Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok sistem urinaria dan genitalia maskulina adalah blok lima belas pada semester
V dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran
sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL).
Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL).
Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok
dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yaitu Reni, anak
perempuan, 8 tahun diantar ibunya ke Poli THT karena sejak 10 hari yang lalu keluar cairan
berwarna putih susu dan berbau dari telinga serta bengkak dan nyeri dibelakang telinga
kanannya. Dia juga merasakan pendengarannya berkurang sejak 1 tahun terakhir. Sekitar 3
minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek, dan telinga kanan keluar cairan
berwarna putih susu. Reni juga sering mengalami keluar cairan seperti ini sejak berumur 6
tahun. Pada saat itu, Reni mengalami batuk pilek dan demam disertai nyeri telinga sebelah
kanan. Setelah 3 hari, nyeri telinga dan demam tiba-tiba hilang namun keluar cairan dari
telinga kanan. Pengobatan yang dilakukan pada saat itu tidak tuntas.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. H. Achmad Azhari, DAHK
Moderator : Mia Audina
Sekretaris : Vivi Rizki
Notulis : Rachmi Arhyun Thama
Waktu : 1. Senin, 02 Januari 2017
Pukul: 08.00 – selesai
2. Rabu, 04 Januari 2017
Pukul: 08.00 – selesai

Peraturan turorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat dan pertanyaan yang relevan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang makan dan minum.
5. Saling menghargai pendapat peserta lain dan tetap tenang serta tidak ribut.
2.2 Skenario Kasus
Reni, anak perempuan, 8 tahun diantar ibunya ke Poli THT karena sejak 10 hari yang
lalu keluar cairan berwarna putih susu dan berbau dari telinga serta bengkak dan nyeri
dibelakang telinga kanannya. Dia juga merasakan pendengarannya berkurang sejak 1 tahun
terakhir. Sekitar 3 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek, dan telinga kanan
keluar cairan berwarna putih susu.
Reni juga sering mengalami keluar cairan seperti ini sejak berumur 6 tahun. Pada saat
itu, Reni mengalami batuk pilek dan demam disertai nyeri telinga sebelah kanan. Setelah 3
hari, nyeri telinga dan demam tiba-tiba hilang namun keluar cairan dari telinga kanan.
Pengobatan yang dilakukan pada saat itu tidak tuntas.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital Sign: Nadi: 80x/menit, RR: 24X/menit, Suhu: 36,5 oC, TD: 90/70 mmHg
Telinga:
- Dextra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak perforasi di tengah membarana
timpani dan skret mukopurulen, dan belakang telinga tampak bengkak dan nyeri tekan
(+)
- Sinistra: liang telinga lapang, membrana timpani utuh, reflek cahaya (+)
Hidung: Sekret (-/-)
Tenggorokan: Hiperemis (-), Tonsil: T1/T1 tenang.

2.3 Klarifikasi Istilah


No. Istilah Klarifikasi
1. Cairan berwarna putih Cairan kaya protein hasil proses peradangan yang
susu (pus) mengandung leukosit, debris seluler dan cairan encer.
2. Bengkak Pengumpulan cairan secara abnormal di ruang
interseluler tubuh.
3. Otoskopi Alat untuk melakukan inspeksi atau auskultasi pada
telinga.
4. Tragus Tonjolan kartilago disebelah anterior lubang telinga luar.
5. Perforasi Ditemukannya lubang pada suatu organ.
6. Mukopurulen Mengandung mukus maupun nanah.
7. Membran timpani Lapisan tipis jaringan yang menutupi permukaan
melapisi rongga atau membagi ruang atau organ dengan
struktur tipis antara meatus acusticus eksterna dan telinga
tengah.

2.4 Identifikasi Masalah


1. Reni, anak perempuan, 8 tahun diantar ibunya ke Poli THT karena sejak 10 hari yang
lalu keluar cairan berwarna putih susu dan berbau dari telinga serta bengkak dan nyeri
dibelakang telinga kanannya.
2. Dia juga merasakan pendengarannya berkurang sejak 1 tahun terakhir.
3. Sekitar 3 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek, dan telinga kanan
keluar cairan berwarna putih susu.
4. Reni juga sering mengalami keluar cairan seperti ini sejak berumur 6 tahun. Pada saat
itu, Reni mengalami batuk pilek dan demam disertai nyeri telinga sebelah kanan.
5. Setelah 3 hari, nyeri telinga dan demam tiba-tiba hilang namun keluar cairan dari telinga
kanan. Pengobatan yang dilakukan pada saat itu tidak tuntas.
6. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital Sign: Nadi: 80x/menit, RR: 24X/menit, Suhu: 36,5 oC, TD: 90/70 mmHg
Telinga:
Dextra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak perforasi di tengah membarana
timpani dan skret mukopurulen, dan belakang telinga tampak bengkak dan nyeri tekan
(+)
Sinistra: liang telinga lapang, membrana timpani utuh, reflek cahaya (+)
Hidung: Sekret (-/-)
Tenggorokan: Hiperemis (-), Tonsil: T1/T1 tenang
2.5 Analisis Masalah
1. Reni, anak perempuan, 8 tahun diantar ibunya ke Poli THT karena sejak 10 hari
yang lalu keluar cairan berwarna putih susu dan berbau dari telinga serta
bengkak dan nyeri dibelakang telinga kanannya.
a. Bagaimana anatomi dan histologi telinga?
Jawab :
Anatomi :

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah atau cavitas tympani, dan telinga
dalam atau labyrinthus. Telinga dalam terdiri organ pendengaran dan keseimbangan.
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari auricular dan MAE. Auricular mempunyai bentuk yang khas
dan berfungsi mengumpulkan getaran udara. Terdiri atas lempengan tulang rawan
elastic tipis yang ditutupi kulit. Auricular mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik,
keduanya dipersarafi nervus tympani.
MAE adalah saluran berkelok yang menghubungkan auricular dengan membrane
tympani . MAE berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke
membrane tympani.
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilage elastic, dan dua pertiga bagian
dalam adalah tulang, yang dibentuk oleh lempeng tympani. Meatus dilapisi oleh kulit
dan spsertiga bagian luarnya mempunyai rambut, galndula sebasea, dan glandula
ceruminosa. Glandula ceruminosa merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
menghasilkan secret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini
merupakan barier yang lengket untuk mencegah masuknya benda asing.
Saraf sensorik yang mensarafi kulit yang melapisi meatus berasal dari nervus
auriculotempiralis dan ramus auricularis nervi ragi.
Aliran limfe menuju ke nodi parotidei superficiales, mastoidei dan cervicales
superficiales.

