Anda di halaman 1dari 20

SISTEM IRIGASI TETES PADA HIDROPONIK

OLEH

SEMI E. SIRLALANG, SP

BP3K KECAMATAN AMARASI BARAT


2018
SISTEM IRIGASI TETES PADA HIDROPONIK

Sistem drip atau biasa disebut sistem irigasi tetes adalah salah satu sistem hidroponik
yang menggunakan teknik yang menghemat air dan pupuk dengan meneteskan larutan secara
perlahan langsung pada akar tanaman. Sistem drip pada hidroponik dapat juga disebut Fertigasi
karena pengairan dan pemberian nutrisi dilakukan secara bersamaan

Sistem drip / fertigasi adalah sistem hidroponik yang paling sering digunakan di dunia,
mulai dari hobi hingga skala komersil. Karena biaya pembuatannya murah dan teknik
pembuatannya mudah dibanding sistem hidroponik yang lain. Seberapa luas dan ukuran tempat
Anda, penempatan sistem ini sangat fleksibel dapat menyesuaikan luas dan ukuran tempat Anda.
Biaya pengoperasiannya pun lebih murah, karena untuk pengirigasian listrik tidak perlu
dinyalakan terus menerus. Anda dapat mengandalkan timer untuk mengatur frekuensi dan
volume pemberian larutan nutrisi pada tanaman. Jadi tanaman lebih toleran jika di daerah Anda
terjadi pemadaman listrik.
Sistem ini lebih populer untuk menanam tanaman sayuran buah seperti tomat, cabai,
melon, paprika, dan terong. Walaupun begitu sebenarnya sistem ini juga cocok diterapkan untuk
menanam sayuran daun dan herbs, tetapi jarang ditemui kebun sayuran daun yang menggunakan
sistem ini. Bahkan sayuran akar memungkinkan dibudidayakan dengan sistem ini.
Kebun skala komersial yang membudidayakan sistem drip fertigasi untuk sayuran buah
cukup banyak ditemui, tetapi untuk sayuran daun setahu saya ada di Cibadak - Jawa Barat dan
BPTP Jatim Karangploso - Malang.
Sistem drip ini berasal dari Israel yang diterapkan langsung ke tanah berpasir. Saat ini
hampir semua tanaman pangan dapat ditanam dengan sukses dengan sistem drip, mulai dari
sayuran daun hingga tanaman sebesar pisang.

Hidroponik sistem drip fertigasi dapat dengan mudah dibuat dengan banyak cara, mulai
dari skala hobi rumahan hingga skala komersil. Selain itu sistem dapat dengan mudah dibongkar
pasang dan diekspansi tanpa banyak merubah jaringan yang sudah ada
Sistem drip lebih cocok untuk orang yang sudah punya pengalaman berkebun hidroponik
karena manajemen sistem drip memerlukan skill khusus dalam mengatur frekuensi dan volume
irigasi pada tanaman
Sistem irigasi drip terbagi menjadi 2 versi, yaitu sistem resirkulasi dan sistem non
resirkulasi. Sistem resirkulasi biasanya digunakan untuk pekebun skala hobi dan rumahan karena
manajemen irigasinya mudah. Sedangkan sistem non resirkulasi biasanya digunakan pekebun
skala besar dan komersil karena resiko gagalnya kecil.
 Ringkasan:
 Biaya : Murah
 Tingkat Kesulitan Pembuatan : Mudah
 Tingkat Kesulitan Perawatan : Menengah
 Cocok untuk Tanaman : hampir semua tanaman dapat dibudidayakan dengan sistem ini
 Kelebihan : hemat listrik, pengairan tidak seboros NFT dan Ebb Flow
 Kekurangan : rawan buntu. Jika manajemen buruk, penggunaan pupuk boros pada
sistem non resirkulasi
 Toleransi listrik : butuh listrik tapi sangat toleran jika mati listrik

 Prinsip Cara Kerja


 Sistem Drip Resirkulasi

Sistem resirkulasi biasanya sering diterapkan oleh penghobi skala rumahan. Prinsip cara
kerja dan perawatan hampir mirip dengan sistem NFT dan Ebb Flow yaitu sirkulasi
penggunaan larutan nutrisi yang berulang. Hanya saja tiap selang fertigasi melayani 1-4
tanaman

