BAB I
SIFAT GAS ALAM
Gas bumi merupakan sumber daya yang terdiri dari senyawa hidrokarbon (CnH2n+2)
dan komponen non-hidrokarbon lainnya seperti N2, CO2, dan H2S. Gas bumi yang
dihasilkan di permukan dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu :
Kelompok yang kedua ini, walaupun di dalam reservoar terbentuk dalam satu fasa,
mungkin di permukaan berubah menjadi gas dan cairan. Kadar cairan menjadi patokan
kasar pembagian lebih lanjut dari non – associated gas menjadi gas kering dan gas basah
(kondensat). Gas disebut kering bila GOR > 100,000 SCF/STB, sebaliknya disebut sebagai
gas basah. Akan tetapi klasifikasi yang tetap baru diperoleh dari diagram P.T. dari fluida
reservoar. Gambar skematis yang umum diberikan pada Gambar 1-1.
Gambar 1-1.
1. Memiliki volume dari molekul relatif dapat diabaikan dibandingkan dengan volume
dari fluida secara menyeluruh.
2. Tidak memiliki gaya tarik atau gaya tolak antara sesama molekul atau antara molekul
dengan dinding dari tempat di mana gas itu berada.
3. Semua tubrukan dari molekul bersifat elastik murni, yang berarti tidak ada kehilangan
energi dalam akibat tubrukan tadi.
Dasar untuk menggambarkan suatu gas ideal datang dari percobaan – percobaan
yang kemudian dikenal sebagai hukum – hukum gas.
1. Hukum Boyle
Bahwa perubahan volume dari suatu gas ideal berbanding terbalik dengan tekanan pada
temperatur konstan.
2. Hukum Charles
Bahwa perubahan volume berbanding lurus dengan perubahan temperatur pada tekanan
yang konstan.
3. Hukum Avogardo
Bahwa pada kondisi tekanan dan temperatur yang sama suatu gas ideal dengan volume
yang sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama.
Dari gabungan antara Humuk Boyle, Charles dan Avogardo maka didapat suatu persamaan
kesetimbangan,
PV = n RT (1.1)
Dimana:
P = Tekanan , psia
V = volume, cuft
T = temperatur, R
Vactual
Z= atau Vactual = Z Videal
Videal
PV = Z nRT (1.2)
Harga faktor deviasi gas tergantung dari perubahan tekanan, temperatur atau
kompisisi gas. Gambar 1-2 menunjukkan Z yang umum terhadap tekanan untuk suatu
temperatur dan komposisi gas tertentu.
ni
yi =
∑ ni
dimana
Mα = ∑y i Mi (1.4)
Harga berat molekul untuk setiap komposisi dapat dilihat di Tabel 1-1.
Vi
( Fraksi Volume ) i = (1.5)
∑Vi
dimana
Wi
ωi = (1.6)
∑Wi
dimana
Sifat-sifat fisik metana sampai dekana, dan juga senyawa-senyawa yang biasa
terkandung di dalam fluida hidrokarbon di reservoir diberikan pada Tabel 1-1. Informasi
ini dapat dipakai untuk memperkirakan sifat-sifat campuran hidrokarbon.
dimana
Atau dapat juga menggunakan korelasi Gambar 1-3, dimana perlu diketahui terlebih
dahulu harga Spesifik Gravity gas yaitu
γ g = Mα / 28.97 (1.9)
dimana M α adalah berat molekul total campuran gas dan harga 28.97 adalah berat
molekul udara.
P
Ppr = (1.10)
Ppc
T
Tpr = (1.11)
Tpc
Dengan diketahuinya harga Ppr dan Tpr, maka harga factor deviasi gas dapat
ditentukan. Katz dan Standing telah menghasilkan grafik korelasi : z = f(Ppr, Tpr)
seperti dapat dilihat pada Gambar 1-4. Grafik ini memberikan hasil yang memuaskan
bila gas tidak mengandung CO2 dan H2S. Untuk gas yang mengandung kedua unsur
tersebut perlu dilakukan koreksi harga Ppc dan Tpc lebih dahulu sebelum menghitung Pr dan
Tr. Koreksi tersebut adalah sebagai berikut:
Ppc T ' pc
p' pc = (1.13)
Tpc + ε ( B − B 2 )
dimana
sehingga
dan selanjutnya harga factor diviasi gas dapat ditentukan dari Gambar 1-4.