TELINGA TENGAH ( CAVITAS TYMPANI)

Telinga tengah adalah ruang berisi udara didalam pars petrosa ossis tempiralis.
Cavitas tympani berbentuk celah sempit yang dilapisi oleh membrane mucosa.
Ruang ini berisi tulang-tulang pendengarn yang berfungsi meneruskan getaran
membrane tympani (gendang telinga) ke perilympha tekinga dalam. Didepan ruang
ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba auditiva dan dibelakang dengan
antrum mastoideum.
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding poaterior, dinding
lateral dan dinding medial.
 Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang disebut tegmen tympani yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini
memisahkan cavitas tympani dari meningens dan lobus temporalis cerebri
didalam fosa crania media.
 Lantai dibentuk dbawah oleh lempeng tipis tulang yang mungkin sebagian
diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavitas tympani dari
bulbus superior vena jugularis interna
 Dinding anterior dibenuk dibawah oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavitas tympani dari arteria carotis interna . pada bagian atas
anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan
terletak lebih bawah menuju ke tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas
dan lebih kecil menuju kesaluran untuk musculus tensor tympani.
 Dinding dibagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang
beraturan yaitu aditus ad antrum. Dibawah ini terdapat penonjolan yang
berbentuk kerucut, smpit, kecil disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini
keluar tendo musculus stapedius.
 Dinding lateral sebagian besar dibentuk oleh membrane tympaica
 Dinding medial dibentuk oleh dinding laterl telinga dalam. Bagian terbesar
dari dinding memperlihatkaan penonjolan bulat disebut promontorium yang
disebabkan oleh lengkungan pertama coclea yang ada dibawahnya.
Membrana tympani
Membrane tympani adalah membrane fibrosa tipis berwarna kelabu mutiara.
Membrane ini terletak miring menghadap kebawah , depan lateral. Permukaanya
cekung kelateral dan pada cekungan yang paling dalam terdapat lekuakan kecil,
umbo yang dibentuk oleh ujung manibrium mallei. Jika membrane terkena cahaya
yang memancar ke anterior dan nferior dari umbo. Membrane tympani berbentuk
bulat dengan diameter lebih kurang 1 cm. pinggirnya tebal dan melekat didalam
alur tulang. Alur itu, sulcus tympanicua dibagian atas berbentuk incisura. Dari sisi-
sisi incisura ini berjalan dua plica, plica mallearis anterior dan posterior yang
menuju proc. ,lateralis mallei. Membrane tympani sangat peka terhadap nyeri dan
permukaan luarmya disarafi oleh nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis
nervi ragi.

Ossicula Auditus (tulang-tulang pendengaran)


Ossicula auditus adalah malleus, incus, dan stapes
 Malleus adalah tulang pendengaran terbesar dan mempunyai caput, collum
, crus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus
lateralis. Caput bernemtuk bulat dan bersendi posterior dengan incus.
Collum adalah bagian sempit sempit dibawah caput. Manubrium berjalan
kebawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial
membrane tympanica. Manubrium ini dapat dilihat melalui membrna
tympanica pada pemeriksaan dengan otoscop. Processus anterior adalah
tonnolan tulang kecil yang dihubungkan denga dinding anterior cavitas
tympani oleh sebuah ligament processus laterali menonjol kelateral dan
melekat pada plica mallearis dan posterior membrane tympanica.
 Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus berbentuk bult
dan bersendi dianterior dengan mallei. Crus longum berjalan kebawah
belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya
melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedius. Crus breve
menonjol kebelakang dan dilekatkan pada dinding posterior tympani oleh
sebiah ligament.
 Stapes mempunyai caput, collum , dua lengan dan sebuah basis. Caput kecil
dan bersensi crus longum incidus. Collum sempit merupakan tempat insersi
musculus stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan
melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir
fenestra vestibule oleh sebuah cincin fibrosa yang disebut ligamentum
annulare.
Otot-otot Ossicula
Nama otot Origo Insersi Persarafan Fungsi

M. tensor Dinding tuba Manubrium Devisi Merendam


tympani auditiva dan mallei mandibularis getaran
didnding N trigeminus membrane
salurannya tympani
sendiri
M. stapedius Pyramis Collum N. facialis Merendam
(penonjolan stapedius getaran stapes
tulang pada
dinding
posterior cavitas
tympani)

Tuba Auditiva
Tuba auditiva menghubungkan dinding anterior cavitas tympani ke nasofaring.
Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya
adalah kartilago. Pada saat turun tuba berjalan di pinggir atas musculus contrictor
pharynges inferior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavitas
dengan nasopharyng.

