Oleh:
ERWIN JAYADINATA
20160611O44O13
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
DETEKSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK ................................................................ 1
ABSTRAK................................................................................................................................ 1
BAB I .......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 2
Latar belakang ....................................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................................... 7
DASAR TEORI ............................................................................................................................. 7
BAB III ...................................................................................................................................... 14
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................................... 14
BAB IV...................................................................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................... 16
A. Akusisi Data ................................................................................................................. 16
B. Interpretasi Data ......................................................................................................... 16
C. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 17
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 19
SARAN ..................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20
ii
DETEKSI AIR TANAH DENGAN METODE
GEOLISTRIK
ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Permasalahan akan pentingnya kebutuhan terhadap air bersih yang sedang
dialami oleh masyarakat saat ini mendorong kesadaran dan kepedulian perlunya
upaya bersama dari seluruh komponen agar dapat memanfaatkan dan melestarikan
sumberdaya air (SDA) secara berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya air seperti cara
lama yang dilakukan sendiri-sendiri atau secara terbatas sudah tidak dapat secara
efektif mengatasi berbagai permasalahan sumberdaya air baik dari segi aspek
ketersediaan maupun aspek penggunaannya. Belum lagi dari segi yang lain misalnya
saja masalah kontaminasi limbah terhadap air dan lain-lain.
Agar dapat mengetahui ketersediaan potensi air-tanah dan persebarannya,
salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan survei geolistrik
resistivitas menggunakan konfigurasi wenner sounding. Metode ini digunakan untuk
menyelidiki lapisan bawah permukaan berdasarkan tingkat resistivitas batuannya
dengan air-tanah (aquifer) yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi
(tanah).
Tujuan dari pengukuran geolistrik ialah untuk mengetahui tahanan jenis btuan
didalam bumi, dengan memakai sistem empat elektroda yang dihubngkn dengan baik
pada bumi. Ada beberapa cara dalam menyusun keempat elketroda tersebut, dalam
susunan elektroda pengaturan jarak keempat elektroda dibuat tetap, jadi setiap
perpindahan elektroda diatur sedemikian rupa sehingga jarak keempat elektroda
tersebut terletak sepanjang garis lurus yang dipindah-pindahkan, mula-mula dekat
makin lama makin jauh sehingga arus sudah tidak dpat lagi mengalir dengan baik,
pada tiap kedudukan dibaca langsung tegangan yang terjadi dan dicatat, lalu dihitung
besarnya tahanan jenis pada tiap kedudukan.
Menurut Soinien (1985) dalam Juandi (2008), penelitian air tanah dapat
dilakukan di permukaan atau di bawah permukaan dengan menggunakan metode
2
geolistrik. Sedangkan untuk interpretasi gambaran air tanah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode interpretasi data geolistrik dc (direct current) (Torok 2001).
Oleh sebab itu penelitian ini akan mencoba mengaplikasikan metoda geolistrik untuk
menganalisis distribusi air bawah tanah. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis
distribusi air tanah dengan menggunakan metoda geolistrik.
Metode geolistrik merupakan salah satu cabang ilmu geofisika yang
mempelajari bumi dan lingkungannya berdasarkan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat
ini adalah tahanan jenis, konduktivitas, konstanta dielektrik, kemampuan
menimbulkan potensial listrik sendiri, arus listrik diinjeksukan kedalam bumi melalui
dua lektroda arus dan distribusi potensial yang dihasilkan diukur dengan elektroda
potensial (Dobrin, 1976).
Secara teoritis setiap lapisan batuan mempunyai tahanan jenis yang
dipengaruhi oleh komposisi mineral yang dikandung oleh batuan tersebut Pendugaan
air tanah dapat dikorelasikan dengan harga tahanan jenisnya seperti ditunjukkan pada
tabel berikut:
Resistivitas listrik suatu bahan (material) didefinisikan:
𝐴
𝜌=𝑅
𝐿
Dengan :
𝝆 = tahanan jenis material (ohm meter)
R = tahanan yang diukur (𝜴)
A = luas penampang (m2)
L = panjang (m)
Karena R = 𝝙V/I
∆𝑉 𝐴
𝜌= ×
𝐼 𝐿
V = tegangan (volt)
I = kuat arus ( ampere)
BUAT GAMBAR MANUAL DARI WORD
3
Gambar 1. Material yang dilalui arus listrik
Dalam kegiatan pengukuran yang dilakukan, besran fisik ynag diukur adalah
arus (I) yang mengalir antara dua elektroda yang terletak dititik M dan N ( gambar 1
), peredaan potensial V antara dua elektroda pengukur yang terletak dititik-titk A dan
B, antara jarak-jarak elektroda-elektroda. bumi terdiri dari lapisan-lapisan (𝝆) yang
berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-
lapisan tersebut. Dengan demikian harga resistivitas yang terukur bukan merupakan
harga untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar, yang
dirumuskan (Dobrin 1981):
∆𝑉
𝜌𝑠 = 𝐾.
