Anda di halaman 1dari 48

PANDUAN

HAK PASIEN DAN KELUARGA

RSU

ERNI MEDIKA JAMBI


DAFTAR ISI

1. Panduan Hak Pasien dalam pelayanan


2. Panduan privasi pasien
3. Panduan memberikan perlindungan terhadap kerahasiaan informasitentang pasien
4. Panduan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien dalam pelayanan
5. Panduan perlindungan terhadap harta benda milik pasien
6. Panduan perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik
7. Panduan perlinungan terhadap anak-anak, individu yang cacat dan lanjut usia
8. Panduan cara memperoleh seon opinion
9. Panduan pasien terminal
10. Panduan DNR
11. Panduan penyelesaian complain, keluhan, konflik atau perbedaan penapat pasien dan
keluarga
PANDUAN
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN

RSU

ERNI MEDIKA JAMBI


DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Pengertian

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III TATA LAKSANA


RSU ERNI MEDIKA
Jl.Barlin Rt 12 Kel. Talang Bakung Kec.Jambi Selatan , Kota Jambi Telp: 0741-3081014HP: 0823-8075-8262

SURAT KEPUTUSAN

NOMOR Skep/ / /2018

TENTANG

KEBIJAKAN TENTANG PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN

RSU ERNI MEDIKA JAMBI

Menimbang :

1. Bahwa seluruh staf bertanggung jawab melindungi dan mengedepankan hak pasien
dan keluarga
2. Bahwa Rumah Sakit Umum Erni Medikamenghormati hak pasien dalam
berpartisipasi hak istimewa keluarga pasien
3. Bahwa hak pasien dan keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontrak di
Rumah Sakit, stafnya serta pasien dan keluarganya
4. Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir 1,2, dan 3 diatas perlu adanya keputusan
karukmit RSU Erni Medika
Mengingat :

1. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 1999 tentang kesehatan


2. Permenkes 159 B/1988 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang stanar pelayanan rumah
sakit
4. Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang pedoman hak
pasien, Dokter, dan Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Erni Medika tentang kebijakan
hak pasien dan keluarga

Kesatu : Keputusan karumkit tentang kebijakan tentang penjelasan hak pasien


dalam pelayanan rumah sakit

Kedua : Kebijakan alam menetapkan tentang penjelasan hak pasien dalam


pelayanan rumah sakit sebagaimana tercantum dalam keputusan ini

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan


oleh kerumkit
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya an apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Jambi
Tanggal :
Direktur RSU Erni Medika

Tembusan : Semua Unit Pelayanan


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, budaya dan kepercayaan
masing-masing. Keunikan ini dibawa pasien kedalam proses pelayanna di rumah sakit.
Hak pasien didalam pelayanan kesehatan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan
di Negara kita, sebagaimana diatur dalam UU no 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran, UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dan UU no. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit. RS harus membangun kepercayaan dan psikososial, nilai spiritual, hak dan
kebutuhan pasien dalam proses pelayanan kesehatan. Hasil pelayanan pasien akan
meningkat/ bertambah baik bila pasien dan keluarga atau mereka yang berhak mengambil
keputusan diikutsertakan dalam keputusan pelayanan. Untuk itu diperlukan mengenai hak
pasien oleh rumah sakit dalam proses pelayanan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
C. Tujuan
Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh tenaga kesehatan di RSU
Erni Medika tentang penjelasan hak pasien dalam pelayanan di Rumah Sakit
D. Pengertian

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan


pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas. Setiap manusia mempunyai
hak asasi untuk berbuat, menanyakan pendapat, memberikan sesuatu kepada orang lain
atau lembaga tertentu.
Hak tersebut dapat dimiliki oleh setiap orang.Dalam menuntut suatu hak, tanggung jawab
moral sangat diperlukan agar dapat terjalin suatu ikatan yang merupakan kontrak social,
baik tersurat, maupun tersirat, sehingga segala sesuatunya dapat memberikan dampak
positif.

