Anda di halaman 1dari 90

L aporan K inerja

K ementerian PANRB
Tahun 2014

Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
ii I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014
Daftar Isi Hal
Kata Pengantar ………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………… ii
Pernyataan Telah Direviu ……………………………………………………… iii
Ikhtisar Eksekutif ………………………………………………………………. iv

Bab I Pendahuluan ……………………………………………... 1


A. Umum ……………………………………………………………… 1
B. Organisasi Kementerian PANRB ……………………………… 2

Bab II Perencanaan Kinerja .................................................... 3


A. Rencana Strategis ………………………………………………. 3
B. Penetapan Kinerja Tahun 2014 ………………………………… 5

BAB III Akuntabilitas Kinerja……………………....…………….. 6


A. Capaian Kinerja Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik …….. 6
B. Capaian Kinerja Pengelolaan Reformasi Birokrasi Nasional.. 8
C. Capaian Kinerja Kementerian PANRB ………………………… 9
D. Realisasi Anggaran ……………………………………………… 63

BAB IV PENUTUP…………………………......................……….. 64

Lampiran:
1. Penetapan Kinerja Kementerian PANRB Tahun 2014
2. Realiasi Penetapan Kinerja Kementerian PANRB Tahun 2014
3. Kebijakan yang telah diterbiktan dan dalam proses penyusunan Tahun 2014
4. Daftar LNS yang dihapuskan dan pelimpahan tugas dan fungsi
5. Daftar Jabatan Fungsional Baru Tahun 2014
6. Daftar unit organisasi yang ditata organisasi dan tata kerjanya Tahun 2014
7. Unit inovatif pelayanan publik yang mengikuti UNPSA 2015
8. Realisasi anggaran berdasarkan sasaran Kementerian PANRB Tahun 2014

ii I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


I khtisar E ksekutif
B
irokrasi merupakan alat utama dalam yang telah ditetapkan.
penyelenggaraan negara dan pemerintah­
an karena berfungsi untuk menerjemah­ Ke depan untuk mencapai visi
kan berbagai keputusan politik ke dalam ­Kementerian PANRB berupa terwujudnya
berbagai kebijakan publik serta untuk menjamin aparatur negara yang bersih, kompeten dan
pelaksanaan kebijakan tersebut secara operasi­onal, melayani diperlukan koordinasi dan pening­
terutama dalam memberikan pelayanan publik katan ­kerjasama dengan berbagai instansi
dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, baik pusat maupun daerah. Mengingat ber­
birokrasi menjadi faktor penentu keberhasilan ke­ bagai target hanya dapat dicapai dengan me­
seluruhan agenda negara dan pemerintahan, da­ libatkan segenap instansi pemerintah pusat
lam kerangka upaya merealisasikan sebuah tata dan daerah, dalam penyelenggaraan sistem
pemerintahan yang baik (good governance). pemerintahan yang berorientasi pada hasil
(berbasis kinerja)dan bertujuan melayani serta
Secara umum capaian tata kelola memberdayakan masyarakat.
pemerintahan yang baik seperti yang ditar­
getkan dalam RPJMN 2009-2014, menun­ Untuk mendukung capaian kinerja
jukkan perkembangan yang baik, meskipun tahun 2014 telah dikeluarkan dana sebesar
bebe­rapa indikator masih memerlukan kerja Rp146.152.116,000 atau 79,36% dari pagu
keras dan perhatian tidak hanya dari Kemen­ sebesar Rp115.982.544.082. Hal tersebut
terian PANRB, namun juga komitmen, keterli­ menunjukkan adanya efisiensi/penghematan
batan seluruh instansi pemerintah. Sedangkan penggunaan anggaran apabila dibanding­
tingkat capaian kinerja sasaran Kementerian kan dengan capaian kinerja sebesar 83,89%.
PANRB sesuai dengan Penetapan Kinerja Ta­ ­Efisiensi tersebut berasal dari pengadaan
hun 2014 sebesar 83,89% yang dihitung ber­ ­barang/jasa, penghematan dalam pelaksa­
dasarkan prosentase rata-rata capaian sasa­ naan kegiatan, seperti pengurangan biaya
ran. Dari 17 sasaran ditetapkan, sebanyak 15 perjalanan dinas, mengurangi rapat konsinye­
sasaran ­dinyatakan “berhasil”, dan 2 sasaran ring yang dilaksa­nakan di hotel dan ­sinergi
dinyatakan tidak berhasil. Sasaran dinyatakan dalam ­monitoring dan evaluasi pelaksanaan
“berhasil” jika capaiannya ≥ 75% dari target kebijakan.

iv I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab I
Pendahuluan
A. Umum

B
irokrasi merupakan alat utama d ­ alam Mengingat pentingnya ­reformasi
penyelenggaraan negara dan pe­ ­birokrasi tersebut, maka dalam ­rangka
merintahan karena berfungsi untuk ­m en­d ukung arah pembangunan
menerjemahkan berbagai kepu­ ­sebagai­mana ditegaskan dalam ­Peraturan
tusan politik ke dalam berbagai kebijakan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
publik serta untuk menjamin pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka ­Menengah
ke­bijakan tersebut secara operasional, Nasional (RPJMN) 2010-2014, Kabinet
­terutama dalam memberikan pelayanan ­Indonesia Bersatu II telah menetapkan
publik dan pemberdayaan masyarakat. Oleh 11 Prioritas Nasional, dan prioritas per­
karena itu, birokrasi menjadi faktor penentu tama adalah Reformasi Birokrasi dan Tata
keberhasilan keseluruhan agenda negara ­Kelola. Hal ini menunjukkan betapa penting­
dan pemerintahan, dalam kerangka upaya nya reformasi birokrasi yang didalamnya
merealisasikan sebuah tata pemerintahan ­meliputi penataan kelembagaan, sumber
yang baik (good governance). daya manusia aparatur, ketatalaksanaan,
pengawasan dan akuntabilitas aparatur,
Dengan alasan tersebut, reformasi
serta pelayanan publik.
­ irokrasi harus dilakukan guna mewujud­
b
kan negara dan pemerintahan yang me­ Dalam rangka melaksanakan amanat
menuhi karakteristik good governance. strategis tersebut, Presiden Republik
­Reformasi birokrasi harus disertai rencana ­Indonesia telah memberikan tugas pokok
tindak (action) yang jelas serta implemen­ kepada Kementerian PANRB berdasarkan
tasinya secara konkrit dan konsekuen. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
­Dengan demikian, upaya reformasi birokrasi untuk menyelenggarakan urusan di bidang
dapat membawa implikasi yang nyata ter­ pendayagunaan aparatur negara dan refor­
hadap kinerja pelayanan publik. Dalam masi birokrasi untuk membantu Presiden
kaitan itu maka reformasi birokrasi harus dalam menyelenggarakan pemerintahan
dilaksanakan secara komprehensif dalam negara. Tugas tersebut harus senantiasa
seluruh aspek­nya dan bukan pembenahan dilaksanakan dengan penuh tanggung­
secara parsial. jawab, efektif, efisien dan akuntabel.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I1


Bab I
Pendahuluan

B. Organisasi Kementerian PANRB


B e rd a s a r k a n penyempurnaan yang Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 56
telah dilakukan terhadap Renstra Kementerian Tahun 2013, tentang Susunan Organisasi dan Tata
PANRB Tahun 2010-2014 maka perlu dilakukan Kerja Kementerian Pendayagunaan ­Aparatur
perubahan dalam struktur organisasi di Kemen­ Negara dan Reformasi Birokrasi, ­organisasi
terian PANRB, hal ini sejalan dengan kebutuhan Kementerian PANRB mengalami perubahan
terhadap suatu manajemen kinerja yang baik (right-sizing) dari 6 deputi menjadi 4 deputi.
yaitu structure follows function. Selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Menteri
PANRB Nomor 31 Tahun 2013 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian PAN dan RB dengan
bagan sebagai berikut:
1. Staf Ahli Bidang Hukum
2. Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik
3. Staf Ahli Bidang Komunikasi
Strategis dan Hubungan
Kelembagaan
4. Staf Ahli Bidang Pemerintahan
dan Otonomi Daerah
5. Staf Ahli Bidang Budaya Kerja
Aparatur

Dalam Kabinet Kerja Periode Tahun dang dalam proses restrukturisasi. Draft Per­
2014-2019, Kementerian PANRB tidak ada pres Susunan Organisasi Kementerian PANRB
jabatan wakil Menteri, dan pada saat ini yang baru tersebut menunggu pengesahan
Struktur Organisasi Kementerian PANRB se­ dari Presiden.

2 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab II
Perencanaan Kinerja
A. Rencana Strategis

D
alam pelaksanaan tugas dan fungsi lebih terarah dan operasional berupa perumusan
Kementerian PANRB dijiwai semangat tujuan strategis (strategic goals) organisasi.
dan komitmen melakukan reformasi
birokrasi pada sektor aparatur negara Dalam pelaksanaannya, Rencana Strategis
untuk mewujudkan pembaharuan dan perbaikan Kementerian PANRB 2010-2014 telah mengalami
bidang aparatur negara. Untuk mewujudkan hal revisi sejalan dengan tuntutan perubahan internal
tersebut telah ditetapkan Visi dan Misi Kementerian maupun eksternal. Demikian juga dengan Indikator
PANRB yang merupakan panduan/acuan dalam Kinerja Utama (IKU) yang digunakan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Visi dan Misi pengukuran kinerja dan pengendalian pelaksanaaan
tersebut selanjutnya dijabarkan dalam tujuan yang program dan kegiatan.

Visi dan Misi 2010-2014

VISI TUJUAN
Mewujudkan Aparatur
Negara yang Bersih, à Terwujudnya Pemerintahan yang Efektif
Kompeten dan Melayani dan efisien

à Terwujudnya SDM Aparatur yang kom-


peten dan kompetitif

à Terwujudnya pemerintah yang terbuka

MISI dan melayani

Penggerak Utama à Mewujudkan aparatur yang bersih, bebas


Reformasi Birokrasi KKN dan akuntabel

à Mewujudkan aparatur kementerian PAN-


RB yang profesional dan berkinerja tinggi

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I3


Bab II
Perencanaan Kinerja

Visi dan Misi Kementerian PANRB tersebut Birokrasi 2010-2025.


telah sejalan dengan arah kebijakan pelaksanaan
reformasi birokrasi sebagaimana tertuang dalam Berdasarkan RPJMN 2010-2014 bahwa
UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana dari 11 prioritas nasional, salah satunya adalah
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, yang
2005-2025 dan Peraturan Presiden Nomor 81 menjadi tugas Kementerian PANRB, dengan
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi indikator sebagai berikut:

Indikator Kinerja Utama Kementerian PANRB terkait Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
KONDISI TARGET KONDISI TARGET
2009 2014 2009 2014

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 50 Skor Integritas Pelayanan Publik (Daerah) 6,4 8,00
28

100% 75
% KL dengan Opini WTP atas LKK/L Score Ease of Doing Business 129
41%

% Pemda Opini WTP atas LK PD 60% Indeks Efektivitas Pemerintahan 0,5


3% -0,26

8,00 % Instansi Pemerintah yang akuntabilitasnya 80 %


Skor Integritas Pelayanan Publik (Nasional) 6,5
BAIK 17,41%

Skor Integritas Pelayanan Publik (Pusat) 6,6 8,00

Indikator prioritas nasional tersebut telah


dicantumkan sebagai Indikator Kinerja Utama
(IKU) Kementerian PANRB yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri PANRB nomor 47
Tahun 2011 tentang Indikator Kinerja Utama
di lingkungan Kementerian PANRB.

4 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab II
Perencanaan Kinerja

B. Penetapan Kinerja Tahun 2014

Penetapan Kinerja pada dasarnya kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur,
adalah pernyataan komitmen pimpinan yang dan sebagai dasar pemberian penghargaan
merepresentasikan tekad dan janji untuk (reward) dan sanksi (punishment).
mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun tertentu dengan Penetapan Kinerja Tahun 2014 merupakan
mempertimbangkan sumber daya yang tahun terakhir Renstra Kementerian PANRB,
dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja sehingga capaian kinerja tahun 2014 tersebut
antara lain untuk meningkatkan akuntabilitas, mencerminkan capaian akhir renstra 2010-2014.
transparansi, dan kinerja aparatur sebagai Penetapan Kinerja Kementerian PANRB Tahun 2014
wujud nyata komitmen antara penerima terlampir pada Lampiran-1.
amanah dengan pemberi amanah. Penetapan
kinerja digunakan sebagai dasar penilaian Untuk mewujudkan kinerja Kementerian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan PANRB Tahun 2014 tersebut didukung dengan
sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur anggaran sebesar Rp146.153.116.000 dengan
rincian sbb:

No Sasaran Strategis Anggaran (Rp)


1 Terwujudnya pemerintahan yang efektif dan efisien 18,261,856,000
2 Terwujudnya SDM Aparatur yang kompeten dan kompetitif 7,207,838,000
3 Terwujudnya Pemerintah yang Terbuka dan Melayani 19,669,719,000
4 Mewujudkan aparatur yang bersih, bebas KKN dan akuntabel 8,021,540,000
5 Mewujudkan aparatur Kementerian PANRB yang professional 92,992,163,000
dan berkinerja tinggi
Jumlah 146,153,116,000

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I5


Bab III
Akuntabilitas Kinerja
R
eformasi birokrasi pada hakikatnya Untuk mewujudkan hal tersebut dalam
merupakan upaya untuk melakukan RPJMN 2010–2014, bahwa pelaksanaan
pembaharuan dan perubahan mendasar pendayagunaan aparatur negara dalam kerangka
terhadap sistem penyelenggaraan Reformasi Birokrasi di letakkan pada prioritas
pemerintahan terutama menyangkut aspek- nasional pertama Reformasi Birokrasi dan Tata
aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan Kelola.
(business prosess) dan sumber daya manusia
aparatur, dengan tujuan mewujudkan tata kelola Keberhasilan reformasi birokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance). kelola pemerintahan yang baik (good governance)
akan tercermin dari berkurangnya tingkat korupsi
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025 bahwa dan penyalahgunaan wewenang; meningkatnya
“pembangunan aparatur negara dilakukan kualitas pelayanan publik; terbentuknya birokrasi
melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan pemerintah pusat dan daerah yang efektif, efisien,
profesionalisme aparatur negara dan untuk dan berkinerja tinggi dengan didukung oleh SDM
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di aparatur yang berintegritas dan kompeten; dan
pusat maupun daerah, agar mampu mendukung pada akhirnya mendukung terwujudnya Negara
keberhasilan pembangunan di bidang-bidang Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan
lainnya. berkeadilan.

A. Capaian Kinerja Tata


Kelola Pemerintahan yang
Baik (RPJMN 2010-2014)
Secara umum capaian indikator kinerja
tata kelola pemerintahan yang baik menunjukkan
adanya perkembangan, meskipun beberapa indikator
memerlukan kerja keras dan perhatian tidak hanya dari
Kementerian PANRB semata, namun juga komitmen
dan kerja keras seluruh instansi pemerintah dalam
rangka mencapai target-target RPJMN tersebut.

6 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Perkembangan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik 2010-2014


2009 Realisasi TARGET
TARGET Indikator Kinerja (Baseline)
2010 2011 2012 2013 2014 2014

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 50


Birokrasi yang 2,8 2,8 3,0 32 32 34
bersih dan
bebas korupsi, % KL dengan Opini WTP atas LK KL/Pusat 100
56 63 77 74 76
kolusi dan 42,17
nepotisme
% Pemda Opini WTP atas LK Daerah 60
3 9 16 27 35
2,73

Integritas Pelayanan Publik (Pusat) 6,64 7,1 6,86 7,37 7,22 8,00
Peningkatan 6,2
kualitas
Integritas Pelayanan Publik (Daerah) 6,46 6,3 6,82 n.a. 8,00
pelayanan 5,3 6,0
publik kepada
masyarakat Peringkat Kemudahan Berusaha 120 114
75
122 121 129 116

Indeks Efektivitas Pemerintahan 0,5


Peningkatan -0,29 -0,20 -0,25 -0,29 n.a. n.a.
kapasitas dan
akuntabilitas 94,05 98,76 100
Instansi Pusat 47,40 63,3 82,9 95,1
kinerja
birokrasi Pemerintah
yang Provinsi 84,85 87,88 80
3,8 31 63,3 75,8
akuntabel %
Kab/Kota 30,3 44,90 60
5,1 8,8 12,8 24,4

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian masyarakat juga telah menunjukkan perbaikan
prioritas Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik yang cukup signifikan. Skor integritas
menunjukkan perbaikan, meskipun belum pelayanan publik dan Peringkat Kemudahan
mencapai target yang ditetapkan, dengan uraian Berusaha tahun 2014 meningkat dibanding
sebagai berikut: tahun 2010, namun belum secara konsisten
dan mencapai target RPJMN.
• Terwujudnya birokrasi yang bersih dan bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme menunjukkan • Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja
perkembangan yang baik, namun belum birokrasi menunjukkan perkembangan yang
mencapai target RPJMN. Skor IPK tahun 2014 cukup baik. Untuk K/L/ dan Pemda Provinsi
sebesar 34 masih jauh dari target skor 50. telah mencapai target RPJMN, sedangkan
Instansi pemerintah pusat yang memperoleh untuk Pemda Kabupaten/Kota belum
opini WTP dari BPK yang ditargetkan 100% mencapai target yang telah ditetapkan.
hanya mencapai 76%, sedangkan untuk
pemerintah daerah hanya 35% dari target Uraian lebih lanjut mengenai capaian
60%; tata kelola pemerintah yang baik disampaikan
bersamaan dengan capaian penetapan kinerja
• Peningkatan kualitas pelayanan publik kepada Kementerian PANRB tahun 2014.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I7


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

B. Capaian Kinerja Pengelolaan Reformasi Birokrasi


Nasional
Pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi Assurance (TQA) yang melaporkan hasilnya
tingkatan makro, meso dan mikro, sehingga kepada Ketua KPRBN.
pengelolaannya meliputi issu-issu strategis
dalam mencapai sasaran jangka menengah, Untuk melaksanakan reformasi pada
membangun proses belajar berkesinambungan tingkat instansi, setiap K/L/Pemda harus memiliki
antar pemangku kepentingan, dan mengatasi isu tim reformasi sendiri. Tim ini terdiri dari dua
teknis operasional pada tingkat instansi. tingkatan yang berfungsi sebagai pengarah
yang diketuai oleh Menteri/Kepala Daerah, dan
Untuk mengefektifkan pelaksanaan tim pelaksana yang diketuai oleh Sekretaris K/L/
reformasi, dalam tahun 2014 dilakukan Pemda.
penyesuaian organisasi pengelolaan reformasi
birokrasi yang terdiri dari Komite Pengarah Berkaitan dengan UPRBN, sejak bulan
Reformasi Birokrasi Nasional (KPRBN) dan Tim Agustus 2010 s.d. Maret 2013, Ketua UPRBN
Reformasi Birokrasi Nasional (TRBN). KPRBN secara ex-officio dijabat oleh Deputi Program
diketuai oleh Wakil Presiden yang berperan dan Reformasi Birokrasi Kementerian PANRB.
antara lain menetapkan kebijakan dan strategi Selanjutnya, dengan terbitnya Keputusan
pelaksanaan reformasi birokrasi. Sedangkan TRBN Menteri PANRB Nomor 83 Tahun 2013 tentang
diketuai oleh Menteri PANRB yang berperan Perubahan Unit Pengelola Reformasi Birokrasi
antara lain merumuskan kebijakan dan strategi Nasional, Ketua UPRBN dijabat oleh Wakil Menteri
operasional reformasi birokrasi serta memantau PANRB dengan anggota beberapa Wakil Menteri,
dan mengevaluasi pelaksanaan reformasi Kepala Lembaga, Setdijen dan seluruh Deputi
birokrasi (Keppres No. 14 Tahun 2010 tentang pada Kementerian PANRB.
Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Seiring dengan Struktur Kabinet Kerja
Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Tahun 2014-2019 bahwa pada Kementerian
Nasional). PANRB tidak lagi ditunjuk seorang Wakil Menteri,
Dalam melaksanakan tugasnya TRBN maka pengelolaan Reformasi Birokrasi Nasional
dibantu oleh Unit Pengelola Reformasi yang sebelumnya diketuai oleh Wakil Menteri
Birokrasi Nasional (UPRBN) yang melaporkan tersebut perlu ditunjuk pejabat sebagai pengelola
hasilnya kepada Ketua TRBN. Untuk mengawal yang baru. Sampai dengan saat ini bentuk
pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi pengelolaan reformasi birokrasi nasional masih
dibentuk Tim Independen (TI) dan Tim Quality dalam proses pembahasan.

8 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi dalam periode


2010-2014 telah diterbitkan beberapa kebijakan strategis diantaranya:

‐ Peraturan Presiden No. 81 tahun 2010 tentang grand design reformasi


birokrasi 2010-2025;
‐ Peraturan Menteri Negara PAN dan RB tahun 2010 tentang road map
reformasi birokrasi 2010-2014 yang menjadi acuan bagi K/L/Pemda dalam
mewujudkan reformasi birokrasi di instansinya masing-masing. Dan sebagai
kelanjutannya pada saat ini sedang disusun Draft Road Map Reformasi
Birokrasi 2015-2019 yang finalisasinya akan diselaraskan dengan RPJMN
2015-2019.
‐ Peraturan Menteri PAN RB nomor 14 tahun 2014 tentang Pedoman ­Evaluasi
Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah;
‐ Peraturan Menteri PANRB nomor 27 tahun 2014 tentang Pedoman
­Pembangunan Agen Perubahan di Instansi Pemerintah.

