Buku Ajar Aplikasi Kepelatihan
Buku Ajar Aplikasi Kepelatihan
PENDAHULUAN
24
22
20
18
16
14
12
10
40
50
Gambar 1. Rasio antara pengembangan multilateral dengan pembinaan spesialisasi.
(dikutip dari Bompa, 1990:33)
Dari gambar 1 terlihat rasio antara pengembangan multilateral dan pembinaan spesialisasi
Pretasi multilateral lebih tinggi pada usia dini dan semakin kurang pembinaanya pada
usia puncak prestasi. Sementara spesialisasi seemakin besar porsi pembinaannya menuju
usia puncak prestasi. Adapun ditinjau dari fase pelatihan, maka multilateral menjadi
fundasi dari speseialisasi dan kenerja puncak seperti terlihat pada gambar 2.
Kinerja puncak
Pelatihan
Spesialisasi
Pengembangan
multilatera
Sasaran
Bab ini menguraikan tentang sistem pelatihan olaahraga meliputi hakikat pelatihan,
prinsip-prinsip pelatiha, pelatih, dan atlit. Oleh akrena itu, selesai mempelajari bab ini
mahasiswa diharapkan memahami tentang teori kepelatihan danmelaksanakan praktik
kerja lapangan untuk melakukan observasi terhadap kerja pelatih pada klub olahraga
yang ada didaerah kabupaten/kota.
3. Pelatih
Tugas utama seorang pelatih adalah membantu atlet dalam proses mencapai
kinerja tertinggi (juara). Pengertian membantu disini mulai pembibitan, pemanduan
bakat dan pembinaan sampai mencapai kinerja tertinggi (=suatu proses). Mencermati
tugas demikian, maka seorang pelatih harus memahami dan menguasai ilmu
kepelatihan dan seni melatih. Karena itu, pelatih hendaknya dipandang terkala
berhasil membawa atlet menjadi juara tapi dibenci dan dicemoh manakala gagal.
Gaya pelatih
Ada berapa gaya kepelatihan yang sering muncul dalam proses perlatihan
yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Authuritarian coach
- Komando
- Keras, disiplin
- Sering memberi hukuman
- Sprint tim yang baik jika menang dan disensi jika kalah
- Memiliki kepribadian untuk mengatasi hambatan
Business-like coach
- Tidak beroreintasi pada atlet
- Oreintasi pada tugas
- Setiap tugasdikerjakan sungguh
Nice Guy Coach
- Atlet sering mengambil keuntungan dari sikap pelatih yang akrab, mudah
bekerja sama
- Atlet harus bisa disiplin diri sendiri
Easy going coach
- Kasual atau submisif
- Memberikan impresi tidak begitu serius
Gaya kepelatihan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Oleh karena itu, biasanya pelatih yang baik tidak hanya menggunakan
satu gaya kepelatihan saja melainkan berbagai gaya yang disesuaikan untuk
mencapai tujuan.
Keterampilan pelatih
Seorang pelatih harus memiliki beberapa keterampilan dasar agar nanti bisa
berfungsi secara efektif yaitu pengetahuan olahraga dan pemahaman tentang
berbagai teknik kepelatihan.
Organisasi
Ini didasarkan pada pengetahuan dan perencanaan. Pengetahuan didasarkan
pada pengalaman, penelitian, dan kursus-kursus khusus olahraga
Observasi
Program pelatihan harus memuat banyak waktu untuk dapat diobservasi. Ini
meberikan informasi pada pelatih sebagai dasar perubahan terhadap program dan
apa yang diperlukan masing-masing atlet. Keterampilan informasi akan dapat
diperbaiki dan dihaluskan kembali.
Analisis
Observasi dan evaluasi kinerja. Bandingkan apa yang sudah dikerjakan
dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Perhatikan setiap kinerja. Jangan
bergerak hanya pada satu atau dua observasi, tentukan penyebabnya secara hati-
hati sebelum menawarkan suatu nasihat. Seandainya nasehatnya tidak benar atau
tidak efektif, maka akan mengurangi kresibelitas sebagai seorang pelatih. Jika
terdapat lebih dari satu kesalahan akan dapat menghasilkan perbaikan yang lebih
besar dan seandainya kesalahannya saling terkait, putuskan mana yang harus
dieliminasi lebih dahulu.