Hak pasien dalam pelayanan kesehatan berarti hak pasien untuk mendapatkan perlakuan
dan perlindungan sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-undangan.
BAB II

RUANG LINGKUP

1. IGD
2. Rawat Inap
3. Rawat Intensif
BAB III

TATA LAKSANA

Rumah sakit menjelaskan hak pasien pada saat :

1. Pada saat pendaftaran dijelaskan hak dan kewajiban pasien secara umum oleh admisi
rumah sakit di ruang pendaftaran
2. Pada saat masuk rawat inap dijelaskan hak dan kewajiban pasien yang berlaku khusus
oleh petugas diruangan / unit yang bersangkutan
3. Pada saat akan direncanakan tindakan medis operasi/prosedur invasif, sebelum prosedur
tranfusi darah, sebelum anastesi, sebelum pelaksanaan tindakan, dan pengobatan resiko
tinggi, bahwa pasien dan atau keluarga berhak menerima atau menolak tindakan tersebut
RSU ERNI MEDIKA
Jl.Barlin Rt 12 Kel. Talang Bakung Kec.Jambi Selatan , Kota Jambi Telp: 0741-3081014HP: 0823-8075-8262

HAK PASIEN DALAM UURS PASAL 32

Setiap pasien mempunyai hak :

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEWAJIBAN PASIEN (BERDASARKAN UU RI NO 29 PASAL 53, TAHUN 2009
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN)

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya


2. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan
5. Mematuhi hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuat
PANDUAN
PRIVASI PASIEN

RSU

ERNI MEDIKA JAMBI


DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Pengertian
D. Prosedur
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
BAB IV DOKUMENTASI
RSU ERNI MEDIKA
Jl.Barlin Rt 12 Kel. Talang Bakung Kec.Jambi Selatan , Kota Jambi Telp: 0741-3081014HP: 0823-8075-8262

SURAT KEPUTUSAN
NOMOR : Skep/ / / 2018

TENTANG

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEBUTUHAN PRIVASI


PASIEN DI RSU ERNI MEDIKA

Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya meningkatkan upaya peningkatan mutu pelayanan RSU Erni
Medika, maka diperlukan ketepatan perlindungan terhadap kebutuhan privasi
pasien
2. Bahwa agar kebijakan tentang perlindungan terhadap kebutuhan privasi pasien di
RSU Erni Medika dapat terlaksana dengan baik, maka perlu adanya peraturan
kepala rumah sakit tentang kebijakan perlindungan terhadap kebutuhan privasi
pasien, sebagai landasan bagi penyelenggara seluruh pelayanan di RSU Erni
Medika
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b
perlu ditetapkan dengan keputusan Kepala RSU Erni Medika
Mengingat :

UU Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Memperhatikan :

Penyusunan pedoman pelayanan pasien di RSU Erni Medika harus seragam dan
sesuai dengan undang-undang

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

1. Rumah Sakit harus mempunyai pedoman pelayanan pasien yang seragam


2. Rumah Sakit harus mempunyai pedoman asuhan keperawatan pasien sesuai engan
tingkatan kebutuhan pasien
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di : Jambi
Tanggal :
Direktur RSU Erni Medika