𝐼
4
Gambar 2. Kedudukan Elektroda
Dengan :
𝝆s = resistivits semu (𝜴)
V = Tegangan (v)
I =Arus (A)
K = faktor geometri
1
𝐾 = 2𝜋 [ ]
1 1 1 1
(𝑎 − 2𝑎 ) − (2𝑎 − 𝑎)
Harga resistivitas semu ini mungkin dapat lebih besar atau lebih kecil dari
harga sebenarnya, tapi kadang-kadang dijumpai harga yang sama.Harga tahanan jenis
batuan ditentukan oleh masing-masing tahanan jenis unsur pembentuk batuan.
Hantaran listrik pada batuan yang ada didekat permukaan tanah, sebagian besar
ditentukan oleh distribusi elektrolit yang ada didalam pori-pori batuan tersebut.
Secara teoretis hubungan antara nilai tahanan jenis dengan macam-macam batuan
adalah sebagai berikut :
1. Batuan sedimen lepas akan menunjukkan nili tahanan jenis lebih
rendah dibandingkan dengan batuan sedimen yang kompak. Batuan
beku dan batuan metam orfosa umumnya mempunyai tahanan jenis
yang tinggi
5
2. Harga tahanan jenis bataun akan lebih rendah bialaman batuan itu
mengandung air
3. Tidak ada batas yang jelas antara besarnya nilai tahanan jenis batuan
yang satu dengan yang lainnya
4. Tidak ada kesamaan umum antara macam batuan dengan nilai tahanan
jenis
5. Tahanan jenis batuan dapat berbeda secara mencoloktidak saja pada
batan yang berbeda juga pada batuan yang sama.
6
BAB II
DASAR TEORI
7
Semakin besar jarak antar elektroda menyebabkan semakin dalam
tanah yang dapat diukur. Ada beberapa konfigurasi untuk tahanan jenis
dalam melakukan akuisi data. Salah satunya dengan menggunakan
konfigurasi Wenner. Konfigurasi Wenner ditunjukan pada gambar 2.
8
dengan arus listrik pada tegangan jepit. Untuk media terbatas (silinder
balok) berlaku :
Pada balok atau silinder yang homogen, besar tahanan listrik pada
(gambar 2.1) adalah :
Dimana : R = hambatan
listrik dalam
Ohm A = Luas
penampang
dalam m2
9
Satuan tahanan jenis dalam SI adalah Ohm-meter(Ohm). Sifat
merambat arus listrik lebih banyak memanfaat sifat daya hantar jenis listrik
yang berbanding terbalik dengan tahanan jenis, yaitu :
σ adalah daya hantar jenis listrik (konduktivitas) dalam satuan Siemens (S)
per meter atau S/m = 1 Ohm-1m-1 atau disebut juga 1 MHO/m (Taib, 1999).
10
Dengan :
Besar faktor oleh perbedaan akibat letak titik pengamatan disebut Faktor Geometri.
11
Masing-masing aturan atau konfigurasi elektrode memiliki nilai yang tetap.
Tabel II memperlihatkan beberapa konfigurasi elektrode yang dikenal dalam
metoda tahanan jenis.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
12
Kemudian menyusun elektroda dengan konfigurasi Wenner,
setelah itu mengatur jarak elektroda dengan spasi 10m untuk setiap
elektroda, dan menghubungkan Sumber tegangan dengan Alat, kemudian
menginjeksikan arus dan tegangan lalu catat dalam tabel, dan mengulangi
langkah untuk nilai spasi (n)=15m dan 20m selanjutnya menggambarkan
dan mencatat koordinat lokasi pengambilan data lapangan.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
II. Pengukuran Geolistrik
a. Pengukuran data dilapangan di lokasi (sentani) dibuat 2 titik sounding
dengan panjang bentangan 300 meter (2x150 meter)
b. Konfigurasi elektroda yang dipergunakan dalam pengukuran tiap titik
sounding dalah konfigurasi Schlumberger.
III. Pengolahan Data
a. Data yang diperoleh dengan pengukuran berupa harga arus (I) dan
tegangan (V) titik pengamatan.
b. Harga resistivitas semu dihitung dari faktor konfigurasi pengukuran
dan perbandingan harga beda potensial (V) dan arus (I) pengukuran.
c. Program IP2Win melakukan manipulasi data sehingga diperoah
penempang harga resistivitas semu terhadap semua kedlaman semu
untuk setiap lintasan pengukuran di titik geolistrik tersebut
d. Hasil interpolasi dijadikan input untuk melakukan pemodelan lapisan
resistivitas tanah bawah permukaan dengan komputer.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Akusisi Data
Penelitin ini dilakukan pada satu lintasan yang membentang kearah utara-
selatan. Pengukuran sounding dilakukan pada 3 titik yaitu titik A, B, dan C.