Gambar Aliran pada Sistem Drip Resirkulasi


Karena ini sistem resirkulasi, Anda perlu mengatur nilai pH dan EC/TDS pada larutan
nutrisi di tandon / reservoir karena pH dan EC/TDS pada sistem resirkulasi tidak akan stabil.
Selain itu larutan nutrisi dalam tandon perlu dikuras dan diganti secara berkala seperti sistem
NFT dan Ebb Flow.
Pekebun hobi rumahan senang memakai sistem drip resirkulasi karena tidak terlalu
memusingkan manajemen frekuensi irigasi karena larutan hara yang kelebihan akan kembali ke
tandon, yang penting media tidak kering dan tidak banjir.
Pekebun komersil jarang menggunakan drip resirkulasi karena biaya investasi yang berat
dan ditambah resiko penularan penyakit karena penggunaan larutan nutrisi berulang

 Sistem Drip Non-Resirkulasi

Sistem non-resirkulasi akan lebih dibahas dalam artikel ini. Sesuai namanya, larutan
nutrisi yang dialirkan ke tanaman tidak digunakan kembali. Walau tidak digunakan kembali,
larutan nutrisi yang diberikan ke tanaman sangat sedikit yang terbuang

Gambar Aliran pada Sistem Drip Non-Resirkulasi

Pekebun harus mengatur frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi ke tanaman
secara pas sesuai kebutuhan tanaman. Manajemen pengaturan frekuensi dan volume pemberian
larutan nutrisi dilakukan dengan menggunakan timer.
Prinsip dari sistem drip fertigasi adalah memberi air dan nutrisi langsung media daerah
lokal perakaran tanaman. Tujuannya supaya tanaman lebih mudah langsung menyerap larutan
nutrisi. Selain itu dengan sistem drip, volume air yang dibutuhkan untuk penyiraman tidak harus
banyak sehingga media menjadi basah seperti Ebb Flow.

Media tidak harus dibasahi, inti sistem drip adalah irigasi yang pas untuk melembabkan media

Penggunaan air pada sistem drip lebih efisien dibanding system NFT atau Ebb Flow,
karena luasan air tidak banyak terpapar ke udara luar. Sehingga penguapan air tidak sebanyak
NFT atau Ebb Flow. Penyiraman pada sistem drip difokuskan untuk melembabkan media sekitar
daerah perakaran saja
Pemberian irigasi diatur sedemikian rupa agar media tanam memiliki kelembaban 70%.
Tandanya adalah saat media dipegang terasa basah tetapi air tidak menetes dan jika diremas
gumpalan media akan retak merekah. Dengan media yang lembab sekitar 70%, akar dapat
dengan mudah menyerap air dan hara dan aerasi tetep terjaga karena udara masih dapat
bersirkulasi diantara ruang kosong antar media

 Komponen yang Diperlukan

 Pot Menanam : Untuk tempat tumbuh tanaman, bisa menggunakan polybag, pot, wadah,
dll
 Tandon Reservoir : Wadah untuk larutan nutrisi
 Pompa : Untuk mengalirkan larutan nutrisi
 Timer : Mengatur frekuensi dan volume pemberian irigasi
 Selang Inlet 5-8 mm : saluran penghubung yang memberikan larutan nutrisi dari pipa
langsung ke tanaman
 Nipple : sebagai penghubung selang inlet dan pipa jarinan irigasi
 Emitter Drip Stick : agar larutan nutrisi dari inlet dapat masuk menembus dengan
mudah menuju akar tanaman tanpa harus merembes perlahan di media
 Pipa PVC atau Selang PE Fleksibel : untuk membuat jaringan irigasi
 Media Tanam : penopang tanaman, tempat untuk menanam
 Disc Filter atau Screen Filter : sebagai filter agar jaringan tidak tersumbat

Selang PE, selang inlet 8mm, filter, nipple, dan semua perlengkapannya bisa didapatkan di
toko penyedia kebutuhan fertigasi yang biasanya dijual online. Anda bisa mencari informasi toko
penjual melalui grup Facebook, tokopedia, dan fjb kaskus.