Antrum Mastoideum
Antrum mastoideum terletak di belkang cavitas tympani didalam pars petrosa ossis
temporalis. Berhubungan dengan cavitas tympani melalui auditus.
Batas-batas antru mastoidem
 Dinding anterior berbatasan dengan cavitas tympani dan berisi aditus ad
antrum
 Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum
 Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatum
 Dindingt medial berbatasan dengan canalis semicircularis posterior
 Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang , tegmen tympani yang
berbatsan dengan meningen pada fossa crania media dan lobus temporalis
 Dinding inferior berlubang-lubang menghubungkan antrum dengan celulae
mastoidae

Cellulae mastoidae
Processus mastoideus mulai berkembang dalam tahun kedua kehidupan. Cellulae
mastoideus adalah suatu seri ringga yang saaling berhubungan didalam processus
mastoideus yang diatas berhubungan dengan antrum dan cavitas tympani.

TELINGA DALAM ATAU LABYRINTHUS

Labyrinthus terletak didalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga
tengah. Terdiri dari labyrinthus osseus, tersusun dari sejumlah ringga didalam tulang
dan labyrinthus membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus
membranosa dari labyrinthus osseus.
Labyrinthus Osseus
Labyrinthus osseus terdiri ats tiga bagian: vestibulum, canalis semisircularis dan
coclea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak didalam substantia
compacta tulang.
Vestibulum merupakan bagian tengah labyrinthus osseus terletak posterior terhadap
coclea dan anterior terhaap fenestra vestibule yang ditutupi oleh basis stapedius dan
ligamentum annularenya dan fenestra cochleae yang ditutupi oleh membrane
tympanica secondaria. Didalam vestibulum terdapat saccus dan utriculus labyrinthus
membranosa.
Ketiga canalis semicircularis yaitu canalis semicircularis superior, posterior, dan
lateral bermuara bagian posterior vestibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah
pelebaran diujungnua disebut ampulla. Canalis bermuara kedalam vestibulum
melalui lima lubang salah satunya dipergunakan bersama oleh dua canalis. Didlam
canalis terdapat ductus semisircularis.
Canalis semicircularis posterior terletak vertical dan tegak lurus terhadap sumbu
panjang os petrosum. Canalis semicirculares posterior juga vertical tetapi terletak
sejajar dengan sumbu panjang os petrosum. Canalis semicircularis lateralis terletak
horizontal pada diding medial aditus ad antrum.
Coclea berbentuk rumah sifut. Coclea bermuara kedalam bagian anterior vestibulum.
Umumnya terdiri atas satu pilar sentraal, modiolus dikelilingi tabung tulang yang
sempit seba nyak dua setengah putaran.

Labyrinthus Membranaceus
Labyrinthus membranacheus terletak didalam labyrinthus osseus. Labyrinthus ini
berisi endolymoha dan dikelilingi oleh perilympha. Labyrinthus membranacheus
terdiri atas utriculus dan saccus yang terdapat dalam vestibulum osseus. Tiga ductus
semisirculares, yang terletak di dalam canalis osseus; dan ductus cochlearis yang
terletak di dalam cochlea. Struktur-struktur ini saling berhubungan dengan bebas.
Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibule yang ada. Utriculus
dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus oleh
ductus utriculosaccularis.
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah
dijelaskan diatas. Ductus endolymphaticus setelah bergabung dengan ductus
utriculosaccularis akan berakhir didalam kantung buntu kecil, yaitu saccus
endolymphaticus . saccus ini terletak di bawah duramater pada permukaan posterior
ossis temporalis.
Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat reseptor sensoris khusus yang peka
terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenga prcepatan lain.
Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari canalis
semicircularis mempunyai configurasi yang sama.
Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan
dengan sacculus melalui ductus nreuniens. Epitel sangat khusus yang terletak diatas
membrane basilaris membentuk organ ccorti dan mengandung reseptor reseptor
sensoris untuk pendengaran .

Nervus Vestibulococclearis
Setibanya didasar meatus acusticus internus, nervus ini terbagi menjadi nervus
vestibularis dan nervusco chlearis.
Nervus vestibularis melebar untuk membentuk ganglion vestibulare. Cabang-cabang
nervus kemudian menembus ujung lateral meatus acusticus internus dan masukke
dalam labyrinthus membranaceus untuk mensyarafi utriculus, sacculus, dan ampulla
eductus semicricularis.
Nervus cochlearis bercabang-cabang dan masuk ke foramina pada basis modiolus.
Ganglion sensoris nervus ini terbentuk ganglion spirale cochleae memanjang, yang
terletak didalam canalis yang mengelilingi modiolus, pada basis laminaespiralis.
Cabang-cabang perifer nervus ini berjalan dari ganglion ke organ corti.
(Snell, 2011)

Histologi :
TELINGA LUAR
1. Auricula
 Dibungkus oleh perikondrium yang mengandung serat elastic
 Terdiri dari tulang rawan elastic
2. Meatus akustikus eksternus
 Sepertiga bagian luar berupa tulang rawan, dua pertiga bagian dalam
bagian dari tulang temporal
 Kulitnya dilapisi oleh perikondrium dan perioestium
 Sepertiga luar dilapisi oleh rambut kasar
 Meatus akustikus eksternus mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar
seruminosa yang menyekresikan serumen
 Lumen kelenjar besar dan epitel nya selapis gepeng

TELINGA TENGAH
1. Kavum Timpani
Dilapisi sel gepeng di dekat muara tuba eustachius dan sel kuboid silia di tepian
2. Tulang pendengaran : dihubungkan oleh sendi diartrosis dan disokong
oleh ligament halus
3. Membran Timpani
 Semi transparan , lonjong dan seperti kerucut
 Terdiri dari dua lapisan berupa serat kolagen dan fibroblast serta jalinan tipis
serat elastic (bagian luar radial dan bagian dalam melingkar)
 Bagian luar membrane timpani dilapisi kulit tipis tanpa rambut / kelenjar,
didalamnya dilapisi mukosa dengan sel epitel gepeng, lamina propria tipis
dan sedikit serat kolagen dan kapiler
4. Tuba eustachius
 Sepertiga pertama disokong oleh tulang, di medial dilapisi oleh tulang rawan
dan di lateral dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa
 Hampir seluruh tuba dilapisi oleh tulang rawan elastin, tetapi di dekat ujung
faring dilapisi tulang rawan hialin
 Bagian tulang tuba relative tipis, terdiri dari epitel kolumnar rendah bersilia,
lamina propria tipis
 Bagian tulang rawan , terdiri dari sel kolumnar tinggi , bersilia dan di lamina
propria banyak limfosit

