Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTIHIPERTENSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 EKSTENSI :

1. ANDRIANI PROBO SUMILIR P 272 240 090 41


2. ARDIYAN BAYU NUGRAHENI P 272 240 090 42
3. BAITI RATIH SETYANINGSIH P 272 240 090 44
4. DESTA GALIH MARTINA P 272 240 090 45
5. DESTI PUSPITA P 272 240 090 46
6. DHINA P 272 240 090 47
7. DIANI ENMA MAULIDA P 272 240 090 48
8. DIAN INTAN PERMATA SARI P 272 240 090 49
9. DWI AGUSTINA P 272 240 090 50

KEMENTRIAN KESEHATAN REPBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2010
ANTIHIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah
yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII [1]
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

• Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Hipertensi pada kehamilan


Terdiri dari : hipertensi esensial kronik, preeklamsi-eklamsia, hipertensi
kronik dengan eklamsia. Hipertensi esensial kronik yaitu hipertensi yang telah ada
sebelum hamil atau telah terdiagnosis sebelum kehamilan ke-20. Tujuan terapi :
mengurangi komplikasi akibat hipertensi tanpa merugikan fetusnya.
Preeklamsia adalah kondisi khas kehamilan yang terjadi setelah 20 minggu,
ditandai perfusi buruk pada banyak organ. Tekanan darah meningkat disertai
proteinuria dan edema, serta kadang-kadang gangguan koagulasi dan gangguan fungsi
hati. Preeklamsia bisa berkembang cepat menjadi fese konvulsif yang disebut
eklamsia. Pemberian antihipertensi berorientasi pada keselamatan ibu, karena tidak
jelas apakah penurunan tekanan darah akan menguntungkan fetus. Diuretik harus
dihindari karena akan memperburuk perfusi organ. Bila kelahiran akan terjadi, diberi
antihipertensi parenteral dengan hidralazin intravena.
Pada prinsipnya, pengobatan hipertensi dilakukan secara bertahap, dimulai
dari modifikasi pola hidup ( menurunkan kegemukan, latihan fisik/aerobik secara
teratur, mengurangi makan garam, makan vit. K, Ca dan Mg yang cukup, tidak
minum alkohol dan merokok ), baru kalau respon kurang dilakukan terapi
farmakologik ( dengan obat ).

Gejala Hipertensi

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala :
sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur
yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan


bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Penyebab Hipertensi

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum


diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan


pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:


1. Penyakit Ginjal

Stenosis arteri renalis, Pielonefritis, Glomerulonefritis, Tumor-tumor ginjal,


Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), Trauma pada ginjal (luka yang
mengenai ginjal), Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal : Hiperaldosteronisme, Sindroma Cushing,


Feokro:mositoma
3. Obat-obatan : Pil KB, Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain,
Penyalahgunaan alcohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya : Koartasio aorta, Preeklamsi pada kehamilan, Porfiria
intermiten akut, Keracunan timbal akut.

Obat tradisional yang dapat digunakan sebagai anti hipertensi, misalnya : murbei,
daun cincau hijau, seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr per hari, karena dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis), bawang putih (tidak boleh
lebih dari 3-5 siung sehari), Rosela , daun misai kucing, minuman serai. teh serai yang
kering atau serai basah(fresh) diminum 3 kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak
penurunan tekanan darah tinggi

 Angina pektoris

Angina pektoris atau disebut juga Angin


Duduk adalah penyakit jantung iskemik
didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan
oksigen dan menurunnya aliran darah ke dalam
miokardium. Gangguan tersebut bisa karena
suplai oksigen yang turun (adanya aterosklerosis
koroner atau spasme arteria koroner) atau
kebutuhan oksigen yang meningkat. Sebagai
manifestasi keadaan tersebut akan timbul Angina
pektoris yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi infark miokard. Angina
pektoris dibagi menjadi 3 jenis yaitu Angina klasik (stabil), Angina varian, dan
Angina tidak stabil.
Angina klasik biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas fisik.
Sedangkan Angina varian biasa terjadi saat istirahat dan biasa terjadi di pagi hari.
Angina tidak stabil tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya, dapat terjadi saat
istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik. Obat antiangina terdiri dari
berbagai macam golongan. Pilihan terapi pengobatan antiangina meliputi golongan
nitrat, beta bloker, dan Ca channel antagonis

 Penyakit Gagal Ginjal

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit


dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan
hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh
seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi
urine.

