Anda di halaman 1dari 11

1.

1 Tahapan Pelaksanaan
1.1.1 Langkah 1
Ada kebijakan tertulis manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan
ibu dan bayi termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Pemberian ASI
Eksklusif dan indikasi yang tepat untuk pemberian susu formula serta
Perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk Bayi Berat Badan Lahir rendah
(BBLR)
1. Pelaksanaan
a. Direktur Rumah Sakit membuat Kebijakan tertulis tentang:
 Pelaksanaan Program RSSIB dengan penerapan 10 langkah
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paipurna.
 Penetapan Pokja/Komite di Rumah sakit yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan dan evaluasi Program RSSIB.
 Pemberian ASI termasuk IMD yang secara rutin
dikomunikasikan kepada petugas kesehatan.
 Pelaksanaan PMK bagi BBLR.
 Sistem rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan system
regionalisasi.
 Kerjasama dengan kelompok pendukung ASI dan Posyandu di
wilayahnya tentang proses rujukan pasca persalinan dalam
rangka monev ASI Eksklusif dan PMK pada BBLR.
 Semua kebijakan di atas harus dikomunikasikan kepada seluruh
petugas RS.
b. Direktur Rumah Sakit membuat SK tentang Pemberian ASI dan
Penerapan kode pemasaran PASI yang secara rutin
dikomunikasikan kepada seluruh petugas RS dan dipampangkan
Susunan keanggotaan tim POKJA pendukung/pemasaran
pemberian ASI di RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
Pelindung/penasehat : Direktur RSNU
Koodinator : Kabid Pelayanan Medik
Ketua : dr. Rofi Budianto, Sp.A
Sekertaris : Uul Lufarin, Amd.Keb
Anggota : 1. dr. Made Ayu, Sp.OG
2. dr. Novran
3. dr. sabit Purnomo
4. Ukky Darmayanti, S.Kep.Ners
5. Mila Multakhimah, Amd.Keb
6. Meilina Tri W, Amd.Keb
7. Fitrianingsih, Amd.Keb
8. Andi Guswanto, Amd.Kep
c. Direktur Rumah Sakit menanda tangani protap-protap pelaksanaan
progam RSSIB terpadu yang telah dibuat oleh pokja/komite dan
cara/ format pelaporan, seperti:
 Kegawatdarurat kebidanan
 Kegawatdarurat neonatal
 Pelayanan antenatal
 Persalinan bersih dan aman (APN) termasuk persalinan yang
ditunggu oleh suami dan keluarga
 Perawatan bayi baru lahir (perinatologi) termasuk pemberian
vitamin K1 injeksi (untuk bayi normal setelah IMD, bayi sakit
setelah resusitasi) dan salep/tetes mata
 Perawatan nifas dan rawat gabung
 Perawatan PMK untuk bayi BBLR dan premature
 Pencegahan infeksi nosokomial
 Pelaksanaan 10 langkah keberhasilan menyusui (termasuk IMD,
membantu ibu dalam masalah pelekatan dan cara menyusui yang
benar, on demand, ASI Eksklusif)
 Tindakan medis dan operasi sesar
 Hygiene perineum
 Pengaturan jadwal dokter, perawat dan bidan sehingga
pelayanan siap 24 jam
 Pelayanan penunjang laboratorium dan radiologi
 Keluarga berencana
 Audit Maternal Perinatal
d. Adanya pertemuan bekala untuk melakukan evaluasi program
RSSIB.
1.1.2 Langkah 2
Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling maternal dan
neonatal, serta konseling pemberian ASI.
1. Pelaksanaan
a. Adanya pelayanan antenatal sesuai standar di poliklinik kebidanan
RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
b. Melakukan penapisan dan pengenalan dini kehamilan resiko tinggi
dan komplikasi kehamilan
c. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai keuntungan
pemberian ASI, manajemen laktasi termasuk IMD dan rawat
gabung, penyuluhan gizi dan penyuluhan “perubahan pada ibu dan
janin seta kebutuhan setiap trimester kehamilan, persiapan
persalinan, tanda-tanda bahaya” di poliklinik dan ruangan-ruangan
perawatan RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi dengan
menggunakan multimedia dan media cetak berupa leafleat
d. Melibatkan suami saat pemeriksaan dan penyuluhan konseling
e. Semua petugas dibagian kebidanan dan anak dapat memberikan
informasi kepda ibu-ibu paska persalinan mengenai cara menyusui
yang benar dan pentingnya ASI
1.1.3 Langkah 3
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada
bayi bau lahir dengan Inisiasi Menyusui Dini dan kontak kulit ibu-bayi
1. Pelaksanaan
a. Melakukan penapisan resiko persalinan dan pemantauan
persalinan
b. Diterapkan standar pelayanan kebidanan pada persalinan
c. Adanya fasilitas kamar bersalin sesuai standar
d. Adanya fasilitas pencegahan infeksi sesuai standar
e. Adanya fasilitas peralatan resusitasi dan perawatan bayi baru
lahir
f. Adanya fasiitas kamar operasi sesuai standar
g. Inisiasi Menyusui Dini, skin to skin contact, perhatikan tanda-
tanda bayi siap menyusu, bayi mulai menghisap
h. Perawatan bayi baru lahir termasuk pemberian vitamin K1
injeksi dan tetes/salep mata (tetrasiklin/eritromisin) setelah
selesai IMD
i. Adanya pelatihan berkala bagi dokter, bidan dan perawat (in
house training) dalam penanganan persalinan aman dan
penanganan pada bayi baru lahir
j. Adanya pelatihan IMD neonates
k. Adanya pelatihan Manajemen Laktasi
l. Penanggung jawab program perinatal resiko tinggi dan program
RSSIB berkoordinasi melalui pertemuan lintas sector maupun
lintas program secara rutin
2. RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :
a. Menambah sarana dan prasarana fisik untuk setiap rumah sakit
harus mempunyai dua buah OK dan VK dan peralatan 3 set
b. Pengembangan unit perawatan neonates resiko tinggi
3. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a. Definisi
Segera mungkin meletakan bayi di dada ibunya, kontak kulit
dengan kulit (skin to skin contact) setelah lahir setidaknya
selama satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri.
Apabila bayi sehat segera tali pusat dipotong bayi diletakan pada
perut dan dada ibu dalam posisi terkurap untuk kontak kulit ibu
dan bayi. Bayi memperlihatkan kemampuan yang menakjubkan.
Bayi siaga. Bayi dapat merangkak, dirangsang oleh sentuhan ibu
yang lembut, melintasi perut ibu mencapai payudara. Bayi mulai
menyentuh dan menekan payudara. Sentuhan awal yang lembut
oleh tangan atau kepala bayi pada payudara merangsang
produksi oksitosin ibu, sehingga mulailah ASI mengalir dan juga
meningkatkan rasa cinta kasih pada bayi. Kemudian bayi
mencium, menyentuh dengan mulut dan menjilat putting ibu.
Akhirnya bayi melekat pada payudara dan mengisap minum
ASI.
b. Tatalaksana inisiasi Menyusui dini secara umum :
 Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat
persalinan
 Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaaan obat
kimiawi saat persalinan, dapat diganti dengan cara non
kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi atau gerakan
 Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan,
misalnya melahirkan normal, atau dengan jongkok
 Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya, karena
bau cairan amnion pada tangan akan membantunya mencari
putting ibu yang mempunyai bau yang sama. Pertahankan
lemak putih alami (vernix) yang melindungi kulit baru bayi
 Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit
bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan
kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah
menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu
gunakan topi bayi
 Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhanlembut, tetapi tidak memaksakan bayi
ke putting susu
 Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-
tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu
 Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada
ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi
sesar
 Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap
setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang
invasif misalnya suntikan vitamin K1 dan tetesan mata bayi
dapat diberikan selesai IMD
 Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat satu kamar selama 24
jam, bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam
jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal (cairan yang
diberikan sebelun ASI keluar) dihindarkan
c. Tata laksana Inisiasi Menyusui Dini pada operasi sesar
- Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif
- Jika mungkin diusahakan suhu ruangan 20-25c, disediakan
selimut untuk menutupi punggung bayi untuk mengurangi
hilangnya panas dari kepala bayi
- Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi
epidural
- Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum di
atas
- Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar
operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka
bayi tetap diletakan di dada ibu ketika dipindahkan kekamar
perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di
kamar perawatan ibu atau kamar pulih
1.1.4 Langkah 4
Menyelenggarakan Pelayanan mampu PONEK (Pelayanan Obstretri
dan Neonatal Emergensi komprehensif (PONEK) sesuai standar
minimal RS Nahdlatul Ulama’ banyuwangi
1. Pelaksanaan
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus
emergensi baik secara umum maupun emergensi obstretri
neonatal
b.Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK
di rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawatdaruratan
obstretrik dan neonatus
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan
penanganan pasien kegawatdaruratan obstretri dan neonatal
d.Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu
e. Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, di
kamar bersalin kurang dari 60 menit, pelayanan darah kurang dari
2 jam (RS bekerjasama dengan PMI)
f. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan
operasi, bila ada kasus emergensi obstretri atau umum
g.Memiliki tim yang siap melakukan operasi atau melaksanakan
tugas sewaktu-waktu, meskipun on call
h.Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK,
antara lain dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas
anastesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta dokter
umum, bidan dan perawat
i. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK,
seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, dan alat
penunjang yang selalu siap tersedia untuk melaksanakan tugas
sewaktu-waktu, meskipun on call
j. Pelengkapan
 Semua perlengkapan bersih (bebas debu, kotoran, cairan, dll)
 Permukaan metal bebas karat atau bercak
 Semua perlengkapan kokoh (tidak ada bagian yang longgar
atau tidak stabil)
 Permukaan yang dicat utuh dan bebas dari goresan besar
 Roda perlengkapan lengkap dan berfungsi dengan baik
 Instrumen yang sudah disterilisasi
 Semua pelengkapan listrik berfungsi baik (saklar, kabel dan
steker menempel kokoh)
 Bahan
Semua bahan bekualitas baik dan jumlahnya cukup
1.1.5 Langkah 5
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk sifat, rawat gabung
termasuk membantu ibu menyusui yang benar, termasuk mengajarkan
ibu cara memerah ASI bagi bayi yang tidak bisa menyusu langsung
dari ibu dan tidak memberikan ASI perah melalui botol serta
pelayanan neonatus sakit
1. Pelaksanaan
a. Praktekkan rawat gabung ibu dan bayi bersama 24 jam sehari
b. Adanya pemantauan infeksi nosokomial pada bayi yang
dirawat gabung
c. Melakukan manajemen laktasi dan perawatan bayi
d. Adanya tata tertib/jam kunjungan ibu dan bayi
e. Adanya larangan promosi susu formula di RS dan
lingkungannya
f. Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau
sesering semau bayi
g. Tidak memberikan minuman dan makanan kepada bayi bayi
baru lahir selain ASI kecuali ada indikasi medis
h. Melaksanakan Perawatan Metode kanguru untuk bayi kurang
bulan/BBLR (Kangaroo Mother Care)
i. Memberitahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar
j. Tidak memberikan dot/empeng pada bayi
k. Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari
bayinya dengan memerah ASI
l. Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar
m. Melakukan Perawatan Nifas
n. Melakukan Hygiene perineum
o. Pencegahan infeksi nosokomial pada ibu yang dirawat
1.1.6 Langkah 6
Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring
rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana lain
1.Pelaksanaan
a. RS sebagai pembina wilayah rujukan
b. Menyediakan pelayanan ambulan 24 jam
c. Melaksanakan umpan balik rujukan
d. Menyelenggarakan pelatihan PONEK atau pelatihan YanKes
ibu bayi lainnya bagi semua petugas yang tekait dan bagi petugas
Puskesmas/Rumah Bersalin dan Bidan Praktek Mandiri di
wilayah lingkup rujukan
e. Membina jejaring rujukan ibu bayi dengan sarana kesehatan lain
di wilayah binaannya
1.1.7 Langkah 7
Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang
1.Pelaksanaan
a. Menyelenggarakan konseling dan pelayanan imunisasi bayi di
RS sesuai dengan usia
b. Memantau tumbuh kembang bayi sejak lahir (stimulasi, deteksi
dan intervensi dini tumbuh kembang)
c. Memantau dan mengusahakan pemberian ASI eksklusif pada
bayi
d. Penanganan penyakit bayi sesuai standar
1.1.8 Langkah 8
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Keluarga berencana
termasuk pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak
diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya
1. Pelaksanaan
a. Menyelenggarakan konseling mengenai KB dan kontrasepsi
termasuk Metode Amenorhea laktasi (LAM) untuk pasien dan
suami sebelum meninggalkan RS
b. Menyelenggarakan pelayanan KB paripurna termasuk
kontrasepsi baik untuk perempuan maupun pria
c. Menyelenggarakan konseling mengenai kesehatan reproduksi
termasuk konseling pranikah
1.1.9 Langkah 9
Melaksanakan Audit Maternal dan Perinatal rumah sakit secara
periodik dan tindak lanjut
Susunan Keanggotaan Tim AMP RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
Pelindung/penasehat : Direktur RSNU Banyuwangi
Koordinator : Kabid Pelayanan Medik
Ketua : dr. Rofi Budianto, Sp. A
Wakil ketua : dr. Erva D, Sp. OG
Sekertaris : Yudi Guswanto, S.Kep.Ners
Anggota : 1. dr. Made Ayu, Sp. OG
2. dr. Novran Yogi A
4. dr. Sabit Purnomo
5. Uul lufarin, Amd. Keb
6. Mila Multakhimah, Amd.Keb
7. Andi Guswanto, Amd.Kep