TELINGA DALAM
1. Labirin oseosa
2. Labirin membranosa :
a. Utrikulus
Lapisan luar : lapisan fibrosa
Lapisan tengah : jaringan ikat vascular halus
Lapisan dalam : sel gepeng dan kuboid rendah
Pada daerah khusus terdapat :
 Sel gelap : inti tidak teratur, sitoplasma mengandung vesikel bersalut
, vesikel licin dan sedikit lipid
 Sel terang : terdapat sedikit mikrovili , sitoplasma mengadung sedikit
ribosom dan mitokondria

b. Sakulus
Makula sakuli – duktus sakulus dan utrikulus menyatu menjadi duktus
endolimfatikus : dilapisi oleh epitel kuboid sampai gepeng , dekat ujung ada
kolumnar tingga berupa sel gelap dan sel terang.
Duktus semisirkularis (anterior, posterior dan lateral) , berisi cairan
endolimfe
Pada duktus semisirkularis mengalami pelebaran yang disebut ampula dan
berisi Krista ampula . Krista ampula mengandung epitel sensoris , terbagi dua
: sel rambut dan sel penyokong

3. Koklea
 Skala vestibuli : dinding dilapisi jaringan ikat tipis dengan epitel selapis
gepeng
 Skala media : dibentuk oleh stria vascularis dengan epitel bertingkat dan
mengandung anyaman kapiler intraepitelial yang terbentuk dari pembuluh-
pembuluh darah yang mendarahi jaringan ikat di ligamentum spirale.
 Skala timpani : dilapisi jaringan ikat tipis dengan epitel sepalis gepeng

4. Organ Corti
Mengandung sel rambut yg berespon terhadap frekuensi suara berbeda.suara
berbeda. 3 - 5 sel rambut luar & 1 baris sel rambut dalam.3 - 5 sel rambut luar &
1 baris sel rambut dalam. Kedua jenis sel rambut berupa sel silindris dengan inti
di kedua jenis sel rambut berupa sel silindris dengan inti dibasal, & banyak
mitokondria.
Ciri khas dari sel ini: susunannya berbentuk huruf W.
Sel rambut luar dan dalam memiliki ujung saraf afferent.
Sel rambut luar & dalam memiliki ujung saraf afferen &efferen.
Badan sel dari neuron bipolar afferen organ corti terletak dalam pusat tulang pada
modiolus dan membentuk ganglion spiralis.
(Eroschenko,2012)

b. Bagaimana fisiologi telinga?


Jawab :
Fisiologi pendengaran :
Energi bunyi ditangkap oleh auricula dalam bentuk gelombang suara yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea  diteruskan ke MAE untuk
menggetarkan membran timpani  diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran (malleus, inkus, stapes) yang akan mengamplikasikan getaran
 energi getar yang telah diamplikasi diteruskan ke stapes  menggerakkan tingkap

lonjong  perilimfa pada vestibuli akan bergerak  getaran diteruskan melalui


membrana Reissner yang mendprong endolimfa  gerak relatif antara membrana
basilaris dan membrana tektoria (rangsangan mekanik)  defleksi stereosilia sel-sel
rambut  kanal ion terbuka  pelepasan ion bermuatan listrik dari badal sel  proses
depolarisasi sel rambut  melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis  potensial
aksi pada saraf auditorius dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
(Soepardi, 2009)

c. Apa penyebab keluarnya cairan berwarna putih susu dan berbau dari telinga?
Jawab :
Etiologi dari keluar cairan berwarna putih susu dan berbau dari telinga, sebagai
berikut:
1. Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan di telinga tengah
disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotraumas
2. Virus, terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi
virus pada jalan nafas atas
3. Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
keadaan alergi pada jalan nafas atas
4. Idiopatik
5. Stafilokok, Proteus Vulgaris, Pseudomonas Aeruginosa, Bakteri anaerob
(bacteroides)
(Soepardi, 2009)

d. Apa penyebab bengkak dan nyeri dibelakang telinga?


Jawab :
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus/ pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam
telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi
traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat
pus yang berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius.
(Adams, 2013)

e. Apa makna keluar cairan berwarna putih susu serta bengkak dan nyeri dibelakang
telinga?
Jawab :
Maknanya adalah Telah terjadi infeksi dan proses inflamasi yang menghasilkan
cairan supuratif berwarna putih susu pada telinga bagian tengah kanan .
Kemungkinan besar telah terjadi perforasi pada membran timpani sehingga
menyebabkan cairan supuratif tersebut mengalir ke luar telinga. Selain itu cairan
warna putih susu dan berbau juga bisa menandakan prosese inflamasi yang terjadi
telah bersifat kronik yang bisa di sebabkan oleh infeksi bakteri anaerob.
(Soepardi, 2012)