 Alat-alat yang diperlukan

 Solder / Bor : untuk melubangi pipa irigasi


 pH meter : untuk mengatur pH larutan nutrisi
 EC/TDS meter : untuk mengetahui konsentrasi larutan nutrisi

 Aturan Pembuatan Sistem Instalasi


1. Skema Sistem
Berikut adalah pola skema pemasangan alat-alat pada sistem drip yang umum
digunakan.
 Sistem Non-resirkulasi

Gambar Skema Pemasangan Alat-Alat pada Sistem Drip Non-Resirkulasi


 Sistem Resirkulasi

Gambar Skema Pemasangan Alat-Alat pada Sistem Drip Resirkulasi

Perbedaan dari jaringan sistem non-resirkulasi dan resirkulasi adalah adanya


penampung balik yang menuju reservoir / tandon pada sistem resirkulasi. Selebihnya
tidak jauh berbeda

2. Pemilihan Pompa

Sebenarnya agak sulit memilih pompa yang pas sesuai untuk sistem drip. Karena
sistem drip lebih diprioritaskan tekanan pompa yang tentunya penghitungannya agak
memusingkan bagi pekebun biasa.

Perhatikan Q max dalam kemasan pompa


Walau begitu, Anda dapat mengikuti aturan kasar ini, meski kadang tidak cocok
saat diterapkan dalam skala yang lebih besar. Setiap meter persegi membutuhkan spec
pompa dengan debit keluaran maksimal (Q max) 800 Liter / jam asalkan maksimal air
naik setinggi tidak lebih dari 50-100 cm.
Jadi misal Anda membuat sistem drip seukuran 5 m2 dengan dudukan sekitar
setinggi 50 cm, maka Anda memerlukan pompa dengan debit keluaran maksimal (Q
max) 5 x 800 liter/jam = 4000 liter/jam

3. Teknik Distribusi Irigasi

 Pola Jaringan
Supaya tiap titik dari dekat hingga yang jauh mendapat debit yang sama, Anda perlu
membuat desain pola jaringan irigasi loop. Tujuannya agar tekanan titik yang jauh dari
pompa hingga yang jauh tidak jauh berbeda. Contoh pola seperti gambar di bawah ini

Pola Jaringan untuk Sistem Drip Skala Rumahan


Jaringan Drip untuk Skala Besar
 Pemasangan Filter
Filter dipasang tepat setelah saluran output pompa. Filter penting dipasang supaya larutan
nutrisi yang dipompakan tidak membawa partikel-partikel yang dapat membuat buntu
emitter drip. Ukuran filter harus disesuaikan dengan ukuran pipa distribusi.
Anda juga dapat menggunakan disc filter atau filter screen dengan ukuran 200-300 mesh
sudah dirasa cukup untuk mencegah kebuntuan.
 Ukuran Pipa Jaringan
Untuk skala rumahan yang per pompa melayani tidak lebih dari 10 m2, jaringan distribusi
dapat menggunakan pipa ½” atau ¾” .
Untuk sistem drip yang lebih besar, biasanya jaringan pipa terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu saluran primer dan saluran lateral (sekunder). Untuk saluran primer, biasanya
digunakan pipa ukuran 2" - 3”. Sedangkan saluran lateral (sekunder) digunakan pipa ukuran
½” atau ¾”

JARAK SELANG INLET DAN PEMASANGAN EMITTER


Untuk jarak antar selang inlet biasanya menyesuaikan jarak tanam dari tanaman yang
ditanam. Pada tanaman sayuran daun, satu selang inlet melayani 4-5 tanaman. Sedangkan
tanaman sayuran buah, satu selang inlet melayani 1-2 tanaman.
Gambar Jarak antar inlet selang mengikuti jarak tanam

Untuk selang inlet, jangan gunakan selang bening waterpass. Selang ini tidak bertahan
lama jika sering terpapar sinar matahari. Selain itu sifat transparannya dapat memicu
pertumbuhan alga pada selang yang membuat selang menjadi buntu.
Gunakan selang PE yang memang didesain untuk selang irigasi outdoor. Untuk selang inlet
sistem drip fertigasi ini biasanya berukuran 5-8 mm.
Untuk jaga-jaga, sebaiknya Anda men-double selang inlet fertigasi pada masing-masing
titik. Tujuannya bila Anda selang yang buntu, masih ada selang satunya yang dapat mengairi
media.