Tembusan : Semua Unit Pelayanan


BAB I

DEFINISI

A. Latar Belakang
Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan /ketetapan yaitu: Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1996 dan peraturan pemerintah nomor 33 tahun 1963 untuk
dokter gigi yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan termasuk mahasiswa kedokteran ,
murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan, dan / atau perawatan
diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran. Pasal 22 ayat 1 b peraturan pemerintah
nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis
tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan
identitas dan data kesehatan pribadi pasien. Koe etik keperawatan dalam pasal 12
menetapkan : “setiap dokter wajib merahasikan sesuatu yang diketahuinya, tetntang
seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia”. Rahasia
kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,memenuhi
permintaan aparatur penegak hukumm, permintaan pasien sendiri, atau berasarkan
ketentuan perundang-undangan.
Dan pasal 51 huruf c undang-undang nomor 29 tahun 2004 adanya kewajiban
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia. Berkaitan dengan pengungkapan rahasia keokteran tersebut
diatur dalam pasal 10 ayat (2) peraturan mentri kesehatan nomor 269/MENKES/III/2008
tentang rekam medis sbb:
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a. untuk kepentingan kesehatan pasien;
b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan;
c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien
Mengenai rahasia kedokteran dikenal adanya trilogi rahasia kedokteran yang
meliputi persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis dan rahasia kedokteran karena
keterkaitan satu sama lain. Jika menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka
harus ada izin pasien (consent) dan bahan rahasia kedokteran terdapat dalam berkas
rekam medis.
Hak privacy ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang.Inti dari hak ini
adalah suatu hak atau kewenangan untuk tidak diganggu. Setiap orang berhak untuk tidak
dicampuri urusan pribadinya oleh lain orang tanpa persetujuannya. Hak atas privacy
disini berkaitan dengan hubungan terapeutik antara dokter-pasien ( fiduciary relationship
). Hubungan ini di dasarkan atas kepercayaan bahwa dokter itu akan berupaya
semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan pengobatan. Pula kepercayaan bahwa
penyakit yang di derita tidak akan diungkapkan lebih lanjut kepada orang lain tanpa
persetujuannya. Dalam pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III
/2008 diatur bahwa penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis prosedur tindakan, pengobatan,
dokter / perawat / bidan / petugas medis lainnya wajib melindungi privasi pasien seperti
data pasien, diagnose pasien, dan lainnya, dapat juga menutup korden pintu pada saat
dilakukan pemeriksaan atau pengobatan semua bergantung dari kebutuhan pasien.
B. Tujuan

Guna mengetahui kebutuhan pasien akan privasinya selama dalam rumah sakit
sebagai bentuk kepedulian RS yang diterapkan untuk melindungi hak hak asasi pasien
(hak privasi)

C. Pengertian
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu.tingkatan privasi yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh
orang lain. adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk
mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau kemampuan
untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan dipandang hanya
sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak pihak lain

Identifikasi privasi pasien adalah suatu proses untuk mengetahui kebutuhan


privasi pasien dalam rumah sakit.

Privasi pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu dilindungi dan dijaga,
selama dalam rs.

1. Faktor Privasi : Ada Perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu
penelitian pria lebih memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangkan wanita tidak
mempermasalahkan isi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall perbedaan dalam latar
belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privasi.
2. Faktor Situasional : Kepuasan akan kebutuhan akan privasi sangat berhubungan
dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk mandiri.
3. Faktor Budaya : Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya
perbedaan dalam banyaknya privasi yang diingikan, tetapi sangat berbeda dalam cara
bagaimana mereka mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar
dan menghadap kejalan, tinggal dirumah kecil dengan dinding dari bamboo, terdiri dari
keluarga tunggal anak ayah dan ibu.

D. Prosedur
1. Untuk rawat inap
a. Perawat menerima pasien baru dan melakukan identifikasi pasien dengan
meminta pasien menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahir
b. Perawat memberikan informasi dengan menjelaskan mengenai hak dan
kewajibannya termasuk didalamnya hak akan privasi pasien selama alam
perawatan.
c. Perawat melakukan koordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan
pasien guna menjaga privasinya selama dalam perawatan :
1. Menutup acces masuk pengunjung (baik keluarga / kerabat)
2. Menempatkan tanda atau signage pada pintu masuk kamar
3. Memastikan preverensi pasien untuk gender atau jenis kelamin petugas yang
diberi ijin masuk kamar
d. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
dikamar perawatan pastikan privasi pasien terlindungi dengan pintu dengan tirai
kamar tertutup
e. Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan pemeriksaan
penunjang atau pindah rawat/kamar, pastikan saat transfer privasi pasien
terlindungi, contoh dengan menggunakan selimut
f. Pastikan dokumen / file pasien pada tempatnya
g. Memastikan seluruh staff rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien diare umum
2. Untuk pasien rawat jalan
a. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat
diruang konsultasi pastikan privasi terlindungi dengan pintu dan tirai ruang
konsultasi tertutup
b. Memastikan seluruh staff rumah sakit tidak membicarakan hal-hal menyangkut
pasien diarea umum
BAB II
RUANG LINGKUP