C. Capaian Kinerja
Kementerian PANRB
Pengukuran tingkat capaian kinerja Kementerian
PANRB dilakukan dengan cara membandingkan antara
target pencapaian sasaran yang telah ditetapkan
dalam penetapan kinerja Kementerian PANRB tahun
2014 dengan realisasinya. Secara keseluruhan
tingkat capaian kinerja Kementerian PANRB tahun
2014 sebesar 84,03% yang dihitung berdasarkan
prosentase rata-rata capaian sasaran. Dari 17 sasaran,
sebanyak 15 sasaran dinyatakan “berhasil”, dan 2
sasaran dinyatakan tidak berhasil. Sasaran dinyatakan
“berhasil” jika capaiannya ≥ 75% dari target yang
telah ditetapkan. Rincian realisasi kinerja kementerian
terlampir pada Lampiran-2.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I9


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Evaluasi dan analisa capaian kinerja Kementerian PANRB sebagaimana yang telah ditetapkan,
diuraikan berdasarkan indikator sasaran pada masing-masing tujuan sebagai berikut:

1. Terwujudnya Pemerintahan yang Efektif dan Efisien


Postur pemerintahan yang efektif dan efisien digambarkan pada
organisasi pemerintah yang tepat fungsi dan ukuran dengan memenuhi
tingkat kesesuaian struktur organisasi dengan kebutuhan organisasi sehingga
dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan.

Dalam pelaksanaan tugas dan peran pembangunan dan pemerintahan


yang didelegasikan ke berbagai instansi pemerintah dinyatakan semakin
efektif ditandai dengan menurunnya tumpang tindih kewenangan. Sedangkan
efisiensi pelaksanaan digambarkan dalam sistem prosedur yang baik dengan
rasio sarana dan prasarana kerja yang proporsional.

Untuk mewujudkan tujuan pemerintahan yang efektif


dan efisien tersebut dalam tahun 2014 telah ditetapkan sasaran
strategis sebagai berikut:

1. Mewujudkan Kebijakan PANRB yang


komprehensif dan sesuai kebutuhan;

2. Mewujudkan organisasi pemerintahan yang


tepat fungsi dan tepat ukuran;

3. Terwujudnya tatalaksana pemerintahan yang


efektif dan efisien.

10 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 1.1

Mewujudkan Kebijakan PANRB yang


komprehensif dan sesuai kebutuhan
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor Tahun 2014 menjadi tahun yang sangat
56 tahun 2013 tentang Pembentukan Kemente­ strategis karena 2 kebijakan yang sangat dibu­
rian dan Lembaga, Kementerian PANRB mempu­ tuhkan dalam proses reformasi birokrasi, yaitu UU
nyai tugas utama yaitu merumuskan kebijakan No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
di bidang pendayagunaan aparatur negara dan dan UU No. 30 tahun 2014 tentang Administrasi
reformasi birokrasi. Dalam menjalankan tugas Pemerintahan telah disahkan.
tersebut, Kementerian PANRB melakukan fungsi
selain penyusunan kebijakan juga melakukan Secara umum, kebijakan strategis yang
koordinasi penerapan kebijakan serta melakukan dibutuhkan dalam pendayagunaan aparatur ne­
evaluasi atas pelaksanaan kebijakan tersebut. gara dan reformasi birokrasi dapat digambarkan
sebagai berikut:

Dalam proses penyusunan

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 11


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

2 kebijakan strategis yang masih dalam proses penyusunan adalah sebagai berikut:

RUU Sistem Pengawasan Internal RUU Tata Hubungan


Pemerintah Kewenangan
Kebijakan ini sangat dibutuhkan mengingat kualitas APIP RUU tentang Tata Hubungan
secara umum sangat lemah dan tidak mampu menjalankan Kewenangan Antara Pemerin­
peran sebagai early warning system bagi K/L dan Pemda. tah Pusat Dengan Pemerintahan
Isi dari kebijakan ini meliputi: Daerah Serta Antar Pemerintahan
Daerah (RUU TAHUB) ­me­rupakan
‐ Kewajiban kepada seluruh pimpinan instansi pemerintah amanat Pasal 18 A ayat (1) Undang
untuk merevitalisasi peran APIP; ­Undang Dasar 1945 (amandemen
‐ Kewajiban untuk melakukan sertifikasi Inspektur dan ke-2) yang me­nyatakan bahwa Tata
Auditor; Hubungan Kewenangan antara
Pemerintah Pusat, mengelimi­
‐ Pengaturan tentang standar profesionalitas APIP; nasi (duplikasi) tumpang tindih
‐ Meningkatkan peran APIP sebagai early warning system kewenangan pengelolan uru­
melalui penerapan manajemen risiko; san pemerintah antar tingkatan
­pemerintahan. Saat ini, RUU ini
Dampak yang diharapkan adalah terwujudnya masih tahap penyusunan dan
a­ paratur yang bersih dan bebas KKN, peningkatan profe­ diselaraskan dengan kebijakan ter­
sionalitas auditor dalam upaya pencegahan dan penanganan kait hubungan p­ emerintah pusat
penyimpangan serta mampu memicu peningkatan kinerja ­maupun daerah.
setiap instansi pemerintah.

Selain fondasi kebijakan di atas Kemente­ Capaian sasaran mewujudkan kebijakan PANRB
rian PANRB selama tahun 2010-2014 telah yang komprehensif dan sesuai kebutuhan adalah
menerbitkan berbagai kebijakan yang ter­ sebagai berikut:
kait dengan tugas dan fungsi Kementerian Jumlah Kebijakan terkait pelaksanaan
dalam upaya mendorong pendayagunaan PANRB yang diterbitkan
aparatur dan reformasi birokrasi. Seluruh do­ n
aka n
ebij ebijaka

127 %
kumen kebijakan tersebut dapat dilihat pada K
44 56 K
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
(JDIH) Kementerian PANRB melalui alamat
http://www.menpan.go.id/jdih

12 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Kebijakan yang akan diterbitkan semula sebanyak 65, namun berdasarkan hasil
­sinkronisasi dan harmonisasi terdapat beberapa kebijakan yang harus digabung, ­seperti
­Peraturan Pemerintah Pelaksana UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, sehingga jumlah
­kebijakan yang harus diterbitkan berkurang menjadi 44 kebijakan. Realisasi kebijakan
yang diterbitkan selama tahun 2014 sebanyak 56, yang meliputi UU, RUU, PP, RPP,
­Peraturan ­Presiden, Peraturan Menteri PANRB. Jumlah tersebut melebihi target karena
perpres terkait ­organisasi kementerian yang sebelumnya direncanakan disusun dalam 1
perpres untuk seluruh kementerian, dirubah menjadi masing-masing kementerian dalam
satu Perpres. Berikut ini ringkasan kebijakan yang diterbitkan:

Bentuk Kebijakan Target Realisasi Keterangan


‐ Undang Undang 2 1 Terbit UU Adpem, sedangkan UU Sistem
pengawasan masih dalam proses penyusunan
‐ Rancangan Undang - 2 0 RUU orgnisasi/kelembagaan pemerintah dan
Undang RUU e-govt masih dalam proses pembahasan
‐ Peraturan Pemerintah 12 6 RPP terkait pelaksanaan UU No. 5 tahun 2014
‐ Peraturan Presiden 7 20 Perpres terkait tentang organisasi kementerian/
lembaga
‐ Peraturan Menteri 21 29 PermenPAN terkait penetapan jabatan
PANRB fungsional
Jumlah 44 56
*) Rincian kebijakan yang terbit dalam tahun 2014 terlampir dalam Lampiran-2.

Meskipun secara jumlah penerbitan kebijakan melebihi target, namun terdapat beberapa
kebijakan yang masih dalam proses sinkronisasi dan harmonisasi dengan instansi terkait
atau masih dalam pembahasan tim penyusun, diantaranya UU Sistem Pengawasan dan
Peraturan Pemerintah Pelaksana UU No.5 Tahun 2014 Tentang ASN.
Di samping itu dalam tahun 2014 terdapat kebijakan lain yang diterbitkan diantaranya:
‐ Perpres 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
‐ PermenPANRB No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tatacara Reviu Atas Laporan Kinerja.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 13


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 1.2

Mewujudkan Organisasi Pemerintahan yang


tepat fungsi dan tepat ukuran
Organisasi pemerintahan merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan roda
pemerintahan karena merupakan alat untuk mencapai tujuan, sehingga perlu dilakukan
penataan. Dalam agenda reformasi birokrasi, penataan kelembagaan sangat urgen dan
strategis untuk mewujudkan kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing),
sehingga berujung pada pemerintahan yang baik, bersih dan bebas KKN.
Untuk menciptakan kondisi tersebut perlu dilakukan penataan dan penguatan organisasi
melalui kegiatan restrukturisasi/penataan tugas. Dalam proses penataan umumnya berupa
downsizing atau pengurangan struktur/ukuran, jika hasil pemetaan peta tugas dan fungsi
unit menunjukkan terdapat unit (atau
beberapa unit) yang tidak tepat fungsi
Capaian sasaran mewujudkan kebijakan PANRB
sehingga perlu dilakukan ‘penghapusan/
yang komprehensif dan sesuai kebutuhan adalah
pengecilan’ ukuran organisasi.
sebagai berikut:

Jumlah Lembaga/Unit
Jumlah Lembaga/Unit Organisasi yang efektif
Organisasi yang efektif setelah penataan
asi
setelah penataan r g anis nisasi
tO rga

290 %
0 Uni Unit O
3 87
Upaya penataan terhadap lembaga/
unit organisasi dalam periode 2010-
2014 telah dilakukan beberapa kali.
Pada tahun 2011 dilakukan evaluasi
target realisasi
terhadap beberapa Lembaga Non
Strktural (LNS). Hasilnya, sebanyak Jumlah Kementerian yang
10 LNS direkomendasikan untuk telah dievaluasi/diaudit
dibubarkan dan 4 LNS untuk diin­ n
eria n
tegrasikan ke dalam Kementerian ent nteria

94 %
K e m m e
17 16 K e
terkait karena tugas dan fungsinya
tumpang tindih.
Selanjutnya pada tahun 2012, Ke­
menterian PANRB kembali menyam­ target realisasi
paikan rekomendasi lanjutan

14 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

k­ epada Presiden tentang pengintegrasian 4 LNS ke dalam kementerian terkait dengan


tugas fungsi yang tumpang tindih dan 1 LNS direkomendasikan untuk dibubarkan.
Sebagai tindaklanjut atas rekomendasi tersebut, melalui Peraturan Presiden No. 176
tahun 2014 sebanyak 10 LNS telah dibubarkan dan pelaksanaan tugas dan fungsi dari
LNS tersebut dikembalikan ke Kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan itu.

Daftar 10 LNS yang dibubarkan


1 Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasi­ 6 Badan Pengembangan Kawasan Pengem­
onal RI bangan Ekonomi Terpadu
2 Lembaga Koordinasi dan Pengendalian 7 Badan Kebijaksanaan dan Pengenda­
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyan­ lian Pembangunan Perumahan dan
dang Cacat Pemukiman Nasional
3 Dewan Buku Nasional 8 Komite Aksi Nasional Penghapusan
Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk
Anak
4 Komite Antar Departemen Bidang Ke­ 9 Dewan Pengembangan Kawasan Timur
hutanan Indonesia
5 Komisi Hukum Nasional 10 Dewan Gula Indonesia

*) Uraian lebih lanjut tentang LNS yang dibubarkan terlampir dalam Lampiran-5.

Untuk tahun 2014 Kementerian PANRB menargetkan sebanyak 30 Unit Organisasi


yang dilakukan penataan. Namun realisasinya sebanyak 86 unit organisasi pada 27
Kementerian/Lemaga diusulkan untuk dilakukan penataan dan seluruhnya telah selesai
dilakukan. Rincian terlampir pada Lampiran-7.

Jumlah Kementerian yang telah dievaluasi/diaudit


Pelaksanaan evaluasi/audit organisasi merupakan tindak lanjut dari amanat Perpres No.
81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang menempatkan restruk­
turisasi organisasi sebagai area perubahan pertama dari Reformasi Birokrasi. Kemen­
terian PANRB kemudian membentuk Tim Penataan Organisasi K/L berdasarkan Keputusan
Menteri PANRB No. 99 Tahun 2012 yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri PANRB
No. 263 Tahun 2012.
Audit organisasi telah dilakukan sejak tahun 2012, yang diawali audit terhadap
­or­ganisasi Kementerian PANRB. Hasilnya Kementerian PANRB dirampingkan dari 6
deputi menjadi 4 deputi sesuai Perpres No. 56 Tahun 2013.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 15


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Selanjutnya dilakukan audit terhadap 15 kementerian lainnya yang menangani bidang


tugas strategis meliputi aspek pemerintahan umum, pelayanan dasar, kesejahteraan
masyarakat, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan mempu­
nyai leverage yang cukup tinggi untuk mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi di
bidang kelembagaan.
Perkembangaan hasil penataan 16 Kementerian sampai dengan 31 Desember 2014
adalah sebagai berikut:
No. Kementerian Keterangan
1. Kementerian PANRB Perpres No.56 Tahun 2013
2. Kementerian Dalam Negeri menunggu persetujuan Presiden
3. Kementerian Pertanian menunggu persetujuan Presiden
4. Kementerian Keuangan menunggu persetujuan Presiden
5. Kementerian Pekerjaan Umum menunggu persetujuan Presiden
6. Kementerian Kelautan dan Perikanan menunggu persetujuan Presiden
7. Kementerian Kehutanan menunggu persetujuan Presiden
8. Kementerian Hukum dan HAM menunggu persetujuan Presiden
9. Kementerian PPN/Bappenas menunggu persetujuan Presiden
10. Kementerian Sosial menunggu persetujuan Presiden
11. Kementerian Pendidikan dan menunggu persetujuan Presiden
Kebudayaan
12. Kementerian Kesehatan menunggu persetujuan Presiden
13. Kementerian Agama menunggu persetujuan Presiden
14. Kementerian BUMN Perpres No.14 Tahun 2014
15. Kementerian Perumahan Rakyat menunggu persetujuan Presiden
16. Kementerian Koperasi dan UKM menunggu persetujuan Presiden

Dalam tahun 2014 juga telah disusun aristektur kabinet hasil Pemilu 2014 sebagai re­
komendasi arsitektur kabinet kepada Presiden terpilih dalam menyusun kabinetnya dan
penataan organisasi Kementerian Negara pada Kabinet Kerja.
Selain itu berdasarkan Keputusan Presiden No. 121/P Tahun 2014 tentang Pembentu­
kan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019,
telah dibentuk 34 Kementerian yang terdiri dari 2 Kementerian baru, 11 Kementerian
yang mengalami perubahan, dan 21 Kementerian tetap. Terhadap seluruh Kementerian
tersebut sedang dilakukan penataan organisasi termasuk organisasi Eselon II ke bawah.

16 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 1.3

Terwujudnya tatalaksana pemerintahan yang efektif


dan efisien
Upaya mencapai pemerintahan yang Capaian sasaran terwujudnya tatalaksana
baik tercermin dalam berbagai bidang pemerintahan yang efektif dan efisien adalah
yang memiliki peran yang penting sebagai berikut:
dalam gerak roda pemerintahan yang
meliputi bidang politik, ekonomi, Jumlah urusan pemerintah
sosial, dan hukum. Pemerintahan yang strategis yang telah dilakukan
baik berfungsi secara efektif dan efisien penataan bisnis prosesnya
dalam upaya pencapaian tujuan yang
n

100 %
telah ditetapkan. rusa an
2 u 2 urus
Untuk mengetahui tatalaksana peme­
rintahan yang efektif dan efisien terse­
but, Kementerian PAN RB melakukan
reviu terhadap bisnis proses urusan
pemerintahan yang strategis. Tujuan­
nya adalah mewujudkan rangkaian proses dan kegiatan penyelenggaraan urusan peme­
rintahan secara tepat, benar, dan terukur berdasarkan pembagian kewenangan yang telah
ditetapkan.
Dalam tahun 2014 urusan pemerintah strategis yang telah reviu bisnis prosesnya adalah:
‐ Urusan bidang ketahanan pangan yang menyangkut tugas dan fungsi Kementerian
­Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian
‐ Urusan bidang pendidikan tinggi keagamaan yang menyangkut tugas dan fungsi Kemen­
terian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.
Kesepakatan yang diperoleh adalah adanya pembagian tugas yang jelas antara masing-­
masing kementerian yang menangani urusan pemerintahan strategis tersebut sehingga tidak
terjadi overlapping (tumpang tindih) tugas dan fungsi, tetapi justru saling melengkapi.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 17


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Terwujudnya SDM Aparatur yang Kompeten dan Kompetitif


2. SDM Aparatur yang kompeten dan kompetitif dimaksudkan sebagai
suatu kondisi dimana SDM aparatur mampu melaksanakan fungsi pengaturan,
pengelolaan, dan pengendalian dalam manajemen pemerintahan yang berorientasi
pada fungsi pemberdayaan (empowering), kesempatan (enabling), keterbukaan
(democratic), dan kemitraan (partnership) dalam pengambilan keputusan,
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Tugas pokok dan fungsi dari SDM aparatur meliputi:


1. menjadi pelayan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang baik;
2. menjadi penyangga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. menjadi motivator dalam proses memberdayakan masyarakat untuk
berperan aktif dalam pembangunan;
4. menjadi innovator dan kreator dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru
di bidang pelayanan masyarakat sehingga dapat diwujudkan pelayanan
yang baru, efektif dan efisien; serta
5. menjadi inisiator yang selalu bersemangat menjalankan tugasnya dilandasi

dengan nilai- nilai keikhlasan dan ketulusan.

Dalam mewujudkan reformasi birokrasi penataan jumlah aparatur CPNS


yang direkrut dan ditempatkan sesuai dengan formasi (termasuk honorer)
merupakan sebuah upaya untuk merasionalisasi jumlah pegawai pada seluruh
instansi pemerintah pusat maupun daerah.
Untuk mewujudkan aparatur yang kompeten dan kompetitif dalam tahun
2014 telah ditetapkan sasaran strategis sebagai berikut:

1. Mewujudkan sistem rekrutmen yang terbuka dan independen;

2. Terwujudnya sistem penempatan dan promosi yang kompetitif dan


terbuka;

3. Terwujudnya sistem pengembangan SDM Aparatur berbasis Kompetensi


jabatan.

18 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 2.1

Mewujudkan Sistem Rekrutmen yang Terbuka


dan Independen
Dalam rangka mewujudkan PNS yang pro­
Capaian terwujudnya sistem rekrutmen yang
fesional, berkualitas dan bertanggungjawab
terbuka dan independen adalah sebagai
diperlukan PNS yang kompeten melalui sistem
berikut:
pengadaan yang baik dan bebas dari korup­
si, kolusi dan nepotisme. Untuk mendukung % K/L/Pemda yang
hal tersebut diperlukan sistem rekrutmen telah menerapkan
PNS yang dilaksanakan secara terbuka dan rekrutmen terbuka

100 %
independen yaitu mulai dari proses pengumu­
%
man penerimaan sampai dengan penentuan 100 100 %
kelulusan diinformasikan secara luas kepada
masyarakat dan bebas dari intervensi politik
atau kepentingan lainnya. target realisasi

% K/L/Pemda yang
mendapatkan alokasi formasi
% K/L/Pemda yang telah CPNS dari pelamar umum dan
menerapkan rekrutmen telah menerapkan kebijakan
terbuka pengadaan dengan Sistem CAT

100 %
Sejak berakhirnya kebijakan moratorium, %
100 100 %
mulai tahun 2013 kembali dilakukan
rekrutmen terhadap CPNS. Pelaksanaan
rekruitmen tersebut dilakukan secara ter­ target realisasi
buka, yaitu sejak pengumuman pendaf­
taran, sampai dengan pengumuman hasil
seleksi dilakukan secara transparan dan objektif.
Tahun 2013 sebanyak 324 instansi pemerintah (K/L/Pemda) telah mendapatkan tam­
bahan formasi PNS. Pemenuhan tambahan formasi tersebut berasal dari pelamar
umum dan Tenaga Honorer Kategori-II. Untuk pelamar umum didasarkan pada anali­
sis dan evaluasi pemetaan kebutuhan pegawai dari masing-masing instansi pemerin­
tah, sedangkan untuk tenaga honorer K-II berdasarkan PP 56 Tahun 2013.
Sedangkan dalam tahun 2014 telah diberikan tambahan formasi kepada 465 instansi

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 19


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

pemerintah (K/L/Pemda). Untuk memenuhi formasi tersebut sebanyak 423 K/L/Pemda


telah melaksanakan rekrutmen, 2 provinsi yaitu Papua dan Papua Barat serta 35 Kab/
Kota di wilayah Papua dan Papua Barat ditunda pelaksanaan rekrutmen CPNS-nya
dengan alasan belum menyelesaikan proses pemberkasan penerimaan CPNS tahun
sebelumnya serta 5 Kab/Kota tidak jadi melaksanakan test. Dari 423 K/L/Pemda yang
melaksanakan test, baru sebanyak 146 yang telah mengumumkan hasil TKD dan TKB,
sedangkan sebanyak 277 K/L/Pemda masih dalam proses.

Perkembangan pelaksanakan TKD dan TKB tahun 2014:

Kab/
Uraian K/L Prov. Jml
Kota
· Jumlah IP yang mendapat Formasi 69 28 368 465
· Jumlah yang telah melaksanakan test 69 26 328 423
· Jumlah yang belum melaksanakan test - 2 40 42
· Jumlah yang telah mengumumkan Hasil test 15 12 119 146
· Jumlah yang belum mengumumkan Hasil test 54 14 209 277

Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam ma­
najemen ASN, mulai tahun 2014 pengajuan formasi dilakukan melalui aplikasi e-for-
masi. Dengan e-formasi mempercepat proses administrasi serta menjamin keakuratan
data terkait dengan peta jabatan, jumlah pegawai, posisi penempatan pegawai, alo­
kasi kekurangan dan kelebihan pegawai.
Adapun data yang harus dimuat dalam aplikasi e-formasi antara lain:
‐ Peta jabatan pada setiap unit organisasi melalui analisis jabatan (nama jabatan,
ikhtisar jabatan, tugas jabatan, kompetensi jabatan, dst);
‐ Jumlah kebutuhan pegawai dalam jangka waktu tertentu minimal 5 tahun yai­
tu dari tahun 2014 s.d 2018 pada setiap unit organisasi melalui hasil analisis
beban kerja;
‐ Jumlah riil pegawai pada setiap unit organisasi;

‐ Jumlah pegawai yang akan mencapai batas usia pensiun setiap tahunnya dari
tahun 2014 s.d. 2018;
‐ Perkiraan kekurangan/kelebihan pegawai pada setiap unit organisasi.