Grafik korelasi Z dari Standing – Katz telah dipakai secara meluas dilingkungan
industri. Dengan munculnya komputer, maka komputasi persoalan gas bumi membutuhkan
cara yang lebih sederhana dari pada memasukkan harga-harga Z dari grafik Standing –
Katz ke dalam program komputer. Cara yang sederhana adalah dalam bentuk persamaan Z
yang diperoleh berdasarkan penyelarasan dengan grafik Z dari Standing – Katz atau
berdasarkan “equation of state”. Pendekatan yang pertama ini digunakan oleh Dranchuck
dkk, dengan menggunakan equation of state dari Benedict – Webb – Rubin (BWR).
Pendekatan yang kedua dilakukan oleh Hall – Yarborough dengan menggunakan
persamaan “equation of state” dari Starling – Karnahan.
( )
Z =1 + A1 + A2 / Tr + + A3 / Tr3 + ( A4 + A5 / Tr )ρ r2 + A5 A6 ρ r5 / Tr
( ) (
+ A7 ρ r2 / Tr3 + 1 + A8 ρ r2 exp − A8 ρ r2 ) (1.14)
dimana:
dan
A1 = 0.31506237 A5 = -0.61232032
A2 = -1.04670990 A6 = -0.10488813
A3 = -0.57832729 A7 = 0.68157001
A4 = 0.53530771 A8 = 0.68446549
−1.2 (1− t ) 2
0.06125 Pr te
Z= (1.16)
y
dimana
t = 1/Tr
y + y 2 + y3 + y 4
F = −0.06125 Pr te−1.2 (1− t ) +
2
(1 − y )3
− (14.76 t − 9.76 t 2 + 4.58 t 3 )y 2 + (90.7 − 242.2 t 2 + 42.4 t 3 )y (2.18 + 2.82t ) = 0 (1.17)
persamaan 1.17 sehingga diperoleh harga Fo yang tidak sama dengan nol, mengingat harga
yo hanya perkiraan saja. Dengan rangkaian Taylor
0 = F = Fo +
dFo
( y − yo ) (1.18)
dy
dFo
y = yo − Fo /( ) (1.19)
dy
Jadi dengan menggunakan persamaan 1.19 itu dihitung harga y yang baru sehingga
akhirnya diperoleh harga F = 0. Harga y ini kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
1.16 untuk mencari harga Z.
Faktor Volume Formasi Gas (Bg) didefinisikan sebagai perbandingan volume gas
dalam kondisi reservoir dengan volume gas dalam kondisi permukaan,
V p ,T Z n RT / P
Bg = = vol / vol std
Vsc Z sc n R Tsc / Psc
Dengan menggunakan Tsc = 5200R dan Psc = 14.7 psia serta Zsc=1, maka persamaan faktor
volume formasi gas, Bg
ZT 3
Bg = 0.0283 ft / scf (1.21)
P
atau
ZT
Bg = 0.00504 bbl / scf (1.22)
P
Kompresibilitas isothermal dari gas diukur dari perubahan volume per unit volume
dengan perubahan tekanan pada temperatur konstan. Atau dalam persamaan ditulis
menjadi:
1 δV
C =− ( )T (1.23)
V δP
n RT δV n RT
V= maka ( )T = − 2
P δP p
sehingga
P n RT 1
C =− (− 2 ) = (1.24)
n RT p p
ZnRT
V=
P
1 1 δZ
C= − ( ) (1.25)
P Z δP
⎛ δZ ⎞
Harga ⎜ ⎟ dapat ditentukan secara analitis, yaitu
⎝ δP ⎠
⎛ δZ ⎞ ⎛ Z1 − Z 2 ⎞
⎜ ⎟ ≈ ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ δP ⎠ ⎝ P1 − P2 ⎠
Cr = C Ppr (1.26)
dimana
1 1 ⎛ δZ ⎞
Cr = − ⎜ ⎟Tpr (1.27)
Ppr Z ⎜⎝ δPpr ⎟
⎠
Mattar telah membuat korelasi untuk menentukan Cr Tpr yang merupakan fungsi dari Ppr
dan Tpr seperti terlihat pada Gambar 1-5 dan 1-6. Berdasarkan korelasi ini, maka harga
kompresibilitas gas (Cg) dapat ditentukan.