a. IGD
b. Poliklinik
c. Ruang Perawatan
BAB III
TATA LAKSANA

A. Rumah sakit melakukan identifikasi kebutuhan pasien


1. Jika kebutuhan privasi pasien adalah kebutuhan privasi umum, maka hanya pasien
dan keluarga inti yang boleh mengakses informasi tentang pasien
2. Jika kebutuhan privasi pasien adalah kebutuhan privasi khusus, maka hanya
pasien yang tahu tentang kondisi penyakit yang dideritanya
3. Akses data pasien hanya boleh diberikan pada orang yang namanya tertera
distatus pasien (General Consent)
4. Jika ada orang lain yang namanya tidak tertera distatus pasien (General Consent),
namun mau mengakses, maka harus seijin pasien
5. Pada pasien yang masih dibawah umur 21 tahun dan pasien berkebutuhan khusus
(cacat, tuna rungu, dan tuna netra) informasi tentang data pasien diberikan pada
keluarga/wali pasien
6. Dokumentasian ditulis di General Consent
B. Berikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan privasi pasien
1. Jika kebutuhan privasi pasien adalah kebutuhan privasi umum, maka hanya pasien
dan keluarga inti yang boleh mengakses informasi tentang pasien
2. Jika kebutuhan privasi pasien adalah kebutuhan privasi khusus, maka hanya
pasien yang tahu tentang kondisi penyakit yang dideritanya
C. Privasi indentitas pasien
1. Menjaga identitas pasien/informasi tentang kesehatan pasien agar tidak dapat
dilihat/dibaca oleh khalayak umum
2. Idemntitas pasien tidak dicantumkan di Nurse Station
D. Privasi diruangan
1. Untuk kamar perawatan yang memuat lebih dari 1 orang agar menempatkan
pasien dalam satu kamar, tidak bercampur antara pasien laki-laki dan perempuan
dan terpasang hordeng/tirai
2. Memastikan satu orang perawat (PP) dan satu orang dokter (DPJP) yang
bertanggung jawab terhadap pasien
3. Peliputan yang dilakukan oleh media masa baik berupa wawancara maupun
pengambilan gambar harus mendapatkan ijin dari bagian piket dan kaurdal, dokter
yang merawat pasien, pasien/keluarga
4. Melakukan wawancara terkait kesehatan, survey akreditasi, harus seijin pasien
E. Privasi diruang pemeriksaan/poliklinik
1. Menempatkan pasien dalam ruangan pemeriksaan satu kamar pemeriksaan satu
pasien
2. Menutup hordeng pada saat melakukan pemeriksaan
3. Memasang selimut pada saat melakukan pemeriksaan
4. Memberitahukan pasien/keluarga pasien akan dilakukan pemeriksaan seijin dari
pasien dan sesuai indikasi
5. Menutup pintu kamar pada saat dilakukan pemeriksaan
F. Privasi melakukan tindakan
1. Membuka bagian yang akan dilakukan intervensi
2. Kalau perlu memberikan pakaian khusus pada pasien
3. Menutup pintu tanyakan kepada pasien apakah ada keluarga yang diizinkan untuk
membantu tindakan, bila tidak ada meminta keluarga untuk menunggu diluar
G. Privasi memandikan pasien ditempat tidur
1. Memberitahukan pasien dan keluarga, pasien akan dimandikan
2. Menutup hordeng dan menyarankan keluarga pasien untuk menunggu diluar