Penyebab Gagal Ginjal

Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang


didedrita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan
organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal
diantaranya :

• Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)


• Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
• Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
• Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
• Menderita penyakit kanker (cancer)
• Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal
itu sendiri (polycystic kidney disease)
• Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau
dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai
glomerulonephritis.
 Angiotensin
Angiotensin (bahasa Inggris: angiotensin, hypertensin, angiotonin) adalah sebuah
dipsogen dan hormon oligopeptida di dalam serum darah yang menyebabkan
pembuluh darah mengkerut hingga menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Angiotensin merupakan stimulan bagi sekresi aldosteron dari adrenal korteks, dan
merupakan bagian dari sistem RAA (renin-angiotensin-aldosteron). Prekursor
angiotensin adalah angiotensinogen yang disekresi oleh hati.

 Renin
Renin (bahasa Inggris: renin, angiotensinogenase) adalah enzim yang disekresi
oleh ginjal yang berperan dalam lintasan metabolisme sistem RAA (Renin-
Angiotensin-Aldosteron) yang mengendalikan tekanan darah dan kadar air dalam
tubuh dengan mengatur volume ekstraselular dari plasma darah, cairan tubuh, cairan
limfatik dan vasokonstriksi arteri.

Anti Angina

• Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak seimbangan antara


permintaan (demand) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian
jantung
• Penyebab angina:
• Kebutuhan O2 meningkat → exercise berlebihan
• Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler

Cara kerja Antiangina:

• Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan


kerjanya. (penyekat reseptor beta)
• Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah
(vasodilator)
• Kombinasi keduanya

Obat Antiangina:

1. Nitrat organik
2. Beta bloker
3. Calsium antagonis

Farmakodinamik

• Dilatasi pembuluh darah → dapat menyebabkan hipotensi → sinkop


• Relaksasi otot polos → nitrat organik membentuk NO → menstimulasi
guanilat siklase → kadar siklik-GMP meningkat → relaksasi otot polos
(vasodilatasi)
• Menghilangkan nyeri dada → bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena
menurunya kerja jantung
• Pada dosis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan dilatasi arteriole
perifer → tekanan sistol dan diastol menurun , curah jantung menurun dan
frekuensi jantung meningkat (takikardi)
• Efek hipotensi terutama pada posisi berdiri → karena semakin banyak darah
yang menggumpul di vena → curah darah jantung menurun.
• Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik →
penurunan aliran darah balik ke jantung
• Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos:
bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas → tidak digunakan di
klinik

Farmakokinetik

• Metabolisme nitrat organik terjadi di hati


• Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual
• Ekskresi sebagian besar lewat ginjal

Efek Samping obat : sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia

Indikasi :
1. Angina pectoris
2. Gagal jantung kongestif
3. Infark jantung

OBAT ANTI HIPERTENSI

1. KORTIKOSTEROID (Deksametason)
Farmakokinetik
- dapat diberikan oral,IM,IV, intra nasal, salap dan tetes mata.
- diabsobsi dengan baik di GI Trac dan otot
- waktu paruh 2-5 jam
- dimetabolisme di hepar dan sebagian kecil diekskresi melalui urin
Farmakodinamik
- kerja utmanya menekan peradangan akut
- jika diberikan oral dan IM memiliki lama kerja yang panjang
- dapat menyebabkan peningkatan gula darah, penumpukan lemak yang abnormal di
wajah dan tubuh,peningkatan tekanan intr okuler, hipertensi,tukak peptic dan retardasi
pertumbuhan.

2. A-B Vask 5 mg;10mg

KOMPOSISI
A-B Vask®5 :

Tiap tablet mengandung Amlodipine besylate 6,934 mg setara dengan amiodipine 5


mg.

A-B Vask® 10 : Tiap tablet mengandung Amlodipine besylate 13,868 mg setara


dengan amlodipine 10 mg

CARA KERJA OBAT


Farmakologi :

Amlodipine adalah inhibitor influks kalsium (slow channel blocker atau


antagonis ion kalsium), yaitu menghambat influks ion-ion kalsium transmembran ke
dalam jantung dan otot polos Mekanisme kerja antihipertensi amiodipine dikarenakan
adanya efek relaksasi secara langsung pada otot polos vaskular, sedangkan
mekanisme yang tepat untuk menghilangkan angina belum sepenuhnya diketahui.
Farmakokinetika :