20 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

% K/L/Pemda yang mendapatkan alokasi formasi CPNS


dari pelamar umum dan telah menerapkan kebijakan
pengadaan dengan Sistem CAT
Untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam proses rekruitmen CPNS, pelak­
sanaan Tes Kemampuan Dasar (TKD) maupun Tes Kemampuan Bidang (TKB) dilaku­
kan dengan Sistem CAT. Sistem ini menggunakan bantuan komputer, dimana soal
dan pilihan jawaban ada di layar monitor dan peserta secara langsung menjawab soal
dengan cara meng“klik” pada jawaban yang tersedia dan nilai/skor langsung dapat
diketahui setelah berakhirnya test tersebut. Penerapan sistem CAT dengan benar akan
menjamin pelaksanaan seleksi CPNS yang kompetitif, transparan dan bebas dari prak­
tek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta lebih murah.
Penggunaan sistem CAT telah dimulai sejak tahun 2013, meskipun baru 73 dari 324
instansi atau 22,53% yang menggunakan sistim ini, dengan alasan sarana dan prasa­
rana yang dimiliki belum memadai. Namun mulai tahun 2014 seluruh instansi peme­
rintah (100%) yang melaksanakan test pada rekruitmen CPNS telah menggunakan
sistem CAT.
Di tahun 2014 seluruh instansi pemerintah yang melaksanakan rekrutmen CPNS wajib
menggunakan sistem CAT. Hal ini sebagaimana yang dimaksud dengan Surat Edaran
Menteri PANRB Nomor B-2432/M.PAN.RB/7/ 2013 tanggal 29 Juli 2013 yang meng­
harapkan seluruh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) instansi pemerintah, baik pu­
sat maupun daerah, untuk menyiapkan sarana dalam rangka mendukung pelaksa­
naan sistem CAT dimaksud.
Penerapan Sistim CAT Tahun 2013 dan 2014
IP yang melak- IP yang menerapkan
Instansi Pemerintah %
sanakan tes CAT
Tahun 2013
· Kementerian/Lembaga 70 50 71.43
· Provinsi 23 8 34.78
· Kabupaten/Kota 231 15 6.49
Jumlah 324 73 22.53
Tahun 2014
· Kementerian/Lembaga 69 69 100
· Provinsi 28 28 100
· Kabupaten/Kota 368 368 100
Jumlah 465 465 100

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 21


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Instansi pemerintah yang mendapatkan tambahan alokasi formasi tahun 2014 tetapi
belum menyelenggarakan test CPNS adalah Papua dan Papua Barat beserta Kab/Kota
di lingkungan Papua dan Provinsi Papua Barat. Pemerintah Daerah tersebut meminta
penundaan dan pelaksanaan test akan dillakukan pada tahun 2015.

Sasaran 2.2
Terwujudnya Sistem Penempatan dan Promosi yang
Kompetitif dan Terbuka
Capaian terwujudnya sistem penempatan dan
Salah satu langkah penting untuk mening­
promosi yang kompetitif dan terbuka adalah
katkan profesionalisme SDM aparatur adalah
sebagai berikut:
melalui perubahan sistem atau mekanisme
rekruitmen yang berbasis pada kompetisi. Yang % K/L/Pemda yang
menarik dari perubahan mekanisme ini adalah telah menerapkan
adanya lelang jabatan (job tender) dan fit and PP 46/2011

100 %
poper test.
%
100 100 %
Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 ten­
tang ASN bahwa untuk pengisian jabatan
pimpinan tinggi utama dan madya K/L/Pemda
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di target realisasi
kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendi­ Jumlah K/L/Pemda yang
dikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan telah melaksanakanan
­integritas serta persyaratan lain yang dibutuh­ promosi jabatan secara terbuka
kan. untuk pejabat /Ko
ta
Kab /Kota)
0
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk men­ Eselon I dan II 10 Prov., 2ov., 9 Kab
6 Pr

80 %
,
K/L
jamin obyektifitas, keadilan dan transparansi 20 K/L,
/P ( (25
0 K/L K/L/P
pengisian jabatan struktural pimpinan tinggi, 5 40
sehingga mendapatkan pejabat yang pro­
fessional, berkinerja tinggi, memiliki kompeten­
si yang sesuai dengan uraian dan syarat jabatan target realisasi
serta memiliki integritas yang jelas.

22 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

% K/L/Pemda yang telah menerapkan PP 46/2011


Kinerja organisiasi yang tinggi seharusnya berbanding lurus dengan prestasi
pegawai yang tinggi pula. Untuk itu mulai tahun 2014 telah diterapkan Pe­
nilaian Prestasi Kerja Pegawai sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 46 Ta­
hun 2011. Tujuan penilaian prestasi kerja ini adalah untuk menjamin objek­
tivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan
sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggunakan gabungan
parameter Sasaran Kerja PNS (SKP) dan perilaku kerja. Penilaian prestasi kerja
merupakan rangkaian proses manajemen kinerja, berawal dari penyusunan pe­
rencanaan prestasi kerja yang berupa Sasaran Kerja Pegawai (SKP), penetapan
tolok ukur yang meliputi aspek kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya dari setiap
kegiatan tugas jabatan. Penilaian SKP dilakukan dengan cara membandingkan
antara realisasi kerja dengan target yang telah ditetapkan selama satu tahun.
Sedangkan penilaian perilaku kerja meliputi aspek orientasi pelayanan,
­integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. Bobot nilai SKP
60% dan perilaku kerja 40%. Bagi PNS yang capaian kinerjanya kurang dari
25% akan diberikan hukuman disiplin berat sesuai dengan PP No. 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS.
Penerapan SKP sudah dimulai sejak tahun 2013 meskipun sifatnya masih
­uji­coba, namun sejak tanggal 1 Januari 2014 seluruh PNS telah menyusun SKP
dan akhir tahun 2014 telah dilakukan penilaian berdasarkan capaian atas sasa­
ran kerja PNS dan perilaku kerja tersebut.

Jumlah K/L/Pemda yang telah melaksanakanan promosi


jabatan secara terbuka untuk pejabat Eselon I dan II
Tujuan promosi terbuka adalah untuk mendapatkan pegawai terbaik dan
menghindari terjadinya politisasi birokrasi dan KKN. Untuk bisa menduduki ja­
batan struktural yang diinginkan, pegawai harus berkompetisi secara sehat,
bukan atas dasar suka atau tidak suka (like and dislike). Promosi terbuka juga
memberikan kesempatan yang sama kepada pegawai negeri di seluruh tanah
air untuk bisa mengembangkan karirnya.
Target K/L/Pemda yang melaksanakanan promosi jabatan secara terbuka ­untuk
pejabat Eselon I dan II sebanyak 50 K/L/P merupakan target kumulatif s.d. ­tahun
2014. Realisasi sampai dengan tahun 2014 sebanyak 40 K/L/P (25K/L; ­6 Prov; 9

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 23


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Kab/Kota) dengan rincian sebagai berikut:


‐ Tahun 2013, instansi pemerintah yang melakukan promosi, sebanyak 13
K/L dan 4 Pemda yaitu Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelau­
tan dan Perikanan, BAKORKAMLA, BSN, Kementerian koordinator Bidang
Kesejahteraan, LIPI, Kementerian Pertanian, ANRI, Kementerian Hukum
dan HAM, BKN, LAN, Kementerian PANRB, Kementerian Keuangan, Kab.
Batang, Kota Palembang, Kota Samarinda dan Provinsi DKI Jakarta.
‐ Tahun 2014 jumlah instansi pemerintah yang melakukan promosi terbuka
sebanyak 12 K/L dan 11 Pemda yaitu BPOM, BNP2TKI, Kementerian Ristek,
Kementerian Kesehatan, BNN, Sekretaris Ombudsman, Perpusnas, BKKBN,
Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, LKPP,
Kota Bandung, Prov. Kaltim, Prov. Jateng, Kab. Garut, Kab. Jembrana, Kab.
Cirebon, Prov. Banten, dan Kab. Bone Bolango. Provinsi Kalimantan Tengah,
Prov. Sulawesi Tengah, dan Kab. Ciamis.

Sasaran 2.3
Capaian terwujudnya sistem pengembangan
Terwujudnya Sistem SDM aparatur berbasis kompetensi jabatan
Pengembangan SDM adalah sebagai berikut:

Aparatur Berbasis Jumlah K/L/P yang memiliki


standar kompetensi jabatan
Kompetensi Jabatan struktural

83 %
/P /P
Untuk mendukung reformasi birokrasi dibu­ K/L
30 25 K/L
tuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) apara­
tur yang kompeten dan berkualitas agar
mampu menjalankan tugas dan tanggung
target realisasi
jawabnya. Pengembangan SDM bertujuan
meningkatkan keterampilan, keahlian dan
kompetensi tenaga yang pada akhirnya Jumlah jabatan fungsional baru
mampu meningkatkan pelayanan kepada yang ditetapkan
masyarakat. Program Peningkatan SDM ber­ n n

180 %
ata
basis kompetensi bertujuan meningkatkan 0 Jab Jabata
1 18
kualitas dan produktivitas
Untuk mengantisipasi kebutuhan percepatan
reformasi birokrasi diperlukan SDM aparatur target realisasi
yang memiliki kompetensi dalam penyeleng­

24 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

garaan negara dan pembangunan. Kebutuhan tersebut memerlukan peningkatan mutu


profesionalisme dan sikap pengabdian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
pembinaan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Jumlah K/L/Pemda yang memiliki standar kompetensi jabatan


struktural
Pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip pro­
fesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat
yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya. Untuk men­
dukung terwujudnya profesionalisme tersebut diperlukan standar kompetensi
jabatan yang wajib dimiliki oleh setiap PNS, yang terdiri dari Standar Kompe­
tensi Teknis dan Standar Kompetensi Manajerial (bagi pejabat struktural).
Selanjutnya dalam UU ASN diatur bahwa pengangkatan PNS dalam jabatan
tertentu berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi,
dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi,
dan persyaratann yang dimiliki oleh pegawai.
Untuk tahun 2014 jumlah instansi pemerintah yang memilik standar kompe­
tensi jabatan struktrual sebanyak 25 K/L/P atau 83% dari target 30 K/L/P. Jum­
lah tersebut terdiri dari 13 K/L dan 9 Provinsi, dan 3 kab/Kota. Sehingga sampai
dengan tahun 2014 jumlah instansi pemerintah yang memiliki standar kompe­
tensi sebanyak 43 instansi pemerintah yang terdiri dari 22 K/L, 14 Provinsi dan
7 kab/kota.

Jumlah jabatan fungsional baru yang ditetapkan


“Miskin struktur kaya fungsi”, sebuah motto yang tidak asing dalam or­ganisasi.
Namun hal ini tidak mudah diterapkan. Banyak instansi yang terjebak dengan
keberadaan struktur yang gemuk, tapi tidak mampu berfungsi dengan baik.
Untuk penguatan fungsi-fungsi dalam tubuh birokrasi, salah satu cara yang
ditempuh adalah dengan memperkaya jabatan fungsional. Kebijakan ini di­
harapkan mampu mendorong organisasi untuk berkinerja tinggi.
Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum
dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok
dalam organisasi Pemerintah. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil terdiri

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 25


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan.


Perkembangan penerapan jabatan fungsional semakin banyak dibanding dengan ta­
hun-tahun sebelumnya. Pada Tahun 2013 ditetapkan sebanyak 5 jabatan fungsional
baru yang meliputi Pembimbing Kesehatan Kerja, Pengawas Mutu Pakan, Pemeriksa
Perlindungan Varietas, Pemeriksa Disain Industri dan Pemeriksa Pembina Jasa Konstruk­
si. Sedangkan dalam tahun 2014 telah dibentuk 18 jabatan fungsional baru atau 180%
dari target 10 jabatan, dengan rincian sebagai berikut:

Nama Jabatan
No Instansi Pembina PermenPANRB
Fungsional
1 Polisi Pamong Praja Kementerian Dalam Negeri No. 4 Tahun 2014
2 Penyuluh Hukum Kementerian Hukum dan HAM No. 3 Tahun 2014
3 Pemeriksa Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM No. 8 Tahun 2014
4 Analis Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM No. 7 Tahun 2014
5 Analis Keuangan Pemerintah Kementerian Keuangan No. 42 Tahun 2014
Pusat dan Daerah
6 Pelelang Kementerian Keuangan No. 43 Tahun 2014
7 Analis Manajemen Mutu Industri Kementerian Perindustrian No. 45 Tahun 2014
8 Pengamat Tera Kementerian Perdagangan No. 33 Tahun 2014
9 Pranata Laboratorium Kemetro­ Kementerian Perdagangan No. 34 Tahun 2014
logian
10 Pengawas Kemetrologian Kementerian Perdagangan No. 35 Tahun 2014
11 Analis Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian No. 38 Tahun 2014
12 Pengelola Ekosistem Laut dan Kementerian Kelautan dan No. 44 Tahun 2014
Pesisir Perikanan
13 Penguji Keselamatan dan Kementerian Tenaga Kerja dan No. 36 Tahun 2014
­Kesehatan Kerja Transmigrasi
14 Rescuer Badan SAR Nasional No. 10 Tahun 2014
15 Analis APBN Sekretariat DPR No. 39 Tahun 2014
16 Pelatih Olahraga Kementerian Pemuda dan No. 40 Tahun 2014
Olahraga
17 Asisten Pelatih Olahraga Kementerian Pemuda dan No. 41 Tahun 2014
Olahraga
18 Penyuluh Narkoba Badan Narkotika Nasional No. 46 Tahun 2014

Selama tahun 2010 s.d. 2014 telah dibentuk jabatan fungsional baru sebanyak 44 jabatan,
­sehingga s.d. tahun 2014 menjadi sebanyak 142 jabatan fungsional.

26 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Selain jabatan fungsional baru tersebut juga pada tahun 2014 telah dilakukan revisi ter­
hadap 10 peraturan atas jabatan fungsional yang telah diterbitkan sebelumnya, yaitu:

Nama Jabatan
No Instansi Pembina PermenPANRB
Fungsional
1 Penguji Mutu Barang Kementerian Perdagangan No. 37 Tahn 2014
2 Penera Kementerian Perdagangan No. 32 Tahun 2014
3 Pengantar Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan No. 5 Tahun 2014
Transmigrasi
4 Perawat Kementerian Kesehatan No. 25 Tahun 2014
5 Perawat Gigi Kementerian Kesehatan No. 23 Tahun 2014
6 Pranata Hubungan Masyarakat Kementerian Kesehatan No. 6 Tahun 2014
7 Widyaiswara LAN No. 22 Tahun 2014
8 Pustakawan Perpustakaan Nasional No. 9 tahun 2014
9 Pranata Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional No. 2 Tahun 2014
10 Penerjemah Sekretariat Negara No. 49 Tahun 2014

Terwujudnya Pemerintahan yang Terbuka dan Melayani


3. Pemerintahan yang terbuka diwujudkan dalam bentuk pemberian
informasi publik yang transparan mengenai rencana pembuatan kebijakan
publik, program kebijakan publik, proses pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik yang mempengaruhi hajat
hidup orang banyak. Oleh karena itu, perlu disusun sistem dan mekanisme
pemberian informasi publik yang memungkinkan peran aktif masyarakat
untuk ikut serta dalam proses pengambilan dan pengawasan pelaksanaan
kebijakan publik secara transparan dan akuntabel. Tujuannya tidak lain
untuk meningkatkan kinerja aparatur negara dalam memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat.

Pemerintahan yang Terbuka dan Melayani sejalan dengan program


percepatan reformasi birokrasi yaitu Program Peningkatan Pelayanan Publik
dengan rencana aksi inovasi-inovasi dalam memperbaiki Ease Of Doing
Business; penerapan standar pelayanan, pengelolaan pengaduan; penilaian
IKM dan peningkatan efektivitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 27


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk mewujudkan pemerintah yang terbuka dan melayani ditetapkan sasaran


strategis sebagai berikut:

1. Terwujudnya efektifitas pelaksanaan reformasi birokrasi;

2. Mewujudkan pelayanan publik yang terus menerus meningkat


kualitasnya;

3. Mewujudkan sistem penanganan pengaduan masyarakat yang terbuka


dan responsif;

4. Mewujudkan sistem pemerintahan yang informatif.

Sasaran 3.1

Terwujudnya efektifitas pelaksanaan reformasi


birokrasi
Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan efektivitas pelaksanaan reformasi
birokrasi di lingkungan instansi pemerintah. Tingkat efektivitas pelaksanaan RB diukur
melalui persentase instansi pemerin­
tah yang telah melaksanakan RB sesuai Capaian sasaran terwujudnya efektifitas
dengan kebijakan reformasi birokrasi pelaksanaan reformasi birokrasi adalah
nasional. sebagai berikut:
Dalam rangka mendorong efektifitas Jumlah K/L/Pemda yang RB-
tersebut sejak tahun 2011 s.d 2014 nya kategori Baik
telah dilaksanakan serangkaian sosialisasi
dan capacity building/bimbingan teknis
berbagai kebijakan pelaksanaan RB, /P /P

68 %
K/L
pedoman penyusunan rencana aksi RB/ 75 51 K/L

road map RB, strategi pelaksanaan RB


dan pedoman pelaksanaan monitoring
dan evaluasi.
target realisasi

28 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk mengukur kemajuan pelaksanaan serta memberikan saran perbaikan reforma­


si birokrasi di instansi pemerintah, Kementerian PANRB telah menerbitkan Peraturan
Menteri PANRB nomor 14 tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi
Instansi Pemerintah. Pada awalnya evaluasi akan dilakukan terhadap seluruh K/L/Pem­
da dalam rangka menyusun indeks RB. Namun karena pemda belum siap dilakukan
verifikasi (hanya 7 provinsi dan 28 kabupaten/kota yang telah menyampaikan hasil
PMPRB), maka evaluasi penerapan RB baru dilakukan pada K/L.
Meskipun belum dilakukan evaluasi kami meyakini bahwa telah terdapat kemajuan
yang signifikan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di pemerintah daerah. Hal ini
dapat ditunjukkan antara lain dengan kualitas pelayanan publik yang semakin mem­
baik, pelaksanaan penerimaan CPNS yang semakin transparan, pelaksanaan promosi
jabatan secara terbuka yang dilakukan di berbagai daerah serta trend nilai akuntabilitas
kinerja yang meningkat.
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi yang dilakukan dalam tahun
2014 menunjukkan bahwa sebanyak 51 K/L atau 66,23% dari 77 K/L, dinilai ”baik”
dalam melaksanakan reformasi birokrasi. Realisasi tersebut melebihi dari target 15 K/L
atau 340%. Namun apabila dibandingkan dengan keseluruhan target termasuk pemda
(prov/kab/kota) maka capaiannya sebesar 68%. Tingginya capaian K/L dikarenakan:
‐ terbentuknya kesadaran sebagian besar K/L dalam melaksanakan reformasi b­ irokrasi
sebagai suatu upaya dalam mewujudkan good governance dan bukan sekedar
­sebagai pemenuhan atau formalitas saja.
‐ Adanya bentuk evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi yang baru yang lebih jelas
sasaran dan kriteria pencapaiannya, sehingga memudahkan K/L dalam menilai
­kemajuan dan menyusun tindak lanjut pelaksanaan reformasi birokrasi.
Sampai dengan tahun 2014 jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi
sebanyak 81 K/L dan sebagai penghargaan atas pelaksanan reformasi birokrasi dan
efisiensi pelaksanaan anggaran, sebanyak 74 K/L telah diberikan tunjangan kinerja dan
7 K/L lainnya masih dalam proses yaitu sebanyak 5 K/L yang sedang proses usulan tun­
jangan kinerja dan 2 K/L yang sedang proses grading. Di samping itu dari K/L yang telah
mendapat tunjangan kinerja, sebanyak 10 K/L sedang mengajukan proses penyesuaian
tunjangan kinerja.
Sedangkan untuk pemda jumlah yang telah menyampaikan hasil Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) tahun 2014 hanya 7 Provinsi, 18 kabupaten
dan 10 Kota. Namun perkembangannnya belum diketahui karena belum dievaluasi.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 29


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 3.2
Capaian mewujudkan pelauanan publik yang
Mewujudkan pelayanan terus menerus meningkat kualitasnya adalah
publik yang terus sebagai berikut:

menerus meningkat IPK (indeks Persepsi Korupsi)

85 %
kualitasnya 40 34

Pelayanan publik yang baik merupakan muara dari


sebuah reformasi birokrasi, oleh karenan itu upaya
memperbaiki kinerja organisasi layanan publik target realisasi
­harus dilakukan secara terus menerus sehingga
peringkat ease of doing
masyarakat dapat menerima layanan sesuai dengan
kebutuhannya. Cara yang harus dilakukan adalah business

86 %
melakukan perbaikan terhadap manajemen kua­ 100 114
litas pelayanan (service quality management), dan
melakukan monitoring dan pengukuran kinerja
pelayanan secara periodik untuk mengidentifikasi
tingkat kesenjangan yang terjadi dan mengiden­ target realisasi
tifikasi apakah tingkat kualitas pelayanan publik jumlah instansi pemerintah
sudah lebih baik daripada sebelumnya.
yang membuat inovasi
pelayanan publik
IPK (Indeks Persepsi Korupsi)

100 %
IP
99 99 IP
Indeks persepsi korupsi merupakan
­pengukuran terhadap tingkat korupsi di
suatu negara yang dilakukan secara berkala
oleh Lembaga Transparency International. target realisasi

Sejak diluncurkan pada tahun 1995, Corrup- Jumlah unit inovatif


tion Perceptions Index (CPI) atau yang kita
pelayanan publik yang
kenal sebagai Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
digunakan oleh banyak negara sebagai refe­ mengikuti UNPSA
rensi tentang situasi korupsi. IPK merupakan t t

109 %
uni
33 36 uni
indeks gabungan yang mengukur persepsi
korupsi secara global. Indeks gabungan
ini berasal dari 13 (tiga belas) data korupsi
yang dihasilkan oleh berbagai lembaga in­
target realisasi
dependen yang kredibel. Di Indonesia IPK

30 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

digunakan oleh KPK dalam mengukur tingkat persepsi korupsi di sektor publik, yaitu
korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara dan politisi.
Untuk tahun 2014 Transparency Internasional telah mengeluarkan laporan tahunan
Indeks Persepsi Korupsi 2014 dan Indonesia memperoleh skor 34 atau urutan ke 109
dari 175 negara. Sedikit membaik dibanding tahun lalu, di mana Indonesia ada di urutan
ke 114 dengan skor 32. Namun dibanding dengan target tahun 2014 sebesar 50 maka
peningkatan skor masik jauh dari target RPJMN.
Dibanding dengan negara-negara asean perkembangan indeks persepsi korupsi juga
masih dibawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Philipina.
Peningkatan Skor IPK Indonesia selama dua tahun terakhir didorong oleh efektivitas
pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Di sisi lain, optimisme publik
dan keberhasilan KPK dalam upaya penegakan hukum memberikan warna lain. Upaya
­penegakan hukum di bidang korupsi politik dan korupsi di sektor strategis justru ­menguak
tabir stagnasi tersebut.

