Anda di halaman 1dari 15

REFLEKSI KASUS MEI 2017

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK

Nama : Hendro Dwiky Chaesar Male

No. Stambuk : N 111 16 042

Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2017

1
PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri (ada pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri) yang terjadi pada saluran kemih dalam jumlah bakteriuria
yang bermakna. ISK adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi
di parenkima ginjal, saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran
kencing bagian luar (uretra).1
Infeksi Saluran Kemih (ISK), pada anak sering ditemukan dan merupakan
penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran
napas. Prevalensi pada anak wanita berkisar 3-5% dan pada anak pria ±1 %. Infeksi
oleh bakteri gram negatif enterokokus merupakan penyebab terbanyak, tetapi virus
dan fungus dapat juga ditemukan pada beberapa penderita. Infeksi berulang sering
terjadi pada penderita yang rentan, atau terjadi karena adanya kelainan anatomik dan
fungsional saluran kemih.1
Wanita lebih sering terkena ISK karena saluran kencing wanita lebih pendek
dibanding pria. Ini menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke kandung kemih
karena saluran kencing lebih dekat ke sumber bakteri seperti daerah dubur. Bayi laki-
laki yang belum disunat (karena bakteri cenderung tersimpan di bawah kulit khitan)
dan anak kecil dengan sembelit akut juga lebih mudah mendapatkan ISK.2
Evaluasi diagnostik pada anak yang menderita ISK sudah banyak mengalami
perubahan, dan metode-metode yang tidak invasif seperti ultrasonografi, pencitraan,
radioisotope, MRI, dan lain-lain, merupakan alat yang sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis. 2
Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil
dengan urin porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri >100.000 koloni/1 ml
urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan >10.000 koloni tetapi disertai gejala
klinik yang jelas dianggap ada ISK.3
Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai Infeksi Saluran Kemih
pada pasien anak yang dirawat di ruangan perawatan anak RSUD Undata Palu

2
LAPORAN KASUS

Masuk rumah sakit tanggal 27 April 2017 pukul 14.00 WITA

IDENTITAS

Nama : An AT
Umur : 7 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : jln. Tg Tururuka

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri perut bawah saat buang air kecil (BAK)

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah saat buang air kecil yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, frekuensi berkemih sampai 7 kali sehari. Hari ini
berkemih sudah 10 kali. Rasa sering berkemih sudah dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu. Warna urin kuning seperti biasa, darah (-). Pasien juga demam (+) sejak kemarin
siang, panas naik perlahan-lahan dan sampai tadi malam demam tinggi. Ada
menggigil (+), kejang (-), pusing (+), sakit kepala (+). Batuk (+) dari kemarin,
berlendir, batuk jarang, flu (-), sesak (-), mual (-), muntah (-). Buang air besar (BAB)
lancar seperti biasa.

Riwayat penyakit dahulu: Rasa sering berkemih sejak 2 bulan yang lalu.

3
Riwayat penyakit keluarga: Bapak pasien menderita penyakit infeksi saluran
kemih.
Riwayat sosial-Ekonomi : Menengah

Riwayat kebiasaan dan lingkungan : Pasien sering menahan kencingnya

Riwayat Kehamilan dan persalinan : Anak ke 3 dari 3 bersaudara. Perawatan


antenatal care (ANC) ibu rutin. Penyakit selama kehamilan tidak ada. Lahir di rumah
sakit, lahir sc atas indikasi sudah pembukaan tapi kepala bayi belum turun. Berat
badan lahir (BBL) 3500 gram, panjang badan lahir (PBL) tidak diketahui.

Kemampuan dan Kepandaian Bayi : bisa berjalan dan mulai berbicara usia 1
tahun.