Setelah pemberian dosis terapeutik secara oral, amiodipine diabsorpsi dengan


baik dan kadar puncak dalam plasma tercapai setelah 6 - 12 jam Volume distribusi
amlodipine kira-kira 21 liter/kg Waktu paruh eliminasi plasma terminal adalah sekitar
35 - 50 jam dan konsisten pada pemberian dosis sekali sehari Kadar mantap dalam
plasma tercapai 7 - 8 hari setelah pemberian secara terus menerus sehari sekali
Sebanyak 97,5% amlodipine dalam sirkulasi terikat dengan protein plasma
Amlodipine sebagian besar dimetabolisme di hati menjadi metabolit inaktif, di
ekskresi di urin 10% dalam bentuk tidak berubah dan 60% sebagai metabolit Pada
penderita hipertensi, pemberian dosis sehari sekali memberikan penurunan tekanan
darah yang signifikan secara klinis baik pada posisi terlentang maupun berdiri setelah
interval waktu 24 jam. Karena mula kerja yang lambat maka tidak terjadi hipotensi
akut setelah pemberian amlodipine pada penderita angina .Pemberian dosis sekali
sehari meningkatkan waktu exercise dan menurunkan frekuensi serangan angina dan
konsumsi tablet nitrogliserin. Amlodipine tidak mempengaruhi efek metabolisme atau
perubahan-perubahan lipid (lemak) dalam plasma.

INDIKASI

Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan digunakan dalam


bentuk tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita
Penderita-penderita yang tidak cukup terkontrol bila hanya menggunakan obat
antihipertensi tunggal, dapat lebih menguntungkan bila pemberian amlodipine
dikombinasi dengan diuretik tiazid, inhibitor adrenoreceptor, atau inhibitor
anglotensin-converting enzym.

Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan iskemia miokardial yang


disebabkan obstruksi fixed (angina stabil) dan atau vasospasme/vasokonstriksi
(Prinzmetal's atau angina varian) dari pembuluh darah koroner Amlodipine dapat
digunakan sebagai gambaran klinik yang menunjukkan suatu kemungkinan komponen
vasospastik / vasokonstriktif tetapi belum nampak adanya vasospasme /
vasokonstriksi. Amlodipine dapat digunakan dalam bentuk tunggal (monoterapi) atau
dikombinasi dengan obat-obat antiangina lain, terutama pada penderita angina yang
sukar disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan p-blocker pada dosis adequat /
dosis yang memadai

KONTRA INDIKASI

Amlodipine dikontraindikasikan pada penderita yang sensitif terhadap


dihidropiridin.
EFEK SAMPING

- Amlodipine ditoleransi dengan baik Pada penelitian klinik dengan kontrol


plasebo yang mencakup penderita dengan hipertensi dan angina, efek
samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, edema, somnolen, palpitasi,
nyeri abdomen, lelah, mual, flushing, dan pusing-pusing Tidak ada kelainan-
kelainan tes laboratorium yang signifikan secara klinis yang berkaitan dengan
amiodipine
- Efek samping lain yang sedikit ditemukan pada pengalaman klinis adalah
pruritus, rash, dispnea, astenia, kram otot, hiperplasia gingiva, dispepsia dan
yang jarang ditemukan eritema multiforme, Seperti pada calcium channel
Mockers, efek samping lain jarang dilaporkan dan tidak bisa dibedakan dari
gejala penyakit penyebabnya: infark miokard, aritmia (termasuk takikardi
ventrikular dan fibrilasi atrium) dan nyeri dada.
PERINGATAN DAN PERHATIAN

* Penggunaan pada penderita gagal qinjal


Amlodipine sebagian besar dimetabolisme menjadi metabolit inaktif, dan 10%
diekskresikan dalam bentuk utuh melalui urin Perubahan-perubahan kadar amiodipine
dalam plasma tidak ada korelasi dengan derajat kegagalan ginjal. Dosis normal
amiodipine dapat digunakan pada penderita tersebut namun amlodipine tidak dapat
didialisis.

* Penggunaan pada penderita gagal funqsi hepar


Waktu paruh amiodipine menjadi lebih panjang pada penderita gagal fungsi hepar,
oleh karena itu perlu perhatian khusus pada penggunaannya. Dosis rekomendasi
belum ada yang pasti.

* Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui.