Peringkat ease of doing business (kemudahan berusaha)


Survei tentang kemudahan berusaha telah menjadi magnet untuk menarik investor
menanamkan modal ke suatu negara. Sebab, dengan masuknya modal maka ekonomi
bergerak, pengangguran berkurang, dan tingkat kemiskinan pun menurun. Berbagai
upaya telah dilakukan agar target tahun 2014 skor kemudahan berusaha bisa naik ke
peringkat 100.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan menetapkan Paket Kebijakan
Kemudahan Berusaha yang meliputi 8 bidang yang menjadi sasaran perbaikan yaitu:
memulai usaha (Starting a Business) penyelesaian perkara kepailitan
(Resolving Insolvency)
penyambungan tenaga listrik (Getting pencatatan kepemilikan hak atas tanah dan
Electricity) bangunan (Registering Property)
pembayaran pajak dan premi asuransi perizinan terkait dengan pendirian bangunan
(Paying Taxes/Insurance Premium) (Dealing with Construction Permits)
penyelesaian perkara perdata perjanjian perolehan kredit (Getting Credit)
(Enforcing Contract)

Selanjutnya ditetapkan 17 langkah (rencana aksi) yang melibatkan seluruh instansi terkait,
BUMN/D dan Pemerintah Daerah yang merupakan ujung tombak pelayanan maupun
pemberian izin-izin yang berkaitan dengan kegiatan berusaha.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 31


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Berdasarkan hasil survey yang dirilis oleh Bank Dunia bahwa pada tahun 2014 Indonesia berada
pada peringkat 114 dari 189 negara. Peringkat tersebut mengalami lompatan yang cukup signifikan
dari peringkat 121 di tahun 2010. Namun peringkat tersebut masih dibawah target RPJMN pada
tahun 2014 yaitu peringkat 100.
Perkembangan peringkat Kemudahan Berusaha sejak tahun 2010 s.d. 2014

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Peringkat 121 129 116 120 114

Dibanding dengan negara tetangga seperti Brunei Darussalam (peringkat 101), Filipina (peringkat
95), Vietnam (peringkat 78), Thailand (peringkat 26), dan Malaysia (peringkat 18), bahkan S­ ingapura
yang menduduki peringkat pertama peringkat Indonesia masih sangat jauh.

Jumlah instansi pemerintah yang membuat inovasi pelayanan


publik
Percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui pendekatan multi
­dimensi. Selain mendorong perbaikan pada aspek proses dan pencapaian hasil melalui
kebijakan formal, percepatan juga dilakukan dengan menyediakan ruang bagi K/L/
Pemda untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi. Penerapan One Agency-One
Innovation (OAOI) bertujuan agar setiap K/L/Pemda menghasilkan program/kegiatan
inovatif setiap tahun.
Upaya yang dilakukan untuk mendorong tumbuhnya One Agency-One Innovation
salah satunya dengan mengadakan kompetisi inovasi pelayanan publik atas praktik
­inovasi dari jenis atau beberapa jenis pelayanan yang dilakukan di setiap K/L/Pem­
da. Untuk memudahkan dalam mengumpulkan praktik inovasi dari seluruh instansi
­pemerintah telah dibangun aplikasi Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik berbasis
internet d
­ engan nama “Sinovik”.
Tahun 2014 Kementerian PANRB menetapkan sebagai tahun inovasi pelayanan publik,
dengan program One Agency-One Innovation. Program ini diharapkan menimbulkan
dampak luas bagi percepatan reformasi birokrasi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat
dan mempercepat peningkatan pelayanan publik.
Kompetisi inovasi Pelayanan Publik yang dilaksanakan pada tahun 2014 merupaka
“pintu masuk” dalam rangka pemberdayaan dan pembelajaran untuk menyebarluas­
kan gagasan dan terobosan pelayanan publik di Indonesia dalam rangka percepatan
reformasi birokrasi di bidang pelayanan publik.

32 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Dalam tahun 2014 tercatat 515 praktik inovasi masuk ke dalam bank data Sinovik.
Selanjutnya dilakukan penilaian dan seleksi untuk mendapatkan praktik terbaik dalam
kategori Top 99, Top 33 dan Top 9. Proses seleksi melibatkan tim evaluasi dan juri yang
terdiri dari pakar kalangan akademis dan praktisi yang kompeten independen.

Top 9 kompetisi inovasi pelayanan 5. Pembangunan Jalan Besar Tanpa Bayar,


publik sebagai berikut: Kota Banjarbaru

1. Government Resource Management 6. Sistem Pendaftaran Jaminan Fidusia Online,


System (GRMS), Kota Surabaya Kementerian Hukum dan HAM
2. Pelayanan Karantina Ikan PASTI, KIPM 7. KM 0 Pro Poor - Jabar, Provinsi Jawa Barat
Kelas II Semarang, Kementerian Kelautan
dan Perikanan
3. Wilayah Bebas dari Korupsi pada Jembatan 8. Kampung Media, Penyebarluasan Informasi
Timbang, Provinsi Jawa Timur Berbasis Komunitas, Provinsi NTB
4. Format Kendali Hulu Hilir, Pemerintah 9. Surabaya Single Window, Kota Surabaya
Aceh

Jumlah unit inovatif pelayanan publik yang mengikuti UNPSA


Di samping kompetisi tingkat nasional, praktik-praktik terbaik/inovatif instansi
­pemerintah difasilitasi untuk mengikuti ajang kompetisi internasional, yaitu United
­Nation Public Service Award (UNPSA). Kompetisi ini dimulai tahun 2003 dan tahun
2014 diikuti oleh 704 inovasi dari 80 negara.
Pelaksanaan tahun 2014 Kementerian PANRB dibantu beberapa mitra pembangunan
mendaftarkan sebanyak 19 inovasi pelayanan publik ke UNPSA. Dan 9 proposal berhasil
masuk tahap kedua, dan lima diantaranya berhasil menjadi finalis Wilayah Asia Pasifik.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 33


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

5. Finalis UNPSA dari indonesia


1. Pelayanan kesehatan ibu melahirkan dengan kemitraan bidan dan
dukun kabupaten Aceh Singkil
2. Pelayanan Distribusi Guru professional, Kabupaten Luwu Utara
3. Pelayanan Terpadu Kantor Pelayanan dan Penanaman Modal, Kabupaten
Barru
4. Pelayanan Informasi dan Keluhan Kota Yogyakarta
5. Pelayanan Kartu Insentif Anak Kota Surakarta

Pencapaian ini cukup mengesankan karena setelah sekian tahun UNPSA berlangsung,
belum satupun wakil Indonesia yang mencapai tahap ini.
Sebagai tindak lanjut kompetisi tingkat nasional tahun 2014, sebanyak 36 inovasi
­pelayananan publik telah difasilitasi untuk mengikuti kompetisi UNPSA Tahun 2015.
Daftar inovasi pelayanan yang mengikuti UNPSA Tahun 2015 terlampir pada L­ ampiran-7.

Sasaran 3.3
Mewujudkan sistem penanganan pengaduan
masyarakat yang terbuka dan responsif
Salah satu kunci keberhasilan pelayanan publik
adalah partisipasi masyarakat pengguna layanan Capaian terwujudnya sistem penanganan
dalam menentukan ragam, kualitas pelayanan pengaduan masyarakat yang terbuka dan
dan aspek penting lainnya. Kesenjangan antara responsif adalah sebagai berikut:
kebutuhan pengguna layanan dengan kebutuhan
pengembangan kapasitas penyedia layanan harus % K/L/Pemda yang telah
dijembatani dengan komunikasi yang efektif. Untuk menerapkan sistem pengelolaan
memperoleh aspirasi pengguna layanan umumnya pengaduan pelayanan publik.
dapat dilakukan melalui pernyataan “kepuasan”

97 %
atau “­ketidakpuasan” terhadap kinerja pelayanan. %
100 97 %
Pernyataan ketidakpuasan tersebut umumnya
­disampaikan dalam bentuk keluhan (pengaduan).
Oleh karena itu setiap unit pelayanan harus menye­
diakan saluran pengaduan untuk memperoleh infor­ target realisasi
masi mengenai harapan pengguna layanan.

34 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk mengetahui bagaimana penerapan pengelolaan pengaduan pada instansi pemerintah


tersebut dilakukan evaluasi atas pengelolaan pengaduan pelayanan publik yang meliputi unsur
sebagai berikut:
a) Instansi yang sudah menanganani e) SOP Pengelolaan pengaduan;
pengelolaan pengaduan;
b) Media pengaduan; f) Jumlah sumber daya manusia (SDM)
pengelolaan pengaduan;
c) Standar pelayanan lama waktu g) Peningkatan kompetensi SDM
pengaduan direspon; pengelola pengaduan;
d) Pengelolaan pengaduan yang sudah h) Jumlah pengaduan dan respon yang
terintegrasi ke Layanan Aspirasi dan ditindaklanjuti; dan
Pengaduan On-line Rakyat (LAPOR);
i) Hambatan.

Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan pengaduan pelayanan publik pada 67 instansi pemerintah
yang terdiri dari 34 Kementerian, 7 Lembaga Negara dan 26 LPNK, bahwa 33 Kementerian (97%)
telah memiliki pengelolaan pengaduan, 1 Kementerian belum memiliki pengelolaan pengaduan
karena merupakan kementerian yang baru yaitu Kemenko Kemaritiman. Sedangkan untuk Lembaga
Negara dan LPNK seluruhnya (100%) telah melakukan pengelolaan pengaduan atas pelayanan
publik. Untuk Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota sudah banyak yang mene­
rapkan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik namun belum dilakukaan pendataan.

Media pengaduan yang digunakan oleh K/L tersebut pada umumnya melalui surat, email, dan
pengaduan secara langsung dan sudah didukung dengan SOP pengelolaan pengaduan. Namun
demikian penanganan pengaduan masih dilaksanakan oleh unit hubungan masyarakat dan be­
lum ada pelatihan secara khusus tentang pengelolaan pengaduan, koordinasi internal antar unit
kerja belum berjalan sesuai harapan serta belum adanya standar baku pengelolaan pelayanan
pengaduan.

Untuk tingkat nasional penanganan pengaduan sudah dilakukan sejak dahulu melalui Tromol Pos
5000 yang saat ini dikelola oleh Kementerian PANRB. Selain itu atas inisiasi UKP4 telah dibuat
aplikasi Layanan Aspirasi dan Pengaduan On-line Rakyat (LAPOR!) dan disepakati Sistem Aplikasi
LAPOR! ini sebagai Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N).

Pada saat ini aplikasi LAPOR! telah terhubung dengan 81 K/L, 5 Pemda dan 44 BUMN. Melalui
LAPOR!, masyarakat bukan saja menjadi mudah berinteraksi dengan pemerintah, melainkan juga
dapat secara aktif berpartisipasi dalam mengawasi pembangunan dan pelayanan publik. Pada
saat bersamaan, pemerintah memiliki sarana untuk menjaring partisipasi masyarakat sekaligus
mencarikan solusi atas permasalahan yang ada yaitu negara hadir di tengah rakyatnya. Kolaborasi
masyarakat dan pemerintah ini diharapkan dapat berkontribusi maksimal dalam mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan tata kelola yang lebih baik.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 35


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 3.4

Mewujudkan sistem pemerintahan yang informatif


Terwujudnya pelayanan yang dapat memberikan kepuasan masyarakat dalam arti pelayanan
yang cepat, tepat, dan akuntabel, merupakan
harapan bagi setiap institusi/lembaga/orga­ Capaian sasaran mewujudkan sistem
nisasi pelayanan publik. Oleh karena itu perlu pemerintahan yang informatif adalah
dilakukan penyempurnaan sistem pelayanan sebagai berikut:
publik yang menyangkut perbaikan metode
Persentase instansi pemerintah
dan prosdur pelayanan publik. Penerapan dan
pengembangan Teknologi, Informasi dan Ko­ yang menggunakan TIK dalam
munikasi (TIK) dapat membantu memfasilitasi manajemen pelayanannya
terhadap harapan tersebut di atas.

100 %
%
10 10 %
Pemanfaatan TIK merupakan salah satu solusi
tepat bagi pemecahan masalah pelayanan
publik. Setidaknya pemanfaatan TIK dalam
pelayanan publik akan mengatasi masalah
target realisasi
sebagai berikut:

- Masalah geografis, waktu dan sosial ekonomis Indonesia. Indonesia merupakan negara kepu­
lauan, daerah tropis dan pegunungan, hal ini akan mempengaruhi terhadap pengembangan
infrastruktur layanan publik sehingga dapat menyebabkan distribusi informasi yang tidak merata;

- Mengurangi ketertinggalan dalam pemanfaatan TIK dalam layanan publik dibandingkan dengan
negara berkembang dan negara maju lainnya;

- Akselerasi pemerataan kesempatan layanan dan peningkatan mutu layanan yang sulit diatasi
dengan cara-cara konvesional;

- Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan TIK;

- TIK akan membantu kinerja layanan publik secara terpadu sehingga akan terwujud manajemen
yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel.

Pencapaian 100% ini adalah sesuai target yang ditetapkan yaitu sebanyak 60 instansi
pemerintah atau sebesar 10% dari seluruh Kementerian/Lembaga, Provinsi dan Kabupa­
ten/Kota. Hal ini telah menggambarkan peningkatan kesadaran oleh Instansi Pemerintah,
baik yang di pusat maupun yang di daerah, untuk senantiasa meningkatkan pelayanan

36 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

kepada masyarakat. Terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat dalam arti pe­
layanan yang cepat, tepat, adil dan akuntabel, merupakan harapan bagi setiap institusi/
lembaga/organisasi pelayanan publik. Oleh itu, perlu melakukan penyempurnaan sistem
pelayanan publik yang menyangkut perbaikan metoda dan prosedur pelayanan publik.
Penerapan dan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat mem­
bantu memfasilitasi terhadap harapan tersebut di atas. Pelayanan publik yang prima ke
depan bukan sekedar mengikuti trend global melainkan merupakan suatu langkah stra­
tegis di dalam upaya meningkatkan akses dan mutu layanan kepada masyarakat.
Terkait dengan pengembangan penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan
­telah dilakukan upaya penguatan pengembangan sistem elektronisasi pemerintahan
(­e-Government) yang sinergis dan terintegrasi sehingga meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

Mewujudkan Aparatur yang Bersih dan Bebas KKN dan


4. Akuntabel
Aparatur yang bersih, bebas KKN dan akuntabel ditandai dengan kondisi
aparatur negara yang memiliki komitmen untuk menegakkan etika dan disiplin
tinggi, bersih dalam melaksanakan tugas, berkurangnya praktek-praktek korupsi
dan tindakan lainnya yang merugikan keuangan negara, serta bertanggungjawab
terhadap seluruh pelaksanaan tugas yang diembannya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Untuk mewujudkan aparatur yang bersih dan bebas KKN dan Akuntabel
ditetapkan sasaran strategis sebagai berikut:

1. Terwujudnya SDM Aparatur yang berintegritas dan disiplin

2. Terwujudnya instansi pemerintah yang bersih dan bebas KKN

3. Meningkatnya instansi Pemerintah yang akuntabel

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 37


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 4.1
Terwujudnya SDM Aparatur yang berintegritas dan disiplin
Berita yang bersifat negatif terhadap
birokrasi, sering muncul akibat adanya be­ Capaian terwujudnya SDM yang berintegritas
berapa perilaku pelanggaran yang dilaku­ dan disiplin adalah sebagai berikut:
kan oleh oknum aparatur birokrasi dalam
Jumlah K/L Pemda yang telah
melayani masyarakat. Berbagai perilaku
pelanggaran tersebut dipandang sebagai
melaksanakan penetapan
ketidakmampuan aparatur birokrasi dalam kode etik, disiplin dan konflik
menghadapi kompleksitas permasalahan kepentingan
/P /P

33 %
bangsa yang bergerak secara eksponensial K/L
30 10 K/L
sekarang ini, antipati, trauma, berkurang­
nya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah, dan ancaman kegagalan
pencapaian pemerintahan yang baik (good target realisasi
governance), bahkan menghambat keber­
hasilan pembangunan nasional. Padahal
pelanggaran hanya dilakukan oleh segelintir oknum aparatur birokrasi yang tidak ber­
tanggung jawab, namun secara tidak langsung dapat mencoreng wajah birokrasi.
Maka dari itu, prinsip integritas dan profesionalisme muncul sebagai suatu kebutuhan
terhadap tantangan tugas yang dihadapi aparatur birokrasi, sebab tanpa prinsip tersebut
tidaklah mungkin tercapai tingkat efektifitas dan produktivitas yang tinggi dalam melak­
sanakan proses reformasi birokrasi.

Dalam rangka mewujudkan SDM Aparatur yang berintegritas dan berdisiplin telah dilaku­
kan berbagai upaya diantaranya penyusunan peraturan. Salah satunya adalah penyusu­
nan ulang atas kebijakan tentang Disiplin PNS supaya selaras dengan UU ASN.

Sambil menunggu kebijakan tersebut disusun ulang, telah dilakukan sosialiasi pada bulan
november terkait kode etik, disiplin dan konflik kepentingan kepada 4 wilayah provinsi.
Dan 10 Provinsi telah menyampaikan penegakan penegakan kode etik, disiplin dan kon­
flik kepentingan

Terkait dengan benturan/konflik kepentingan telah dilakukan evaluasi terhadap terhadap


76 K/L, 33 Provinsi dan 524 Kabupaten/Kota, berdasarkan Peraturan Menteri PANRB No.

38 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan dijumpai adanya


benturan kepentingan sebagai berikut:
‐ Penggunaan mobil operasional kantor untuk keperluan pribadi (untuk jalan-jalan
bersama keluarga dll);
‐ Penggunaan fasilitas kantor seperti: komputer, printer, mesin foto copy, pemakaian
kertas untuk menyelesaikan pekerjaan yang bukan pekerjaan kantor;
‐ Membawa pulang laptop untuk kegiatan pribadi tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan kantor;
‐ Penggunaan telepon/fax kantor untuk keperluan pribadi;
‐ Melakukan perjalanan pribadi ke daerah dengan menggunakan anggaran
perjalanan dinas;
‐ Hubungan afiliasi antar PNS;
‐ Moonlighthing atau outside employment (bekerja lain di luar pekerjaannya);
‐ Melakukan pengawasan tidak sesuai dengan norma, standar dan prosedur, serta
dilakukan atas pengaruh pihak lain;
‐ Penyalahgunaan kewenangan oleh PPNS;

Terhadap adanya benturan kepentingan tersebut telah dilakukan penanganan dengan


menghimbau kepada instansi pemerintah agar:
‐ tidak menggunakan aset negara untuk keperluan pribadi,
‐ tidak melakukan perjalanan pribadi ke daerah dengan menggunakan anggaran per­
jalanan dinas,
‐ melakukan pengawasan sesuai dengan norma, standar dan prosedur,
‐ melakukan pemilihan rekanan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
‐ tidak menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan, dan
‐ pelaksanaan program kegiatan sesuai dengan penganggaran berbasis kinerja.

Terhadap terjadinya benturan kepentingan tersebut, telah dilakukan tindak lanjut se­
bagai berikut:
‐ Setiap pelanggaran akan diberi teguran, surat peringatan dan sanksi.
‐ Telah dibuat beberapa peraturan internal instansi yang bersangkutan antara lain
mengenai larangan menerima gratifikasi, masalah pelaksanaan pemilihan rekanan.
‐ Dibuat peraturan agar setiap akan melaksanakan kegiatan harus mendapat izin
atasan langsungnya, dan lain-lain

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 39


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Capaian terwujudnya instansi pe­


merintah yang bersih dan bebas KKN
Sasaran 4.2 adalah sebagai berikut:

Skor Integritas nasional


Terwujudnya instansi

90,25 %
8 2
7,2
pemerintah yang bersih dan
bebas KKN target realisasi

% opini BPK atas LKK/L


Salah satu agenda reformasi di Indonesia adalah dengan opini WTP
menciptakan good governance. Tiga aktor uta­

74 %
%
100 74 %
ma yang meliputi pemerintahan dimana birokra­
si termasuk didalamnya; dunia usaha (swasta,
dan usaha-usaha negara); dan masyarakat
memiliki peran dalam sistem administrasi negara target realisasi

untuk mewujudkan hal tersebut. % opini BPK atas LKPD


Reformasi birokrasi merupakan langkah strate­ dengan opini WTP

55 %
%
gis untuk melakukan penataan terhadap sistem 60 33 %

penyelenggaraan pemerintahan yang baik,


efektif dan efisien, sehingga dapat melayani
masyarakat secara cepat, tepat, dan pro­fesional. target realisasi
Dalam perjalanannya, banyak kendala yang
Jumlah unit kerja IP yang
dihadapi, diantaranya adalah penyalahgunaan
memperoleh predikat menuju
wewenang, praktek KKN, dan lemahnya penga­
WBK/WBBM
wasan.
t t

70 %
uni
30 21 uni
Keberhasilan upaya pemberantasan korupsi
­harus dilakukan secara intensif, serius, dan
sungguh-sungguh yang diwujudkan melalui
program atau tindakan yang nyata. Upaya ini target realisasi

harus dilaksanakan bersama secara terpadu % laporan pengaduan terkait


dan komprehensif, yang dilakukan oleh seluruh aparatur yang disalurkan dan
komponen bangsa, terutama oleh instansi telah ditindaklanjuti oleh
­pemerintah dan aparatur negara. instansi pemerintah

76 %
%
90 68 %

target realisasi

40 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Skor/Indeks integritas nasional


Skor Integritas Tahun 2013 sebagaimana telah dipublikasikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menunjukkan rata-rata nilai dari Indeks Integritas Nasional adalah 6,80. ­Rata-rata nilai
integritas instansi pusat tahun 2013 adalah 7,37, instansi vertikal (6,71) dan pemerintah
daerah (6,82). Secara nasional terjadi kenaikan rata-rata nilai indeks integritas dibandingkan
pada 2012 yaitu 6,37.
Peningkatan nilai rata-rata indeks integritas menunjukkan keseriusan upaya unit layanan
dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi. Di sisi lain, penilaian ini
diharapkan menjadi motivasi untuk terus melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas
layanan publik.
Survei Integritas Sektor Publik dilakukan dalam rangka memberikan penilaian terhadap
­integritas layanan yang diberikan oleh lembaga pemerintah kepada masyarakat. Hasil
­penilaian merupakan cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan mem­
berikan penilaian yang didasarkan dari pengalaman pengguna layanan dalam mengurus
layanan di lembaga tersebut.
Survei integritas dilakukan oleh KPK terhadap 85 instansi yang terdiri atas 20 instansi pusat, 5
instansi vertikal dan 60 instansi pemerintah daerah. Jumlah respondennya mencapai 15.000
yang terbagi dalam 484 unit layanan dengan rincian sebagai berikut: 40 unit layanan di
instansi pusat dengan 1200 responden, 264 unit layanan di instansi vertikal dengan 8160
responden dan 180 unit layanan di pemda dengan 5640 responden. Pengambilan data primer
dilakukan melalui proses wawancara face to face dalam kurun waktu Mei – September 2013.