f. Bagaimana patofisiologi dari keluarnya cairan berwarna putih susu serta berbau,
bengkak dan nyeri dibelakang telinga?
Jawab :
Sekret warna putih berbau :
Faktor risiko (ISPA, sistem imun masih dalam perkembangan) → infeksi menyebar
ke tuba eustachius → reaksi inflamasi pada tuba eustachius → edema tuba
eustachius → oklusi → fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi terganggu →
infeksi menyebar ke telinga tengah dan kadar oksigen dalam cavum timpani
menurun → perkembangan bakteri anaerob meningkat → mukosa cavum timpani
mengeluarkan sekret dan terjadi reaksi inflamasi di cavum timpani dan membrana
timpani → proses fagositosis → degradasi mikroba (bakteri) beserta sel-sel radang
dan bercampur dengan mukus yang dihasilkan oleh membrana timpani → terbentuk
sekret mukopurulen → akumulasi sekret di cavum timpani → pendorongan
membrana timpani ke luar → membrana timpani membengkak (bulging) →
penekanan pada membrana timpani → penekanan kapiler-kapiler di membrana
timpani → iskemia → nekrosis membrana timpani → membrana timpani menjadi
lunak seiring dengan meningkatnya tekanan di cavum timpani perforasi
membran timpani  sekret keluar dari telinga tengah ke telinga luar → cairan
berwarna putih susu/ mukopurulen → tidak ada penanganan lebih lanjut →
stadium resolusi gagal  perforasi menetap  sekret keluar terus – menerus /
hilang timbul → terpajan dengan ISPA (3 minggu lalu) → mikroorganisme makin
bereplikasi → mikroorganisme masuk ke os mastoideum → menginfeksi membran
mukosa → proses inflamasi → mengeluarkan sekret → sekret dari os mastoid dan
telinga tengah bergabung → Sekret berwarna putih susu dan berbau.

Bengkak di belakang telinga :


Faktor risiko (ISPA, sistem imun masih dalam perkembangan)  Fungsi Tuba
eusthacii terganggu (Proteksi) → Pencegahan invasi mikoorganisme ke dalam
telinga tengah terganggu → Sekret yang disertai mikoorganisme ke telinga tengah
melalui tuba eusthacii → Retraksi membran thympani akibat tekanan negatif di
dalam telinga tengah → Pembuluh darah di membran thympani melebar →
Hiperemis → Edema hebat pada mucosa telinga (Inflamasi)→ Hancurnya sel epitel
superficial → Terbentuk eksudat purulen di cavum thympani  hubungan antara
telinga tengah dengan antrum mastoid (sel-sel udara)  penyumbatan antrum oleh
inflamasi mukosa  mastoiditis
(Efiaty, 2007), (Soepardi, 2011), (Adams, 2011)

g. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan ?


Jawab :
Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur (pada anak-anak lebih sering),
ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI)
atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas
kraniofasialis congenital yang menyebabkan gangguan fungsi tuba, status
imunologi di mana system imunnya menurun, infeksi bakteri atau virus di saluran
pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, immatur tuba Eustachius dan lain-lain.
Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar
pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran
nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih
sering menimbulkan OM daripada dewasa.
Jenis Kelamin
Untuk jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaaan.
(Djaafar, 2006)

2. Dia juga merasakan pendengarannya berkurang sejak 1 tahun terakhir.


a. Apa saja macam-macam gangguan pendengaran serta penyebabnya?
Jawab :
1. Tuli saraf yang disebabkan oleh kerusakan cochlea atau nervus auditorius,
dimana orang tersebut mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan total
untuk mendengar suara seperti pada pengujian konduksi udara dan konduksi
tulang (tuli permanen).
2. Tuli konduksi yang disebabkan oleh kerusakan struktur fisik telinga yang
menjalarkan suara ke dalam cochlea. Tuli konduksi disebabkan karena vibrasi
suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah.
3. Tuli campuran
Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan
pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh
masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi
penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan
pendengaran telinga tengah.

Tuli konduksi : kelainan yang terdapat di telinga luar atau telinga tengah.
- Telinga luar yang menyebabkan tuli konduksi ialah atresia liang telinga,
sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang
telinga.
- Kelainan di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduksi ialah sumbatan
tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.
Tuli sensorineural “saraf” dibagi dalam tuli sensorineural cochlea dan
retrocochlea.
- Tuli sensorineural cochlea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirintitis
(oleh bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin,
neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
tuli mendadak (sudden deafness) yaitu akibat trauma kapitis, trauma akustik
dan pajanan bising.
- Tuli sensorineural retrocochlea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor
sudut pons serebelum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak dan
kelainan otak lainnya.
(Soepandi, 2011)

b. Apa makna pendengaran Reni berkurang sejak 1 tahun terakhir ?


Jawab :
Makna Reni mengeluh pendengarannya berkurang sejak 1 tahun terakhir yaitu Reni
menderita tuli konduksi, dimana tuli konduksi merupakan kelainan yang terdapat di
telinga luar atau telinga tengah.
- Telinga luar yang menyebabkan tuli konduksi ialah atresia liang telinga,
sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang
telinga.
- Kelainan di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduksi ialah sumbatan
tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.
(Soepandi, 2011)

c. Bagaimana hubungan keluhan pendengaran berkurang dengan keluhan utama?


Jawab :
Hubungannya dengan keluhan utama pada kasus (keluar cairan berwarna putih
susu, berbau dan bengkak) menandakan bahwa membran tymphani mengalami
rupture sehingga fungsingya untuk meningkatkan getaran dan menghantarkan
getaran suara dari telinga luar terganggu sehingga terjadinya keluhan gangguan
pendengaran.
3. Sekitar 3 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek, dan telinga
kanan keluar cairan berwarna putih susu.
a. Bagaimana hubungan keluhan 3 minggu yang lalu Reni menderita demam tinggi,
batuk, pilek dan telinga keluar cairan berwarna putih susu dengan keluhan utama?
Jawab :

Hubungan pada 3 minggu yang lalu Reni menderita demam tinggi, batuk, pilek dan
telinga keluar cairan berwarna putih susu dengan keluhan utama adalah secara
kronologis pasien ini mengalami otitis media yang berulang, yakni mengalami otitis
media supuratif kronis, dan telah terjadi mastoiditis yang merupakan komplikasi
dari OMSK. OMSK merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau
hilang timbul. Secret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah. Adanya
ISPA kemungkinan merupakan pencetus OMSK.
(Soepardi, 2011)

b. Bagaimana patofisiologi dari demam, batuk dan pilek pada kasus?