Meperbaiki kinerja
Memperbaiki, menyempurnakan dan selanjutnya meningkatkan kinerja atlet
adalah merupakan tugas utama seorang pelatih. Oleh karena itu, seorang pelatih
harus memilliki kemampuan untuk melihat dan mepresdeksi kinerja atletnya.
Kemampuan ini harus tertuang dalam program pelatihan yang disusun secara
benar, karena setiap apa yang akan dilakukan selalu didasarkan atas tujuan dan ini
memperjelas serta merupakan pedoman bagi seorang pelatih dalam kmenjelaskan
tugasnya.
Komunikasi
Kemampuan pelatih untuk memperbaiki kinerja tergantung pada besarnya
derajat keterampilan berkomunikasi. Komunikasi ini tidak hanya verbal tetapi
juga non verbal seperti penggunaan bahasa tubuh. Dalam komonikasi ini harus
diperhatikan tentang isi dan suasana emosinya agar apa yang ingin disampaikan
bisa diterima oleh atlet. Kesederhanaan bahasa, kejelasan konsep yang akan
disampaikan ditunjang seuasana yang menyenangkan akan membantu kelancaran
komunikasi.
4. Atlit
Kapasitas atlit untuk kinerja olahraga pada struktur fisik dan perkembangan
tubuhnya sejak anak-anak sampai dewasa. Oleh karena itu salah satu faktor penentu
pencapaian prestasi puncak adalah keturunan dan bakat. Dalam hal inilah strutur
anatomi dan kemampuan fungsi organ tubuh melakukan aktivitas olahraga
berkontraksi terhadap prestasi. Selain bakat, faktor motivasi atlit untuk menekuni
cabang olahraga yang diminati juga berperngaruh terhadap epncapainan prestasi.
Bakat dan motivasi ini menjadi faktor utama kesiapan atltit dalam proses pelatihan.
Atlit merupakan komponen utama kualitas pelatihan. Semakin berkualitas akan
semakin terang jalan menuju puncak prestasi. Oleh karena itu, pemeliharaan dan
penentuan atltit cabang olahraga yang sesuai dengan minat dan bakat menjadi urusan
yang sangat penting. Prdeksi akan bisa dilakukan dengan baik, efektivitas dan
efesien pelatihan hendaknya menjadi menjadi pertimbangan bertindak bagi pelatih
dana apengurus cabang olahraga. Pemantapan dalam pemasalahan, pembibitan bakat
dan pembinaan merupakan langkah yang harus dilalui dan dicermati sebaik-baiknya
oleh pelatih agar apa yang akan dilakukan dimasa mendatang tidak sia-sia.
Permasalahan olahraga
Sejak tahun 1983 sudah dicanangkan semboyan “memasyarakatkan olahraga
dan mengolahragakan masyarakat”. Waktu 22 tahun sebenarnya cukup untuk
melaksanakan semboyan tersebut. Namun kenyataannya mungkin tidak demikian
karena masih digiatkan aktivitas untuk mengajak masyarakat agar jangan sampai
kurang gerak sebagai dampak dari kemajuan dunia moderen dengan aktivitas yang
serba dipermudah dengan mesin. Indikator dari pembibitan adalah suatu pola suatu
yang diterapkan dalam upaya menjaring atlit berbakat ynag diteliti secara ilmiah.
Ada beberapa pertimbangan perlunya dilakukan pembibitan untuk mendapatkan
bibit-bibit unggul pengolahragaan antara lain :
Atlit berbakat yang dibawa sejak lahir mempunyai kontribusi yang sangat
besar dalam proses pembinaan dan pelatihan dibanding yang tidak berbakat
Pembinaan atlit yang berbakat lebih efektif dan efesien karena memang
memiliki kelebihan dibanding yang tidak berbakat
Pembinaan terhadap atlit berbakat memberi peluang untuk berprestasi lebih
baik
Adapun karakteritik atlit berbakat adalah sebagai berikut :
Memiliki kualitas bawaan sejak lahir
Memiliki fisik dan mental yang sehat tidak cacat tubuh, diharapkan postur
tubuh yang sesuai dengan olahraga yang diminatinya
Memiliki fungsi organ tubuh yang baik seperti jantung, otot, saraf dll
Memiliki kemampuan gerak dasar yang baik seperti, kekuatan, kelincahan,
kecepatan, keseimbangan, koordinasi dsb
Memiliki kecerdasan yang baik
Memiliki karakter yang baik seperti watak korapetitif yang tinggi, kemauan
keras, tabah, pemberani, bersemangat
Memiliki kegemaran olahraga yang baik
Adapun pencarian atlit dengan bibit unggul ini dilakukan terpadu oleh guru
pendidikan jasmani, pelatih, dokter, pakar olahraga, dlsb. Sedang metode yang
dilakukan dapat merupa pengamatan, angket dan wawancara dan bahkan memalui ter
pengukuran kemampuan fisik dan teknik maupun mental.