Berikut adalah kriteria penilaian Skor Integritas yang dilakukan KPK pada tahun 2013:

Integritas Variabel Indikator Skor


Pengalaman In­ ‐ Pengalaman Korupsi (0,250)
tegritas (0,667) ‐ Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
Integritas Total Potensi Integri­ ‐ Lingkungan Kerja (0,127)
(1,00) tas (0,333) ‐ Sistem Administrasi (0,280)
‐ Perilaku Individu (0,280)
‐ Pencegahan korupsi (0,313)

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 41


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

% opini BPK atas LKK/L dengan opini WTP


Kemajuan terhadap kualitas pelaporan keuangan instansi pemerintah, dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga Negara, Lembaga Pemerintah
non Kementerian, serta Lapaoran Keuanga Bendahara Umum Negara (LKKL).
Dari tahun 2010-2014 terjadi peningkatan jumlah K/L yang mendapat opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dan semakin menurunnya jumlah K/L yang mendapat opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) bahkan Tidak Memberi Pendapat (TMP) dan tidak ada
LKKL yang mendapat opini Tidak Wajar (TW). Hal ini menunjukkan semakin baiknya
pengelolaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Meskipun opini WTP merupakan prestasi tertinggi dalam penilaian kualitas laporan
keuangan instansi, namun bukan berarti lembaga atau pemerintah daerah yang sudah
memperoleh opini yang baik tersbut bebas dari penyimpangan.
Dalam tahun 2014, BPK telah melaksanakan pemeriksaan terhadap 86 LKKL Tahun
2013. Dibandingkan dengan LKKL Tahun 2012, LKKL yang diperiksa BPK mengalami
penurunan sebanyak 6 entitas karena LK Bagian Anggaran 999 (BA Lain-lain) tidak
diberikan opini tersendiri dan masuk dalam LK BUN.
Terhadap 86 LKKL tersebut, BPK memberikan opini WTP atas 64 LKKL, opini WDP atas
19 LKKL termasuk LK BUN, dan opini TMP pada 3 LKKL. Perkembangan opini LKKL
termasuk LK BUN Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tahun Opini Jumlah


LKKL WTP % WDP % TW % TMP %
2009 44 57 26 33 0 0 8 10 78
2010 52 63 29 35 0 0 2 2 83
2011 66 76 18 21 0 0 3 3 87
2012 68 74 22 24 0 0 2 2 92
2013 64 74 19 22 0 0 3 4 86

Dari Tabel tersebut terlihat bahwa dari LKKL Tahun 2009 s.d. 2013 yang memperoleh
opini WTP semakin meningkat dari 44 entitas di Tahun 2009 menjadi 68 entitas untuk
LKKL Tahun 2012. Sedangkan pada LKKL Tahun 2013, jumlah LK yang memperoleh
opini WTP turun menjadi 64 entitas karena jumlah entitas yang diperiksa berkurang
meskipun secara persentase tetap sebesar 74%.
Untuk LKKL Tahun 2013 yang memperoleh opini WDP umumnya disebabkan dise­
babkan masih adanya kelemahan dalam pengelolaan dan pencatatan kas dan setara
kas, persediaan, PNBP, aset tetap, belanja barang, dan belanja modal. Sedangkan atas

42 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

2 LKKL yang memperoleh opini TMP disebabkan sistem pengendalian intern entitas
belum dilaksanakan dengan optimal, seperti: pencatatan dan pengelolaan yang belum
memadai atas persediaan, aset tetap, pendapatan, belanja barang, belanja modal,
belanja hibah, dan belanja bantuan sosial.

% opini BPK atas LKPD Provinsi/Kab/Kota dengan opini WTP


Peningkatan jumlah instansi pemerintah yang memperoleh opini WTP juga terjadi
pada pemerintah daerah. Dalam tahun 2014 telah dilakukan pemeriksaan terhadap
456 LKPD Tahun 2013. Terhadap LKPD tersebut BPK memberikan opini WTP atas 153
LKPD, opini WDP atas 276 LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD.
Perkembangan opini LKPD Provinis Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 disajikan dalam tabel
sebagai berikut:

Tahun Opini Jumlah


LKPD WTP % WDP % TW % TMP %
2009 15 2.98 330 65.48 48 9.52 111 22.02 504
2010 34 6.51 343 65.71 26 4.98 119 22.80 522
2011 67 12.79 349 66.60 8 1.53 100 19.08 524
2012 120 22.90 319 60.88 6 1.15 79 15.08 524
2013 153 33.55 276 60.53 9 1.97 18 3.95 456

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari LKPD Tahun 2009 s.d. 2013 yang memperoleh
opini WTP semakin meningkat dari 15 entitas di Tahun 2009 menjadi 153 entitas di
Tahun 2013. Kenaikan opini tersebut disebabkan entitas telah melaksanakan per­
baikan atas kelemahan dalam LKPD tahun sebelumnya, seperti: (1) perbaikan sistem
pengelolaan barang dan jasa, belanja pegawai, belanja hibah, dan bantuan sosial; (2)
penyusunan bukti realisasi belanja modal; (3) memperjelas nilai dan status penyertaan
modal pemerintah daerah serta melengkapi bukti pendukung atas penyertaan modal
pemerintah daerah; (4) perbaikan sistem pencatatan dan pengelolaan piutang, per­
sediaan, investasi non permanen, aset tetap, dan hutang perhitungan pihak ketiga;
dan, (5) inventarisasi aset peralatan dan mesin serta menatausahakannya dalam Kartu
Inventaris Barang (KIB) dan buku inventaris.
Sedangkan LKPD yang memperoleh opini TMP, pada umumnya disebabkan oleh pem­
batasan lingkup pemeriksaan, kelemahan pengelolaan yang material pada akun aset
tetap, kas, piutang, persediaan, investasi permanen dan nonpermanen, aset lainnya,
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 43


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Jumlah unit kerja IP yang memperoleh predikat WBK/WBBM


Reformasi birokrasi juga ditujukan untuk mengurangi praktik KKN di lingkungan instansi
pemerintah. Salah satu langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah pencanangan
gerakan nasional pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK) di lingkungan kementerian, lembaga dan pemerintah daerah pada tanggal 17
April 2012 di Jakarta. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan
­dokumen Pakta Integritas yang dilakukan seluruh pimpinan dan staf instansi pemerintah,
berdasarkan Inpres No. 17/2011 tentang rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2012.
Komitmen pemberantasan korupsi diwujudkan melalui pernyataan atau komitmen dalam
dokumen Pakta Integritas yang dilanjutkan dengan pembangunan zona ­integritas (ZI)
di lingkup K/L/Pemda. Terwujudnya WBK di K/L/Pemda akan mendorong percepatan
pemberantasan korupsi melalui pencegahan. Upaya ini diperlukan sebagai salah satu
langkah strategis untuk mempercepat pencapaian IPK Indonesia mencapai nilai 5,0
pada tahun 2014.
Sebagai langkah awal dalam mewujudkan WBK/WBBM terlebih dahulu dilakukan
pencanangan zona integritas pada instansi pemerintah yang mempunyai komitmen
dalam mencegah terjadinya korupsi di lingkungan kerjanya. Zona Integritas ini me­
rupakan unit kerja pelayanan yang dijadikan percontohan dalam upaya membangun
budaya anti korupsi. Unit yang mencanangkan Zona integritas berarti pimpinan unit
dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui upaya
pencegahan korupsi, reformasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Penerapan
Zona Integritas disetiap K/L/pemda berdasarkan PermenPANRB nomor 52 tahun 2014.
Sampai dengan tahun 2014, terdapat 249 instansi pemerintah yang telah mencanangkan
Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM dengan rincian sebagai berikut:

Instansi Pemerintah 2012 2013 2014 Total


Kementerian/Lembaga 30 6 8 44
Provinsi 9 6 5 20
Kabupaten/Kota 45 107 35 187
Jumlah 84 119 46 249

44 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Dari sejumlah instansi pemerintah yang telah mencanangkan pembangunan ZI, hanya
27 instansi pemerintah yang telah mengirimkan hasil evaluasi terhadap pembangunan
Zona Integritas di lingkungan masing-masing dengan 93 calon unit kerja yang akan
ditetapkan untuk mendapatkan predikat WBK/WBBM.
Pada tahun 2013 telah dilakukan reviu terhadap 58 unit kerja dan hasilnya terdapat
5 unit kerja yang ditetapkan berpredikat menuju WBBM, yaitu:

‐ Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea ‐ Layanan Pengadaaan Secara Elek­


dan Cukai (KPPBC) Kediri, tronik(LPSE) Jakarta,
‐ Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ‐ Kantor Pelayanan Pajak Large Tax Officer
(KPPN) Malang, 3 (KPP LTO) Jakarta.
‐ Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang (KPKNL) Jakarta V,

Selanjutnya tahun 2014 dilakukan reviu terhadap 35 Unit kerja dan 4 unit kerja. Hasilnya
4 unit kerja berpredikat menuju WBBM dan 12 unit kerja berpredikat menuju WBK.
Sedangkan unit kerja lainnya proses pembangunan ZI dan proses evaluasinya belum
sesuai dengan ketentuan.

Hasil reviu atas unit kerja tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Predikat Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
Kementerian Keuangan 1. Direktorat Dana Perimbangan, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) Jakarta
2. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Banda Aceh
3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Semarang II
4. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 45


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Predikat Menuju Wilayah Bersih dari Korupsi


Kementerian Keuangan 1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bojonegoro
2. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Bangko
3. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Surabaya
4. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
(KPPBC) Kudus
5. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
(KPPBC) Purwakarta
Kementerian Kelautan 6. Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Kea­
dan Perikanan manan (KIPM) Kelas II Semarang, Badan KIPM
7. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
Sukabumi, Ditjen Perikanan Budidaya
Kementerian Sosial 8. Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) “Antasena”
Magelang
Kementerian Kesehatan 9. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi
Semarang
Badan Pusat Statistik 10. BPS Provinsi Sulawesi Barat
Pemerintah Kota Yogya- 11. Kantor Pengelolaan Taman Pintar Kota
karta Yogyakarta
12. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

Penyerahan sertifikat kepada unit kerja yang mendapat kategori WBK/WBBM dilaku­
kan pada puncak acara Peringatan Hari Anti Korupsi tanggal 11 Desember 2014 di
Yogyakarta. Predikat WBK/WBBM hanya diberikan kepada unit kerja yang secara
serius dan berkomitmen mampu membangun tata kelola yang baik serta mendorong
pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Beberapa langkah kedepan untuk meningkatkan
unit kerja yang berpredikat menuju WBK/WBBM antara lain:
1) Melakukan sosialisasi kepada kementerian/lembaga/pemerintah daerah untuk
segera pencanangkan dan membangun zona Integritas sebagai langkah perce­
patan pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
2) Melakukan bimbingan dan pendampingan kepada instansi pemerintah yang telah
mencanangkan zona integritas, untuk segera menetapkan dan membangun unit
kerja sebagai zona intergritas.

46 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


n yang berkadar 129   Pengaduan  yang  
telaah dan analisis layak  disalurkan  

nyak 129 pengaduan 579  


pengaduan  yang  
lurkan dan ditindak Mdak  layak  
disalurkan   Bab III
18,22%, dan 579
AKUNTABILITAS KINERJA
layak disalurkan atau
engaduan yang tidak layak disalurkan dikarenakan:

Langkah
duan bersifat sumbang saran atau selanjutnya
keinginan pelaporuntuk mengawal
yang secara Strategi
normatif Nasional Pencegahan dan Pem­
tidak
berantasan Korupsi (Stranas PPK) yang menjadi tanggung jawab Kementerian
an ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
PANRB, maka K/L/Pemda danmencanangkan
yang telah pemerintah Zona Integritas (ZI) didorong
n memenuhinya; membangun unit kerja percontohan menuju WBK/WBBM. Selain itu dalam rang­
ka penguatan integritas aparatur juga didorong agar setiap instansi pemerintah
membentuk
duan hanya berupa masukan/saran, agen
himbauan perubahan dan
pemberitahuan danunit penanganan
tujuan surat gratifikasi.
sumbang saran;
% laporan pengaduan terkait aparatur yang disalurkan dan
telah
duan telah ditindaklanjuti oleh ditindaklanjuti
instansi olehmenangani,
lain yang berwenang instansi pemerintah
dengan
busan kepada Kementerian Negara PAN dan Reformasi Birokrasi atas
Pengaduan masyarakat dan aparatur merupakan salah satu bentuk nyata peran
pengaduan tersebut; serta masyarakat dalam penyelenggaran tata kelola pemerintahan menuju good
governance, oleh karena itu Kebijakan pengaduan masyarakat dan aparatur
duan berupa pencabutan atas pengaduan yang telah
dilakukan dengan disampaikan. peran APIP instansi pemerintah.
mengoptimalkan
Perkembangan penanganan pengaduan masyarakat selama tahun 2014 adalah
ya dari jumlah tersebut sebanyak 579 telah mendapatkan tanggapan tindak
sebagai berikut:
i Inspektorat
Dalam tahun 2014 surat penga­
an yang telah duan masyarakat yang masuk
PENGADUAN  YANG  SELESAI  
sai sebanyak Kementerian PAN dan RB seba­
DITINDAKLANJUTI   nyak 736 surat pe­ngaduan.
atau 87,22%,
74   pengaduan  yang   Dari jumlah tersebut setelah
ang belum telah  diMndaklanjuM   dilakukan telaahan dan anali­
sebanyak 74 sis, surat pengaduan yang la­
505   yak ­untuk diproses (berkadar
au 12,78%. Pengaduan  yang  
belum  selesai   ­pengawasan) dan disalurkan
di atas dapat diMndaklanjuM   kepada instansi terkait sebanyak
708 surat ­pengaduan, sedang­
kan selebihnya bukan berkadar
pengawasan atau sudah disampaikan secara langsung kepada instansi terkait.
Selanjutnya dari jumlah tersebut sebanyak 505 telah ditindak lanjut oleh instansi
terkait, sedangkan sisanya masih dalam proses.
Beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi dalam penanganan pengaduan
masyarakat antara lain adalah:
1) Pengaduan masyarakat belum mendapatkan respon yang optimal dari Instansi
Pemerintah, dan ada kecenderungan melindungi bawahan terlapor;
2) Penanganan pengaduan masyarakat di setiap Instansi Pemerintah belum dilak­
sanakan dengan baik;

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 47


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

3) Penanganan Pengaduan Masyarakat secara nasional belum satu pintu. Surat


dumas yang substansinya sama disampaikan ke beberapa instansi sehingga
terjadi duplikasi penanganan dumas oleh beberapa instansi pemerintah,
­misalnya penanganan pengaduan oleh Kementerian PANRB, Sekretariat ­Negara,
­Sekretariat Wakil Presiden, Ombusman RI.
Berikut ini jumlah pengaduan dan perkembangan penyelesaian sejak tahun 2010-
2014:
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah
Jumlah Pengaduan 1,387 905 726 878 736 4,632
Berkadar Pengawasan 1,257 861 724 870 708 4,420
a.    selesai ditindak lanjuti 898 685 432 491 505 3,010
b.    masih dalam proses 34 11 17 113 74 250
c.    tidak diproses 325 165 275 266 129 1,160
Tidak Berkadar Pengawasan 130 44 2 7 28 211

Sasaran 4.3

Meningkatnya instansi Pemerintah yang akuntabel


Tahun 2014 merupakan tahun yang sangat strategis bagi pelaksanaan Sistem Akunta­
bilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Hal ini ditandai dengan telah terbitnya Peraturan Presi­
den Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan
ditandatanganinya MoU (Nota Kesepahaman) antara Menteri PANRB dengan Menteri PPN/
BAPPENAS, yang mengatur tentang pengintegrasian/ penyelarasan Sistem Perencanaan
dan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Pusat. MoU tersebut mengatur arsitektur
perencanaan pembangunan nasional, pengintegrasian sistem perencanaan dan pengang­
garan, serta istilah-istilah yang digunakan. MoU tersebut diharapkan akan memudahkan
pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat kedepan.
Dengan diterbitkannya Perpres tersebut, instansi pemerintah didorong untuk lebih akun­
tabel dan lebih bertanggung jawab terhadap kinerja atau hasil yang telah dicapai. Akun­
tabilitas kinerja adalah suatu kondisi dimana instansi pemerintah telah merubah orien­
tasinya dari yang biasanya berorientasi kepada anggaran (input) atau kegiatan (output)
semata menjadi berorientasi kepada hasil atau outcome.

48 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk mengetahui tingkat akuntabilitas instansi pemerintah terhadap kinerjanya, setiap


tahun Kementerian PANRB melakukan evaluasi atas akuntabilitas kinerja instansi peme­
rintah, baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB
No. 20 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, terdapat beberapa predikat penilaian akuntabilitas kinerja mulai dari yang
paling rendah yaitu kategori D sampai dengan yang tertinggi yaitu kategori AA, dengan
penjelasan sebagai berikut:
No. Predi- Nilai Abso- Interpretasi Karakteristik
kat lut Akuntabilitas Instansi
1. AA >85-100 Memuaskan Memimpin perubahan, berbudaya kinerja,
berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel
2. A >75-85 Sangat Baik Akuntabel, berkinerja baik, memiliki sistem
manajemen kinerja yang andal.
3. B >65-75 Baik, dan perlu sedikit Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki
perbaikan sistem yang dapat digunakan untuk manaje­
men kinerja, dan perlu sedikit perbaikan.
4. CC >50-65 Cukup baik (mema­ Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebi­
dai), perlu banyak jakan, memiliki sistem yang dapat digunakan
perbaikan yang tidak untuk memproduksi informasi kinerja untuk
mendasar pertanggung jawaban, perlu beberapa perbai­
kan tidak mendasar.
5. C >30-50 Agak kurang, perlu Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan,
banyak perbaikan, memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi
termasuk perubahan perlu banyak perbaikan minor dan perbaikan
yang mendasar yang mendasar.
6. D 0-30 Kurang, perlu banyak Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan
sekali perbaikan & pe­ untuk manajemen kinerja, perlu banyak
rubahan yang sangat perbaikan, sebagian perubahan yang sangat
mendasar. mendasar.

Komponen penilaian SAKIP meliputi Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan


Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja. Instansi pemerintah yang dinilai akuntabel
atau yang akuntabilitas kinerjanya baik adalah instansi yang berdasarkan hasil evaluasi
memperoleh predikat minimal “CC” atau “Cukup Baik”.