Viskositas dari suatu gas campuran tergantung pada tekanan, temperatur dan
komposisi. Carr – Kobayashi – Burrows telah menyusun grafik korelasi untuk menentukan
viskositas dari gas seperti ditunjukkan oleh Gambar 1-7 dan 1-8. Kedua gambar tadi
didasarkan pada hubungan
μ 1 = f (M .T ) = f (γ , T )
μ / μ1 = f (Ppr , Tpr )
dimana :
Dengan mengetahui harga berat molekul M dari gas atau spesifik graviti gas, γ g , serta
menggunakan gambar 1-7 maka diperoleh harga μ 1 . Harga μ / μ 1 diperoleh dari gambar
1-8 bila dketahui harga Ppr dan Tpr.
Persamaan semi empiris untuk keperluan program komputer dijabarkan oleh Lee –
Gonzales – Eakin yang akan memberikan hasil yang memuaskan untuk “seet gas”.
μ = K exp (X ρy ) (1.28)
dimana
K=
(9.4 + 0.025M )T 1.5
209 +19 M + T
986
X = 3.5 + + 0.01 M
T
Y = 2.4 − 0.2 X
Gambar 1-9
T = temperatur, oR
Persamaan lain yang dapat digunakan dalam komputasi komputer adalah seperti
yang diusulkan oleh Hollo – Holmes – Pais.
μ1 = [1.790 × 105 − 2.062 ×10−6 ( γg ) ]T + 8.188 (10−3 ) − 6.15 (10−3 ) log γg (1.29)
dimana T dalam 0F
μ
ln ( Tr ) = ao + a1Pr + a2 Pr2 + a3 Pr3 + Tr (a4 + a5 Pr + a6 Pr2 + a7 Pr3 )
μ1
+ Tr2 (a8 + a9 Pr + a10 Pr2 + a11Pr3 ) + Tr3 (a12 + a13 Pr + a14 P 2r + a15 Pr3 )
(1.30)
a0 = -2.4611820 a8 = -7.93385684.10-1
a1 = 2.97054714 a9 = -1.39643306
Harga kelarutan Gas di Air tergantung dari tekanan temperatur dan salinitas air.
Hubungan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1-10, dimana faktor koreksi untuk salinitas
dihitung dari persamaan
Rsw
= 1 − XY . 10 − 4 (1.31)
Rswp
dimana
X = 3.471/T0.837
T = Temperatur, 0F
Kelarutan air dalam gas tergantung dari tekanan, temperatur dan salinitas air.
Hubungan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1-11, dimana faktor koreksi untuk salinitas
dihitung dengan
Ws
= 1 − 2.87 10 −8 Y 1.266 (1.32)
W sp
dimana
Diagram fasa untuk sistem reservoar kondensat dapat dilihat di Gambar 1-12. Dari
gambar tersebut terlihat bahwa pada saat awal, fluida yang keluar dari reservoar tersebut
adalah gas. Ketika tekanan reservoar mengalami penurunan, garis dew point akan terlewati
sehingga fasa cair terbentuk. Dari fakta inilah bahwa fluida hidrokarbon sering terdiri dari
dua fasa sehingga diperlukan suatu metoda untuk menghitung volume atau massa setiap
fasa dan juga komposisi setiap fasa.
Distribusi komponen dari suatu sistem gas dan cairan diekspresikan dengan
Konstanta Kesetimbangan, K, yaitu perbandingan antara fraksi mol komponen pada fasa
gas dengan fraksi mol komponen pada fasa cair.
yi
Ki = (1.33)
xi
dimana
Dari suatu sistem sistem seperti yang terlihat pada Gambar 1-13, persamaan
kesetimbangan untuk sistem tersebut adalah :
n=L+V (1.34)
Gambar 1-13
atau
nZi
xi = (1.36)
L + VK i
Pada saat setimbang, jumlah fraksi mol untuk setiap fasa adalah sama,
∑x i =1 (1.37)
∑y i =1 (1.38)
Sehingga,
Zi
∑ x = ∑ L +VK
i =1 (1.39)
i
Zi
∑ y =∑V + L / K
i =1 (1.40)
i
Prosedur perhitungan untuk kedua persamaan di atas adalah secara coba-coba (trial
and error). Prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkirakan harga K untuk setiap komponen pada kondisi tekanan dan temperatur
penentuan (untuk setiap komposisi dapat dilihat pada Gambar 1-14 – 1-25)
3. Menghitung jumlah fraksi mol untuk setiap komponen dari asumsi harga V pada
langkah 2 dengan menggunakan persamaan 1.39.
4. Jika jumlah fraksi mol yang dihasilkan dari langkah 3 tidak sama dengan 1 maka
asumsi harga V tidak benar. Ulangi lagi dengan mengasumsikan harga V dan kembali
ke langkah 3 hingga jumlah fraksi mol yang dihasilkan sama dengan 1.