Gambar Penancapan Emitter Stick Drip


Tancapkan emitter stick drip pada media pada dekat dengan batang tanaman. Supaya air
dengan mudah menembus media langsung ke daerah perakaran tanaman tanpa harus
merembes dari atas

4. Ukuran Tandon / Reservoir

Ukuran tandon yang digunakan setidaknya disesuaikan dengan volume penyiraman


selama seminggu. Misal dalam sehari menghabiskan air nutrisi 10 liter, setidaknya Anda
perlu menggunakan tandon yang berukuran 70-100 liter.
Tujuan penerapan tandon mingguan ini untuk mempermudah mengubah dosis dan rasio
nutrisi yang juga biasanya diterapkan secara mingguan. Jangan lupa penempatan tendon
harus diletakkan di tempat yang teduh jangan dijemur

5. Pemilihan Media

Ada banyak media yang dapat dipilih mulai dari pasir, sekam bakar, coco coir, perlite,
hydroton. Untuk sistem drip resirkulasi, sebaiknya pilih media yang berukuran besar seperti
hydroton supaya media tidak banjir karena irigasi yang terus menerus dan partikel media
tidak terbawa menuju tandon pada saluran balik. Untuk sistem drip non-resirkulasi,
sebaiknya pilih media yang berukuran halus agar mampu menahan kelembaban air lebih
lama. Sekam bakar dan coco coir maupun campurannya biasanya sering digunakan pekebun-
pekebun drip non-resirkulasi.

6. Ukuran Wadah Tiap Jenis Tanaman

Walaupun tidak ada ukuran yang pasti, Anda perlu memperhatikan ukuran volume media
tanam untuk tiap jenis tanaman. Jika Anda menanam sayuran buah seperti tomat, cabai, dsb
di polybag, maka sebaiknya Anda menggunakan polybag yang berdiameter 30 cm dan
volume media tanam 10 liter per tanaman.
Sedangkan untuk sayuran daun, gunakan polybag yang berdiameter 15 cm dan volume
media tanam 2,5 liter per tanaman. Tujuannya supaya akar memiliki ruang yang leluasa
untuk bergerak dan tumbuh
7. Pembuatan Drainase

Usahakan bagian samping bawah polybag dilubangi untuk drainase. Jika Anda
menggunakan slab grow bag, maka usahakan bagian kedua sisi samping bawah grow bag
dibuat lubang selebar 6-8 cm dengan jarak antar lubang menyesuaikan letak emitter drip.

PERAWATAN

1. Penyiapan Media

Sebelum semaian tanaman dipindahkan pada sistem drip, media tanam apapun yang
Anda gunakan harus dilembabkan terlebih dahulu. Media disiram dengan air nutrisi dengan
EC 1 hingga air rembesan pada drainase mulai keluar.
Kemudian media ditiriskan selama 1 hari, baru semaian dapat dipindah tanam ke media
sistem drip

2. Pengukuran Debit Aliran pada Emitter Drip

Anda perlu mengukur debit aliran yang dipancarkan tiap emitter selang drip dalam satu
menit. Tujuannya supaya Anda tahu berapa lama pompa harus menyala saat irigasi untuk
mencapai volume yang diinginkan. Caranya Anda perlu mempersiapkan gelas ukur dan
stopwatch. Catat air yang dikeluarkan dari emitter dalam satu menit. Misal dalam kasus ini
Anda mendapat debit 100 ml per menit, data ini akan digunakan dalam penentuan frekuensi
dan volume irigasi yang akan dijelaskan di bawah ini.