Dalam tahun 2014 untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, Ke­
menterian PANRB telah menerbitkan PermenPANRB No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Laporan Kinerja.
Kebijakan ini merupakan pelaksanaan dari Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Menteri PANRB ini akan mulai diterap­
kan untuk penyusunan Laporan Kinerja tahun 2014 dan Perjanjian Kinerja tahun 2015.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 49


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk menguatkan sistem akun­


tabilitas kinerja, ke depan akan Capaian sasaran meningkatnya instansi pemerintah
Laporan  Kinerja  kementerian  PANRB  2014  
disusun Peraturan Menteri PANRB yang akuntabel adalah sebagai berikut:
  tentang Pedoman Evaluasi Kinerja, Persentase instansi pemerin-
Peraturan Menteri PANRB
menyempurnakan tentangMen­
Peraturan Reviu Laporan Kinerja Pemerintah Pusat (LKJPP)
tah yang akuntabilitasnya baik
teri amanah
sebagai PANRB tentang
dalam Petunjuk
Peraturan Teknis
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Evaluasi Kinerja
Akuntabilitas Akuntabilitas
InstansiKinerja, dan
Pemerintah. target 77,67%
menyusun Peraturan Menteri PAN­ (98% K/L; 90% Prov; 45% Kab/Kota)
Capaian sasaran Reviu
RB tentang meningkatnya instansi pemerintah yang 77,13%
Laporan Kinerja realisasi akuntabel adalah sebagai
(98,76% K/L; 87,88% Prov; 44,9% Kab/Kota)
berikut:
Pemerintah Pusat (LKJPP) sebagai

99,37 %
amanah dalam Peraturan Presiden
Nomor 29 indikator
Tahun 2014 tentang Target Realisasi %
Sistem Akuntabilitas
Persentase Kinerja Instansi
instansi pemerintah 77,67% 77,13% 99,37%
Pemerintah.
yang akuntabilitasnya baik (98% K/L; (98,76% K/L
90% Prov 87,88% Prov
45% Kab/Kota) 44,9% Kab/Kota)
Secara keseluruhan, instansi yang
Secaraberkategori baik dalam
keseluruhan, penerapan
instansi SAKIP meningkat,
yang berkategori untuk instansi
baik dalam pusatSAKIP
penerapan mening­
kat dari 63,29% ditahun 2010 menjadi 98,76% di tahun 2014. Provinsi meningkat
meningkat, untuk instansi pusat meningkat dari 63,29% ditahun 2010 menjadi 98,76%
dari 31,03% ditahun 2010 menjadi 87,88% di tahun 2014, sedangkan Kab/Kota juga
di tahun 2014. Provinsi
meningkat meningkat
dari 9,77% menjadidari 31,03%
44,90% ditahun
di tahun 2010 menjadi 87,88% di tahun
2014.
2014, sedangkan Kab/Kota juga meningkat dari 9,77% menjadi 44,90% di tahun 2014.
Berikut
Berikut ini perkembangan
ini perkembangan penerapan
penerapan SAKIP
SAKIP sejak
sejak tahun
tahun 2010
2010 s.d.s.d. 2014:
2014:

120.00%  

98.76%  
100.00%   95.06%   95.24%  
87.88%  
82.93%   84.85%  
75.76%  
80.00%  
63.29%   63.33%  
Kementerian/  lembaga  
60.00%  
44.90%  
Pemda  Provinsi  
36.56%   Pemda  kab/kota  
40.00%   31.03%  
24.37%  

20.00%   12.22%  
3.31%  
0.00%  
2010   2011   2012   2013   2014  

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa meskipun penerapan SAKIP di


pemerintah daerah kabupaten/kota mengalami peningkatkan namun sampai dengan
I
50 Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014
tahun 2014 baru mencapai 44,90%, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan pada
Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa meskipun penerapan SAKIP di peme­


rintah daerah kabupaten/kota mengalami peningkatkan namun sampai dengan tahun
2014 baru mencapai 44,90%, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan pada periode
mendatang antara lain adalah:

‐ Menyelaraskan berbagai peraturan perundangan yang terkait dengan penguatan


akuntabilitas aparatur, khususnya koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri,
untuk mengatur pengintegrasian dan penyelarasan atas sistem perencanaan dan
pelaporan di pemerintah daerah;
‐ Lebih meningkatkan kualitas pemberian bimbingan teknis kepada instansi pemerin­
tah yang telah memenuhi ketaatan terhadap pemenuhan azas akuntabilitas apara­
tur;
‐ Memperluas cakupan sosialisasi untuk lebih mendorong penguatan akuntabilitas di
berbagai instansi pemerintah, khususnya di pemerintah daerah Wilayah Indonesia
Bagian Timur;
‐ Meningkatkan pemahaman Inspektorat Provinsi atas evaluasi akuntabilitas, yang
nantinya diharapkan secara perlahan, evaluasi Kabupaten/Kota dapat dilakukan oleh
Inspektorat Provinsi.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 51


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Terwujudnya Aparatur Kementerian PANRB yang


5. Profesional dan berkinerja tinggi
Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi, Kementerian PANRB menjadi ujung
tombak penggerak pelaksanaan (prime mover) reformasi birokrasi nasional dan
menjadi contoh bagi semua K/L/Pemda dalam melaksanakan reformasi birokrasi.

Disamping itu Kementerian PAN RB juga melaksanakan berbagai program-


program makro dan meso sebagaimana dituangkan dalam Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010 – 2025 dan Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, melalui
penetapan kebijakan nasional yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan reformasi
birokrasi di K/L/Pemda. Oleh karena itu untuk memastikan bahwa seluruh agenda
reformasi birokrasi berjalan efektif maka aparatur Kementerian PANRB dituntut
lebih profesional dan berkinerja tinggi.

Untuk mewujudkan Terwujudnya Aparatur Kementerian PANRB yang


Profesional dan berkinerja tinggi ditetapkan sasaran strategis sebagai berikut:

1. Terwujudnya Organisasi Kementerian


PANRB yang efektif dan efisien;

2. Terwujudnya SDM Kementerian PANRB


yang Profesional dan efektif;

3. Terwujudnya pelaksanaan reformasi


birokrasi di kementerian PANRB;

4. Terwujudnya Kementerian PANRB yang


akuntabel dan bebas KKN.

52 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran 5.1.
Capaian terwujudnya organisasi Kementerian
Terwujudnya Organisasi PANRB yang efektif dan efisien adalah sebagai
berikut:
Kementerian PANRB yang Tingkat Persepsi masyarakat
efektif dan efisien terhadap Gerakan RB

100 %
Organisasi Kementerian PANRB yang efektif dan BaikBaik
efisien digambarkan dengan organisasi yang te­
pat fungsi dan ukuran dengan memenuhi tingkat
kesesuaian struktur organisasi dengan kebutu­ target realisasi
han sehingga dapat mencapai target kinerja yang
ditetapkan. Persentase aplikasi TIK yang
Dalam pelaksanaan tugas dan perannya dinya­ terintegrasi
takan semakin efektif ditandai dengan menurun­

90 %
%
nya tumpang tindih kewenangan. Sedangkan 100 90 %
efisiensi pelaksanaan digambarkan dalam sistem
prosedur yang baik dengan rasio sarana dan prasa­
rana kerja yang proporsional. target realisasi

Untuk mewujudkan Kementerian PANRB yang


efektif dan efisien telah dilakukan upaya penata­
an organisasi dan business process. Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis eksternal
dan internal selama periode 2010-2014 organisasi Kementerian PANRB mengalami beberapa
kali penataan organisasi ternasuk business process-nya. Penataan terakhir berdasarkan Perpres
No 56 tahun 2013 dan ditindaklanjuti dengan PerMen PANRB No. 31 Tahun 2013 tentang Or­
ganisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Adapun pokok-pokok penataan selama peridoe 2010-2014 adalah sebagai berikut:
‐ Perubahan organisasi dengan penambahan nomenklatur baru ”Reformasi Birokrasi”,
sehingga menjadi Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi;
‐ Perampingan unit eselon I dari 6 menjadi 4, dan eselon II dari 34 menjadi 27;
‐ Penambahan bidang organisasi yang mengelola penanganan sistem informasi, hukum,
hubungan masyarakat, organisasi dan tata laksana, layanan pengadaan barang dan jasa,
komunikasi dan informasi publik;
‐ Penguatan peran pengelolaan manajemen kinerja, SDM dan pengaduan masyarakat
Sedangkan perbaikan business process dilakukan melalui penyusunan dan reviu SOP untuk se­
tiap aktivitas yang ada pada unit kerja. Pada saat ini SOP tersebut sedang direviu kembali agar
selaras dengan proses bisnis yang berjalan.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 53


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Tingkat Persepsi masyarakat terhadap Gerakan RB


Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi da­
lam mewujudkan aparatur yang bersih, kompeten dan melayani telah dilakukan survey
persepsi masyarakat. Dalam tahun 2014 survey dilakukan 2 kali di 12 kota besar di In­
donesia dengan kuesioner yang memuat pernyataan yang berkaitan dengan 9 program
percepatan reformasi birokrasi di Indonesia. Selanjutnya dilakukan tabulasi dan skor
yang dihasilkan disimpulkan ke dalam predikat “sangat baik”, “baik”, “cukup”, “agak/
sedikit/kurang baik” dan “buruk”.
Berdasarkan hasil survey tersebut menunjukkan bahwa Indeks persepsi masyarakat
terhadap Reformasi Birokrasi Nasional hasil survey kedua sebesar 6,21 meningkat dari
indeks pada survei yang pertama sebesar 5,70.
Nilai indeks tertinggi terdapat pada area perubahan Peningkatan Kesejahteraan SDM
Aparatur Negara dengan indeks 7,46, sedangkan nilai indeks yang terendah terdapat
pada area perubahan “Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Aparatur pada sub
area perbuahan pertanggungjawaban” dengan indeks 5,52. Hasil survey selengkapnya
adalah sebagai berikut:

Area Perubahan Variabel Survey 1 Survey 2


Penataan Struktur Birokrasi Struktur Organisasi 5.73 6.54
Jumlah dan Distribusi PNS Sebaran PNS 5.28 5.91
Penataan Sistem Seleksi Dan Promosi Seleksi CPNS 4.94 6.27
Secara Terbuka Profesionalitas 5.29 5.58
Peningkatan Profesionalisme PNS Etika dan Disiplin PNS 5.53 5.41
Kecakapan PNS 5.95 6.11
Pengembangan Sistem Pemerintahan Pemerintahan Elektronik 6.52 6.81
Elektronik
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Kualitas Pelayanan 6.38 6.66
Kemudahan Berusaha 6.04 6.05
Peningkatan Transparansi dan Akunt­ Transparansi 5.84 6.68
abilitas Aparatur Pertanggungjawaban 5.01 5.2
Peningkatan Kesejahteraan SDM Kesejahteraan 6.74 7.07
Aparatur Negara
Peningkatan Efisiensi Belanja Aparatur Efisiensi 5.1 6.24
Negara
Jumlah 5.7 6.21

54 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk memperbaiki persepsi tersebut perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:


‐ dilakukan penataan struktur ­
birokrasi ‐ dilakukan publikasi melalui media so­
agar sesuai dengan kebutuhan sial, website, maupun dengan membuat
­masyarakat. spanduk atau gambar yang di pasang
di tempat pelayanan agar masyarakat
‐ dilakukan penyederhanaan struktur
­irokrasi secara bertahap dengan tu­
b dapat melihat dan merasa mudah untuk
menyelesaikan keperluannya.
juan memudahkan dalam melakukan
pelayanan terhadap masyarakat. Struk­ ‐ Agar jumlah dan distribusi PNS lebih me­
tur birokrasi yang telah sederhana ini rata maka sebaiknya dilakukan ­analisis
kemudian dijadikan standar pelayanan, beban kerja terlebih dahulu, kemudian
dan dilakukan kampanye atau publikasi baru dilakukan penempatan-penem­
terhadap struktur yang telah sederhana patan PNS sesuai dengan kebutuhan di
ini. tiap wilayah masing-masing.

Persentase aplikasi TIK yang terintegrasi


Penerapan elektronisasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya telah dilakukan Ke­
menterian PANRB, yang diawali dengan pembangunan web-site (www.menpan.go.id)
yang pada awalnya masih sangat sederhana dan konvensional. Selanjutnya dilakukan
pengembangan melalui:
a. Pengintegrasian sistem operasional berupa pemusatan server dan data base;
b. Upgrading site Performance yang mengubah tampilan web-site sehingga lebih ko­
munikatif dan menarik;
c. Pengembangan aplikasi dan penerapan sistem teknologi informasi diantaranya:
‐ Si Rara, yaitu aplikasi Sistem Informasi Pemesanan Ruang Rapat,
‐ Si Dara yaitu aplikasi Sistem Informasi Daftar Hadir Rapat,
‐ Si Mama yaitu aplikasi SMS Center,
‐ Si Mail yaitu aplikasi yang digunakan untuk monitoring persuratan,
‐ Si Reta yaitu aplikasi regristrasi tamu,
‐ Si Dara yaitu aplikasi daftar kehadiran pegawai,
‐ Si Duta yaitu aplikasi untuk menerima pengaduan masyarakat terkait pelayanan
kementerian PANRB,
‐ Whistle Blowing System, yaitu aplikasi pengaduan untuk kasusu yang berindikasi
tindak pidana korupsi,

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 55


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

‐ E-performance, yaitu aplikasi monitoring dan evaluasi kinerja unit,


‐ Asik yaitu Aplikasi Sistem Informasi kepegawaian,
‐ Si Mona yaitu aplikasi monitoring pencairan anggaran,
Seluruh aplikasi yang dikembangkan di atas belum sepenuhnya dapat diintergrasikan, kare­
na sebagian masih dalam proses pengembangan dan perbaikan.

Sasaran 5.2.

Terwujudnya SDM Kementerian PANRB yang


Profesional dan efektif
Sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompe­ Capaian terwujudnya SDM Kementerian PANRB
tensi mulai dari aspek pengetahuan, keterampilan, yang professional dan efektif adalah sebagai
sikap, dan perilaku sangat dibutuhkan dalam menun­ berikut:
jang keberhasilan pelaksanaan tugas Kementerian
PANRB. Oleh karena itu Kementerian PANRB terus Persentase Pegawai yang
berupaya untuk memperoleh pegawai yang kom­ memperoleh nilai prestasi
peten melalui proses rekruitmen yang baik, promo­ kerja baik

125 %
si terbuka dan meningkatkan kompetensi pegawai %
80 100 %
melalui pendidikan dan pelatihan sehingga seluruh
SDM Kementerian PANRB memiliki kemampuan baik
teknis dan manajerial sehiggga mendukung capaian
target realisasi
kinerja dan memiliki keunggulan kompetitif.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan baik jumlah Persentase pengisian jabatan


maupun kompetensi SDM Kementerian PANRB, eselon I dan II secara terbuka
­telah dilakukan berbagai upaya diantaranya melalui

100 %
%
penerimaan pegawai dan pegawai yang dipekerjaan 100 100 %
dari instansi lain. Sejak tahun 2007 s.d 2014 telah
dilakukan beberapa kali penerimaan pegawai un­
tuk memenuhi kebutuhan organisasi dan pengisian target realisasi
pegawai yang telah memasuki purna tugas.

56 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk pengembangan SDM, pada tahun 2012 telah dilakukan pemetaan minat dan bakat
serta kompetensi guna mengetahui sebaran kuantitas dan kualitas pegawai melalui Talent
Mapping. Kegiatan ini dilakukan terhadap pejabat eselon III dan IV dan seluruh staf sehingga
didapatkan gambaran utuh mengenai potensi bakat di Kementerian PANRB. Hasil dari Talent
Mapping digunakan dalam pengembangan pegawai terkait dengan peningkatan kapasitas,
pengembangan karier dan penempatan. Kegiatan serupa juga dilakukan pada tahun 2014
berupa Pool Talent yang diikuti oleh para pejabat eselon II, III, dan IV.

Di samping itu dalam rangka meningkatkan kompetensi Kementerian PANRB telah menye­
lenggarakan berbagai pelatihan berbasis kompetensi baik diklat teknis, fungsional, maupun
struktural, yang diselenggarakan baik dalam negeri maupun luar negeri. Selama 2014 telah
dilaksanakan berbagai Diklat Teknis di lingkungan Kementerian PANRB.

Persentase pegawai yang memperoleh nilai prestasi kerja baik


Penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai merupakan proses kegiatan yang dilakukan ­untuk
mengevaluasi tingkat pelaksanaan pekerjaan atau unjuk kerja (perfomance appraisal) seorang
pegawai. Sesuai dengan PP 46 bahwa penilaian prestasi kerja PNS terdiri dari unsur Sasaran
Kerja PNS (SKP) dan perilaku kerja, dengan bobot 60% dan 40%.
Penerapan SKP di lingkungan Kementerian PANRB telah dilakukan sejak tahun 2013 meskipun
belum seluruh unit kerja telah menerapkan sistem ini dan penilaian terakhir masih meng­
gunakan DP3. Namun mulai tahun 2014 penilaian pegawai telah menggunakan Penilaian
Prestasi Kerja. Berdasarkan hasil penilaian tersesbut menunjukkan bahwa seluruh pegawai
memperoleh nilai prestasi kerja rata-rata di atas 75 baik atau dengan kategori “Baik”.

Pengisian Jabatan Secara Terbuka


Untuk memperoleh pegawai Kementerian PANRB yang lebih professional khu­
susnya untuk Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) yang terdiri dari Jabatan Eselon I dan
Eselon II telah dilakukan pengisian secara terbuka. Kebijakan ini telah dilaksanakan
oleh Kementerian PANRB sejak tahun 2012 untuk mengisi empat jabatan Eselon
I. Selanjutnya tahun 2013 dan 2014 setiap pengisian Jabatan Eselon I dan II telah
dilakukan secara terbuka.
Dengan promosi jabatan secara terbuka tersebut diperoleh pejabat dari K/L/Pem­
da yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh Kementerian PANRB yang
diharapkan menunjang pelaksanaan tugas Kementerian agar menjadi lebih baik.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 57


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA
Sasaran 5.3

Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di


kementerian PANRB
Kementerian PANRB memegang peran strategis dalam Capaian terwujudnya reformasi birokrasi di
pengelolaan reformasi birokrasi. yaitu sebagai prime kementerian PANRB adalah sebagai berikut:
mover dalam mewujudkan reformasi birokasi nasional,
oleh karena itu maka kementerian PANRB harus menja­ Indeks Reformasi Birokrasi
di contoh bagi K/L/Pemda. Kementerian PANRB

100 %
Oleh sebab itu, untuk mendorong pelaksanaan refor­ *)
baikbaik
masi birokrasi pada instansi pemerintah lainnya, Ke­
menterian PANRB telah melakukan berbagai penataan
internal sebagai berikut:
target realisasi
1. Penguatan nilai-nilai Kementerian PANRB (Inte­ *) indikator 5.3.1.sebelumnya Nilai PMPRB dengan target
nilai 86, diganti menjadi indeks Reformasi Birokrasi “Baik”
gritas, Profesional, Akuntabel/IPA) sebagai bagian
dari Revolusi Mental melalui Sharing Knowlegde,
Reform Corner maupun leaflet, penempatan Tingkat persepsi masyarakat
banner di berbagai tempat strategis di Kem. PAN­ yang menyatakan “baik”
RB, dan Workshop Revolusi Mental dan Nilai-Nilai terhadap Kementerian PANRB

50 %
IPA bekerjasama dengan ESQ Leadership Center; %
90 45 %
2. Penguatan pengawasan dengan penerbitan
Peraturan Menteri PANRB Nomor 4 Tahun 2015
tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan target realisasi
Kementerian PANRB;
3. Penguatan bisnis proses melalui penerapan berb­
agai aplikasi berbasis elektronik yang meliputi e-performance, Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum, sistem pengaduan, layanan pengadaan secara elektronik (LPSE), Aplika­
si SMS center, Aplikasi monitoring persuratan (Si Mail), Aplikasi Registrasi Tamu (Si Reta),
Aplikasi data Kehadiran Pegawai (Si Dara), Aplikasi E-Complaint (Si Duta), Whistle Blowing
System, Sistem E-Formasi, Aplikasi Reservasi Ruang Rapat (Si Rara);
4. Penguatan pengelolaan pengaduan masyarakat terhadap Kementerian PANRB melalui
berbagai media terkait, khususnya masalah Seleksi CPNS tindak lanjut penanganan Tena­
ga Honorer K2, penjelasan SE Menteri PANRB Nomor 10, 11 dan 13 Tahun 2014, Kebija­
kan Moratorium PNS, pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN;
5. Membangun Sistem Manajemen SDM Terpadu Berbasis Kompetensi/Integrated Compe-
tency Based Human Resource Management System (ICBHRMS);

58 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA
6. Melakukan efisiensi anggaran dengan membatasi pelaksanaan kegiatan perjalanan
dinas, meniadakan rapat konsinyering di luar kantor dan efisiensi penggunaan energi;

Indeks RB Kementerian PANRB


Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 tentang Pedoman Evaluasi refor­
masi Birokrasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) telah dilaku­
kan evaluasi terhadap kemajuan reformasi birokrasi. Penilaian tersebut dilakukan secara
mandiri oleh Inspektorat melalui PMPRB-online. Selanjutnya dari hasil tersebut dilakukan
evaluasi dan berdasarkan Laporan hasil Evaluasi Kemajuan Reformasi Birokrasi bahwa Ke­
menterian PANRB memperoleh nilai 73,52 dengan kategori “Baik”, dengan beberapa ca­
paian diantaranya sebagai berikut:
1. penataan struktur organisasi dalam bentuk perampingan jabatan eselon I dan II serta
penghapusan jabatan eselon III dan IV secara bertahap;
2. promosi terbuka untuk eselon I dan II sejak tahun 2012;
3. dilakukan rekrutmen pegawai secara objektif dan sejak tahun 2013 telah menggu­
nakan CAT dalam pelaksanaan Tes Kemampuan Dasar (TKD);
4. pembangunan e government melalui penggunaan aplikasi untuk pelaynaan di bidang
kelembagaan, SDM dan penangan pengaduan masyarakat;
5. penerapan budaya unggul dan pembentukan agen perubahan dengan menjadikan
eselon I sebagai role model dalam memimpin perubahan;
6. penerapan whistle blowing system;
7. penerapan e-performance dalam pemantauan kinerja dalam upaya peningkatan capai­
an kinerja.
Upaya mempercepat dan mendorong proses pelaksanaan reformasi birokrasi pada Ke­
menterian PANRB, telah dibentuk Tim Reformasi Birokrasi Internal.

Namun demikian masih terdapat beberapa area yang harus dilakukan perbaikan diantara­
nya:
1. Melakukan evaluasi atas proses bisnis dan prosedur operasional tetap untuk seluruh
kegiatan utama;
2. Meningkatkan implementasi e-government secara terintegrasi sehingga dapat mening­
katkan kualitas pelayanan;
3. Menyempurnakan berbagai indikator kinerja individu agara selaras dengan kinerja
­organisasi;

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 59


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Tingkat persepsi masyarakat terhadap Kementerian PANRB


Tingkat persepsi dari pemangku kepentingan stakeholder Kementerian PAN sangat dipe­
ngaruhi oleh bagaimana Kementerian PANRB melaksanakan tugas pokok fungsinya da­
lam penyusunan kebijakan, melakukan koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelaksanaan
monitoring dan evaluasinya.

Untuk mengetahui tingkat persepsi tersebut dalam tahun 2014 telah dilakukan survey ke­
pada tamu yang berkunjung ke kantor Kementerian PANRB yang berasal dari pegawai ber­
bagai instansi pemerintah (PNS/TNI/Polri), Anggota Dewan, wartawan, LSM, mahasiswa,
dan masyarakat lainnya. Survey dilakukan menggunakan Aplikasi “Si-Sukma” dimana ­setiap
tamu memberikan penilaian dengan pilihan kategori “baik sekali”, “baik”, “­ cukup”, atau
“buruk” terhadap pelayanan Kementerian PANRB secara keseluruhan dengan ­menekan
tombol pada layar monitor yang disediakan.