5. Dengan diketahuinya harga xi dari langkah 4 maka fraksi mol gas dapat dihitung dari :
yi = Ki xi
Untuk menentukan tekanan gelembung dari sistem ini maka dibuat jumlah fraksi mol gas
sama dengan nol.
V→0 dan L → n
Sehingga
n Zi
∑ yi = lim ∑ V + L / K
V →0
=1
i
atau
∑K Z i i =1 (1.41)
Sedangkan untuk menentukan titik embun, maka dibuat jumlah fraksi mol dari fasa
cair sama dengan nol,
V→ n dan L→ 0
Sehingga
n Zi
∑x i = lim ∑
L →0 L +V Ki
=1
atau
∑Z / K
i i =1 (1.42)
Dalam banyak kasus, sifat dari campuran fluida reservoar tidak diketahui, tetapi
sifat-sifat gas dan kondensat setelah dipisahkan diketahui. Untuk itu dibuat perhitungan
yang merupakan gabungan dari kedua fasa tersebut.
γ g + 4584γ o / R
γ gm = (1.43)
1+ Vo / R
dimana
Harga Vo didapat dari Gambar 1-26 untuk kasus dimana γ o diukur pada separator
bertekanan tinggi. Jika γ o diukur pada kondisi standar, harga Vo tergantung pada tekanan
separator dan dapat ditentukan dari Gambar 1-27.
1.5. Termodinamika
1. Energi dalam (internal energy) U; energi yang dimiliki oleh fluida tanpa
ketergantungan pada lokasi dan gerakan.
mv 2
2. Energi kinetis ; energi yang berkaitan dengan gerakan yang dinyatakan
2 gc
terhadap suatu titik tertentu.
mgz
3. Energi potensial , yang diakibatkan oleh kedudukan sistem.
gc
4. Energi penekanan PV, yang terbawa ke dalam atau ke luar dari sistem sebagai
akibat dari penekanan.
1. Panas q, yang diserap oleh system sebagai akibat perbedaan temperatur antara
sistem dengan lingkungannya. Panas yang diperoleh sistim diberi tanda positif.
Kesetimbangan energi di mana pompa digunakan dalam sistem untuk mengalirkan gas
diberikan oleh persamaan berikut ini:
mV22 mgZ z
U2 + + + p2V2 =
2 gc gc
mV12 mgZ1
U1 + + + p1 V1 + q −W (1.44)
2 gc gc
atau
mV 2 mgz
ΔU + Δ +Δ + ΔPV = q −W (1.45)
2 gc gc
1.5.1. Entalpi
H = U + V, BTU/lb.mole (1.46)
Penentuan entalpi dari suatu komponen dibagi atas dua bagian. Yang pertama
menyangkut penentuan entalpi yang dipengaruhi oleh temperatur berdasarkan konsep gas
yang ideal. Yang kedua memperhatikan pengaruh tekanan atas entalpi dari gas nyata (real
gas). Hubungan bagian tersebut diberikan oleh persamaan 1.47.
H TP − H 0o = ( H To − H 00 ) − ( H To − H TP ) (1.47)
Subscript T = temperatur
o = tekanan pada p = 0
= 0
H TP = H To − ( H To − H TP ) (1.48)
H = H o − (H o − H ) (1.49)
dimana
Harga H0 atau ( H TO − H OO ) dalam BTU/lb dari komponen murni dapat dicari dari
grafik korelasi H0 vs. T(0F), seperti pada Gambar 1-28 dan Gambar 1-29. Untuk komponen
yang tidak tercantum pada kedua grafik tersebut, grafik korelasi Gambar 1-30 dapat
digunakan untuk memperkirakan harga H0 atau menggunakan persamaan 1.50.
ln T 25.159
ln(ln H 0 ) = 2.61456 − 0.5
(2.49639 + 1.56283 γ + ) (1.50)
T M
M = berat molekul
γ g = specific gravity
T = 0R
dimana
R = 1,986 BTU/lb.mole 0R
Tc = 0R
(H0 – H) = BTU/lb.mole
mengetahui Pr dan Tr
mengetahui Pr dan Tr
Entalpi dari campuran beberapa sumur, seperti gas bumi, ditentukan berdasarkan
data masing-masing dengan menggunakan hukum percampuran (Kay). Entalpi dari gas
campuran berdasarkan kaidah gas ideal diterapkan berdasarkan persamaan 1.52.