Keamanan penggunaan amlodipine pada ibu hamil dan menyusui belum dibuktikan /
diteliti. I Amiodipine tidak menunjukkan toksik pada penelitian reproduktif pada
binatang yang diberi I dosis 50 kali (dosis maksimum yang direkomendasikan pada
manusia), efek yang timbul yaitu hanya memperpanjang parturisi dan kerja pada
tikus percobaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui hanya direkomendasikan bila tidak ada alternatif lain yang lebih aman dan
bila penyakitnya itu sendiri membawa risiko yang besar pada ibu dan anak.

* Penggunaan pada penderita lanjut usia.


Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak amiodipine sama,
baik pada orang tua maupun orang muda. Klirens amlodipine akan menurun dengan
peningkatan AUC dan eliminasi waktu paruh penderita lanjut usia, karena mudah
ditoleransi dengan baik Oleh karena itu, dosis normal dapat direkomendasikan pada
penderita lanjut usia.

INTERAKSI OBAT

Amlodipine aman diberikan bersama-sama dengan diuretik tiazid, $-blocker,


inhibitor angiotensin-converting enzym, long-acting nitrat, nitrogliserin sublingual,
obat-obat I antiinflamasi non-steroid, antibiotika, dan obat hipoglikemik oral. Pada
penelitian khusus I disebutkan bahwa pemberian amlodipine bersama-sama digoksin
tidak mengubah kadar digoksin dalam serum dan klirens renal digoksin pada
sukarelawan normal. Pemberian bersama-sama dengan simetidin tidak mengubah
farmakokinetika amiodipine. Data in-vitro I dari penelitian pada plasma manusia
menyebutkan bahwa amiodipine tidak mempunyai efek pada ikatan protein dengan
obat-obat yang diuji (digoksin, fenitoin, warfarin, atau indometasin).

OVERDOSIS

Walaupun tidak ada penelitian yang menyebutkan tentang overdosis


amlodipine, tetapi dari data yang ada menunjukkan bahwa overdosis dapat
menyebabkan vasodilatasi perifer yang berlebihan dengan tanda selanjutnya berupa
hipotensi sistemik yang lebih lama. Hipotensi yang signifikan secara klinik karena
overdosis amlodipine memerlukan dukungan kardiovaskuler aktif termasuk
pemantauan jantung dan fungsi pernafasan,peninggian anggota badan, dan perhatian
terhadap volume cairan sirkulasi dan pengeluaran urin. Bahan vasokonstriktor dapat
membantu memulihkan tegangan vaskular dan tekanan darah,diberikan bila tidak ada
kontraindikasi terhadap penggunaannya. Karena amlodipine sebagian besar terikat
dengan protein, dialisis tidak menguntungkan / tidak direkomendasikan.

Pada beberapa kasus, pencucian / kuras lambung dapat membantu


menurunkan laju absorpsi amlodipine.

KEMASAN
A-BVask ® 5 : Kotak, 3 blister @ 10 tablet

No. Reg. DKL0813313810A1

A-B Vask ® 10 : Kotak, 3 blister @ 10 tablet

No Reg. DKL0813313810B1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Simpan di tempat(15:25°C) dan kering

PT. LAPI LABORATORIES

CIKANDE –INDONESIA

FISIOLOGI
* Untuk hipertensi : Dosis lazim adalah 5 mg amiodipine satu kali sehari, dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimum 10 mg tergantung respons penderita secara
individual dan berat penyakit. Bayi, penderita yang lemah (fragile), penderita lanjut
usia atau penderita dengan gagal fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg
amiodipine satu kali sehari dan dosis ini dapat digunakan ketika amiodipine ditambah
dengan terapi anti hipertensi lain Sebagian besar penderita hipertensi dengan dosis
pemakaian 5 mg setiap hari tidak perlu peningkatan dosis Bagi mereka yang
memerlukan dosis lebih tinggi, amlodipine dapat ditingkatkan menjadi 7,5 mg setiap
hari dengan dosis maksimum 10 mg setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk chronic
stable atau angina vasospastik adalah 5-10 mg, dan dosis yang rendah untuk penderita
lanjut usia dan penderita gagal fungsi hati,
*Tidak diperlukan penyesuaian dosis bila digunakan bersamaan dengan diuretic
tiazid, p-bloker, dan angiotensin converting enzyme inhibitors.
* Untuk anak-anak : Sampai saat ini penggunaan amlodipine untuk anak-anak
tidak pernah dilaporkan / belum pernah diberikan pada anak-anak.
EFEK SAMPING