Penyiapan Data : 1. Qur’aini Bhigum, Amd. Keb


2. Meysa
3. Nurul Hidayah, S. Kep. Ners
4. Neneng Sugiarti, S. Kep. Ners
1. Pelaksanaan
a. Menyelenggarakan petemuan dilakukan teratur sesuai
kebutuhan oleh RS dan direktur memimpin acara dan
moderator pembahasan klinisnya adalah dokter ahli
b. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal di RS di audit
dengan mengkaji riwayat penanganan kasus sejak timbulnya
gejala pertama dan penanganan oleh keluarga/tenaga
kesehatan di rumah, proses rujukan yang terjadi, siapa yang
memberi pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan,
sampai kemudian meninggal atau dapat dipertahankan hidup
c. Masing-masing tim membuat rencana pertemuan dan
menyiapkan bahan/data sesuai bidang tugasnya dan
melaporkan hasil pertemuan pelaksanaan audit untuk
menyelesaikan masalah dan rencana tindak lanjut kepada
direktur RS Nahdlatul Ulama Banyuwangi
5. Langkah 10
Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti
pemberian ASI eksklusif dan PMK

1. Pelaksanaan
a. Adanya kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI
dan PMK, dimana anggota kelompok ini akan saling
membantu dan mendukung pemberian ASI eksklusif temasuk
pelaksanaan PMK
b. Adanya ruang menyusui
c. Mendokumentasikan kegiatan kelompok pendukung ASI

Anda mungkin juga menyukai