Dari sebanyak 699 tamu (responden), 319 orang atau 45,64% menyatakan “baik” dan 288 res­
ponden atau 41,2% menyatakan “cukup”. Berikut ini rincian hasil survey selama tahun 2014:

Baik
Responden Baik Cukup Buruk Jumlah
Sekali
‐ PNS/TNI/Polri 2 221 196 44 463
‐ DPR/MPR/DPD/DPRD 0 39 20 7 66
‐ Wartawan 0 13 11 7 31
‐ LSM 0 7 15 1 23
‐ Mahasiswa 0 11 15 11 37
‐ Masyarakat 0 28 31 20 79
Jumlah 2 319 288 90 699
Persentase (%) 0.29 45.64 41.2 12.88 100

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sejak tahun 2012 s.d. 2014 Kementerian PANRB
mendapat penilaian “Baik” dari stakeholder, meskipun prosentasenya terjadi penurunan.
Hal tersebut disebabkan adanya perubahan metode dan unsur penilaian dalam survey.
Dalam tahun 2012 survey dilakukan menggunakan lembar questioner yang berisi 14
unsur pelayanan yang dinilai oleh responden, yang selanjutnya dilakukan tabulasi dan
dihitung rata-ratanya. Sedangkan tahun 2013 survey dilakukan secara on-line oleh pihak
ketiga (majalah gatra).

Selain hasil di atas telah dilakukan survey terkait dengan penerapan nilia-nilai IPA oleh
seluruh pegawai Kementerian PANRB. Secara umum indeks persepsi core values Kemen­
pan-RB (IPA) telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan sebelum dan sesudah

60 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

program RB dilaksanakan yaitu dari 3.21 (cukup baik) sebelum 2010 menjadi 3.61 (baik) pada
tahun 2014.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan persepsi masyarakat terhadap Kementerian PAN­
RB adalah melalui:
o Penetapan Nilai-Nilai Budaya Unggul Kementerian PANRB sebagai Inti dari Manajemen Peruba­
han yang meliputi Integritas, Profesional dan Akuntabel (IPA).
o Penguatan dan internalisasi nilai IPA melalui kegiatan dialog pimpinan dalam forum Shar-
ing Knowlegde, Reform Corner, penyebaran leaflet, penempatan banner di berbagai
tempat strategis di Kementerian PANRB. Penetapan Agen Perubahan dan Role Model di
lingkungan Kementerian PANRB.

Sasaran 5.4

Terwujudnya Kementerian PANRB yang akuntabel dan


bebas KKN
Capaian terwujudnya Kementerian PANRB
Saat ini pelaksanaan reformasi birokrasi masih dirasa yang akuntabel dan bebas KKN adalah sebagai
belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal berikut:
tersebut terkait dengan kompleksitas permasalahan
Opini BPK terhadap Laporan
dalam upaya mencari solusi perbaikan. Masih ting­
Keuangan Kementerian
ginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyak­
PANRB
nya praktek KKN, dan masih lemahnya pengawasan

100 %
terhadap kinerja aparatur negara merupakan cermi­ P
WT WTP
nan dari kondisi kinerja birokrasi yang masih jauh dari
harapan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya
yang lebih komprehensif dan terintegrasi dalam upa­
target realisasi
ya mendorong peningkatan kinerja birokrasi aparatur
negara. Tuntutan untuk menciptakan pemerintahan Nilai Hasil Evaluasi Penerapan
yang akuntabel dan bebas KKN merupakan amanah Sistem Akuntabilitas Kinerja
reformasi dan tuntutan seluruh rakyat Indonesia. Kementerian PANRB
ik)
A (ba (baik)

100 %
ri A
Pada Kementerian PANRB, sasaran ini sudah menun­ ego ori
Kat KAteg
jukkan hasil seperti yang diharapkan. Dan sebagai
prime mover dalam reformasi birokrasi, Kementerian
PANRB diharapkan menjaga kondisi ini agar menjadi
target realisasi
contoh bagi instansi lain.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 61


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian


PANRB
Berdasarkan Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, sejak tahun 2010 s.d.
2014 Laporan Keuangan Kementerian PANRB kecuali tahun 2012 memperoleh opini
Wajar Tanpa Pengecualitan (WTP). Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan opini
WTP dari BPK berupa perbaikan pengelolaan keuangan negara termasuk penge­
lolaan BMN, perbaikan dalam penyajian laporan keuangan dan meminimalisasi
penyim­pangan pelaksanaan yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

Nilai Hasil Evaluasi Penerapan Sistem Akuntabilitas


Kinerja Kementerian PANRB
Penerapan sistem akuntabilitas kinerja di kementerian PANRB menunjukkan perkem­
bangan yang cukup baik, bahkan untuk tahun 2013 dan 2014 Kementerian PANRB
mendapat “Kategori A” (memuaskan), meskipun masih ada yang harus diperbaiki
dan ditingkatkan, diantaranya menyempurnakan pengukuran kinerja seluruh pega­
wai yang mencerminkan kapasitas/bobot beban kinerja individu dan mendistribusikan
secara proposional target kinerja unit kerja kepada seluruh pegawai.
Berbagai upaya untuk meningkatkan penerapan sistem akuntabilitas kinerja di seluruh
unit kerja, diantaranya coaching clinic dan pendampingan terhadap seluruh unit ker­
ja dalam menyusun dokumen perencanaan seperti penyusunan Renstra, Rencana
­Kinerja Tahunan (RKT), RKA-KL, Penetapan Kinerja, pelaksanaan monitoring kinerja
dan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja.
Berikut ini perkembangan penerapan akuntabilitas kinerja sejak tahun 2010-2014:

Komponen
No. Bobot 2010 2011 2012 2013 2014
Yang Dinilai
a. Perencanaan Kinerja 35 22,53 22,94 25,61 28,90 28,87
b. Pengukuran Kinerja 20 11,42 12,98 13,07 15,24 15,41
c. Pelaporan Kinerja 15 10,50 10,63 10,75 11,94 11,41
d. Evaluasi Kinerja 10 7,08 7,46 8,08 7,79 7,92
e. Capaian Kinerja 20 13,58 12,64 13,59 13,10 13,60
Nilai Hasil Evaluasi 100 65,11 66,65 71,10 76,97 77,21
Kategori CC B B A A

62 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Bab III
AKUNTABILITAS KINERJA

D. Realisasi Anggaran
Untuk mencapai sasaran strategis tahun 2014 dari pagu anggaran sebesar Rp146.152.116,000
telah direalisasi sebesar Rp115.982.544.082 atau 79,36%, dengan rincian sebagai berikut:
No Tujuan Anggaran Realisasi %

1 Terwujudnya pemerintahan yang 18.261.856.000 9.937.046.172 54,41%


efektif dan efisien
2 Terwujudnya SDM Aparatur yang 7.207.838.000 5.377.582.431 74,61%
kompeten dan kompetitif
3 Terwujudnya pemerintahan yang 19.669.719.000 11.444.804.173 58,18%
terbuka dan melayani
4 Mewujudkan aparatur yang bersih, 8.021.540.000 5.661.223.583 70,58%
bebas KKN dan akuntabel
5 Mewujudkan aparatur yang 92.992.163.000 83.561.887.722 89,86%
professional dan berkinerja tinggi
Jumlah 146.153.116.000 115.982.544.082 79,36%

*) Rincian anggaran dan realisasi per sasaran lihat Lampiran-8

Sedangkan selama periode tahun 2010 s.d. 2014 jumlah realisasi anggaran adalah sebesar
Rp793.761.522.000 atau 69,20% dari total anggaran sebesar Rp549.319.271.162, dengan
rincian sebagai berikut:
No. Tahun Anggaran Realisasi %

1. 2010 124.651.091.000 83.366.827.200 66,88 %

2. 2011 152.514.772.000 93.416.074.902 61,25 %

3. 2012 140.648.007.000 109.860.620.617 78,11 %

4. 2013 229.794.536.000 146.693.204.361 63,84 %

5. 2014 146.153.116.000 115.982.544.082 79,36%

Jumlah 793.761.522.000 549.319.271.162 69,20%

Jumlah realisasi anggaran tahun 2014 sebesar 79,36%, apabila dibandingkan dengan ­capaian
kinerja periode 2010-2014 sebesar 84,03% menunjukkan adanya efisiensi/penghematan
penggunaan anggaran. Efisiensi tersebut pada umumnya dari pengadaan barang/jasa, peng­
hematan dalam pelaksanaan kegiatan, seperti pengurangan biaya perjalanan dinas, membata­
si rapat konsinyering yang dilaksanakan di hotel dan sinergi dalam monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 63


Bab IV
Penutup
L
aporan Kinerja Kementerian PANRB Tahun sebelumnya. Di samping itu kebijakan terkait
2014 menyajikan berbagai keberhasilan pengembangan e-government dan penguatan
maupun kegagalan capaian strategis yang pengawasan memerlukan upaya yang lebih agar
ditunjukkan oleh Kementerian PANRB pada segera terwujud menjadi undang-undang.
tahun anggaran 2014 dan perkembangan dari
tahun-tahun sebelumnya, yang tercermin pada Di sisi lain pada tingkat pelaksanaan ke­
capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan bijakan bidang pendayagunaan aparatur negara
tujuan dan sasaran. Secara umum capaian sasaran dan reformasi birokrasi menunjukan capaian yang
strategis 2010-2014 menunjukkan perkembangan cukup baik, meskipun beberapa indikator kinerja
yang signifikan, meskipun belum sepenuhnya masih membutuhkan komitmen, keterlibatan,
mencapai target RPJMN. dan dukungan aktif segenap komponen aparatur
negara, masyarakat, dunia usaha dan civil society.
Kementerian PANRB yang diberikan tugas, Upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama
tanggung jawab, dan amanah untuk melaku­ dengan berbagai instansi di pusat maupun daerah
kan perumusan kebijakan, bersyukur karena di harus dilakukan dengan lebih intensif, mengingat
penghujung tahun 2014 kebijakan yang sangat berbagai target indikator hanya dapat dicapai
dibutuhkan dalam proses reformasi birokrasi, dengan melibatkan segenap instansi pemerin­
yaitu UU No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur tah pusat dan daerah, dalam penyelenggaraan
Sipil Negara dan UU No. 30 2014 tentang Ad­ sistem pemerintahan yang berorientasi pada hasil,
ministrasi Pemerintahan telah disahkan. Kebijakan berbasis kinerja dan bertujuan melayani serta
ini menjadi pelengkap dari UU 25 tahun 2009 memberdayakan masyarakat.
tentang Pelayanan Publik dan UU 39 tahun 2009
tentang Kementerian Negara yang sudah terbit

Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi.

64 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran
LAMPIRAN I
PENETAPAN KINERJA
KEMENTERIAN PAN DAN REFORMASI BIROKRASI
TAHUN 2014
No Tujuan dan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program

1 Terwujudnya pemerintahan yang efektif dan efisien


1.1 Mewujudkan kebijakan PAN RB jumlah kebijakan terkait pelaksanaan PAN 44 Kebijakan
yang komprehensif dan sesuai RB yang diterbitkan
kebutuhan
1.2 Mewujudkan organisasi pemerintah jumlah lembaga/unit organisasi yang efek- 30 Unit
yang tepat fungsi dan tepat ukuran tif setelah penataan
  Jumlah Kementerian yang telah dievaluasi/ 17
diaudit Kementerian
1.3 Terwujudnya tatalaksana pemerin- Jumlah urusan pemerintah strategis yang 2 urusan
tahan yang efektif dan efisien telah dilakukan penataan bisnis prosesnya
2 Terwujudnya SDM Aparatur yang kompeten dan kompetitif
2.1 Mewujudkan sistem rekrutmen % K/L/pemda yang menerapkan sistem 100 % Program
yang terbuka dan independen rekrutmen terbuka Pendayagunaan
  Aparatur Negara
% K/L/Pemda yang mendapatkan alokasi 100 % dan Reeformasi
formasi CPNS dari pelamar umum dan Birokrasi
telah menerapkan kebijakan pengadaan
dengan sistem CAT
2.2 Terwujudnya sistem penempatan % K/L/pemda yang telah menerapkan PP 100 %
dan promosi yang kompetitif dan 46/2011
terbuka jumlah K/L/Pemda yang telah melak- 50 K/L/P
  sanakan promosi jabatan secara terbuka (20 K/L;
untuk pejabat eselon I dan II 10 Prov;
20 Kab/
Kota)
2.3 Terwujudnya sistem pengembangan Jumlah K/L/Pemda yang memiliki standar 30 K/L/P
SDM Aparatur berbasis kompetensi kompetensi jabatan struktural
jabatan Jumlah jabatan fungsional baru yang 10 jabatan
ditetapkan

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 65


Lampiran

Lampiran 1
No Tujuan dan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program
3 Terwujudnya pemerintah yang Terbuka dan Melayani
3.1 Terwujudnya efektivitas pelaksa- Jumlah K/L/Pemda yang RB-nya kategori 75 K/L/P
naan reformasi birokrasi Baik
3.2 Mewujudkan pelayanan publik yang IPK (indeks Persepsi Korupsi) 40
terus menerus meningkat kuali- peringkat ease of doing business 100
tasnya 
jumlah instansi pemerintah yang telah 99 IP
mereplikasi pelayanan publik
Jumlah unit inovatif pelayanan publik yang 33 unit
mengikuti UNPSA
Jumlah laporan evaluasi nasional atas 1 laporan
kualitas pelayanan publik pemerintah
3.3  Mewujudkan sistem penanganan % K/L yang menerapkan Sistem Pengelo- 100 %
pengaduan masyarakat yang terbu- laan Pengaduan Pelayanan Publik
ka dan responsif
3.4 Mewujudkan sistem pemerintahan % instansi pemerintah yang menggunakan 10 %
yang informatif TIK dalam manajemen pelayanannya
Program
Pendayagunaan
4 Mewujudkan aparatur yang bersih, bebas KKN dan akuntabel Aparatur Negara
4.1 Terwujudnya SDM aparatur yang Jumlah K/L/Pemda yang telah melak- 30 K/L/P dan Reeformasi
berintegritas dan disiplin sanakan penegakan kode etik, disiplin dan Birokrasi
konflik kepentingan
4.2 Terwujudnya Instansi pemerintah skor integritas nasional 8
  yang bersih dan bebas KKN % opini BPK atas LKK/L dengan status 100 %
     WTP
 
% opini BPK atas LKPD dengan WTP 60 %
Jumlah unit kerja pada Instansi Pemerintah 30 unit
yang memperoleh predikat menuju WBK/
WBBM
% laporan pengaduan terkait aparatur yang 90 %
disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh
instansi pemerintah
4.3 Meningkatnya instansi pemerintah % K/L yang akuntabilitas kinerjanya baik 77,67%
yang akuntabel (98 % K/L;
90 % Prov;
45 % Kab/
Kota)

66 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran

Lampiran 1
No Tujuan dan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program
5 Mewujudkan aparatur Kementerian PANRB yang professional dan berkinerja tinggi
5.1 Mewujudkan organisasi kementeri- Tingkat persepsi masyarakat terhadap Baik
  an PANRB yang efektif dan efisien gerakan Reformasi Birokrasi
Program
persentase aplikasi TIK yang terintegrasi 100 % Dukungan
5.2 Terwujudnya SDM Kementerian % pegawai yang memperoleh nilai SKP 80 % Manajemen dan
  PANRB yang profesional dan kom- baik pelaksanaan
petitif Tugas Lain
% pengisian jabatan eselon I dan II secara 100 % Kementerian
  terbuka PANRB dan
5.3 Terwujudnya pelaksanaan reformasi Nilai PMPRB Kementerian PANRB Kategori Program Sarana
  birokrasi di Kementerian PAN dan Baik dan Prasarana
RB Tingkat persepsi masyarakat yang menya- 90 % Aparatur
  takan baik terhadap Kementerian PANRB Kementerian
PANRB
5.4 Mewujudkan Kementerian PANRB Opini BPK terhadap Laporan keuangan WTP
  yang akuntabel dan bebas KKN Kementerian PANRB
  Nilai Hasil evaluasi Penerapan Sistem Kategori A
Akuntabilitas Kinerja Kementerian PANRB (Baik)

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 67


Lampiran

LAMPIRAN 2
REALISASI PENETAPAN KINERJA
KEMENTERIAN PAN DAN REFORMASI BIROKRASI
TAHUN 2014
Tujuan dan Sasaran % Realisasi % Realisasi
No Indikator Kinerja Target Realisasi
Strategis Per Indikator Per Sasaran
1 Terwujudnya pemerintahan yang efektif dan efisien
1.1 Mewujudkan kebijakan jumlah kebijakan terkait pelaksa- 44 Kebija- 56 Kebija- 127% 127%
PAN RB yang kom- naan PAN RB yang diterbitkan kan kan
prehensif dan sesuai
kebutuhan
1.2 Mewujudkan organisasi jumlah lembaga/unit organisasi 30 Unit 87 Unit 290%
pemerintah yang tepat yang efektif setelah penataan
145%
fungsi dan tepat ukuran Jumlah Kementerian yang telah 17 Kemen­ 16 Ke- 94%
  dievaluasi/diaudit terian menterian
1.3 Terwujudnya tatalaksa- Jumlah urusan pemerintah 2 urusan 2 urusan 100% 100%
na pemerintahan yang strategis yang telah dilakukan
efektif dan efisien penataan bisnis prosesnya
2 Terwujudnya SDM Aparatur yang kompeten dan kompetitif
2.1 Mewujudkan sistem % K/L/pemda yang menerapkan 100 % 100% 100%
rekrutmen yang terbu- sistem rekrutmen terbuka
ka dan independen % K/L/Pemda yang mendapatkan 100 % 100% 100%
  alokasi formasi CPNS dari pela- 100%
mar umum dan telah menerap-
kan kebijakan pengadaan dengan
sistem CAT
2.2 Terwujudnya sistem % K/L/pemda yang telah mener- 100 % 100% 100%
penempatan dan pro- apkan PP 46/2011
mosi yang kompetitif jumlah K/L/Pemda yang telah 50 K/L/P 23 K/L/P 46%
73%
dan terbuka melaksanakan promosi jabatan (20 K/L; 10 (12 K/L;
  secara terbuka untuk pejabat Prov; 20 5 Prov; 6
eselon I dan II Kab/Kota) Kab/Kota)
2.3 Terwujudnya sistem Jumlah K/L/Pemda yang memi- 30 K/L/P 25 K/L/P 83%
pengembangan SDM liki standar kompetensi jabatan
Aparatur berbasis kom- struktural 131,50%
petensi jabatan Jumlah jabatan fungsional baru 10 jabatan 18 Ja- 180%
yang ditetapkan batan

68 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran

Lampiran 2
Tujuan dan Sasaran % Realisasi % Realisasi
No Indikator Kinerja Target Realisasi
Strategis Per Indikator Per Sasaran
3 Terwujudnya Pemerintahan yang Terbuka dan Melayani
3.1 Terwujudnya efektivitas Jumlah K/L/Pemda yang RB-nya 75 K/L/P 51 K/L/P 68% 68%
pelaksanaan reformasi kategori Baik
birokrasi
3.2 Mewujudkan pelayanan IPK (indeks Persepsi Korupsi) 40 34 85%
  publik yang terus peringkat ease of doing business 100 114 86%
  menerus meningkat jumlah instansi pemerintah yang 99 IP 99 IP 100%
  kualitasnya membuat inovasi pelayanan publik 1)
  96%
Jumlah unit inovatif pelayanan 33 Unit 33 Unit 109%
 
publik yang mengikuti UNPSA
 
  Jumlah laporan evaluasi nasional 1 laporan 1 Laporan 100%
atas kualitas pelayanan publik
pemerintah
3.3 Mewujudkan sistem % K/L/Pemda yang menerapkan 100% K/L 97 % K/L 97% 97%
  penanganan pengad- Sistem Pengelolaan Pengaduan  
  uan masyarakat yang Pelayanan Publik
terbuka dan responsif
3.4 Mewujudkan sistem % instansi pemerintah yang 10 % 10% 100% 100%
pemerintahan yang menggunakan TIK dalam manaje-
informatif men pelayanannya
4. Mewujudkan aparatur yang bersih, bebas KKN dan akuntabel
4.1 Terwujudnya SDM Jumlah K/L/Pemda yang telah 30 K/L/ 10 K/L/ 33% 33%
aparatur yang berinteg- melaksanakan penegakan kode etik, Pemda Pemda
ritas dan disiplin disiplin dan konflik kepentingan
4.2 Terwujudnya Instansi skor integritas nasional 8 7,22 90,25%
pemerintah yang bersih % opini BPK atas LKK/L dengan 100 % 74% 74%
dan bebas KKN status WTP
  % opini BPK atas LKPD dengan WTP 60 % 33% 55%
 
Jumlah unit kerja Instansi Pemer- 30 unit 21 Unit 70%
  73,05%
intah yang memperoleh predikat  
 
menuju WBK/WBBM
 
  % laporan pengaduan terkait 90 % 68% 76%
  aparatur yang disalurkan dan
telah ditindaklanjuti oleh instansi
pemerintah

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 69


Lampiran

Lampiran 2
Tujuan dan Sasaran % Realisasi % Realisasi
No Indikator Kinerja Target Realisasi
Strategis Per Indikator Per Sasaran
4.3 Meningkatnya instan- % K/L/P yang akuntabilitas kiner- 77,67% 77,13% 99,37% 99,37%
si pemerintah yang janya baik
akuntabel
5 Mewujudkan aparatur Kementerian PANRB yang professional dan berkinerja tinggi
5.1 Mewujudkan organisasi Tingkat persepsi masyarakat Baik Baik 100%
  kementerian PANRB terhadap gerakan Reformasi
yang efektif dan efisien Birokrasi 95%
  persentase aplikasi TIK yang 100 % 90% 90%
terintegrasi
5.2 Terwujudnya SDM % pegawai yang memperoleh 80 % 100% 125%
  Kementerian PANRB nilai SKP baik
yang profesional dan % pengisian jabatan eselon I dan 100 % 100% 100% 112,50%
kompetitif II secara terbuka
 
