SRI REDJEKI
Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Jl.Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya Tlp. (031) 8708064
E-mail sri@ftiupnjatim.net
Abstrack
Teknologi desalinasi dengan cara distilasi biasanya memerlukan energi yang sangat besar untuk perubahan
fase. Harga energi yang terus meningkat menyebabkan proses tersebut menjadi tidak kompetitif. Sementara
itu teknologi membran pada saat ini sedang berkembang dengan pesatnya, hal ini disebabkan karena
kegunaannya yang strategis pada proses pemisahan. Dibandingkan teknologi pemisahan lainnya, teknologi
membran menawarkan keunggulan seperti pemakaian energi yang rendah, sederhana dan ramah lingkungan
(Hartomo, 1991). Kelemahan pada proses desalinasi dengan menggunakan membran adalah pada
penggunaan dan pemilihan membran yang tepat dan terjadinya fouling dan polarisasi konsentrasi serta
umur membran (Mulder, 1990). Fouling didefinisikan sebagai deposisi irreversibel dari partikel yang
tertahan pada atau di dalam pori membran dan akan merusak daya hantar membran tersebut, sehingga
dapat menyebabkan hambatan transport ion melewati permukaan membran dan merosotnya produktivitas
atau lolosnya garam ke daerah diluat. Terjadinya fouling disebabkan oleh adanya ion penyebab fouling
(asam humat, koloid), ion tersebut bergerak ke membran, tinggal pada daerah elektropositipnya (membran
kation). Polarisasi konsentrasi yaitu berkurangnya elektrolit pada permukaan membran, sehingga tahanan
meningkat drastis terhadap rapat arus
Pengurangan fouling pada proses Elektrodialisis dapat dilakukan dengan mengurangi kandungan penyebab
fouling pada umpan yaitu antara lain : dengan memberi perlakuan awal, melakukan balikan kutub listrik
pada selang waktu tertentu yang disebut ; EDR ( Elektrodialisis Reversal) dan melakukan pembersihan
permukaan membran atau disebut CIP (Cleaning in Place).
Kandungan TDS (Total Disolved Solid) air payau adalah berkisar antara 1500 ppm hingga 10.000 ppm.
Tujuan Penelitian ini adalah : untuk mengurangi gangguan karena adanya fouling pada proses desalinasi
air payau dengan proses Elektrodialisis. Upaya
pengurangan fouling yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara melakukan perlakuan awal
menggunakan Mikrofiltrasi, balikan kutub (EDR) setiap 15 menit dan menggunakan asam sitrat sebagai
pencuci elektrode.
Hasil terbaik yang diperoleh dari penelitian ini adalah : terjadinya peningkatan produktivitas dengan
diperolehnya air tawar dengan konsentrasi 1800 ppm.
Pendahuluan
Desalinasi air payau adalah pengambilan atau pengurangan garam yang terlarut dalam air payau (Scott,
1995). Proses desalinasi air payau salah satu masalah yang sangat menantang bagi negara Indonesia yang
mempunyai lautan cukup luas, sehingga juga mempunyai daerah sekitar pantai yang cukup luas. Air payau
adalah air yang terletak pada daerah antara laut dan pantai. Ada beberapa metode desalinasi yang sudah
banyak dilakukan percobaan saat ini antara lain dengan cara distilasi, evaporasi dan desalinasi dengan
menggunakan membran yaitu reverse osmosis (RO), distilasi membran. Penelitian proses desalinasi yang
akan kami lakukan adalah dengan proses membran secara elektrodialisis (ED). Dibandingkan teknologi
pemisahan lainnya, teknologi membran menawarkan keunggulan seperti pemakaian energi yang rendah,
sederhana dan ramah lingkungan (Hartomo, 1991).
Kelemahan pada proses desalinasi dengan menggunakan membran adalah pada penggunaan dan pemilihan.
membran yang tepat dan terjadinya fouling dan konsentrasi polarisasi serta umur membran (Mulder, 1990).
