngobrol, banyak melamun, mendengar atau
melihat hal yang sia-sia, dsb), lebih-lebih yang haram.(QS. 23:3, 25;72, 28;55).
Rasulullah saw bersabda:” janganlah kalian banyak bicara tanpa dzikrullah, karena
sensungguhnya banyak bicara tanpa dzikrullah ada dapat menjadikan kerasnya hati.
Dan sejauh-jauh hamba dari Allah adalah yang hatinya keras. (HR. At Turmudzi, dan
Al Baihaqi)
19- Senantiasa berdoa agar dimudahkan dalam menghafal AL Qur’an (QS.20;114). Setiap
selesai sholat fardhu, sholat sunnah, sebelum dan sesudah membaca Al Qur’an, dan
sesering mungkin. Karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (seizin) Allah
Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.(QS. 75;17)
20- Ber’azam :sekali hafal tidak boleh lupa selamanya (seumur hidup). Jangan sampai
dikemudian hari kita menjadi mantan hafidz qur’an, atau kita mengatakan : dulu saya
hafal surat ini dan itu, dulu saya hafal sekian juz, dulu saya rajin muroja’ah, atau dulu
hafalan Qur’an saya banyak, dsb. na’udzubillah.

‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﻟﻜ‬‫ﺮ‬‫ﺁﺧ‬
   

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 58


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdur Rouf, Pedoman Dauroh Al Qur’an,


Abdul Fattah As Sayyid ‘Ajmi, Hidayatul Qori’ ila Tajwidi Kalamil Bari, Madinah: Darul Fajr
Al Islamiyyah, 2001
Aiman Rusydi Suwaid, Durus Tajwid, /www.youtube.com/
Anas Karzum, Warottilil Qur’ana Tartila, Al Hai’atul ‘Alamiyyah Litahfidzil Qur’anil Karim (
Badan Tahfidz Al Qur’an Internasional), 2007
Efendi Anwar, Bmbingan Tahsin dan Tajwid Al Qur’an Utsmani 2 & 3, Jakarta: Pustaka Al
Utsmani.
Hisamuddin Salim Al Kilani, Al Bayan Fii Ahkami Tajwidil Qur’an, Saudi Arabia, 1999
Imam An Nawawi , At Tibyan Fii Adab Hamalatil Qur’an
Imam Ibnu Al Jazari, Al Muqoddimah Fiimaa ‘Ala Qor’ il Qur’ani An Ya’lamah(Matan Al
Jazari), Tahqiq DR. Aiman Rusydi Suwaid.
________________ , An Nasyr fil qiro’atil ‘asyr, Beirut, Darul kutub
Muhammad Ahmad M, Al Mulakhoshul Mufid Fii ‘Ilmit Tajwid, Madinah: Darus Salam.
Muhammad Ali Ash Shobuni, At Tibyan fi ‘Ulumil Qur’an, Beirut : ‘Alamul Kutub, 1985
Muhammad Ash Shodiq Qomhawi, Al Burhan fii Tajwidil Qur’an, Beirut: Al Maktabah Ats
Tsaqofah.
Muhammad ‘Ishom Muflihul Qudloh, Al Wadlih Fii Ahkamit Tajwid, Yordania: Darun Nafa’is.
Rihab Muhammad Mufid Syaqoqi, Hilyatut Tilawah Fii Tajwidil Qur’an, Al Hai’atul
‘Alamiyyah Litahfidzil Qur’anil Karim ( Badan Tahfidz Al Qur’an
Internasional), 2008.
Shofwat Mahmud Salim , Fathu Robbil Bariyyah Syarhul Muqoddimatul Jazariyyah, Jeddah:
Daru Nuril Maktabat, 1424 H
Sholih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan, Al Mulakhosul Fiqhi, Riyadl : Darul ‘Ashimah,
2002
Wahbah Az Zuhaili , Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu ,Suriyah: Darul Fikr, 1985.
Yahya Abdur Rozzaq Ghoutsani, ‘Ilmut Tajwid: Ahkam Nadhoriyyah Wa Mulahadhot
‘Amaliyyah thathbiqiyyah, Beirut : ‘Alamul Kutub, 1996.

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 59


SANAD MATAN AL JAZARI PENULIS
(Sanad Ilmu Tajwid Penulis Dari Syaikh Abdul Qowiy Bin Abdul Karim Al Arjali dari
Yaman)

Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an 60

Anda mungkin juga menyukai