Ada beberapa sistem yang perlu diperhatikan dalam pembentukan seorang atlit yaitu:
Input – proses – Output + outcome
BAB III
1. Sistem keolahragaan
Menurut kamus Webster’s Third New International tahun 1971 dalam Bompa
(1990:11) disebutkan bahwa sistem adalah suatu pengaturan atau metodik yang
disusun dari suatu ide, tiore atau spikulasi. Sistem harus meliputi keseluruhan
pengaturan ataupun pengalaman yang terakumululasi dari beberapa hasil
penemuan baik dari penelitian murni ataupun terapan. Sebaiknya system
dirancang dengan dilatarbelakangi sosial budaya bangsa dan Negara yang
bersangkutan. Oleh karena itu, system Keolahragaan di Indonesia sendiri. Pasal 1
ayat 3 undang-undang system Keolahragaan Nasional tahun 2005 menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan system Keolahragaan Nasional adalah keseluruhun
asfek keolahragaan yang selalu terkait secara terncana, sistematis, terpadu dan
keberlanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan,
pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk
mencapai tujuan keolahragaan Nasional. Pasal 4 menegaskan bahwa
Keolahragaan Nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
meperkukuh ketahanan Nasional serta mengangkat harkat, martabat dan
kehormatan bangsa.
Mencermati pengertian di atas, maka paling tidak ada 2 hal pokok yang harus
diperhatikan yakni (1) struktur organisasi Keolahragaan dan (2) system pelatihan
olahraga. Struktur organisasi Keolahragaan seyogianya merupakan
penyelenggraan pembangunan keolahragaan dari tingkat nasional sampai pada
masyarakat sedang system pelatihan olahraga merupakan penyelenggaraan
pembinaan olahraga [restasi dari pencarian bibit atlit sampai pencapaian puncak
prestasi.
Kuliatas pelatihan
Fasilitas dan kompetisis
peralatan
Untuk mencapai kualitas pelatihan yang tinggi diperlukan berbagai factor, yakni
atlit yang bebakat dan memiliki motivasi yang tinggi, pelatih yang memiliki pengetahuan
dan berdedikasi dengan pribadi yang baik, fasilitas dan peralatan yang memadai serta
adanya kompetensi yang teratur. Kualitas pelatihan ini dapat dilihat pada gambar di atas
Tolak ukur kualitas pelatihan adalah kinerja tertinggi (juara ?) yang dalam proses
pelatihannya dipengaruhi oelh banyak factor. Makin baik dan berkualitas factor-faktor
yang mempengaruhi proses pelatihan akan semakin cepat mendekati pencapaian kinerja
tertinggi.
4.1 Pendahuluan
Waktu untuk kegiatan pendahuluan keurang lebih lima menit. Kegiatan yang
dilakukan berupa penjelasan dari pelatih kepada atlet tentang tujuan yang
hendak dicapai dalam proses perlatihan dan cara mencapai tujuan tersebut.
Pada kesempatan itu harus berusaha membangkitkan atau meningkatkan
motivasi atlet dalam mencapai tujuan dimaksud.
Hal juga penting dalam pendahuluan adalah meyakinkan atlet bahwa pelatih
memiliki kemampuan untuk membantu atlet dalam proses perlatihan.
Caranya bukanlah hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan sikap,
perbuatan, keterampilan dan kepemimpinannya. Terhadap atlet pemula, sosok
pelatih merupakan idola dan panutan. Sedang pada atlet lanjutan, kemampuan
menganalisis proses dan hasil perlatihan akan sangat membantu meyakinkan
atlet akan kepiawaian si pelatih.