Anamnesis makanan :
- ASI : usia 0 – 4 bulan
- Susu formula : usia 0 – 3 tahun
- Bubur : usia 4 bulan
- Nasi : usia 1 tahun

Riwayat Imunisasi: lengkap

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 21 kg
Tinggi badan : 118 cm

4
Status Gizi (Z-score) : 21/22 x 100% = 95% (Gizi baik)

Tanda vital : Tekanan darah = 100/60 mmHg


Nadi = 102 x/menit, reguler, kuat
Respirasi = 28 x/menit
Suhu badan = 38 0C
Kulit : Ruam (-), petekie (-), turgor kulit baik (-)
Kepala : Bentuk normocephal (+), rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Rhinorrhea (-)
Telinga : Otorrhea (-)
Mulut : Biasa, bibir kerimg (-), Tonsil T1–T1 non hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada perbesaran
kelenjar tiroid

Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi dinding dada (-
)
Palpasi : Vocal fremitus kanan sama dengan kiri, tidak teraba massa, tidak
teraba krepitasi, tidak ada nyeri tekan
Perkusi paru : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V linea midclavicular sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular

5
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada sikatrik
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan pada daerah suprapubik (+) dan kuadran kanan bawah
(+)
Rovsing sign (-), McBurney (+), Illiapsoas sign (-), Obturator sign
(-)

Anggota gerak : - Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)


- Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
Genital : Normal
Punggung : Tidak ada kelainan, lordosis (-), kifosis (-), scoliosis (-).
Otot-otot : Eutrofi

Hasil Laboratorium Nilai Normal :


RBC : 3,99 x 106/mm3 (N) RBC : 4–6 x 106/mm3
Hb : 12,1 g/dL (↓) Hb : 13,5–19,5 g/dL
Hct : 34,0 % (↓) Hct : 44-64 %
Plt : 283 x 103/mm3 (N) Plt : 200-400 x 103/mm3
WBC : 10,1 x 103/mm3 (↑) WBC : 3,5-10 x 103/mm3
Lym : 1,52 L (↓) Lym : 2-11 L

RESUME :
Pasien anak perempuan usia 7 tahun 11 bulan datang ke rumah sakit dengah
keluhan nyeri perut bagian bawah saat buang air kecil yang dirasakan sejak 2 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit, frekuensi berkemih sampai 7 kali sehari. Hari
ini berkemih sudah 10 kali. Rasa sering berkemih sudah dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu. Warna urin kuning seperti biasa. Pasien juga demam (+) sejak kemarin siang,

6
panas naik perlahan-lahan dan sampai tadi malam demam tinggi. Ada menggigil (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : TD=100/60 mmHg, N=102x/menit S=38°C,
R=28x/menit, nyeri tekan pada daerah suprapubik dan kuadran kanan bawah. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan RBC : 3,99 x 106/mm3 (N), Hb : 12,1 g/dL
(↓), WBC : 10,1 x 103/mm3 (↑), Lym : 1,52 L (↓)

DIAGNOSIS : Suspek ISK (infeksi saluran kemih)

DIAGNOSIS BANDING : Apendisitis akut

TERAPI : - IVFD RL 16 tetes/menit


- Sanmol 3 x 2 Cth
- Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg iv
- Imunos 1 x 1 tab
- Na. Diklofenak 3 x ½ tab
- Ambroxol 3 x ½ tab

ANJURAN : Urinalisis, pemeriksaan kultur urin, darah rutin

FOLLOW UP

28 April 2017

- S : Demam (-), BAK 8x, urin warna kuning, darah (-), nyeri BAK(+), Mual (-),
BAB lancar.

- O : KU : sakit sedang, compos mentis.

7
TTV : TD : 90/60 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 37 °C
Respirasi : 30 x/menit
Abdomen : Nyeri tekan pada daerah suprapubik (+)
Pemeriksaan Urinalisis :

PARAMETER HASIL NILAI NORMAL


pH 6,0 6,5
Protein (-) (-) Negatif
Glukosa (-) (-) Negatif
Leukosit 5 0-2
Eritrosit 1 0-1
Silinder (-) (-) Negatif
Epitel (+) (+) Positif
Kristal (-) (-) Negatif

- A : Infeksi saluran kemih

- P : - IVFD RL 16 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg iv
- Imunos 1 x 1 tab
- Na. Diklofenak 3 x ½ tab
Anjuran : Kultur urin

29 April 2017

- S : Demam (-), BAK 3x, warna urin kuning, nyeri saat BAK (-), BAB lancar.

