Anda di halaman 1dari 15

Tuberkulosis pada anak

Pendahuluan

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi akibat infeksi kuman Mycobacterium yang


bersifat sistemis (menyeluruh) sehingga dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi yang
pertama kali terjadi.

Etiologi dan Penularan

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis dan Mycobacterium bovis (sangat jarang disebabkan olehMycobacterium
avium). Mycobacterium tuberculosis ditemukan Robert Koch dalam tahun1882. Basil
tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati pada suhu 60oC dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel.

Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun


eksotoksin). Penularan Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara, hingga
sebagian besar fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara,
penularan dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung basil tuberkulosis,
biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya
melalui luka atau lecet di kulit. Tuberkulosis kongenital sangat jarang dijumpai. Selain
Mycobacterium tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium lain yang
dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberkulosis. Golongan ini disebut
Mycobacterium atipic atau yang disebut juga Unclassjfied Mycobacterium.

Runyon membagi Mycobacterium atipic menjadi 4 golongan :

1. Golongan fotokromogen, misalnya M. kansasi yang dapat menyebabkan


penyakit didalam dan di luar paru seperti tuberkulosis.
2. Golongan skotokromogen, misalnya M. scrofulaceum yang dapat menyebabkan
adenitis servikalis pada anak.
3. Golongan nonfotokromogen, misalnya M. intracellulare (Battey strains), yang
dapat menyebabkan penyakit paru seperti tuberkulosis.
4. Golongan rapid growers, misalnya M. fortuitum yang dapat menyebabkan abses.
M. smegmantes merupakan saprofit pada smegma.

Hassan Rusepno, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : FKUI;


2007.h.573-84.

Patogenesis

Inhalasi basil Alveolus Fagositosis oleh


TB makrofag

Basil TB berkembang biak Destruksi basil TB

Destruksi
makrofag

Resolusi Pembentukan Kelenjar limfe


tuberkel

Kalsifikas Perkijuan Penyebaran


i hematogen

Pecah
Kompleks Ghon
Lesi di hepar, lien, ginjal,
Lesi sekunder tulang, otak, dll
paru

Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.


Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta
daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan
Kudlich menemukan bahwa 95,93% dari 2114 kasus mereka mempunyai fokus primer
di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian dasar melalui udara dan mungkin
juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible). Basil
tuberkulosis masuk ke dalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil
tuberkulosis maka terjadi eksudasi dab konsolidasi yang terbatas dan disebut fokus
primer. Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening
menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Fokus
primer, limfangitis, dan kelenjar getah bening regional yang membesar, membentuk
kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2-10 minggu (6-8 minggu) setelah infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari uji tuberkulin. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.

Pada anak lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun, terutama di periferi dekat
pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas,
sedangkan pada orang dewasa lapangan atas paru merupakan tempat predileksi.
Pembesaran kelenjar regional lebih banyak terdapat pada anak dibanding orang dewasa.
Pada anak penyembuhan terutama ke arah kalsifikasi, sedangkan pada orang dewasa
terutama ke arah fibrosis. Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan
anak kecil. Schmid dkk meragukan adanya fokus primer di dalam jaringan paru. Lesi
dalam jaringan paru dianggap sebagai fokus primer oleh Ghon dan Kudlich, sebenarnya
terjadi sekunder karena pecahnya kelenjar getah bening bronkial. Jadi Schmid dkk
berpendapat bahwa infeksi terjadi dalam kelenjar lebih dahulu.

Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi sebagian akan menyebar


lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Tuberkulosis dapat meluas dalam
jaringan paru sendiri. Selain itu basil tuberkulosis dapat masuk ke dalam aliran darah
secara langsung atau melalui kelenjar getah bening. Basil tuberkulosis dalam aliran
darah dapat mati, tetapi dapat pula berkembang terus. Hal ini bergantung kepada
keadaan penderita dan virulensi kuman. Melalui aliran darah basil tuberkulosis dapat
mencapai alat tubuh lain seperti bagian paru lain, selaput otak, otak, tulang, hati, ginjal,
dan lain-lain. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberkulosis dapat segera menimbulkan
penyakit, tetapi dapat pula menjadi tenang dulu dan setelah beberapa waktu
menimbulkan penyakit atau dapat pula tidak pernah menimbulkan penyakit sama sekali.

Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah


terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau milier dan meningitis biasanya terjadi
dalam 4 bulan, tetapi jarang sekali sebelum 3-4 minggu setelah terjadinya kompleks
primer. Efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan setelah terbentuknya kompleks primer,
kalau efusi pleura disebabkan oleh penyebaran hematogen maka dapat terjadi lebih
cepat. Komplikasi pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan (superfisial) dapat
terjadi akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah
terbentuknya kompleks promer, tetapi komplikasi ini dapat juga terjadi setelah 6-18
bulan (Lincoln). Komplikasi pada traktus urogenitalis dapat terjadi setelah bertahun-
tahun (Lincoln). Menurut Wallgran komplikasi berupa penyebaran milier dan meningitis
tuberkulosa dapat terjadi dalam 3 bulan, pleuritis dan penyebaran bronkogen dalam 6
bulan dan tuberkulosis tulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer.
Pembesaran kelenjar getah bening yang kena infeksi dapat menyebabkan atelektasis
karena menekan bronkus hingga tampak sebagai perselubungan segmen atau lobus,
sering lobus tengah paru kanan.

Selain oleh tekanan kelenjar getah bening yang membesar, atelektasis dapat
terjadi karena konstriksi bronkus pada tuberkulosis dinding bronkus, tuberkuloma
dalam lapisan otot bronkus atau sumbatan oleh gumpalan kiju di dalam lumen bronkus.
Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi selain menyebabkan atelektasis
karena penekanan, dapat juga menembus bronkus kemudian pecah dan menyebabkan
penyebaran bronkogen. Lesi tuberkulosis biasanya menyembuh sebagai proses resolusi,
fibrosis, dan atau kalsifikasi.

Epidemiologi

Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih
tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World
Health Organization (WHO) Report 2005 dalam Global Tuberculosis Control
menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries terhadap
TBC Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam menyumbang
TBC di dunia. Perkiraan insidensi untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan
asam (BTA) positif adalah 115 per 100.0001. Sepanjang dasawarsa terakhir abad ke-20
ini, jumlah kasus baru meningkat di seluruh dunia, TBC masih merupakan masalah
salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian baik di negara berkembang
maupun di negara maju2. Demikian juga pada anak, TBC masih merupakan penyakit
mayor yang menyebabkan kesakitan pada anak, meskipun jumlah pastinya tidak
diketahui WHO memperkirakan 1 juta kasus baru dan 400.000 anak meninggal setiap
tahunnya karena TBC3. TBC anak merupakan faktor penting dinegara-negara
berkembang karena jumlah anak berusia dibawah 15 tahun adalah 40-50% dari seluruh
jumah populasi. Seperti halnya dinegara-negara lain, besarnya kasus TBC pada anak di
Indonesia masih relatif sulit diperkirakan karena beberapa hal:
1. Sulitnya mendapatkan diagnosis pasti melalui tes sputum karena anak-anak
biasanya belum dapat mengeluarkan sputum.
2. Belum adanya panduan diagnosis yang jelas, sistem kesehatan dan surveilans
yang belum bisa mendapatkan data mengenai TBC pada anak.
3. Kesalahan diagnosis baik oleh dokter umum maupun dokter spesialis anak
sehingga pengobatan diberikan pada anak yang tidak menderita TBC atau
sebaliknya, anak penderita TBC tidak mendapatkan penanganan yang
semestinya. Pemberian OAT pada anak yang tidak menderita TBC selain akan
memicu pengeluaran yang tidak diperlukan, juga membuat berkurangnya
persediaan obat untuk penderita TBC yang benar-benar memerlukannya.

2.Rahajoe, N.N, Basir, D., Makmuri, M.S., Kartasasmita C.B.,2005, Pedoman


nasional tuberkulosis anak, Unit kerja koordinasi Pulmonologi PP Ikatan Dokter
Anak Indonesia.