4.2 Pemanasan
Tujuan utama pemanasan adalah menghindari kemungkinan terjadinya
cedera. Kegiatan pemanasan menurut Fok (1980) terdiri dari (1) peregangan
(2) kalistenik (3) aktivitas formal. Pemanasan ini oleh Bompa (1990)
dibaginya dalam 2 golongan, yaitu pemanasan umum dan pemanasan khusus.
Ditinjau dari kegiatan dan tujuan pemanasan, peregangan dan kalistenik
termasuk ke dalam pemanasan umum, sedang aktivitas formal termasuk ke
dalam pemanasan khusus. Pemanasan dimulai dengan gerak tubuh
berintensitas rendah yang ditingkatkan secara perlahan-lahan. Peningkatan
intensitas secara bertahap ini akan mempercepat dan memperlancar proses
metabolism tubuh. Lancarnya metabolism tubuh akan meningkatkan aliran
darah ke otot-otot yang sedang aktif bekerja, meningkatkan suhu tubuh dan
merangsang pusat pernapasan. Kesemuanya akan meningkatkan potensi kerja
tubuh. Peningkatan potensi kerja tubuh ini menajadikan tubuh dapat bersesuai
dengan bahan yang bakal diterima sebagai akibat dari peningkatan intensitas
kerja secara bertahap tadi. Dengan demikian, kinerja akan lebih efektif dan
tubuh dapat terhindar (mengurangi) resiko cedera.
Contoh pemanasan umum (peregangan dankalistenik) diantaranya melakukan
gerakan peregangan pasif, yakni meentangkan kedua lengan sejajar bahu
yang dipertahankan selama dua puluh detik. Peregangan pasif ini lebih
banyak ditunjukkan pada persnedian dan otot. Selanjutnya dilakukan yang
dinamis seperti loncat buka tutup kaki sambil bertepuk tangan di atas kepala.
Otot dan sendi yang hendaknya yang akan banyak dipakai dalam materi
perlatihan inti. Pemanasan khusus ( aktivitas formal) dimaksudkan untuk
mempersiapkan tubuh menghadapi pelatihan inti, oleh karena itu gerakan
yang dilakukan sedapat mungkin mendekati dalam perlatihan inti. Misalnya,
andaikan pelatihan inti adalah tendangan, maka gerak formal sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan target (sasaran tendangan). Tujuan utama
damal pemanasan khusus ini adalah menyiapkan kondisi atlet (otot syaraf)
untuk jenis kerja utama yang dilakukan Selma perlatihan inti.
4.3 Perlatihan inti
Waktu yang digunakan selama proses perlatihan inti kurang lebih dua pertiga
dari seluruh waktu perlatihan. Waktu yang lama ini harus diataur
penggunaannya agar efektif dan efesien dan bagian inilah yang menentukan
keberhasilan perlatihan seperti telah disebutkan terdahulu, berapa banyak
atlet yang berlatih selam sepuluh tahun dan berhasil menjadi juara. Semua ini
sangat bergantung pada pengelolaan perlatihan inti. Isis dari perlatihan inti
bergantung pada beberapa faktor antara lain:
- Tingkat keterlatihan atlet
- Jenis olahraga
- Jenis kelamin
- Usia
- Tahapan perlatihan
Kegiatan dalam perlatihan inti terdiri dari:
- Mempelajari unsur teknik dan taktik
- Mengembangkan kecepatan dan koordinasi
- Mengembangkan kekuatan
- Mengembangkan daya tahan
Didalam perlatihan inti, kaidah yang terkandung dalam unsur dan komponen
perlatihan harus dpaat diterapkan secara betul. Secara faal, belajar elemen
teknik dan taktik hendaknya pada awal dari bagian inti. Hal ini didasarkan
pada kenyataan bahwa belajar (keterampilan akan lebih efektif jika syaraf dan
otot dalam keadaan belum lelah.
Seandainya syaraf dan otot dalam keadaan lelah, maka belajar elemen teknik
dan taktik akan terganggu karena syaraf dan otot sudah tidak kontrol lagi.