H m0 = ∑ X i H i0 (1.52)
i
dimana
Demikian pula dengan harga “acentric factor” dari gas campuran ω m , dimana
ωm = ∑ X i ωi (1.53)
i
sedangkan
T = ∑ X i Tci (1.54)
[(H0 - H)/RTc](O)
dan
[(H0 - H)/RTc](‘)
sehingga entalpi dari gas campuran pada tekanan dan temperatur tertentu dapat dihitung,
yaitu dengan menggunakan persamaan 1.57.
H m = H mO − ( H O − H ) m (1.57)
Definisi dari panas jenis masing-masing dikaitkan dengan dua fungsi, yaitu entalpi
(H) dan energi dalam (U).
H = f (T,P)
δH δH
dH = ( ) p dT + ( )T dp
δT δT
δH
= C p dT + ( ) dp (1.59)
δT T
δH
dimana : C p = ( )
δT p
δU δU
dU = ( )V dT + ( )T dV
δT δV
δU
= CV dT + ( )T dv (1.60)
δV
Harga Cp dari masing-masing komponen dari gas campuran pada tekanan 1 atm
dapat diperoleh dari Tabel 1-1. Harga panas jenis campuran Cpm diperoleh dengan
menggunakan hukum pencampuran
C pm = ∑ X i C pi (1.61)
1
Penentuan panas jenis untuk tekanan yang konstan dimana P>14.7 psia didasarkan
pada harga untuk P = 14.7, Cp (14.7,T) dengan menambahkan harga koreksi, Δ Cp (Pr, Tr)
C p ( P, T ) = C p (14.7, T ) + Δ C p ( Pr , Tr ) (1.62)
δH
Δ C p ( Pr , Tr ) = ( )T . P (1.63)
δpr r r
δH T T δ 2Z
( )Tr = − 1.986 c r ( ) Pr (1.64)
δPr pr δTr
Selain rumus di atas, maka harga Δ Cp dapat ditentukan langsung dengan bantuan Gambar
1-33.
1.5.3. Entropi
Entropi tidak dapat digambarkan secara fisik, entropi merupakan suatu konsep matematis
yang sering timbul dalam analisa termodinamika. Istilah entropi diberikan untuk
dq
menyatakan jumlah ∫ T
. Tidak ada harga absolut untuk entropi, yang ada adalah
perbedaan entropi untuk dua keadaan dalam suatu sistem termodinamis. Perbedaan entropi
“reversebilitas process” dinyatakan dalam persamaan
dq
S 2 − S1 = ∫ 12 (1.65)
T
atau
dq = T ds (1.66)
Harga entropi masing-masing pembentuk gas bumi sebagai gas yang ideal dengan
tekanan P = dapat ditentukan dari grafik Gambar 1-34. Harga Si0 (BTU/lb0R) dinyatakan
sebagai fungsi dari temperatur. Sedangkan harga entropi dari gas campuran diperoleh dari
persamaan berikut ini
S m0 = ∑ X i M i Si0 − R ∑ X i ln X i (1.67)
dimana
Xi = fraksi mole
R = konstanta gas
BTU/lb.0R
S m0 = BTU / lb.R
Harga entropi pada tekanan P dan temperatur T dari gas campuran memerlukan koreksi
dari harga S m0 . Harga koreksi ini dinyatakan oleh (S0 – S)m.
⎡⎛ S 0 − S ⎞ (0 ) ⎛ S0 − S ⎞
(' )
⎤
(S 0
−S )m = R ⎢⎜⎜ ⎟⎟ + ωm ⎜⎜ ⎟⎟ + ln P ⎥ (1.68)
⎢⎣⎝ R ⎠ ⎝ R ⎠ ⎥⎦
dimana
ωm = ∑X i ωi
S m (P, T ) = S m0 − S 0 − S ( )m (1.69)
Cara lain untuk mencari entropi dari gas bumi adalah menggunakan persamaan
analisis.