Gejala klinik
Gejala umum atau nonspesifik tuberkulosis anak adalah:

a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi.
b. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat
(failure to thrive).
c. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel.
e. Batuk lama lebih dari 30 hari.
f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

Gejala spesifik sesuai organ yang terkena: TB kulit atau skrofuloderma; TB tulang dan
sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf atau meningitis dengan gejala iritabel, kuduk
kaku, muntah, dan kesadaran menurun.; TB mata (konjungtivis fliktenularis, tuberkel
koroid),dan lain-lain.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita tuberkulosis secara umum:

A. Inspeksi : Karena adanya penurunan berat badan drastis dan kehilangan nafsu

makan, biasanya penderita akan mengalami anemia. Dapat dilihat dari warna mata dan

wajah yang pucat. Bila mengenai pleura, dapat terjadi effusi pleura. Pada inspeksi, paru

yang sakit terlihat tertinggal dalam pernapasan,

B. Perkusi : Pada daerah infeksi terdengar suara redup. Biasanya ditemukan di bagian

apeks paru ataupun dengan infeksi yang memiliki infiltrat luas. Apabila sudah

berlanjut memiliki cavitas maka akan terdengar suara hipersonor. Pada effusi pleura

ditemukan perkusi pekak.

C. Palpasi : sulit menilai dari palpasi dinding dada. Palpasi pada paru dapat di periksa
secara statis dan dinamis, yakni :

o statis : memeriksa adanya nyeri tekan dan kelainan dinding dada


(massa,tumor,krepitasi)

o dinamis : dengan melakukan fremitus taktil, dengan penilaian melemah,


mengeras, atau normal.

D. Auskultasi : Bila ada infiltrat yang luas, juga ditemukan suara nafas yang

bronkovesikuler. Selain itu terdengar suara krepitasi halus di bagian atas pada satu

atau kedua paru. Terdengar khususnya pada saat menarik nafas dalam ataupun setelah
batuk. Kemungkinan juga terdapat perkusi pekak atau pernapasan bronkial pada

bagian atas kedua paru. kadang etrdapat wheezing terlokaliasai disebabkan oleh

bronkitis TB atau tekanan kelenjar limfe pada bronkus. Terdengar bunyi pleural

friction rub juga. Keadaan effusi pleura pada auskultasi terdapat bunyi nafas melemah

sampai tidak terdengar.

E. Perasaan subjektif lain : mual, tidak nafsu makan, kelihatan sakit, berat badan

menurun, kelihatan kurus, demam subfebris, anemia.

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Bakteriologis

● Pemeriksaan dahak mikroskopik

Cara yang paling dapat diandalkan untuk menegakkan diagnosis adalah


menemukan TB pada pemeriksaan dahak pada sediaan langsung. Pemeriksaan
dilakukan dengan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN) atau di pusat-pusat
kesehatan yang lebih lengkap dengan menggunakkan fluoroskopi modern
menggunakan sinar ultraviolet. Untuk pemeriksaan TB paru, semua pasien
suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu :3

1. dahak setempat pertama : dahak dikumpulkan pada saat


suspek TB datang berkunjung pertama kali.

2. dahak pagi hari : dahak diumpulkan di umah pada pagi hari


kedua, segera setelah bangun tidur atau terkumpul selama 1-2 jam
pertama.

3. dahak setempat kedua : ketika pasien kembali membawa


dahak pagi hari.

Bila kuman BTA dijumpai 2 kali dari 3 kali pemeriksaan penderita disebut BTA
+ menular. Jumlah kuman yang ditemukan merupakan informasi yang sangat
penting karena berhubungan dengan derajat penularan penderita maupun
dengan beratnya penyakit.
Pencatatan hasil pembaca berdasarkan skala IUATLD (International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease) tahun 2000 adalah sebagai berikut : 5

1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif

2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, hasilnya meragukan

3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+)

4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau (2+)

5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ atau (3+)

● Pemeriksaan biakan (kultur TB)


Tanda pasti penderita TB paru ditetapkan dengan pemeriksaan kultur yang
membutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu. Pembiakan dapat dilakukan pada
medium Lowenstein-Jensen atau Middlebrook (M.tbc tumbuh lambat 2-3
minggu).