Jawab :
Invasi mikroorganisme yang masuk kesaluran nafas  mikroorganisme menempel
disilia saluran nafas  terjadi pertahanan fisik non spesifik  sel goblet
mengeluarkan mucus dalam jumlah yang banyak  pilek , mikroorganisme terus
masuk ke bronkus  mengaktifkan stimulasi reseptor iritan  menimbulkan reflex
batuk , untuk membunuh mikroorganisme terjadi respon inflamasi  makrofag
mengeluarkan mediator inflamasi  mediator inflasmasi ke sirkulasi dan
merangsang thermostat dihipotalamus  pengeluaran asam arakidonat 
terbentuk PGE2 mengacaukan pusat thermostat  peningkatan suhu tubuh 
demam

c. Apa saja kemungkinan penyebab batuk dan pilek?


Jawab :
Penyakit dengan batuk pilek, kemungkinan adalah infeksi saluran napas atas
(ISPA). Penyebab ISPA adalah lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Berikut diantara penyebab ISPA:
- Bakteri : genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus,
bordelella dan korinebakterium.
- Virus : grup mixovirus seperti influenza dan para influenza virus,
adenoviruspilonavirus, coroavirus, mixoplasma, dan herpes virus.
- Jamur: aspergillus sp, kandida albicans, histoplasma, dll.
- Aspirasi: makanan, asap kendaraan bermotor, BBM seperti minyak tanah,
cairan amnion ketika lahir.
Tapi pada kasus, kemungkinan disebabkan oleh bakteri, karena terdapat sekret
yang berwarna putih susu
(Harianja, 2011)

4. Reni juga sering mengalami keluar cairan seperti ini sejak berumur 6 tahun. Pada
saat itu, Reni mengalami batuk pilek dan demam disertai nyeri telinga sebelah
kanan.
a. Bagaimana hubungan Reni mengalami batuk, pilek, demam dan nyeri pada telinga
sebelah kanan saat umur 6 tahun dengan keluhan sekarang?
Jawab :
Batuk, pilek dan demam adalah factor predisposisi terjadinya keluhan pada
telinga.Riwayat keluar caian saat 6 tahun yang lalu mengindikasikan reni telah
mengalami OMA stadium perforasi, seiring dengan berjalannya waktu seharusnya
terjadi resolusi terhadap peforasi untuk menutup lubang membrane tymphani.
Namun, akibat infeksi berulang, berkembang menjadi Otitis Media Supuratif
Kronis (> 2bulan)
Adapun factor-faktor yang menyebabkan menjadi OMSK;
1. Terlambat terapi
2. Terapi tidak adekuat
3. Virulensi kuman tinggi
4. Daya tahan tubuh lemah
5. Hygiene yang buruk
(Soepandi,2011)
b. Apa makna Reni mengalami keluhan keluar cairan seperti ini sejak umur 6 tahun?
Jawab :
Maknanya yaitu Reni pernah menderita otitis media akut yang berdampak ketika
Reni terkena ISPA dapat menyebabkan terjadinya OMSK adalah infeksi kronik
telinga tengah disertai perforasi membran timpani dan keluarnya sekret. Sebagian
besar OMSK merupakan kelanjutan dari otitis media akut (OMA) dan sebagian
kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Dalam
kasus ini dikarenakan pengobatan OMA yang tidak adekuat dan terpajannya lagi
bakteri pada telinga yang menyebabkan infeksi yang kronis.
(Soepardi,2012)

5. Setelah 3 hari, nyeri telinga dan demam tiba-tiba hilang namun keluar cairan dari
telinga kanan. Pengobatan yang dilakukan pada saat itu tidak tuntas.
a. Mengapa setelah 3 hari, nyeri telinga dan demam tiba-tiba hilang namun keluar
cairan dari telinga kanan?
Jawab :
Karena reni mengalami otitis media stadium perforasi, dimana pada stadium
perforasi telah terjadi rupturnya membran timpani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga luar menyebabkan suhu tubuh turun.
Sintesis
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi
stadium : (1) stadium oklusi tuba Eustachius (2) stadium hiperemis (3) stadium
supurasi (4) stadium perforasi (5) stadium resolusi
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat absorbs
udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan)
atau bewarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis Pre-Supurasi
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret
yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga
luar.Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture dari telinga tengah ke liang
telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan
turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
(Djaafar, 2014)

b. Apa hubungan pengobatan tidak tuntas dengan keluhan utama Reni?


Jawab :
Hubungan pengobatan yang tidak tuntas dengan keluhan sekarang merupakan
faktor predisposisi dari OMSK yang dialami Reni. Salah satu faktor predisposisi
berkembangnya penyakit OMA menjadi OMSK yaitu pengobatan yang tidak
tuntas.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu :
a. Terapi yang terlambat diberikan
b. Terapi yang tidak adekuat
c. Virulensi kuman yang tinggi
d. Daya tahan tubuh pasien rendah
e. Higiene buruk.
(Soepardi,2012)
6. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital Sign: Nadi: 80x/menit, RR: 24X/menit, Suhu: 36,5 oC, TD: 90/70 mmHg
Telinga:
Dextra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak perforasi di tengah
membarana timpani dan skret mukopurulen, dan belakang telinga tampak
bengkak dan nyeri tekan (+)
Sinistra: liang telinga lapang, membrana timpani utuh, reflek cahaya (+)
Hidung: Sekret (-/-)
Tenggorokan: Hiperemis (-), Tonsil: T1/T1 tenang.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab :
Pemeriksaan Pada kasus Rentang normal Interpretasi