- Amlodipine ditoleransi dengan baik Pada penelitian klinik dengan kontrol plasebo
yang mencakup penderita dengan hipertensi dan angina, efek samping yang umum
terjadi adalah sakit kepala, edema, somnolen, palpitasi, nyeri abdomen, lelah, mual,
flushing, dan pusing-pusing Tidak ada kelainan-kelainan tes laboratorium yang
signifikan secara klinis yang berkaitan dengan amiodipine

- Efek samping lain yang sedikit ditemukan pada pengalaman klinis adalah pruritus,
rash, dispnea, astenia, kram otot, hiperplasia gingiva, dispepsia dan yang jarang
ditemukan eritema multiforme, Seperti pada calcium channel Mockers, efek
samping lain jarang dilaporkan dan tidak bisa dibedakan dari gejala penyakit
penyebabnya: infark miokard, ' aritmia (termasuk takikardi ventrikular dan fibrilasi
atrium) dan nyeri dada.

3. ACCUPRIL 5 MG; 10 MG; 20 MG


ACCUPRIL 5MG; 10 MG; 20 MG

GOLONGAN : K

KANDUNGAN:Quinapril
INDIKASI :

Hipertensi, gagal jantung kongestif

PERHATIAN :

Gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif berat.

INTERAKSI OBAT :

- Dapat mengurangi penyerapan Tetrasiklin


- Monitor kadar Kalium dalam serum saat Quinapril digunakan dengan diuretika
hemat Kalium, Kalium tambahan, atau pengganti garam yang mengandung Kalium.
EFEK SAMPING :

Sakit kepala, pusing, rinitis, batuk, infeksi saluran pernafasan bagian atas,
letih, mual, muntah, dispepsia, dan parestesia (gangguan perasaan kulit seperti
kesemutan).

KEMASAN :

Tablet 10 mg x 30 biji.

DOSIS :

* Hipertensi :

- pada pasien yang tidak menggunakan diuretika : dosis awal 10 mg sekali sehari,
pemeliharaan : 20-40 mg/hari.

- pada pasien yang juga menggunakan diuretika : dosis awal 5 mg sekali sehari.

* Gagal jantung kongestif : dosis awal 5 mg, pemeliharaan : 10-20 mg/hari.

PENYAJIAN :

Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)

4. ACEPRESS 12,5 MG;25 MG

ACEPRESS 12,5 MG

GOLONGAN : K

KOMPOSISI :

Acepress Tablet 12,5 mg, tiap tablet mengandung :

Kaptopril 12,5 mg

INDIKASI :

Acepress Tablet diindikasikan untuk :

1. Hipertensi :

Acepress Tablet dapat digunakan sebagai pengobatan awal pada pasien


dengan fungsi ginjal normal. Pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal, terutama
dengan penyakit pembuluh kolagen, sebaliknya Acepress Tablet untuk pasien
hipertensi yang mempunyai perkembangan efek samping yang tidak diharapkan dari
obat lain, atau dengan respon yang tidak memuaskan pada obat kombinasi.

Acepress Tablet untuk pengobatan gagal jantung kongestif biasanya dalam


kombinasi dengan diuretik dan Digitalis. Efek yang bermanfaat dari Acepress Tablet
dalam gagal jantung tidak diperlukan pada saat pemakaian Digitalis.

2. Disfungsi ventrikular kiri sesudah IM :

Untuk perbaikan penyelamatan IM pada pasien disfungsi ventrikular kiri yang


secara klinis stabil menunjukkan penyemburan fraksi < 40 % dan untuk mengurangi
bahaya pada gagal jantung dan perawatan selanjutnya gagal jantung kongestif pada
pasien tersebut.

3. Diabetes nephropati :

Acepress Tablet untuk pengobatan diabetes nephropati (proteinuria > 500 mg /


hari) pada pasien dengan diabetes melitus tipe I - diabetes melitus dependent dan
retinopati.
PERHATIAN :

Gagal ginjal berat, penyakit autoimun.

Interaksi obat : efek hipotensi dipertinggi oleh diuretika, antihipertensi lainnya dan
diperendah oleh Indometasin dan Salisilat.

EFEK SAMPING :

Gangguan pengecapan, batuk kering (tidak berdahak), infeksi rongga mulut,


kemerahan pada kulit, gatal-gatal, demam, eosinofilia, trombositopenia, anemia,
iritasi saluran cerna, angioedema, limfadenopati, hipotensi yang bersifat sementara,
takhikardia. Jarang : kerusakan sel hati dan sakit kuning, agranulositopenia,
neutropenia.

