Anda di halaman 1dari 3

Sinopsis Hikayat Hang Tuah

Hang Tuah adalah seorang anak miskin. Bapaknya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang Merdu
Wati. Mereka tinggal di sebuah gubug di pinggiran Sungai Duyung. Berawal dari terdengarnya kabar
bahwa raja di kerajaan Bintan adalah seorang raja yang adil dan bijaksana. Bintan pun menjadi
negeri yang masyhur. Seperti halnya negeri masyhur, Bintan menjadi tujuan banyak orang, tidak
terkecuali Hang Mahmud, Dang Merdu Wati, dan Hang Tuah. Mereka pindah ke Bintan untuk
mendapatkan penghidupan yang layak. Pada suatu malam, Hang Mahmud bermimpi bulan turun
dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Kemudian Hang Mahmud terbangun dan
mengangkat Hang Tuah, yang saat itu masih berusia 12 tahun, lalu diciumnya. Seluruh tubuh Hang
Tuah berbau sangat harum. Hang Mahmud menceritakan mimpi itu kepada istrinya lalu meminta
pemuka agama untuk mendoakan Hang Tuah.

Seperti biasa, Hang Tuah membantu orang tuanya membelah kayu. Tiba-tiba pemberontak datang
ke tengah pasar membuat keributan. Banyak orang mati dan luka-luka. Semua warga di pasar
melarikan diri, tetapi tidak dengan Hang Tuah. Dia melawan pemberontak itu dan menghabisinya
dengan menggunakan kapak sehingga kepala pemberontak terbelah. Sahabat-sahabat Hang Tuah,
yaitu Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, terkejut karena Hang Tuah membunuh
pemberontak itu. Pada suatu ketika, Hang Tuah mengajak sahabatnya untuk pergi berlayar menuntu
ilmu. Di tengah perjalanan, perahu mereka yang kecil bertemu dengan tiga kapal besar yang berasal
dari Jawa. Hang Tuah bersama sahabatnya berhasil melumpuhkan tiga kapal Jawa itu yang ternyata
perompak yang ingin membuat kerusakan di Bintan. Hang Tuah pun kembali ke Bintan dan
menyerahkan perompak itu ke kerajaan.

Kabar tentang keberanian Hang Tuah dan sahabatnya menumpas perompak terdengar sampai ke
kalangan kerajaan. Hang Tuah dan sahabatnya diangkat menjadi prajurit Bintan oleh Bendahara.
Hang Tuah yang lebih unggul dibandingkan sahabatnya pun semakin menunjukan ketangkasannya
dalam menjaga dan melindungi kerajaan Bintan.

Pada suatu hari raja Bintan yang bernama Sang Maniaka, anak Sang Purba, pergi berburu. Raja serta
pengikutnya menemukan wilayah yang luas dan bagus untuk memperluas kebesaran kerajaan.
Wilayah tersebut diberi nama Malaka, sesuai dengan nama kayu di tempat itu. kemudian raja serta
petinggi kerajaan menempati kerajaa Malaka. Kebesaran Malaka terdengar sampai ke seluruh
kerajaan tetangga.

Raja Malaka sebagai raja yang besar belum juga memiliki istri. Terdengar kabar bahwa anak Bendara
kerajaan Indrapura yang bernama Tun Teja sangat cantik jelita. Raja Malaka pun sangat ingin
beristrikan Tun Teja. Akan tetapi, Tun Teja menolak raja-raja besar yang melamarnya karena Tun
Teja merasa dia hanyalah seorang anak Bendahara dan tidak pantas jika menjadi istri seorang raja.
Kemudian, Raja Malaka yang ditemani prajurit terbaiknya, Hang Tuah dan sahabatnya, pergi ke
Majapahit untuk melamar anak Raja Majapahit, yaitu Raden Galuh. Selama di Majapahit, Patih Gajah
Mada yang tidak suka terhadap kerajaan Malaka mencoba membunuh prajurit yang terkenal gagah
berani, yaitu Hang Tuah. Berbagai cara Patih Gajah Mada membunuh Hang Tuah, tetapi selalu gagal.
Kemudian Patih Gajah Mada yang diperintah oleh Raja Majapahit untuk membunuh Hang Tuah,
meminta bantuan Tamang Sari yang terkenal sakti karena kerisnya. Akan tetapi, seorang Tamang
Sari yang sakti pun tetap dapat dikalahkan oleh Hang Tuah dengan diambil kerisnya. Keris Tamang
Sari yang sakti itu dipersembahkan oleh Hang Tuah kepada Raja Malaka. Berkat keberanian Hang
Tuah, Raja Malaka menyerahkan keris sakti itu untuk Hang Tuah. Selama keris itu berada di tangan
Hang Tuah, dia tidak dapat dikalahkan oleh musuh. Hang Tuah pun diberi gelar laksamana.