Keadaan umum Sadar dan Sadar dan Sadar penuh dan


Kooperatif kooperatif memberikan respon
yang adekuat
(Normal)

Nadi 80x/menit Umur 6 – 10 tahun : Normal


95 kali per menit
Umur 10–14 tahun :
85 kali per menit
RR 24x/menit Anak : 20 – 50 kali Normal
per menit
Suhu 36,5° C 36,5-37,5°C Normal

TD 90/70 Usia 8 – 10 tahun : Normal


110/60 mmHg
Telinga Interpretasi Keterangan
Dextra: Normal Tidak ada kelainan pada telinga luar.
nyeri tekan tragus (-)
Perforasi membrana timpani Abnormal membrana timpani robek.
Secret mukopurulen Abnormal terjadi inflamasi
Belakang telinga bengkak dan Abnormal Terjadinya bulging
nyeri tekan (+)
Sinistra : Normal Normal
Liang telinga lapang,
membrana timpani utuh,
refleks cahaya (+)
Hidung: sekret (-/-) Normal Normal
Tenggorokan: Hiperemis (-), Normal Normal
Tonsil: T1/T1

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?


Jawab :
Sekret berwarna putih susu dan berbau (Sekret mukopurulen) :
Faktor resiko (usia: anak-anak) + faktor pencetus (ISPA) + faktor
predisposisi(riwayat OMA sbelumnya dan pengobatan yang tidak tuntas → infeksi
menyebar ke tuba eustachius → reaksi inflamasi pada tuba eustachius → edema
tuba eustachius → oklusi → fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi terganggu →
infeksi menyebar ke telinga tengah dan kadar oksigen dalam cavum timpani
menurun → perkembangan bakteri anaerob meningkat → mukosa cavum timpani
mengeluarkan sekret dan terjadi reaksi inflamasi di cavum timpani dan membrana
timpani → proses fagositosis → degradasi mikroba (bakteri) beserta sel-sel radang
dan bercampur dengan mukus yang dihasilkan oleh membrana timpani → terbentuk
sekret mukopurulen → akumulasi sekret di cavum timpani → pendorongan
membrana timpani ke luar → membrana timpani membengkak (bulging) →
penekanan pada membrana timpani → penekanan kapiler-kapiler di membrana
timpani → iskemia → nekrosis membrana timpani → membrana timpani menjadi
lunak seiring dengan meningkatnya tekanan di cavum timpani perforasi
membran timpani  sekret keluar dari telinga tengah ke telinga luar → cairan
berwarna putih susu/ mukopurulen → tidak ada penanganan lebih lanjut →
stadium resolusi gagal  perforasi menetap  sekret keluar terus – menerus /
hilang timbul → terpajan dengan ISPA (3 minggu lalu) → mikroorganisme makin
bereplikasi → mikroorganisme masuk ke os mastoideum → menginfeksi membran
mukosa → proses inflamasi → mengeluarkan sekret → sekret dari os mastoid dan
telinga tengah bergabung → Sekret berwarna putih susu dan berbau.
Bengkak dan nyeri di belakang telinga :
Faktor resiko (usia: anak-anak) + faktor pencetus (ISPA) + faktor
predisposisi(riwayat OMA sbelumnya dan pengobatan yang tidak tuntas ) Fungsi
Tuba eusthacii terganggu (Proteksi) → Pencegahan invasi mikoorganisme ke dalam
telinga tengah terganggu → Sekret yang disertai mikoorganisme ke telinga tengah
melalui tuba eusthacii → Retraksi membran thympani akibat tekanan negatif di
dalam telinga tengah → Pembuluh darah di membran thympani melebar →
Hiperemis → Edema hebat pada mucosa telinga (Inflamasi)→ Hancurnya sel epitel
superficial → Terbentuk eksudat purulen di cavum thympani  hubungan antara
telinga tengah dengan antrum mastoid (sel-sel udara)  penyumbatan antrum oleh
inflamasi mukosa  Mastoiditis Bengkak dan nyeri dibelakang telinga
(Soepardi,2012)

c. Bagaimana cara pemeriksaan otoskopi?


Jawab:
1. Persiapan Pasien:
a. Meminta pasien untuk duduk tegak lurus dengan kepala condong ke depan.
b. Untuk melihat telinga kiri, kepala pasien diputar ke kanan dan sebaliknya.
2. Teknik Pemeriksaan Telinga dengan menggunakan Otoskopi:
a. Jari I dan II tangan kiri memegang daun telinga yang akan diperiksa.
b. Melakukan pemeriksaan telinga kanan dan kiri secara bergantian dengan
menggunakan Otoskopi menggunakan tangan kanan untuk melihat
membrana timpani.
c. Melakukan penilaian.
7. Bagaimana cara mendiagmosis pada kasus?
Jawab :
Anamnesa:
a. Reni, anak perempuan. 8 tahun diantar ibunya ke poli THT karena sejak 10 hari yang
lalu keluar cairan berwarna putih susu dan berbau dari telinga serta bengkak dan
nyeri dibelakang telinga kanannya. Dia juga merasakan pendengarannya berkurang
sejak 1 tahun terakhir.
b. Sekitar 3 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek dan telinga kanan
keluar cairan berwarna putih susu.
c. Ia juga pernah mengalami keluar cairan dari telinga kanan seperti ini sejak usia 6
tahun. Pada saat itu Reni mengalami batuk pilek dan demam disertai nyeri telinga
sebelah kanan, lalu setelah 3 hari nyeri telinga dan demam tiba-tiba hilang namun
keluar cairan berwarna putih dari telinga kanan.
d. Riwayat pengobatan yang pernah dilakukan tidak tuntas.
Pemeriksaan Fisik:
Telinga Dextra: dengan otoskopi tampak perforasi di tengah membrana timpani dan
sekret mukopurulen, dan belakang telinga tampak bengkak dan nyeri tekan (+).
(Adams, 2013)