5.3 Terwujudnya pelaksa- Nilai PMPRB Kementerian Baik Baik 100%
  naan reformasi birokra- PANRB
si di Kementerian PAN Tingkat persepsi masyarakat 90 % 45% 50% 75%
dan RB yang menyatakan baik terhadap
  Kementerian PANRB
5.4 Mewujudkan Kemente- Opini BPK terhadap Laporan WTP WTP 100%
  rian PANRB yang akunt- keuangan Kementerian PANRB
abel dan bebas KKN Nilai Hasil evaluasi Penerapan Kategori A Kategori 100% 100%
  Sistem Akuntabilitas Kinerja (Baik) A (Baik)
Kementerian PANRB
Capaian Rata-Rata 89.11% 83.89%

70 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran

LAMPIRAN 3
KEBIJAKAN YANG TELAH DITERBITKAN DAN DALAM PROSES PENYUSUNAN
KEMENTERIAN PAN DAN REFORMASI BIROKRASI
TAHUN 2014
No Jenis Peraturan Target Realisasi
Tentang Jml Jml Uraian
1. Undang-Undang UU Sistem Pengawasan Internal 1 - Masih dalam proses pembahasan
Pemerintah
UU tentang Administrasi Pemerintahan 1 1 Telah terbit UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintah
Jumlah 2 1
2. Rancangan Un- RUU tentang organisasi/ kelembagaan 1 - Masih dalam proses pembahasan
dang-Undang pemerintah
RUU tentang e-Govemment 1 - Masih dalam proses pembahasan
Jumlah 2 0
3. Rancangan Pera- RPP tindak lanjut UU Administrasi 1 - Masih dalam proses pembahasan
turan Pemerintah Pemerintahan
RPP Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 2014 6 6 RPP tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan
tentang ASN Perjanjian Kerja (PPPK);
RPP tentang Manajemen PNS;
RPP tentang Gaji dan Tunjangan
RPP tentang Pensiun dan Tunjangan Hari Tua;
RPP tentang Disiplin dan Penilaian Kinerja
RPP tentang Korps Pegawai ASN
PP terkait dengan Gaji dan Tunjangan 5 - Masih dalam Proses pembahasan
PNS, TNI, Polri, Veteran dan Perintis
Kemerdekaan
Jumlah 12 6
3 Peraturan Presiden Rperpres terkait e-Govemment 1 1 RPerpres tentang penyelenggaraan sistem Pemerintah
Berbasis elektronik pada badan pemerintah
Rperpres terkait organisasi pemerintah/ 2 15 RPepres tentang Pokok-pokok organisasi Kementerian
kementerian negara (pengganti Perpres No. 47/2019
Dan Rpepres untuk masing-masing Kementerian
Perpres Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 4 4 Perpres terkait Pedoman Penyusunan Persyaratan
2014 tentang ASN Kompetensi dan Kualifikasi PPPK dan 3 Perpres terkait
dengan kelembagaan/ organisasi KASN, LAN, dan BKN
Jumlah 7 20

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 71


Lampiran

Lampiran 3
No Jenis Peraturan Target Realisasi
Tentang Jml Jml Uraian
4 PermenPANRB Per.Men.PANRB terkait penataan 2 2 Per.Men.PANRB terkait penataan organisasi dan
organisasi dan ketatalaksanaan ketatalaksanaan pemerintah
pemerintah
Per.MenPANRB terkait penerapan 1 1 Per.MenPANRB terkait penerapan
e-government e-govemment
Per.MenPANRB tentang Road Map 1 1 Per.MenPANRB tentang Road Map Reformasi Birokrasi
Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019 Tahun 2015-2019
Per.MenPANRB terkait lmplementasi 1 1 Per.MenPANRB terkait lmplementasi Sistem lndeks
Sistem lndeks PANRB PANRB
Per.MenPANRB terkait Akuntabilitas 1 1 Per.MenPANRB terkait Akuntabilitas Kinerja
Kinerja
Per.MenPANRB terkait Evaluasi APIP 1 1 Per.MenPANRB terkait Evaluasi APIP
Per.MenPANRB terkait Pengawasan 2 2 Per.MenPANRB terkait Pengawasan Masyarakat
Masyarakat dan Aparatur dan Aparatur
Per.MenPANRB terkait Pelaksanaan 2 2 Per.MenPANRB terkait Pelaksanaan Perencanaan
Perencanaan PNS PNS
Per.MenPANRB terkait Penetapan 10 18 Per.MenPANRB terkait Penetapan Jabatan Fungsional
Jabatan Fungsional Tertentu Baru Tertentu Baru
Jumlah 21 29
Total 44 56

72 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran

LAMPIRAN 4
DAFTAR LNS YANG DIHAPUSKAN
DAN PELIMPAHAN TUGAS DAN FUNGSI

No Nama LNS Dasar Awal Pelimpahan

Yang Dihapuskan Pembentukan LNS  Tugas dan Fungsi


1 Dewan Penerbangan dan Antariksa Keppres No. 99/1993 jo Dilaksanakan oleh LAPAN
Nasional RI  Keppres No. 132/1998
2 Lembaga Koordinasi dan Pengen- Keppres No. 83/1999 Dilaksanakan Kementerian
dalian Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Sosial Penyandang Cacat
3 Dewan Buku Nasional Keppres No. 110/199 Dilaksanakan oleh Kementerian
Kebudayaan dan Pendidikan
Dasar dan Menengah
4 Komisi Hukum Nasional Keppres No. 15/2000 Dilaksanakan Kementerian Hu-
kum dan HAM
5 Badan Kebijaksanaan dan Pengen- Keppres No. 63/2000 Dilaksanakan Kementerian PU
dalian Pembangunan Perumahan dan dan Perumahan Rakyat
Pemukiman Nasional
6 Komite Antar Departemen Bidang Keppres No. 80/2000 Dilaksanakan Kementerian
Kehutanan Lingkungan Hidup dan Kehutan-
an
7 Badan Pengembangan Kawasan Keppres No. 150/2000 Dilaksanakan Kementerian PU
Pengembangan Ekonomi Terpadu dan Perumahan Rakyat
8 Komite Aksi Nasional Penghapusan Keppres No. 12/2001 Dilaksanakan Kementerian
Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Tenaga Kerja
Untuk Anak
9 Dewan Pengembangan Kawasan Keppres No. 44/2002 Dilaksanakan oleh Kementerian
Timur Indonesia Desa, PDT dan Transmigrasi
10 Dewan Gula Indonesia Keppres No. 63/2003 Dilaksanakan oleh Kementerian
Pertanian

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 73


Lampiran
LAMPIRAN 5
DAFTAR JABATAN FUNGSIONAL BARU
TAHUN 2014
Nama Jabatan Dasar Hukum
No Instansi Pembina
Fungsional (PermenPANRB)
I Jabatan Fungsional Baru
1 Polisi Pamong Praja Kementerian Dalam Negeri No. 4 Tahun 2014
2 Penyuluh Hukum Kementerian Hukum dan HAM No. 3 Tahun 2014
3 Pemeriksa Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM No. 8 Tahun 2014
4 Analis Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM No. 7 Tahun 2014
5 Analis Keuangan Pemerintah Pusat dan Kementerian Keuangan No. 42 Tahun 2014
Daerah
6 Pelelang Kementerian Keuangan No. 43 Tahun 2014
7 Analis Manajemen Mutu Industri Kementerian Perindustrian No. 45 Tahun 2014
8 Pengamat Tera Kementerian Perdagangan No. 33 Tahun 2014
9 Pranata Laboratorium Kemetrologian Kementerian Perdagangan No. 34 Tahun 2014
10 Pengawas Kemetrologian Kementerian Perdagangan No. 35 Tahun 2014
11 Analis Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian No. 38 Tahun 2014
12 Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 44 Tahun 2014
13 Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 36 Tahun 2014
14 Rescuer Badan SAR Nasional No. 10 Tahun 2014
15 Analis APBN Sekretariat DPR No. 39 Tahun 2014
16 Pelatih Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga No. 40 Tahun 2014
17 Asisten Pelatih Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga No. 41 Tahun 2014
18 Penyuluh Narkoba Badan Narkotika Nasional No. 46 Tahun 2014
II Jabatan Fungsional yang direvisi
1 Penguji Mutu Barang Kementerian Perdagangan No. 37 Tahn 2014
2 Penera Kementerian Perdagangan No. 32 Tahun 2014
3 Pengantar Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2014
4 Perawat Kementerian Kesehatan No. 25 Tahun 2014
5 Perawat Gigi Kementerian Kesehatan No. 23 Tahun 2014
6 Pranata Hubungan Masyarakat Kementerian Kesehatan No. 6 Tahun 2014
7 Widyaiswara Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 22 Tahun 2014
8 Pustakawan Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS) No. 9 tahun 2014
9 Pranata Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) No. 2 Tahun 2014
10 Penerjemah Sekretariat Negara No. 49 Tahun 2014

74 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran
LAMPIRAN 6
DAFTAR UNIT ORGANISASI
YANG DITATA ORGANISASI DAN TATA KERJANYA
TAHUN 2014
No. Kementerian/ Unit Organisasi
Lembaga
1. POLRI 1) Pembentukan Polda Papua Barat, Polres Lanny Jaya dan Polres
Mamberamo Raya
2) Pembentukan 215 Polsubsekstor dan Penambahan Kuota 2 Polsek
2. Kejaksaan Agung 3) Pembentukan organisasi dan tata kerja Pusat Pemulihan Aset di
lingkungan Kejaksaan RI
4) Pembentukan UPT RSU Adhyaksa di lingkungan Kejaksaan RI
5) Pembentukan organisasi dan tata kerja Kejaksaan Negeri Martapura
dan Kejaksaan Negeri Selat Panjang
3. KPU 6) Pembentukan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Utara
7) Pembentukan Sekretariat KPU Kab. Pesisir Barat, Kab. Mahakam Ulu
dan Kab. Konawe Kepulauan di lingkungan KPU
4. Kementerian Luar 8) Pembentukan Atase Hukum di Arab Saudi dan Malaysia pada
Negeri Kementerian Luar Negeri.
9) Pembentukan Atase Pendidikan KBRI Dili di lingkungan Kementerian
Luar Negeri
5. BMKG 10) Perubahan nomenklatur unit pelaksana teknis di lingkungan BMKG
11) Penataan organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di lingkungan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
12) Penataan organisasi dan tata kerja Sekolah Tinggi Meteorologi,
Klimatologim dan Geofisikan (STMKG)
4. BPKS 13) Penataan organisasi dan tata kerja Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS Sabang)
5. Badan Pertanahan 14) Pembentukan Kantor Pertanahan di lingkungan Badan Pertanahan
Nasional Nasional
6. Badan Kepegawaian 15) Pembentukan Kantor Regional BKN Aceh dan BKN Papua Barat di
Negara lingkungan Badan Kepegawaian Negara
16) Penataan organisasi dan tata kerja Badan Kepegawaian Negara

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 75


Lampiran

Lampiran 6
No. Kementerian/ Unit Organisasi
Lembaga
7. Kementerian 17) Penataan organisasi dan tata kerja UPT Unit Penyelenggara Bandar
Perhubungan Udara (UPBU) Kementerian Perhubungan
18) Penataan organisasi dan tata kerja UPT di lingkungan Sirektorat
Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan
19) Penataan organisasi dan tata kerja UPT Balai Kesehatan Penerbangan,
Kementerian Perhubungan
20) Penataan organisasi dan tata kerja BP2IP Malahayati Aceh dan BP2IP
Sorong
21) Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Akademi Perkeretaapian Madiun
22) Penataan organisasi dan tata kerja Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang dan Makassar
23) Penataan organisasi dan tata kerja Akademi Teknik dan Keselamatan
Penerbangan (ATKP) Surabaya
8. Kementerian Kelauatan 24) Penataan organisasi dan tata kerja Sekolah Usaha Perikanan
dan perikanan Menengah Kupang, Kementerian Kelautan dan Perikanan
25) Penataan organisasi dan tata kerja Politeknik Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
9. DPR RI 26) Penataan organisasi unsur pendukung DPR RI

10. BPOM 27) Pembentukan Balai POM baru


11. Kementerian Dalam 28) Tanggapan penataan UPT Balai Pemberdayaan Masyarakat Desa di
Negeri lingkungan Kementerian Dalam Negeri
12. Kementreian Pertahanan 29) Penataan Rumah Sakit dr. Suyoto di lingkungan Kementerian
Pertahanan
30) Pembentukan Badan Instalasi Strategis Nasional, Kementerian
Pertahanan
13. Kementerian Hukum dan 31) Persetujuan perubahan nomenklatur dan wilayah kerja pada UPT
HAM Pemasyarakatan dan UPT imigrasi di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM
32) Penataan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian
Hukum dan HAM
33) Pembentukan 9 lapas, 4 rutan dan 1 kanim di lingkungan Kementerian
Hukum dan HAM.
14. Kementerian 34) Penataan organisasi dan tata kerja UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan
Perindustrian Industri Kementerian Perindustrian.

76 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran

Lampiran 6
No. Kementerian/ Unit Organisasi
Lembaga
15. BNP2TKI 35) Penataan organisasi dan tata kerja UPT di lingkungan Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
16. BP BATAM 36) Penataan organisasi dan tata kerja BP Batam
17. SAR 37) Kriteria Klasifikasi Kantor SAR dan peningkatan Eselon Kantor SAR
18. Kementerian Komunikasi 38) Penataan organisasi dan tata kerja Sekolah Tinggi Multi Media
dan dan Informasi Yogyakarta
19. BNN 39) Revisi perubahan kedudukan Balai Besar Rehabilitasi BNN di
lingkungan Badan Narkotika Nasional
20. Kementerian Keuangan 40) Penataan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
41) Penataan organisasi dan tata kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai
21. Kementerian ESDM 42) Evaluasi Organisasi dan Tata Kerja Kementerian ESDM
22. Kementerian Agama 43) Pembentukan KUA Kecamatan
44) Peningkatan Status Asrama Haji menjadi UPT
45) Organisasi dan Tata Kerja UIN Sunan Ampel
46) Organisasi dan Tata Kerja UIN Ar-Raniry Banda Aceh
47) Alih status 3 IAIN menjadi UIN
48) Organisasi dan Tata Kerja UIN Sunan Ampel
49) Alih status 9 STAIN menjadi IAIN
50) Penegerian STAI Meulaboh menjadi STAIN Meulaboh
51) Penegerian STAI Bengkalis menjadi STAIN Bengkalis
23. Kementerian 52) Relokasi Operasional ITPC Chicago ke New York dan Pembukaan ITPC
Perdagangan Shanghai.
24. BATAN 53) Penataan organisasi dan tata kerja UPT di lingkungan BATAN.
25. TVRI 54) Pembentukan Stasiun Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik TVRI
Stasiun Bangka Belitung.
26. RRI 55) Kriteria Klasifikasi dan Peningkatan Status Stasiun Penyiaran LPP RRI.

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 77


Lampiran

Lampiran 6
No. Kementerian/ Unit Organisasi
Lembaga
27 Kementerian Pendidikan 56) Pembentukan Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Syiah Kuala
dan Kebudayaan 57) Penataan Organisasi dan Tata Kerja Univ. Jambi
58) Penataan Organisasi dan Tata Kerja Univ. Jenderal Soedirman
59) Penataan Organisasi dan Tata Kerja Univ. Lambung Mangkurat
60) Pendirian Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Negeri Tanah Laut
61) Pendirian Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Negeri Ketapang
62) Perubahan STSI Bandung menjadi ISBI Bandung
63) Penataan Orgnisasi dan Tata Kerja Politeknik Negeri Semarang
64) Penataan Organissi dan Tata Kerja Univ.Lampung
65) Penataan Organisasi dan tata kerja Univ Sebelas Maret
66) Penataan Organisasi dan tata kerja Univ. Mataram
67) Penataan Organisasi dan tata kerja Univ. Riau
68) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri UNSIKA
69) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri UNIMOR
70) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri ITERA
71) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri ITK
72) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri ISBI ACEH
73) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri ISBI PAPUA
74) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri UPN JOGJAKARTA
75) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri UPN JAWA TIMUR
76) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri UPN JAKARTA
77) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri POLITEKNIK CILACAP
78) Pendirian Perguruan Tinggi Negeri POLITEKNIK INDRAMAYU
79) Penataan Organisasi dan Tata Kerja UHO
80) Penataan Organisasi dan Tata Kerja Polije
81) Penataan Organisasi dan Tata Kerja Unimed
82) Penataan Organisasi dan Tata Kerja Poltani Payakumbuh
83) Organisasi dan Tata Kerja USN
84) Organisasi dan Tata Kerja Untidar
85) Organisasi dan Tata Kerja Unsil
86) Organisasi dan Tata Kerja UTU

78 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran

LAMPIRAN 7
UNIT INOVATIF PELAYANAN PUBLIK
YANG MENGIKUTI UNPSA 2015
1) Dinas Pendapatan dan Pengelolaan 20) Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan
Keuangan Daerah Kota Cilegon Kemiskinan (UPTPK) Kab. Sragen
2) Media Center/Dinas Komunikasi dan 21) Dinas Kesehatan Kab. Pangkep
Informatika Kota Surabaya 22) Kantor Pertanahan Kab. Tangerang
3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 23) BKIP Semarang Kementerian Kelautan dan
Provinsi Aceh Perikanan
4) Sekretariat Daerah Kota Banda Aceh 24) Balitbangnovda Provinsi Sumatera Selatan
5) Dinas Pendapatan dan Pengelolaan 25) Pustekkom Kementerian Pendidikan dan
Keuangan Daerah Kab. Banyuwangi Kebudayaan
6) Komisi Pemberantasan Korupsi 26) Dinas Kesehatan Kab. Gianyar
7) Taman Pintar Kota Yogyakarta 27) Dinas Perhubungan LLAJ Provinsi Jawa
8) Rumah Sehat Lansia/Dinas Kesehatan Kota Timur
Yogyakarta 28) Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
9) Dinas Pendidikan Kab. Luwu Utara Kota Surakarta
10) E-Musrenbang/ Badan Perencanaan 29) Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan Kota
Pembangunan Daerah Kota Surabaya Yogyakarta
11) Ditjen AHU Kementerian Hukum dan HAM 30) RSUD Kab. Kulonprogo
12) Surabaya Single Window/Dinas Komunikasi 31) Dinas Perhubungan Komunikasi dan
dan Informatika Kota Surabaya Informatika Provinsi Nusa Tenggara Barat
13) Dinas Kesehatan Kota Cimahi 32) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kab.
14) Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil Sidoarjo

15) Dinas Pendidikan Kota Surabaya 33) Kecamatan Kota Sumenep, Kab. Sumenep

16) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 34) Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru
Provinsi Jawa Barat 35) GRMS/Bagian Bina Program Sekretariat
17) RSUD Kab. Pinrang Daerah Kota Surabaya

18) Kementerian Perindustrian 36) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kab.


Barru
19) Sekretariat Daerah Kab. Nunukan

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 79


Lampiran

LAMPIRAN 8
REALISASI ANGGARAN BERDASARKAN TUJUAN/SASARAN
KEMENTERIAN PANRB TAHUN 2014

No Tujuan/Sasaran Strategis Anggaran Realisasi %

1 Terwujudnya pemerintahan yang efektif dan efisien 18,261,856,000 9,937,046,172 54.41%

a. Mewujudkan kebijakan PAN RB yang komprehensif dan 13,201,603,000 8,037,293,390 60.88%


sesuai kebutuhan

b. Mewujudkan organisasi pemerintah yang tepat fungsi dan 3,883,078,000 1,349,716,347 34.76%
tepat ukuran

c. Terwujudnya tatalaksana pemerintahan yang efektif dan 1,177,175,000 550,036,435 46.73%


efisien

2 Terwujudnya SDM Aparatur yang kompeten dan 7,207,838,000 5,377,582,432 74.61%


kompetitif

a. Mewujudkan sistem rekrutmen yang terbuka dan 959,445,000 735,608,450 76.67%


independen

b. Terwujudnya sistem penempatan dan promosi yang 6,086,843,000 4,516,475,249 74.20%


kompetitif dan terbuka

c. Terwujudnya sistem pengembangan SDM Aparatur berbasis 161,550,000 125,498,733 77.68%


kompetensi jabatan

3 Terwujudnya pemerintahan yang terbuka dan 19,669,719,000 11,444,804,174 58.18%


melayani

a. Terwujudnya efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi 9,739,071,000 4,930,959,422 50.63%

b. Mewujudkan pelayanan publik yang terus menerus 8,477,917,000 5,755,967,909 67.89%


meningkat kualitasnya

c. Mewujudkan sistem penanganan pengaduan masyarakat 803,431,000 446,596,014 55.59%


yang terbuka dan responsif

d. Mewujudkan sistem pemerintahan yang informatif 649,300,000 311,280,829 47.94%

80 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Lampiran

Lampiran 8
No Tujuan/Sasaran Strategis Anggaran Realisasi %

4 Mewujudkan aparatur yang bersih, bebas KKN dan 8,021,540,000 5,661,223,583 70.58%
akuntabel

a. Terwujudnya SDM aparatur yang berintegritas dan disiplin 1,323,335,000 837,030,288 63.25%

b. Terwujudnya Instansi pemerintah yang bersih dan bebas 216,600,000 166,227,716 76.74%
KKN

c. Meningkatnya instansi pemerintah yang akuntabel 6,481,605,000 4,657,965,579 71.86%

5 Mewujudkan aparatur Kementerian PANRB yang 92,992,163,000 83,561,887,722 89.86%


professional dan berkinerja tinggi

a. Mewujudkan organisasi kementerian PANRB yang efektif 15,666,623,000 12,919,311,526 82.46%


dan efisien

b. Terwujudnya SDM Kementerian PANRB yang profesional 74,136,921,000 68,381,771,847 92.24%


dan kompetitif

c. Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di 1,003,969,000 642,524,324 64.00%


Kementerian PAN dan RB

d. Mewujudkan Kementerian PANRB yang akuntabel dan 2,184,650,000 1,618,280,025 74.08%


bebas KKN
Jumlah 146.153.116.000 115.982.544.082 79,36%

Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 81


Lampiran

82 I Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014


Laporan Kinerja Kementerian PANRB 2014 I 83
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Jl. Jend. Sudirman Kav. 69, Jakarta 12190
Telp. (021) 7398381 - 89, Fax. (021) 7398323
www.menpan.go.id

Anda mungkin juga menyukai