3. Frekuensi dan Volume Irigasi

Untuk hal ini, agak susah memberikan aturan yang pasti, karena ada banyak faktor yang
dapat mempengaruhi. Frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi pada sistem drip
harus disesuaikan dengan jenis tanaman, umur tanaman, jenis dan volume media tanam, dan
cuaca. Intinya yang penting Anda harus dapat menjaga kelembaban media tanam stabil 70%.
Tetapi ada aturan kasar yang dapat Anda gunakan sebagai acuan dan selanjutnya Anda
modifikasi menyesuaikan respon dari tanaman.
Per 10 liter media, Anda sirami dengan larutan nutrisi 2 kali sehari pada jam 8-9 pagi dan
15-16 sore. Per siraman sebanyak 250 ml dengan EC/TDS menyesuaikan jenis dan
kebutuhan tanaman. Jika debit aliran pada emitter drip Anda 100 ml / menit, maka saat
waktunya menyiram pompa dinyalakan hanya selama (250/100 menit) 2,5 menit oleh timer.
Dan selanjutnya Anda juga perlu mengukur tampungan volume air rembesan yang keluar
dari drainase polybag atau growbag (over drain). Usahakan volume air rembesan yang
keluar 10-20% dari volume air nutrisi yang Anda berikan selama 24 jam. Tujuannya supaya
memastikan apakah tanaman sudah mendapat cukup larutan nutrisi atau belum dan tidak
terlalu banyak nutrisi yang terbuang

Gambar Grafik Debit Aliran


Misal tanaman disirami sebanyak 250 ml 2x sehari, maka dalam sehari tanaman
mendapat 500 ml. Jika dalam 24 jam, tampungan air rembesan (overdrain) mendapat di
bawah 50 ml (10% dari 500ml) maka volume larutan nutrisi yang diberikan masih kurang.
Dan jika tampungan overdrain mendapat di atas 100 ml (20% dari 500 ml) maka volume
larutan nutrisi yang diberikan terlalu boros berlebihan.
Gambar Penampungan Overdrain
Selain itu tujual lain dari overdrain adalah untuk mendesak eksudat atau racun yang
dihasilkan oleh akar tanaman keluar dari media tanam. Untuk frekuensi dan volume irigasi,
selanjutnya Anda sesuaikan dengan respon pada tanaman. Jika media cepat kering,
tambahkan frekuensi atau volume penyiraman. Jika media terlalu basah, kurangi frekuensi
atau volume penyiraman atau bagi volume penyiraman dengan frekuensi yang lebih banyak.
Maksudnya misal, jika biasanya tanaman menyerap larutan nutrisi 500 ml per hari
dengan penyiraman @250 ml 2x sehari, tetapi media tanam Anda terlalu porus sehingga 250
ml per siraman membuat media menjadi basah sekali. Maka solusinya penyiraman tetap 500
ml per hari, hanya saja dibagi menjadi 5x sehari sehingga per siraman menjadi 100 ml.
Berikut adalah contoh manajemen penyiraman tanaman cabai dengan penyiraman 6x sehari

Total Volume
USIA MINGGU Aplikasi Nutrisi Dosis per Siraman
Siraman

1 900 ppm 100 ml 600 ml


2 1000 ppm 100 ml 600 ml
3 1100 ppm 100 ml 600 ml
4 1200 ppm 130 ml 780 ml
5 1200 ppm 150 ml 900 ml
6 1300 ppm 150 ml 900 ml
7 1300 ppm 150 ml 900 ml
8 1300 ppm 200 ml 1200 ml
9 1300 ppm 230 ml 1380 ml
10 1400 ppm 300 ml 1800 ml
Intinya yang penting media jangan sampai kering atau terlalu banjir. Hal di atas hanya
sebagai acuan, tidak dapat menjadi patokan baku. Patokan baku berbeda-beda setiap kondisi.
Setiap pekebun akan menemukan sendiri frekuensi penyiraman terbaik untuk tanamannya
seiring melihat respon dari tanamannya.