⎡ ⎛ δZ ⎞ P⎤ P
S (P, T ) = C p ln
T T
− 1.986⎢ Z + ⎜⎜ ⎟⎟ pr ln ⎥ (1.70)
Ts ⎣ Tc ⎝ δTr ⎠ Ps ⎦ Ps
dimana
T = temperatur referensi, 0R
T = temperatur, 0R
Tc = temperatur kritis, 0R
∫
T
Ts C p dT
Cp = (1.71)
(T − Ts )
P
∫
r
Z=
PS
zd P
=
∫
PrS
z d Pr
(1.72)
( P − Ps ) ( Pr − PrS )
δz
δZ ∫ (δ T ) d P r
( ) Pr = r
(1.73)
δ Tr ( Pr − Prs )
d H = d U + d (FV)
= d U + P dV + V dP (1.74)
dq d U + P dV
dS = = (1.75)
T T
Pengolahan lebih lanjut dari persamaan 1.74 dan 1.75 akan memberikan hubungan
d H = T dS + V dP (1.76)
Suatu gas alam yang bersifat masam (sour gas) memiliki komposisi (fraksi mol)
berikut ini:
N2 = 0.0236
CO2 = 0.0164
H2S = 0.1841
CH4 = 0.7700
C2H6 = 0.0042
C3H8 = 0.0005
iC4H10 = 0.0003
nC4H10 = 0.0003
iC5H12 = 0.0001
nC5H12 = 0.0001
C6H14 = 0.0001
C7H16+ = 0.0003
Tekanan dan temperatur gas masing-masing 2000 psia dan 2000 0F.
Tentukan :
b. Z
c. Cg
d. μ
Jawaban:
a. Jawaban a ditabelkan
b. Jawaban b ditabelkan
Cr Tr = 0.66
0.66
Cr = = 0.38
1.73
Cg = Cr/Pc
0.38
= = 0.000520 psi-1
731.34
d. Gambar 1-7 digunakan untuk mencari harga viskositas pada tekanan 14.7 psia ( μ1 ) dan
dilengkapi dengan faktor koreksi.
Dengan harga
M = 20.2498
T = 200 0F
Diperoleh μ1 = 0.0123 cp
(ekstrapolasi)
= 0.01303
Pr = 2000/787.69 = 2.54
Harga Pc dan Tc yang digunakan di sini adalah harga-harga yang belum dikoreksi.
μ / μ1 =1.28
= 0.01668 cp
2. Penentuan Entalpi
Tabulasi berikut ini menggambarkan urutan perhitungan untuk memperoleh harga H(P,T)
dengan menggunakan data yang sama seperti soal (1).
2. Penentuan H0 pada kolom (4) dengan satuan BTU/lb ditentukan berdasarkan Gambar I-
28 dan I-29. Khusus untuk nC6 dan C7 +, H0 ditentukan berdasarkan Gambar I-30 dengan
menggunakan spec. gravity C6 dan C7+ masing-masing 0,6640 dan 0,7070. Data ini
diperoleh dari Tabel I-3. Perhitungan H0 didasarkan pada T = 200 0F.
3. Kolom (5) diperoleh dengan mengalikan kolom (3) dengan kolom (4).
Jadi ωm = ∑ X iωi H m0 = ∑ X i H i0
Kemudian tentukan
dan
= 5379 – 886,3
Dengan menggunakan data gas seperti soal (1), maka sasaran pertama dalam perhitungan
adalah menentukan harga entropi untuk gas yang ideal pada T = 2000F, berdasarkan
persamaan
S m0 = ∑ X i Si0 −1,986 ∑ X i ln X i
Harga penjumlahan ∑(X i Si0 ) diperoleh dalam tabulasi berikut ini. Prosedur pengisian
2. Harga Si0 untuk C6 dan C7+ ditentukan berdasarkan ekstrapolasi hubungan S0+ vs. M,
seperti terlihat pada Gambar 1-35. Hasil diperoleh dari gambar itu:
S0 (C7+) = 1,06
dan
Tr = 1,62
dan
= 1,986[0,52 + 0,0327(.,075)]
= 52,92 – 10,79
= 42,13 BTU/lb.mole 0R
4. Penentuan Cp (P,T)
Contoh berikut ini masih menggunakan data komposisi gas bumi seperti soal (1)
C p ( p, T ) = C p (14,7, T ) + Δ C p ( pr , Tr )
Dari contoh yang digunakan berikut ini γ g = 0,699 dan T = 200 0F dan dengan bantuan
B) Bila komposisi dari gas diketahui maka dengan bantuan Tabel 1-1 dapat dihitung
Cp(14,7,T) = ∑X i C pi
Langkah berikutnya menentukan faktor koreksi Δ Cp(Pr,Tr) dari Gambar 1-34. Dengan
diketahuinya Pr = 2,54 dan Tr = 1,62 maka diperoleh
Δ Cp = 2,90 BTU/lb-mole 0F
Jadi