Fouling didefinisikan sebagai deposisi irreversibel dari partikel yang tertahan pada atau di dalam pori
membran dan akan merusak daya hantar membran tersebut, sehingga dapat menyebabkan hambatan transport
ion melewati permukaan membran. Terjadinya fouling disebabkan oleh adanya ion penyebab fouling (asam
Fouling
Fouling dapat mempengaruhi semua tipe alat dan membran. Fouling dapat terjadi karena air yang
dipergunakan mengandung partikel tersuspensi antara lain ion organik dan anorganik penyebab penyumbatan
(asam humat, atau air tercemar deterjen, senyawa biologi, hidoxid metal ) maka ion-ion itu bergerak ke
membran, tinggal di daerah elektropositifnya. Karena melekat, dapat merusak daya hantar setempat.
Membran yang mengalami penyumbatan ditandai oleh merosotnya produktivitas, peningkatan ∆p modulnya
atau lolosnya garam, bergerak ke membran, tinggal pada daerah elektropositipnya (membran kation).
Pengurangan fouling pada proses ED dapat dilakukan dengan mengurangi kandungan penyebab
fouling pada umpan yaitu antara lain : dengan memberi perlakuan awal, melakukan balikan kutub listrik pada
selang waktu tertentu yang disebut ; EDR ( Elektrodialisis Reversal) dan melakukan pembersihan
permukaan membran atau disebut CIP (Cleaning in Place). Perlakuan awal yang disarankan oleh Strohwald
dkk untuk pengolahan air laut adalah dengan menggunakan UF, dan proses EDR sebaiknya dilakukan tiga
kali setiap jamnya (Drioli E, 1990).
Perlakuan awal perlu dilakukan pada air umpan untuk menghilangkan kekeruhan atau padatan tersuspensi,
mengontrol pH air umpan, mengurangi kecenderungan terbentuknya kerak pada membran, mencegah
pertumbuhan lendir karena mikroorganisme, dan menghilangkan zat teremulsi atau zat organik lainnya.
Tingkat perlakuan awal berbeda-beda tergantung pada kualitas air umpan dan tipe membran yang digunakan.
Mikrofiltrasi
Mikrofiltrasi adalah suatu teknik proses pemisahan menggunakan membran untuk menghilangkan
berbagai zat terlarut dengan berat molekul (BM) tinggi, aneka koloid, mikroba sampai padatan tersuspensi
dari cairan. Membran semi permeabel digunakan untuk memisahkan makromolekul dari larutan. Ukuran dan
bentuk molekul terlarut merupakan faktor penting retensinya. Derajat rejeksi terlarut ditentukan oleh cut-off
berat molekul membrannya (MWC) serta BM terlarutnya sendiri. MWC biasanya antara 1000 sampai 5000,
tapi ada pula membran dengan MWC 500 dan berciri rejeksi garam 35-40% pada umpan air permukaan atau
tanah ((Hartomo, 1994).
2. Electrode yang digunakan adalah dari stainless steel (SS-304), jumlah 2 buah.
3. Spacer dari hard nylon
4. jumlah kompartrment 3
5. Konduktivitimeter
6. Stopwacht
Tangki
Pencuci
Elektrode
+
_
Power
supply
Modul ED
pompa
Buangan
larutan
Pencuci Diluat
Kompor
listrik
Tangki umpan
Gambar 2. Skema proses Desalinasi dengan Elektrodialisis
Prosedure percobaan :
1. Air payau disaring dari kandungan kotoran-kotoran yang terikut
2. Dilakukan perlakuan awal terhadap air payau dengan menggunakan MF
3. Kemudian larutan dialirkan ke modul membran, dengan menggunakan pompa, laju alir diatur sesuai
variasi yang diinginkan, dengan pengaliran arus listrik searah, ion positif dapat ditarik lewat
membran kation ke elektrode negatif, ion negatif bergerak dalam arah yang berlawanan
lewat membran anion. Sehingga cairan di tengah dapat berkurang kadar garamnya dan
ke luar berupa air tawar. Dilakukan balikan kutub dan pencucian elektrode pada waktu tertentu.