DOSIS :

Acepress Tablet harus diminum dalam dosis tunggal dan harus diminum 1 jam
sebelum makan

Hipertensi :

Dosis awal Acepress Tablet :

12,5 mg 2 - 3 kali sehari.


Dosis umum Acepress Tablet :

12,5 sampai 150 mg 2 atau 3 kali sehari.

Gagal jantung :

Untuk pengobatan awal disarankan menggunakan diuretik dan kemungkinan


penipisan garam atau volume yang parah. Pada pasien dengan tekanan darah normal
atau rendah yang telah diberikan diuretik dan kemungkinan menjadi hiponatremik dan
/ atau hipovolemik, dimulai dengan dosis 6,25 atau 12,5 mg 3 kali sehari, dapat
meminimalkan besar atau durasi dari efek hipotensi; untuk pasien tersebut, kenaikan
sedikit demi sedikit terhadap dosis umum harian dapat terjadi sampai beberapa hari
kemudian. Pada umumnya dosis awal untuk semua pasien adalah 25 mg 3 kali sehari.
Sesudah dosis 50 mg 3 kali sehari tercapai, tunda kenaikan berikutnya, jika
memungkinkan, untuk paling tidak 2 minggu diamati jika terdapat respon yang
memuaskan. Kebanyakan pasien yang diamati mendapat perbaikan secara klinis
dengan dosis 50 atau 100 mg 3 kali sehari. Jangan melebihi dosis maksimal
Acepress Tablet 450 mg sehari. Acepress Tablet secara umum harus digunakan
bersamaan dengan diuretik dan Digitalis.

Gangguan fungsi ginjal :

Karena Acepress Tablet secara utama diekskresikan melalui ginjal, kecepatan


ekskresi menurun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien tersebut akan
lebih lama untuk mencapai kadar Acepress Tablet pada keadaan tunak dan akan
mencapai kadar lebih tinggi keadaan tunak untuk pemberian dosis harian daripada
pasien dengan fungsi ginjal normal. Oleh karena itu, pasien tersebut dapat merespon
pada frekuensi dosis yang lebih kecil atau kurang. Maka untuk pasien dengan
kerusakan ginjal yang signifikan, dosis awal harian Acepress Tablet harus diturunkan,
dan naikkan sedikit demi sedikit, yang harus lebih pelan (interval 1 - 2 minggu).
Setelah efek terapetik yang diinginkan tercapai, dosis harus secara perlahan
diturunkan sedikit demi sedikit untuk diamati dosis minimal yang efektif. Pada pasien
dengan kerusakan ginjal yang parah, jika dibutuhkan kombinasi dengan diuretik maka
lebih baik digunakan diuretik Furosemide daripada thiazide.

KEMASAN :

Acepress Tablet 12,5 mg : Dus berisi 10 strip @ 10 tablet


5. ACETENSA
ACETENSA

GENERIK
Losartan K.

INDIKASI:Hipertensi.
PERHATIAN:Kehamilan, bayi baru lahir, menyusui, penurunan volume
intravaskuler.

EFEK SAMPING

Lelah, bengkak, sakit perut, nyeri dada, sakit kepala, faringitis, angina
pektoris, blok atrio-ventrikular derajat ke-2, kerusakan cerebrovaskular, hipotensi,
infark miokardial, gangguan fungsi hati.

KEMASAN:Tablet 50 mg x 3 x 10

DOSIS:Dosis awal : 50 mg/hari, dapat ditingkatkan menjadi 100 mg 1 kali sehari.

6. ACTAPIN 10
ACTAPIN
GENERIK:Amlodipine besylate.

INDIKASI:Hipertensi, angina stabil dan atau angina Prinzmetal's atau varian.

KONTRA INDIKASI:Hipertensi berat, kehamilan.

PERHATIAN
# Kerusakan fungsi hati dan ginjal.
# Gagal jantung, menyusui, usia lanjut.

EFEK SAMPING

Pusing, sakit kepala, wajah kemerahan, flushing, somnolen, otot letih, edema
perifer (ankles), palpitasi, nyeri perut, mual, mengantuk.

KEMASAN
Tablet 10 mg x 3 x 10's.

DOSIS
Awal 5 mg sehari, dapat ditingkatkan sampai 10 mg sehari.

Lanjut usia & pasien dengan insufisiensi hati Awal 2.5 mg sekali sehari.

DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC

Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI

Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta,


EGC

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/obat-kardiovaskuler.html

Anda mungkin juga menyukai