Misalnya, lengan kita dalam keadan lelah, apakah kita dapat memukul bola
dengan keras dan terarah. Kalau kaki sudah mengalami kelelahan, apakah
tendangan akan dapat diarahkan kegawang lawan. Oleh karena itu, belajar
elemen teknik dan taktik dilaksanakan sebelum tubuh mengalami kelelahan.
Sebab bila tubuh sudah mengalami kelelahan, maka kemampuan syaraf otot
dalam menjawab rangsangan yang datang akan mengalami ganguansehingga
belajar elemen teknik dan taktik tidak akan pernah dikuasai dengan sempurna.
Bagian akhir perlatihan inti, kurang lebih 15-20 menit dapat diisi dengan
latihan kondisi khusus. Perlatihan ini lebih menekankan pada materi persiapa
fisik terutama untuk menunjang percepatan penguasaan keterampilan teknik,
baik ang sudah dipelajari atau yang akan dipelajari pada perlatihan berikutnya.
4.4 Pendinginan
Tujuan yang ingin dicapai dengan aktivitas pendinginan adlah bahwa kondisi
atlet secepat dan semaksimal mungkin kembali ke kondisi normal, yakni
tidak kelelahan. Umumnya atlet sehabis perlatihan mengalami kelelahan.
Kelelahan inilah yang sedapat mungkin harus dihilangkan dalam proses
pendinginan.
Perlatihan dengan segala tekanan bebannya, baik fisik maupun mental akan
dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Kelelahan fisik yang
sederhana misalnya, disebabkan oleh penumpukan asam laktat dalam otot dna
darah. Penumpukan asam laktat ini disebabkan oleh intensitas perlatihan yang
tinggi. Intensitas perlatihan yang tinggi menentukan tersedianya energi yang
dapat memenuhi kebutuhan kerja tubuh untuk aktivitas perlatihan tersebut.
Oleh karena energi yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh sistem energi,
maka tubuh akan mengalami kekurangan energi. Dalam peristiwa ini, oksigen
yang dibutuhkan metabolisme tubuh untuk menghasilakan energi tidak
mencukupi. Misalnya atlet terlihat sudah bernapas dengan terengah-engah.
Kekurangan oksigen ini akan meyebabkan sumber energi (glokosa)
dipecahkan menjadi asam laktat yang seandainya cukup oksigen akan mejadi
asam piruvat. Penumpukan asam lakta inilah yang menjadi salah penyebab
terjadinya gangguan kerja otot sehingga menyebabkan kelelahan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk dapat menghilangkan kelelahan atlet
boleh berhenti secara mendadak sehabis perlatihan. Atlet harus melakukan
aktivitas ringan secara aerobic. Dengan aktivitas ini, bila oksigen yang pada
waktu perlatihan inti mengalami kekurangan akan dapat dipenuhi kembali
pada waktu pendinginan (pemulihan), maka asam laktat yang tadinya
menumpuk secara perlahan-lahan aka berkurang. Dengan demikian, asam
laktat yang tadinya menumpuk secara perlahan-lahan akan kembali sehingga
dapat menjadi bagian dari sumber energi. Proses ini dalam metbolisme
disebut Siklus Cori. Oeleh karena itu, pendinginan harus dilakukan secara
aktif. Dalam hal ini, aktivitasnya merupakan kelaikan dari aktivitas
pemanasan, yaitu (1) aktivitas formal (2) kalestenik (3) pereganga.
Pada kenyataannya pendinginan ini banyak diabaikan oleh pelatih dan atlet.
Misalnya, banyak atlet yang sehabis berlatih langsung istirahat minimum dan
berganti pakaian. Banyak pula atlet sehabis pertandingan langsung pulang,
apalagi jika kalah. Hal demikian, sangat bertentangan dengan kaidah
perlatihan yang terdiri dari (1) pemanasan (2) perlatihan Inti (3) pendinginan.
Oleh karena itu, banyak atlet yang belum pulih kondisinya pada waktu
perlatihan hari berikutnya atau pada waktu pendinginan berikutnya. Sehingga
sering kita denga keluhan badan yang masih terasa sakit atau pegal-pegal. Hal
ini sangat mempengaruhi kinerja atlet dan berakibat turunnya prestasi atlet.
4.5