3. Membuka pakaian pada bagian-bagian tubuh yang hanya akan dibersihkan saja
secara bertahap
4. Menggunakan selimut mandi
5. Tindakan sesuai prosedur keperawatan memandikan pasien ditempat tidur
H. Privasi bab / bak di tempat tidur
1. Memberitahukan keluarga pasien agar menunggu diluar
2. Menutup tirai
3. Membuka pakaian bawah pasien
4. Menutup pasien dengan selimut mandi
5. Tindakan sesuai prosedur keperawatan membantu pasien BAB/BAK
I. Privasi transportasi
1. Menutup tubuh pasien dengan selimut
2. Memastikan bahwa semua bagian tubuh pasien tertutup kecuali muka pasien,
menawarkan kepada pasien apakah bagian wajah mau ditutup dengan masker atau
saputangan
3. Menaikan pengaman brancard/bed
J. Privasi di kamar operasi
1. Membuka bagian/area yang akan dioperasi
2. Tidak membicarakan privasi pasien walaupun pasien sudah diberikana anasthesi
3. Jangan tertawa/menertawakan keadaan pasien walaupun pasien dalam kondisi
terbius
4. Bila ada CCTV saat kondisi pasien tidak menggunakan penutup badan, non
aktifkan CCTV
5. Menutup kembali semua tubuh pasien pada saat selesai operasi
K. PRIVASI REKAM MEDIS
1. Memastikan penempatan Rekam Medis pasien do tempat yang aman (terlindung
dari resiko rusak, diubah-ubah tidak dapat diakses atau dipergunakan oleh pihak
yang tidak berwenang)
2. Rekam Medis hanya boleh dibawa oleh petugas RSU Erni Medika
3. Tidak dibenarkan Rekam Medis dibaca oleh semua orang kecuali dokter/perawat
yang merawat pasien tersebut kecuali tenaga kesehatan yang berkepentingan
dengan kesembuhan pasien
4. Rekam Medis dapat dibuka apabila aparatur penegak hukum meminta dalam
rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan dan untuk mengurus asuransi
atas persetujuan pasien sendiri
5. Semua status pasien pulang dilihat kelengkapan , pencatatan, kerapihan, dan
didokumentasikan untuk dikembalikan ke Rekam Medis
6. Rekam Medis akan dimusnahkan sesuai dengan aturan yang berlaku
L. PRIVASI DIAKHIR KEHIDUPAN
1. Keluarga pasien diinformasikan kondisi pasien
2. Bila pasien dirawat dibangsal, tirai/hordeng ditutup sehingga terpisah dari
pandangan pasien lainnya
3. Mengurangi kegiatan dikamar tersebut atau meminimalkan kebisingan
4. Memfasilitasi bila keluarga pasien mebutuhkan pendampingan rohaniwan
5. Keluarga pasien diperbolehkan mendampingi saat akhir kehidupan selama tidak
ada kegiatan pemberian asuhan medik/keperawatan
M. Privasi pasien dipraktikkan
1. Tenaga klinik sebagai pembimbing klinik memfasilitasi kebutuhan pasien untuk
praktik sesuai program akademik
2. Gunakan pasien sesuai ruang perawatan yang digunakan dan pasien kooperatif
3. Mahasiswa memperkenalkan diri dan menginformasikan tujuan praktikum dan
tindakan yang diberikan
4. Meminta persetujuan dari pasien/keluarga secara lisan
5. Pemeriksaan fisik/pemberian tindakan gunakan privasi pasien sesuai prosedur
6. Jaga kerahasiaan pasien apabila diminta
BAB IV
DOKUMENTASI