4. Manajemen TDS/EC

Untuk TDS/EC sama seperti sistem hidroponik pada umumnya, yaitu sesuaikan dengan
umur dan jenis tanaman yang ditanam. Untuk sayuran daun EC 1,5-2 atau TDS 600-1200
ppm, untuk sayuran buah EC 2-3 atau TDS 1200-1800.
Dalam sistem drip non-resirkulasi, Anda perlu mengatur EC/TDS di daerah perakaran.
Karena dalam pemberian larutan nutrisi (fertigasi) ke media, unsur hara tidak diserap
seluruhnya oleh tanaman dan masih ada unsur hara yang tersisa di dalam media. Dan jika
dibiarkan terus menerus, unsur hara yang tersisa dalam media akan menumpuk dan
mengacaukan rasio unsur hara pada larutan nutrisi.
Aturan umum dalam pengelolaan tingkat garam terlarut (EC/TDS) dalam daerah
perakaran adalah EC yang keluar dari over drain tidak boleh lebih dari 1 atau selisih lebih
500 ppm. Apabila perbedaan dari EC over drain dan EC larutan nutrisi lebih dari 1, maka
dilakukan pencucian (flushing) dengan memberi penyiraman dengan larutan yang ber-EC
rendah 1 atau dengan air biasa. Berikut adalah contoh manajemen EC untuk tanaman cabai.

EC
Umur tanaman
EC Inlet EC Outlet
Fase Vegetatif 1 ( 1 – 6 MST) 1,6 – 1,7 1,3 – 1,8
Fase Vegetatif 2 (6 – 8 MST) fase mulai berbunga dan
1,8 – 1,9 2,0 – 2,1
berbuah
Fase Generatif ( 8 < MST ) fase pematangan buah 2.0 – 2,1 2,1 – 2,2

Misal, Anda menerapkan EC pada tanaman 2,0 setelah 2 minggu sistem drip berjalan,
nilai EC pada air rembesan (overdrain) 3,1. Maka besoknya Anda hanya menyiram tanaman
dengan air biasa atau air dengan ber-EC 1 hinga EC pada air rembesan turun pada selisih
yang jauh di bawah 1 dari EC seharusnya supaya tanaman dapat kembali disiram dengan
larutan nutrisi dengan EC yang seharusnya

5. Filterisasi dan Pencegahan Buntu

Setiap seminggu sekali, filter disc atau filter screen yang Anda gunakan harus
dibersihkan dari kerak-kerak. Tiap-tiap emitter juga rutin seminggu sekali dibersihkan agar
tidak buntu

6. Sterilisasi Media dan Sistem

Media tanam seperti rockwool, coco coir, sekam bakar sebaiknya digunakan sekali pakai.
Usahakan setiap selesai masa tanam, sistem jaringan drip dibersihkan dengan menggunakan
bleach dengan takaran sesuai dengan kemasan kemudian dialirkan ke jaringan pipa-pipa dan
selang pada sistem drip. Tujuannya untuk mensterilkan sistem dan melarutkan partikel-
partikel yang mengerak di dalam pipa atau selang.

VARIASI SISTEM

1. Teknik Irigasi

 Pompa

Gambar Sistem Drip pada Umumnya


Ini adalah teknik irigasi yang umum digunakan yang dijelaskan di atas
 Solenoid Valve

Gambar Sistem Drip dengan Solenoid Valve

Pompa hanya digunakan untuk mengisi tandon utama. Selanjutnya dari tandon utama,
larutan nutrisi di alirkan ke jaringan sistem drip dengan memanfaatkan gravitasi. Pengaturan
kapan larutan nutrisi mengalir diatur oleh solenoid valve yang dihubungkan dengan timer

2. Tempat Menanam

 Polybag

Gambar Polybag
 Grow bag

Gambar Pakchoy pada Grow Bag

 Vertikal Grow Sack

Gambar Sistem Drip Vertikal dengan Grow Sack


 Vertikal Interlocking Pot

Bisa dibuat dari pot sterofoam yang ditumpuk-tumpuk

 Dutch / Bato Bucket

Gambar Sisterm Drip Resirkulasi Dutch Bucket


Dan masih banyak lagi variasi pada sistem drip. Anda dapat sesuaikan dengan bahan-bahan
yang ada di sekitar Anda

Anda mungkin juga menyukai