● Tes resistensi dan sensitivitas obat


Tes ini dapat dilakukan di laboratorium khusus. Pada kebanyakan negara
berkembang tes ini sebaiknya digunakkan untuk mempelajari pola resistensi
obat di dalam masyarakat. Seharusnya jangan terbiasa gunakan pembiakan
untuk membantu pengobatan pasien secara individual. Indikasi kultur TB
padada uji resistensi OAT :

1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis

2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak

3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.

b. Pemeriksaan Radiologis

Saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk

menemukan lesi tuberkulosis. Dimana diagnosis dapat diperoleh melalui

pemeriksaan radiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu

negatif. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya

pada tuberkulosis endobronkial).

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang – sarang pneumonia,

gambaran radiologis berupa bercak – bercak seperti awan dan dengan batas –

batas penatalaksanaan tuberkulosis paru yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi

jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas.

Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.

Pada kavitas, bayangannya berupa cincin yang mula – mula berdinding tipis,

lama kelamaan dinding menjadi sklerotik dan tampak menebal. Bila terjadi

fibrosis, akan tampak bayangan yang bergaris – garis. Pada kalsifikasi,

bayangannya tampak sebagai bercak – bercak padat dengan densitas tinggi. Pada

atelektasis tampak seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi

pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.

TB milier memberikan gambaran berupa bercak – bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura, massa

cairan di bagian bawah paru (efusi pleura atau empiema), bayangan hitam

radiolusen di pinggir paru atau pleura (pneumothoraks).

Biasanya pada TB yang sudah lanjut, dalam satu foto dada seringkali

didapatkan bermacam – macam bayangan sekaligus, seperi infiltrat, garis – garis


fibrotik, kalsifikasi, kavitas (nonsklerotik atau sklerotik) maupun atelektasis dan

emfisema.

TB sering memberikan gambaran yang berbeda – beda, terutama pada

gambaran radiologisnya. Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan

sebagai pneumonia, mikosis paru, karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis.

Gambaran kavitas sering diartikan sebagai abses paru. Pemeriksaan khusus yang

kadang – kadang diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk melihat kerusakan

bronkus atau paru yang disebabkan oleh tuberkulosis. Pemeriksaan ini umumnya

dilakukan bila pasien akan menjalani pembedahan paru.

Gambar 1. Gambaran radiologi dari penderita tuberkulosis paru.

c. Pemeriksaan Darah

Anemi berat jarang disebabkan TB paru, tapi kadang dijumpai pada TB


milier yang tersembunyi. Anemi banyak disebabkan penyebab lain seperti gizi
buruk dan kecacingan.

Jumlah sel darah putih biasanya normal atau sedikit di bawah normal
(sering meningkat pada pneumoni).

Laju endap darah (LED) biasa meningkat pada penyakit infeksi. Tetapi
hasil yang normal tidak bisa menyingkirkan tuberkulosis.
d. Pemeriksaan Tuberkulin

Teknik standar (tes Mantoux) adalah dengan menyuntikkan tuberkulin (PPD)


sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit (TU) tuberkulin secara intrakutan, pada
sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan bawah setelah kulit dibersihkan
dengan alkohol. Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu
antara 48-72 jam sesudah penyuntika dan reaksi harus dibaca dalam periode
tesebut, yaitu dalam cahaya terang dan posisi lengan bawah sedikit ditekuk. Yang
harus dicatat dari reaksi ini adalah diameter indurasi dalam satuan milimeter,
pengukuran harus dilakukan melintang terhadap sumbu panjang lengan bawah.
Hanya indurasi (pembengkakan yang teraba ) dan bukan eritema yang bernilai.
Indurasi dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi (meraba daerah tersebut
dengan jari tangan). Tidak adanya idurasi sebaiknya dicatat sebagai ”0 mm” bukan
negatif. Reaksi positif terhadap tes tuberkulin mengindikasikan adanya infeksi
tetapi belum tentu terdapat penyakit secara klinis.