8
- O : KU : membaik, compos mentis.
TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Respirasi : 34 x/menit
Abdomen : Nyeri tekan pada daerah suprapubik (-)
- A : Infeksi saluran kemih

- P : - aff infus
- Cotrimoxazole 2 x 1 tab

Pasien boleh pulang dengan alasan bebas demam 2 hari, tetapi harus kontrol ke poli
jika ada keluhan lagi.

DISKUSI

Mikroorganisme penyebab infeksi saluran kemih paling sering adalah bakteri,


di antaranya yaitu Escherichia coli, Staphylococcus sp, Proteus sp, Streptococcus sp,
Klebsiella sp, Pseudomonas sp, dan Enterobacter sp. Selain bakteri, virus dan jamur
juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih, jenis jamur yang sering
menginfeksi adalah dari kelompok Candida sp. Sedangkan virus yang dapat
menyebabkan penyakit ini paling sering dari kelompok Papovavirus, yaitu Herpes
simplex dan Adenovirus.1

ISK terjadi sebagai akibat masuknya kuman ke dalam saluran kemih.


Biasanya kuman berasal dari tinja atau dubur, masuk ke saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Kuman
dapat juga masuk ke saluran kemih melalui aliran darah dari tempat lain yang

9
melebar, terdapat sumbatan saluran kemih, kandung kemih yang membesar dan lain-
lain. Sama seperti penyakit infeksi lainnya, ISK akan lebih mudah terjadi pada anak
dengan gizi buruk atau sistem kekebalan tubuh anak rendah. Anak yang mengalami
sembelit atau sering menahan-nahan air kemih (kencing) pun sering berisiko terkena
ISK.2

Gejala dan tanda infeksi saluran kemih pada anak dapat bervariasi tergantung usia
anak tersebut. Pada bayi baru lahir gejalanya tidak spesifik, sehingga sering tidak
terpikirkan, misalnya suhu tidak stabil (demam atau suhu lebih rendah dari normal),
tampak sakit, mudah terangsang atau irritable, tidak mau minum, muntah, mencret,
perut kembung, air kemih berwarna kemerahan atau tampak kuning, infeksi berat
dapat terjadi dengan cepat.3
Gejala dan tanda yang khas dapat terjadi pada anak yang sudah lebih besar seperti
nyeri saat berkemih dan berkemih sedikit-sedikit tetapi sering, rasa ingin berkemih,
air kemih keruh atau kemerahan. Bila saluran kemih bagian atas seperti ginjal yang
terkena infeksi biasanya disertai dengan demam dengan atau tanpa menggigil, nyeri
pinggang, malaise, muntah, dan bila sudah parah maka biasanya urin akan bercampur
dengan darah atau nanah. Bila hanya ada keluhan nyeri saat berkemih, nyeri atau rasa
tidak enak di daerah suprapubik, tanpa demam, biasanya hanya infeksi pada saluran
kemih bagian bawah seperti kandung kemih, atau infeksi pada kemaluan.4

10
Untuk menunjang penegakan diagnosis ISK maka perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang diantaranya, yaitu :5
1. Pemeriksaan urine
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada ISK (pemeriksaan urinalisis,
pemeriksaan kultur urine). Urine dikatakan mengandung leukosit atau piuria jika
secara makroskopik didapatkan > 10 leukosit per mm3 atau terdapat > 5 leukosit
per lapangan pandang besar. Pemeriksaan kultur urine dimaksudkan untuk
menentukan keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus menentukan jenis
antibiotika yang akan diberikan.
2. Pemeriksaan darah
Untuk mengungkap adanya proses inflamasi atau infeksi. Didapatkannya
leukositosis, kadang disertai penurunan hemoglobin pada pemeriksaan darah
rutin, didapatkan pula sel‐sel muda pada sediaan hapusan darah menandakannya
proses inflamasi akut.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan apabila masih ditemukan keraguan dalam
mendiagnosis kausa penyakit, dan kemungkinan adanya kelainan struktur pada
saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat seperti USG, IVP, dll.