Catat pada case note/catatan keperawatan tentang privasi pasien yang dikehendaki
PANDUAN
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP
KERAHASIAAN INFORMAFI

TENTANG PASIEN

RSU

ERNI MEDIKA JAMBI


DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Pengertian
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
RSU ERNI MEDIKA
Jl.Barlin Rt 12 Kel. Talang Bakung Kec.Jambi Selatan , Kota Jambi Telp: 0741-3081014HP: 0823-8075-8262

SURAT KEPUTUSAN

NOMOR : Skep / / /2018

TENTANG

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KERAHASIAAN INFORMASI


TENTANG PASIEN DI RSU ERNI MEDIKA

Menimbang :

1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSU Erni Medika, maka diperlukan
kebijakan perlindungan terhadap kerahasiaan informasi tentang pasien
2. Bahwa agar kebijakan tentang perlindungan terhadap kerahasiaan informasi tentang
pasien di RSU Erni Medika dapat terlaksana dengan baik, maka perlu adanya peraturan
Kepala Rumah Sakit tentang kebijakan perlindungan terhadap kerahasiaan informasi
tentang pasien, sebagai landasan bagi penyelenggara seluruh pelayanan di RSU Erni
Medika
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2 perlu
ditetapkan dengan keputusan kepala RSU Erni Medika
Mengingat :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit


2. PP 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Keputusan Kepala RSU Erni Medika tentang kebijakan tentang kerahasiaan informasi
tentang pasien di RSU Erni Medika

1. Keputusan Kepala RSU Erni Medika tentang kebijakan perlindungan terhadap


kerahasiaan informasi tentang pasien
2. Kebijakan dalam menetapkan tentang perlindungan terhadap kerahasiaan informasi
tentang pasien sebagaimana tercantum dalam keputusan ini
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh
kepala Rumah Sakit
4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jambi
Tanggal :
Direktur RSU Erni Medika

Tembusan : Semua Unit Pelayanan


BAB I

DEFINISI

A. Latar Belakang
Rahasia informasi tentang pasien adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia
oleh pasien yang terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang
diungkapkan secara langsung oleh pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh
dokter ketika melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang ( objektif). Rahasia medis
ini juga sering disebut sebagai rahasia jabatan dokter yang timbul karena
menjalankan tugas profesionalnya sebagai dokter.
Setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pelanggaran terhadap hak pasien ini
merupakan sebuah kejahatan yang dapat dimintai pertanggung jawaban hukum.
Perlindungan terhadap hak rahasia medis ini dapat dilihat dalam peraturan
perundang-undangan antara lain:

1. Peraturan mentri kesehatan republik Indonesia nomor 36 tahun 2012 tentang


rahasia kedokteran, bab III kewajiban menyimpan rahasia kedokteran pasal 4
2. Pasal 57 UU No. 36/2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang
berhak atas pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan
3. Pasal 48 UU no. 29/2004 tentang praktek kedokteran mengatakan bahwa setiap
dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib
menyimpan rahasia kedokteran
4. Pasal 32 (i) UU No. 44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien
untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya
Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tersebut diancam pidana
kurungan badan sebagai mana yang diatur dalam pasal 322KUHP yang mengatakan :
" barang siapa yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib ia simpan karena
jabatannya atau karena pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu,
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda
sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah.
Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga
kesehatan lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang
bersangkutan, demi untuk kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan
penegakan hukum.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka semua rahasia medis yang tertuang
dalam rekam medik adalah menjadi hak sepenuhnya dari pasien yang bersangkutan
dan oleh sebab itu maka berkas rekam medik perlu di jaga kerahasiaanya agar tidak
dengan mudah di baca oleh pihak-pihak yang tidak berkompeten untuk mengetahui
rahasia medis pasien tersebut. Di beberapa negara yang menganut kebebasan mutlak
melaksanakan perlindungan rahasia medik dengan sangat ketat, sehingga rekam
medik menjadi sangat konfidensial. Seorang suami tidak dengan mudah mendapatkan
isi rekam medik istrinya ataupun sebaliknya jika oleh suami atau istri tersebut
menyatakan bahwa hal tersebut konfidens bagi pasangannya. Sebegitu ketatnya
perlindungan rahasia medis tersebut , terkadang sampai meninggalpun rahasia
tersebut tetap tersimpan rapi.
B. Tujuan
Tujuannya adalah untuk melindungi dan menghormati informasi yang bersifat
rahasia, rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi adalah penting untuk
memahami pasien dan kebutuhannya serta untuk memberikan asuhan dan pelayanan,
menghormati informasi tersebut sebagai hal yang bersifat rahasia
C. Pengertian
Pengertian Informasi tentang pasien adalah rahasia, keterangan baik yang tertulis
maupun terekam tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa
segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan
baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat
darurat. Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan
pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan
untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan
lainnya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Informasi medis dan kesehatan lainnya bila didokumentasikan dan dikumpulkan
bersifat penting guna memahami pasien dan kebutuhannya serta untuk memberikan
perawatan dan pelayanan seiring dengan waktu.Informasi tersebut dapat dalam
bentuk tulisan dikertas atau rekaman elektronik atau kombinasi dari keduanya.
Rumah sakit menghormatikerahasiaan pasien dengan tidak
memasang/memampang informasi rahasia pada pintu kamar pasien, di nurse station
dan tidak membicarakannya di tempat umum. Seluruh staf rumah sakit mengetahui
undang-undang dan peraturan tentang tata kelola kerahasiaan informasi dan
memberitahukan pasien tentang bagaimana rumah skait menghormati kerahasiaan
informasi. Pasien juga diberitahu tentang kapan dan pada situasi bagaimana
informasi tersebut dapat dilepas dan bagaimana meminta izin untuk itu.
Rumah sakit mempunyai kebijakan tentang akses pasien terhadap informasi
kesehatannya dan proses mendapatkan akses bila diizinkan, rekam medis pasien dan
data serta informasi lainnya aman dan dilindungi sepanjang waktu. Sebagai contoh,
rekam medis pasien yang aktif disimpan diarea dimana hanya staf profesional
kesehatan yang mempunyai otoritas untuk akses.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Regulasi tentang perlindungan terhadap kerahasiaan informasi pasien