8. Apa saja diagnosis banding pada kasus?


Jawab:
Gejala OMSK OMS OE

Penurunan Pendengaran ada Ada ada

ISPA ada Ada/tidak Tidak ada

Secret Mukopurulen ada Ada ada

Perforasi membrane timpani ada Tidak ada ada

nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada ada

Nyeri tekan Pinna Tidak ada Tidak ada ada

Terdapat debris purulen ada Ada ada


9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada kasus?
Jawab :
Untuk melengkapi pemeriksaan dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya di dapati tuli konduktif.
Tapi dapat pula di jumpai adanya tuli sensotineural beratnya ketulian tergantung
besar dan letak erforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim
penghantaran suara di telinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan
pada penderita OMSK ditemukan tuli ensorineural yang dihubungkan dengan
difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui membran fenstrarotundum,
sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara
temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi
dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam
ketulian ringan, sedang, berat dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan
(audiometri atau test berbisik). Skala ISO mengklasifikasikan ketulian menjadi
beberapa derajat (berdasarkan batas ambang pendengaran pada pemeriksaan
audiometri), yaitu :
Normal : 0 dB sampai 25 dB
Tuli ringan : 26 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 60 dB
Tuli berat : 61 dB sampai 90 dB
Tuli sangat berat : lebih dari 90 dB
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea
dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta
penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat 14 di
perkirakan dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk
perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias
membantu:
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB.
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif
30-50 dB apabila di sertai perforasi.
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran di belakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimana pun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah. Pemeriksaan audiologi
pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan menggunakan
garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan,
terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai
diagnostiknya terbatas di bandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.
Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,
lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit di bandingkan mastoid yang satunya
atau yang normal. Erosi tulang terutama pada daerah atik memberi kesan
kolesteatom Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah:
a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari
arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan segmen. Pada keadaan mastoid yang
skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk
menghindari dura atau sinus lateral (Johnson, 2003).
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.
Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur (Johnson,
2003).
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom
(Johnson, 2003).
d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga
dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus
terlihat fistula pada kanal semisirkularis horizontal. Keputusan untuk
melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada
keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior
menunjukan adanya penyakit mastoid (Johnson, 2003).

3. Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi
akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang
di temukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering di jumpai pada
OMSK adalah Pseudomonasaeruginosa, Stafilokokusaureus dan Proteus.
Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokuspneumonie, H. influensa, dan
Morexella kataralis. Bakteri lainyang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid,
Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya
masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau
faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus,
atau hemofilius influenza, tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena
adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang
masuk melalui perforasi tadi (Dhingra PL. 2003).

10. Apa working diagnosis pada kasus?


Jawab :
Otitis media supuratif kronik stadium aman

11. Apa tatalaksana yang dibutuhkan pada kasus?


Jawab :
OMSK tipe aman
a. Non-Medikamentosa
Membersihkan dan mengeringkan saluran telinga dengan kapas lidi atau cotton
bud. Obat cuci telinga dapat berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret
berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
Medikamentosa
b. Antibiotik topikal golongan Ofloxacin, 2 x 4 tetes per hari di telinga yang sakit
Antibiotik oral untuk anak: Amoxicillin – Asam clavulanat 25 – 50 mg/kgBB/hari,
dibagi menjadi 3 dosis perhari, atau Cefadroxil 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi
menjadi 2 dosis per hari.
c. Konseling dan Edukasi
- Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda
tajam.
- Menjaga agar telinga tidak kemasukan air.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit infeksi sehingga dengan
penanganan yang tepat dapat disembuhkan tetapi bila dibiarkan dapat
mengakibatkan hilangnya pendengaran serta komplikasi lainnya.

12. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus?


Jawab :
Komplikasi intratemporal
1. Komplikasi di telinga tengah
 Paresis nervus facialis (VII)
 Kerusakan tulang pendengaran
2. Komplikasi keringga mastoid
 Pertositis
3. Komplikasi ke telinga dalam
 Labirintis
 Tuli saraf atau sensorineural
Komplikasi ekstratemporal
1. Komplikasi intracranial
 Abses ekstradural
 Abses subdural
 Obsess otak
 Meningitis
 Tromboflebritis sinus lateralis
 Hidrosefalus otikus
2. Komplikasi ekstracranial
 Abses retroaurikular
 Abses bezold’s
 Abses zigomatikus
(Soepandi, 2011)
13. Bagaimana prognosis pada kasus?
Jawab :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Prognosisnya baik, Jika pasien dapat menjaga kebersihan telinga serta daya tahan tubuh
agar tidak terjadi infeksi apabila pemberian antibiotic memberikan respon yang baik.
(KKI, 2014)

14. Apa kompetensi dokter umum pada kasus?


Jawab :
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
(KKI,2014)

15. Bagaimana nilai-nilai islam yang terkait pada kasus?


Jawab :

Firman Allah dalam Q.S. Al-Mu’minun (23):78

Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan


dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih
yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha
Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.”
(H.R. Tarmizi)
2.6 Kesimpulan
Reni, anak perempuan 8 tahun mengeluh keluar cairan berwarna putih susu dan berbau dari
telinga serta bengkak dan nyeri dibelakang telinga kanan dengan riwayat batuk pilek dan
demam kemungkinan akibat otitis media supuratif kronik tipe aman.

2.7 Kerangka Konsep

Batuk pilek

Infeksi ascending ke
tuba eustacii

Infeksi telinga tengah

Otitis media akut

Infeksi berulang

Otitis media kronik

Keluar cairan putih Nyeri dan bengkak


susu dan berbau dibelakang telinga

Anda mungkin juga menyukai