Interpretasi tes kulit menunjukkan adanya berbagai tipe reaksi : 1

Klasifiksi Tes Mantoux Intradermal Reaksi Tuberkulin (Tuberkulin dengan TU PPD)

INDURASI KLASIFIKASI KETERANGAN

≥ 5 mm (+) Orang HIV, baru kontak dengan orang penderita TB,


adanya perubahan fibrotik pada radiografi dada sesuai
dengan gambaran TB lama yang sudah sembuh, pasien
yang mengalami transplantasi organ, dan pasien yang
menggunakan penekan imunitas.

≥ 10 mm (+) Adanya riwayat perjalanan pada negara yang


bervalensi tinggi TB, pemakai obat yang disuntikan,
penduduk atau pekerja pada ingkungan yang beresiko
tinggi, pegawai laboratorium mikrobakterilogi, anak-
anak di bawah usia 4 tahun atau anak-anak remaja
yang terpajan dengan kelompok orang yang bersiko
tinggi.

≥ 15 mm (+) Orang dengan faktor resiko TB yang tidak diketahui


Diagnosis Kerja

Petunjuk WHO untuk diagnosis tuberkulosis anak

a. Dicurigai tuberkulosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis
pasti (BTA positif).
2. Anak dengan:
- Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk
rejan
- Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan
pengobatan antibiotik untuk penyakit pernafasan.
- Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit.
b. Mungkin tuberkulosis
Anak yang dicurigai tuberkulosis ditambah:
- Uji tuberkulin positif (10 mm/lebih)
- Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis
- Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
- Respons yang baik pada pengobatan dengan OAT
c. Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan.
Identifikasi Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan.

Diagnosis banding
1. Tifus Abdominalis
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah infeksi penyakit akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
 Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram negatif bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O
(somatik terdiri dari, terdiri dari kompleks lipopoliskarida), atigen H (flagela),
dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadapa
ketiga macam antigen tersebut.
 Patogenesis
Infeksi terjadai pada saluran pencernaan. Basil di serap di usus halus. Melalui
pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ-organ
terutama hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak di dalam
hati dan limfa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan
menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh kalian pada usus.
 Gejala klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Massa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat
selama 4 hari jika infeksi terjadi melalui minuman. Selama masa inkubasi
mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gelaja klinis
yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten
dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ke dua, penderita terus berada
dalam keadaan demam. Dalam minggu ke tiga suhu badan berangsur-angsur
turun dan normal kembali pada akhir pada minggu ke tiga.
2. Gangguang pada sistem pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesardiserta nyeri pada
perabaan. Biasanya disertai konstipasi, akan tetapi mungkin juga normal bahkan
dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umunya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berada dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma dan gelisah. Disamping
gejala-gejala yang biasa ditemuakan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala
lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan
dalam minggu demam. Kadang-kadang ditemukan brakikardi pada anak besar
dan mungkin ditemukan pula epistaksis.
 Diagnosis
Dari anamnesis dan pemeriksaan jasmani dapat diagnosis “Observasi tifus
abdominalis’. Untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut
1. Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis
a. pemeriksaan darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada
permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan trombositipenia ringan.
b. pemeriksaan sumsum tulang
Terdapat gambaran dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem
eritopoesis, granulopoesis, dan trombipoesis berkurang.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis
a. biakan empedu
Basil samonella typhosa dapat ditemuan dalam darah penderita biasanya
pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan pada urin dan
feses dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama. Oleh karena itu
pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk menegakkan
diagnosis, sedangkan pemeriksaan yang negatif dari contoh urin dan feses 2 kali
berturut-turut digunakan untuk menenteukan bahwa penderita telah benar-benar
sembuh dan tidak menjadi pembawa kuman (karier)
b. pemeriksaan widal
Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum
penderita dicampur denga suspensi antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan
yang positif ialah bila terjadi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum
maka kadar antigen dapat ditentukan yaitu, pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang diperluakan
adalah

Komplikasi

1. Pleuritis dan empiema

 pecahnya kavitas tuberculosis dan keluarnya udara ke dalam rongga pleura.