Perlindungan terhadap kerahasiaan informasi pasien diatur dalam peraturan mentri


kesehatan republik Indonesia nomor 36 tahun 2012 tentang rahasia kedokteran

Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran pasal 4

(1) Semua ,pihak yang terlibat dalam ,pelayanan kedokteran danataumenggunakan data dan
informasi tentang pasien wajib menyimpanrahasia kedokteran
(2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:

a. dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memilikiakses terhadap data
dan informasi kesehatan pasien;

b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;

c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;

d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasikesehatan pasien di
fasilitas pelayanan kesehatan;

e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan;

f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan,perawatan, dan/atau


manajemen informasi di fasilitas pelayanankesehatan.
B. Kerahasiaan informasi pasien di rumah sakit
1. Seluruh staf rumah sakit menghormati kerahasiaan pasien dengan tidak
memasang/memampang informasi rahasia pada pintu kamar pasien, dinurse station dan
tidak membicarakannya ditempat umum
2. Map/status pasien disimpan di nurse station
3. Sebelum visitasi dokter, map/status pasien tidak boleh diletakkan diatas tempat tidur
pasien, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, map/status pasien dibawa
bersamaan dengan visitasi dokter
4. Dokter/perawat dan petugas lainnya, yang hendak menulis map/status pasien hendaknya
menulis di ruangan nurse station
5. Selesai melakukan pencatatan, status pasien disimpan diruang nurse station
6. Untuk status pasien yang telah selesai perawatan, nama, nomor rekam medis, dan register
pasien, dicatat dibuku khusus serah terima status, status yang telah dicatat diserahkan
kepetugas penyimpanan status pasien di ruang medical record rumah sakit, serah terima
dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan petugas yang menyerahkan dan yang
menerima pada buku serah terima masing-masing
7. Status pasien tidak boleh dibawa oleh pasien atau keluarga pasien selama perawatan,
yang boleh dibawa oelh psien dan keluarga hanya hasil pemeriksaan penunjang pasien
dan resume perawatan dari dokter yang merawat
C. Tenaga kesehatan yang boleh memegang status pasien selama dalam perawatan di rumah
sakit adalah
1. tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi
2. tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan
3. tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker
4. tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan, dan sanitarian
5. tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien
6. tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara
7. tenaga keteknisian medis meliputi, radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi transfusi
dan perekam medis
D. Tata cara Penyelenggaraan Rekam Medis
Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa dokter dan dokter gigi
wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran. Setelah memberikan
pelayanan praktik kedokterankepada pasien, dokter dan dokter gigi segera melengkapi
rekam medis dengan mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran yang telah
dilakukannya.

Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Apabila dalam pencatatan rekam medis
menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat
diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi/personal identification number (PIN).