3. Hasil yang diperoleh di tampung dan dianalisis dengan konduktivimeter
Metode Analisa
Analisa yang akan dilakukan adalah terhadap ;
1. Konsentrasi larutan umpan air payau.
Metode yang dipergunakan adalah metode konduktivimeter
2. Konsentrasi diluat hasil desalinasi.
Metode yang dipergunakan adalah metode Konduktivimeter
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil analisa ternyata kandungan TSS dari air payau cukup tinggi (8 mg/l), sehingga diperlukan
treatment awal untuk mengurangi kandungan TSS yang dapat menyebabkan penyumbatan pada permukaan
membran. Penyumbatan ini adalah salah satu yang dapat menyebabkan berkurangnya daya hantar pada
larutan garam, sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan energi pada proses desalinasi air laut
menggunakan ED.
Dari perlakuan tekanan operasi tersebut hasil terbaik diperoleh pada tekanan 0,48 bar menghasilkan TSS
4 mg/l, sehingga untuk memperoleh kandungan TSS lebih kecil lagi harus dilakukan dua kali penyaringan
TSS dengan menggunakan mikrofiltrasi. Pada tekanan 0,2 bar hasil yang diperoleh adalah 5 mg/l hal ini
karena tekanan masih sangat kecil untuk dapat menekan TSS pada air laut, sedangkan pada tekanan 0,72 dan
Dari ke tiga tabel dapat dilihat hasil dari desalinasi air payau untuk perlakuan konsentrasi 8500 ppm, 7500
ppm, 5000 ppm dan laju alir 5 cm/dt dan 10 cm/dt. Hasil terbaik diperoleh untuk perlakuan konsentrasi 5000
ppm, karena pada konsentrasi ini diperoleh air tawar dengan konsentrasi 1800 ppm. Hasil yang dipeorleh
sesuai dengan effisiensi kerja alat ED yaitu sekitar 40-50%.
Untuk laju alir, ternyata hanya sedikit berpengaruh pada proses desalinasi air payau ini, terlihat pada hasil
yang diperoleh, hal ini disebabkan yang sangat berpengaruh pada proses ini adalah besarnya daya hantar
listrik dari larutan, dimana semakin tinggi konsentrasi maka daya hantar listrik semakin tinggi pula,
sedangkan laju alir sedikit berpengaruh terhadap pemakaian arus.
Daftar Pustaka
Baker, R.W, Cussler, E.L, Eykamp, W, Koros, W.J, Riley, R.L, Strathmann, H. (1991). “ Membrane
Separation System”. Noyes Data Corporation, Park Ridge, New Jersy, U.S.A.
Drioli, E. Lorio, G. dan Gatapano, G. (1990). “Handbook of Industrial Membrane Technology”, editor
Porter, M.C.First ed, Noyes Publications, USA.
Hartomo, A. J, Widiatmoko, M.C. (1994). “Teknologi Membran Pemurnian Air”. Andi Offset
Yogyakarta.
http://www.pca-gmbh.com/appli/ed.htm
Nur Rahayu Lif Indah dan Sulistiyorini.Dwiatmi, (1999). “Desalinasi Air Payau secara Reverse Osmosis
Tekanan rendah”. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Bandung.
Redjeki, Sri. (2003). “Kajian Perlakuan awal desalinasi air laut dengan mikrofiltrasi”. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” 2004, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Sata Toshikatsu (1996). “ Trends in Ion Exchange Membran Research”. International Congress on
Membranes and Membran Processes, The Membrane Society of Japan.
Schoeman, Japie, J. Thompson, Mark, A. (1996). “ Water Treatment Membrane Processes”. Editorial Group :
J, Mallevialle. Peter, E, O. Mark, R, W. McGraw-Hll, New York San Francisco Washington,
D.C. Auckland Bogota Caraces Lisbon London Madrid Mexico City Milan Montreal New
Delhi San Juan Singapore Sydney Tokyo Toronto.
Scott Keith, (1995). “Handbook of Industrial membranes” Elsevier Advanced Technology, First edition.