Jarak antar titik adalah …. Meter. Pengukuran sounding pada titik B
dilakukan hingga jarak bentangan maksimun antar elektroda adalah ….. meter
dan kedalaman target diduga ….meter. Pengukuran sounding pada titik A
berada di ujung sebelah utara titik B, dengan jarak bentangan antar
elektroda….. meter dan mencapa kedalaman yang diduga….meter. Sedangkan
titik sounding pada titik C terletak disebelah selatan titik B, dengan bentangan
jarak antar elektroda … meter dan kedalaman yang diduga ….meter.
B. Interpretasi Data
Interpretasi data adalah langkah terakhir yang dilakukan dalam
penelitian ini, interpretasi diawali dengan pemisahan lapisan-lapisan batuan
sesuai dengan nilai resistivitasnya, lapisan aquifer memiliki nilai resistivitas
yang relatif kecil karena bersifat konduktif. Dari hasil pemisahan lapisan-
lapisan batuan ini, kemudian dilanjutkan dengan mengkorelasikan sumur-
sumur resistivitas yang terindikasi memiliki lapisan aquifer, dalam hal ini ada
tiga sumur yang akan dikorelasikan berada pada satu garis interpretasi yang
dimaksudkan untuk memberikan informasi bahwa lapisan tersebut merupakan
lapisan aquifer.
16
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Perhitungan
N0 𝑨𝑩 𝑴𝑵 I V
𝟐 𝟐
1 1,5 0,5 0,16 3.94
2 5 0,5 0,15 0,08
3 10 5 0,16 0.02
4 25 10 0,14 0,022
5 50 25 0,12 0,023
6 75 50 0,30 0,067
7 100 75 0,54 0,086
8 125 75 0,20 0,019
9 150 100 0,26 0,029
17
Grafik hasil inversi di atas dilakukan dengan teknik pencocokan kurva
matching) dimana kurva merah menunjukkan kurva standart, kurva hitam dengan titik
titik berbentuk lingkaran kecil merupakan kurva data hasil pengukuran, sedangkan
kurva biru merupakan gambaran perlapisan. Tehnik interpretasi untuk mendapatkan
gambaran model perlapisan bumi di bawah permukaan ini, dilakukan dengan cara
memplot dan mencocokkan kurva data hasil pengukuran terhadap kurva standart atau
dikenal dengan metode least square. Secara prinsip metode ini berpedoman pada
pencarian nilai error.
Lapisan pertama, tahanan jenisnya/resistivitasnya bernilai 433 ohm meter
dengan ketebalan 1,37 m, kedalaman 1,37 m diduga merupakan Laterite soil.
Lapisan kedua, tahanan jenisnya/resistivitasnya 10,1 ohm meter dengan ketebalan
10,4 m dan kdelaman 8,99 m diduga merupakan Alluvium and Sand. Lapisan ketiga ,
tahanan jenisnya/resistivitasnya bernilai 756 ohm meter dengan ketebalan 3,51 m,
kedalaman 24,8 m diduga merupakan Top Soil. Sebagaimana nilai resistivitas yang di
kemukakan oleh Roy E. Hunt (1984) yang berkisar 3-15 ohm meter dan bersifat
impermeabel. Lapisan pertama, mempunyai resistivitas sebesar 433 ohm meter yang
diinterpretasikan sebagai Laterite Soil sebagaimana nilai resistivitas yang
dikemukakan suyono (1978). Lapisan kedua bernilai 10,1 ohm meter yang
diinterpretasikan merupakan lapisan Alluvium and Sand , Lapisan ketiga bernilai 756
ohm meter yang diinterpretasikan merupakan lapisan Top Soil.
18
KESIMPULAN
Dengan menggunakan metode geolistrik dapat disimpulkan bahwa di daerah
kabupaten Sentani, Jayapura berpotensi air tanah sampai lapisan ketiga dengan
kedalaman 24,8 meter dibawah permukaan tanah bernilai 756 ohm meter. Sehingga
perlunya pendayagunaan sumber air tanah agar pemanfaatannya dapat optimal dan
berkesinambungan bagi masyarakat sekitar.
SARAN
Adapun saran atau masukan setelah melakukan kegiatan praktikum di daerah Buper,
Kabupaten Jayapura.
1. Waktu kegiatan praktikum perlu di perbanyak agar menambah wawasan
masing-masing mahasiswa/i.
2. Perlu ditingkatkan lagi pengetahuan mengenai peralatan geolistrik oleh
mahasiswa/i.
19
DAFTAR PUSTAKA
Telford, W. M., Geldart, L. P., dan Sherif, R. E., 1990. Applied Geophysics,
Cambridge University Press, New York.
Braga, A. C. O., Fiho, W. M and, 2006. Resistivity (DC) method applied to aquifer
protection studies. Sociedade Brasileira de Geof´ısica
20