11
Pada pasien ini terdapat gejala klinis berupa demam disertai menggigil sejak 1
hari yang lalu, panasnya naik turun, nyeri di bagian suprapubik, nyeri saat berkemih,
frekuensi berkemih sampai 7 kali sehari. Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan
leukositosis, penurunan Hb, dan penurunan limfosit. Pasien ini didiagnosis dengan
suspek ISK berdasarkan temuan tersebut.4
ISK diobati dengan antibiotik. Anak yang kelihatan sangat kesakitan atau yang
pemeriksaan awalnya menghasilkan dugaan ISK diberikan antibiotik sebelum hasil
biakan tersedia. Pengobatan biasanya berlangsung selama 7 sampai 10 hari.
Antibiotik pilihan pertama untuk ISK adalah kotrimoksazol (trimetoprim-
sulfametoksazol) dapat efektif pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian atas
atau bawah serta efektif untuk prostatitis. Untuk pemberian intravena tersedia sediaan
infus yang mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol per 5 ml,
dilarutkan dalam 125 ml dekstrosa 5% dalam air, dapat diberikan dalam infus selama
60-90 menit. Hal ini diindikasikan untuk pasien ISK yang tidak dapat menerima obat
melalui mulut.5
Pilihan kedua dapat diberikan obat golongan penisilin, diantaranya ampisilin
bermanfaat pada infeksi kuman Gram negatif yang sensitif terhadap obat ini,
misalnya infeksi saluran kemih oleh E. coli dan P. mirabilis, serta infeksi oleh H.
vaginalis. Sefalosporin generasi ketiga tunggal atau dalam kombinasi dengan
aminoglikosida merupakan obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella,
Enterobacter, Proteus, Providencia, Serratia, dan Haemophilus sp. Sefiksim adalah
suatu sefalosporin generasi ketiga yang dapat diberikan secara oral. Spektrum
antibakteri sefiksim menyerupai spektrum sefotaksim (sangat aktif terhadap berbagai
kuman Gram positif maupun Gram negatif aerobik), tetapi sefiksim tidak aktif
terhadap S. aureus, enterokokus (E. faecalis), pneumokokus yang resisten penisilin,
pseudomonas, dan Acinetobacter. Sefiksim digunakan untuk terapi infeksi saluran
kemih oleh kuman yang sensitif. Sefiksim tersedia dalam bentuk tablet 200 dan 400
mg, suspensi oral 100 mg/5ml. Pada kasus ini tanpa adanya hasil biakan urin
dilakukan terapi ISK yakni pemberian antibiotik. Pada kasus yang digunakan adalah

12
ceftriaxone, dimana cefriaxone merupakan sefalosporin generasi 3 yang biasanya
banyak digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran
kemih, gonore, dan lain-lain. Pemberian antibiotik selanjutnya diberikan berdasarkan
hasil uji kepekaan kuman yang diketahui dari hasil biakan urin. Mendeteksi jika
terjadi infeksi berulang, perlu dilakukan pemeriksaan biakan air kemih secara
berkala, dan bila terdapat infeksi, maka infeksi ini diobati dengan antibiotik yang
sesuai.6
Bila tidak ditanggulangi secara serius, ISK dapat menyebabkan komplikasi
berupa batu saluran kemih, hipertensi, ataupun gagal ginjal yang memerlukan
hemodialisis atau transplanstasi ginjal. Karena itu, perlu mengenal ISK sedini
mungkin agar dapat ditata laksana dengan adekuat untuk menghindari akibat yang
lebih buruk.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas H., Tambunan T., Trihono P.P., dan Paroede S.O., Buku Ajar Nefrologi
Anak, Edisi 2, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 2002
2. Rauf S., Albar H., Adoe T.H., dan Hasanuddin A., Naskah Lengkap Kardiologi,
Nefrologi, dan Gizi, IDAI Cabang Makassar, Makassar, 1998
3. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
4. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
5. Wilianti N.P., Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2008 ,
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, 2009
6. IDAI, 2009. Artikel Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta.IDAI
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1980415144310

14
15

Anda mungkin juga menyukai