Dalam hal terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam medis, catatan dan
berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atas
kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian
dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan. Lebih lanjut penjelasan tentang rekam medis dan
pedoman pelaksanaannya.
E. Kepemilikan rekam medis
Sesuai UU Praktik Kedokteran, berkas rekam medis menjadi milik dokter, dokter
gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis dan lampiran dokumen
menjadi milik pasien
F. Penyimpanan Rekam Medis
Rekam Medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan
pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan Mentri
Kesehatan paling lama 5 tahun dan resume
PANDUAN
IDENTIFIKASI NILAI-NILAI DAN
KEPERCAYAAN PASIEN
DALAM PELAYANAN

RSU

ERNI MEDIKA JAMBI


DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI

A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Pengertian

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III TATA LAKSANA

A. Prosedur
B. Pihak yang berhak mengisi formulir
C. Ketentuan pasien keadaan kritis
D. Penolakan pengisian formulir
E. Dokumen pengisian formulir
F. Penutup

BAB IV DOKUMENTASI
RSU ERNI MEDIKA
Jl.Barlin Rt 12 Kel. Talang Bakung Kec.Jambi Selatan , Kota Jambi Telp: 0741-3081014HP: 0823-8075-8262

SURAT KEPUTUSAN
NOMOR : Skep / / /2018

KEBIJAKAN KETETAPAN PELAYANAN IDENTIFIKASI NILAI-NILAI DAN


KEPERCAYAAN PASIEN RSU ERNI MEDIKA

Menimbang :

1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSU Erni Medika maka diperlukan
ketepatan dalam pelayanan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien
2. Bahwa agar ketepatan dalam pelayanan di RSU Erni Medika dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya persatuan Kepala RS tentang kebijakan ketepatan dalam pelayanan di
RSU Erni Medika
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b perlu
ditetapkan dalam keputusan kepala RSU Erni Medika

Mengingat :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang kesehatan


2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/2008 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

1. Rumah Sakit Umum Erni Medika mempunyai pedoman pelayanan rawat gabung yang
seragam
2. Rumah sakit umum erni medika mempunyai pedoman pelayanan rawat gabung sesuai
dengan tingkat kebutuhan pasien
3. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jambi
Tanggal :
Direktur RSU Erni Medika

Tembusan : Semua Unit Pelayanan


BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Sebagai dasar ditetapkannya Panduan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan
pasien dalam pelayanan adalah peraturan perundang-undangan dalam bidang
kerohanian yang menyangkut persetujuan tindakan kedokteran, yaitu
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
3. Peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran
4. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Rekam Medis
B. Tujuan
Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh tenaga kesehatan dan tim
identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien di RSU Erni Medika dalam
melaksanakan bimbingan rohani dan spiritual untuk pasien dan keluarga selama
dalam perawatan.
C. Pengertian
Pelayanan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien dalam pelayanan adalah
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk bimbingan rohani dan spiritual untuk pasien
dan keluarga selama dalam perawatan di RSU Erni Medika
1. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit
2. Tim identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien adalah tim kerohanian dan
spiritual dari tiap-tiap agama yang dipercaya oleh pasien
3. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
a. Ayah
1) Ayah Kandung
2) Ternasuk ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan
penepatan pengadilan atau berdasarkan hukum adat
b. Ibu
1) Ibu Kandung
2) Termasuk “Ibu” adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan
penepatan pengadilan atau berdasarkan hukum adat
c. Suami
Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Istri :
1) Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
laki-laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Apabila yang bersangkutan memiliki lebih dari (1) istri
persetujuan/penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka
e. Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang
belum dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau
orang yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua
f. Induk semang, adalah orang yang berkewajiban untuk mangawasi serta ikut
bertangung jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari
anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah
tangga yang belum dewasa.
g. Gangguan Mental, adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang
secara klinis menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan
seseorang, mencakup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang,
Retardasi Mental Berat, Dementia Senilis.
h. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
BAB III

RUANG LINGKUP

a. IGD
b. Poliklinik
c. Ruang Perawatan

Anda mungkin juga menyukai