Hang Tuah berencana membalas dendam kepada Majapahit yang telah berulang kali melakukan
percobaan pembunuhan. Pada pesta perayaan pernikahan, Hang Tuah bersama sahabatnya mandi di
kolam terlarang yang hanya boleh Raja Majapahit saja yang masuk. Raja Majapahit mengetahui
perbuatan Hang Tuah dan sangat marah. Raja Malaka meminta maaf dengan alasan bahwa Hang
Tuah tidak mengetahui bahwa kolam itu terlarang.

Setelah menikahi Raden Galuh, Raja Malaka yang diiringi rombongan kembali ke Malaka bersama
istrinya. Sesampainya di Malaka, Patih Karma Wijaya yang berasal dari Jawa merasa iri terhadap
Hang Tuah karena selalu dipuji-puji Raja Malaka. Karma Wijaya pun memberi tahu Raja Malaka
bahwa perbuatan Hang Tuah ketika mandi di kolam Raja Majapahit adalah perbuatan yang disengaja
untuk membalas dendam. Raja Malaka pun marah dan mengusir Hang Tuah. Setelah Hang Tuah
pergi, Hang Jebat diangkat menjadi pengawal Raja Malaka.

Hang Tuah pergi ke Indrapura untuk melanjutkan hidup. Di Indrapura, Hang Tuah bertemu dengan
Tun Teja. Hang Tuah mempunyai pikiran bahwa jika dia dapat membawa Tun Teja ke Malaka, raja
akan memaafkannya dan Hang Tuah dapat kembali menjadi laksamana di Malaka. Hang Tuah pun
mendekati Tun Teja dengan perasaan suka. Begitu pun sebaliknya, Tun Teja mencintai Hang Tuah.
Akan tetapi, Tun Teja sakit hati bahwa dibawanya Tun Teja ke Malaka adalah untuk dinikahkan
dengan Raja Malaka, bukan dengan Hang Tuah. Berkat mantra Hang Tuah, Tun Teja menjadi benci
terhadap Hang Tuah dan mau dijadikan gundik Raja Malaka. Kemudian Hang Tuah dimaafkan oleh
raja dan dipuji-puji karena telah berhasil membawa wanita yang sangat dicintai raja.

Karma Wijaya yang masih iri terhadap Hang Tuah mengetahui bahwa diantara Hang Tuah dan Tun
Teja saling mencintai. Karma Wijaya bersama Tun Ali membuat rencana untuk menjebak Hang Tuah.
Hang Tuah dipertemukan dengan Tun Teja dan terjadilah fitnah berzina. Raja Malaka sangat marah
dan memerintahkan Bendahara untuk memberikan hukuman mati kepada Tun Teja dan Hang Tuah.
Akan tetapi, hukuman itu tidak dijalankan. Bendahara yang sangat menyayangi Hang Tuah
menyembunyikan Hang Tuah di sebuah hutan di hulu Malaka.

(sinopsis ini berdasarkan teks edisi Bot Genoot Schap yang telah diterjemahkan dan diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia)

Diangkatlah Hang Jebat menjadi laksamana kerajaan Malaka. Hang Jebat kini memiliki keris sakti
Taming Sari. Hang Jebat mengira bahwa Hang Tuah telah meninggal. Hang Jebat melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan Malaka yang rajanya berubah menjadi raja yang berbuat
sewenang-wenang. Hang Jebat pun mengambil alih kekuasaan istana. Raja Malaka berlindung di
rumah Bendahara dan mengaku menyesal karena telah membunuh Hang Tuah. Akhirnya, Bendahara
pun membuka rahasia bahwa sebenarnya Hang Tuah belum mati, tetapi hanya disembunyikan. Hang
Tuah dibebaskan dan diperintahkan untuk membela raja.

Hang Tuah bertarung dengan Hang Jebat selama berhari-hari. Hang Tuah berhasil merebut kembali
keris Taming Sari dan membunuh Hang Jebat. Pada detik-detik terakhir kematian Hang Jebat, dia
menyampaikan bahwa selama ini dia selalu membela Hang Tuah di depan raja. Hang Jebat
memberontak dan mengambil alih kekuasaan istana karena raja Malaka berlaku sewenang-wenang.
Di sisi lain, Hang Tuah justru membela raja yang telah memberinya hukuman mati tanpa alasan yang
kuat.

Anda mungkin juga menyukai