Keadaan ini memungkinkan udara masuk ke dalam ruang antara paru dan dinding

dada. Tuebrkulosis dari kavitas yang memecah mengeluarkan efusi nanah (empiema).

Udara dengan nanah bersamaan disebut piopneumotoraks.

2. Pneumotoraks spontan
 terjadi apabila udara memasuki rongga pleura sesudah terjadi robekan pada kavitas

TB. Hal ini mengakibatkan rasa sakit pada dada secara akut dan tiba-tiba pada bagian

itu bersamaan dengan sesak napas. Dapat ebrlanjut menjadi empiema tuberculosis.

3. Laryngitis tuberkulosis

 merupakan komplikasi dari penyakit paru, penyebaran melalui peredaran darah,

kadang-kadang sering di diferential diagnosis dengan kanker laring. Epiglottis sering

terlibat pada TB laring. Faring juga mungkin etrkena. Disertai nyeri menelan dan rasa

nyeri pada telinga.

4. Kor pulmonale  terjadi apad desktruksi paru yang amat luas. Dapat terjadi walaupun

penyakit TB sudah tidak aktif. Terjadi karena banyak meninggalkan ajringan parut

sehingga terjadi gagal jantung kongestif.

5. Aspergilomata

 kavitas Tb yang sudah sembuh menjadi terbuka kembali akibat infeksi jamur

Aspergillus fumigatus.

Anda mungkin juga menyukai

  • Anamnesis Tumbang
    Anamnesis Tumbang
    Dokumen20 halaman
    Anamnesis Tumbang
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • 2 - 5 Tahun Laki-Laki Z-Score WHO
    2 - 5 Tahun Laki-Laki Z-Score WHO
    Dokumen1 halaman
    2 - 5 Tahun Laki-Laki Z-Score WHO
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • 2 - 5 Tahun Perempuan Z-Score WHO
    2 - 5 Tahun Perempuan Z-Score WHO
    Dokumen1 halaman
    2 - 5 Tahun Perempuan Z-Score WHO
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • BPPV
    BPPV
    Dokumen4 halaman
    BPPV
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Pod
    Pod
    Dokumen8 halaman
    Pod
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Dokumen6 halaman
    Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Tumbang
    Anamnesis Tumbang
    Dokumen20 halaman
    Anamnesis Tumbang
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen14 halaman
    Vertigo
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Tinnitus
    Tinnitus
    Dokumen17 halaman
    Tinnitus
    BillGhoes'to
    Belum ada peringkat
  • Skdi 2013
    Skdi 2013
    Dokumen102 halaman
    Skdi 2013
    Faradila Hakim
    67% (3)
  • Dermatitis Perioral
    Dermatitis Perioral
    Dokumen18 halaman
    Dermatitis Perioral
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • HDN
    HDN
    Dokumen5 halaman
    HDN
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Proposal Sukses Unisa
    Proposal Sukses Unisa
    Dokumen20 halaman
    Proposal Sukses Unisa
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen8 halaman
    Tugas
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Skdi 2013
    Skdi 2013
    Dokumen102 halaman
    Skdi 2013
    Faradila Hakim
    67% (3)
  • Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Dokumen6 halaman
    Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Giardiasis
    Giardiasis
    Dokumen7 halaman
    Giardiasis
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Soal Neuropsikiatri N
    Soal Neuropsikiatri N
    Dokumen18 halaman
    Soal Neuropsikiatri N
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Pengantar Epidemiologi 07 (Compatibility Mode)
    Pengantar Epidemiologi 07 (Compatibility Mode)
    Dokumen26 halaman
    Pengantar Epidemiologi 07 (Compatibility Mode)
    andi_472516356
    Belum ada peringkat
  • Epidemiologi Deskriptif New
    Epidemiologi Deskriptif New
    Dokumen17 halaman
    Epidemiologi Deskriptif New
    IlhamAminSyaputra
    Belum ada peringkat
  • HDN
    HDN
    Dokumen5 halaman
    HDN
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Perioral
    Dermatitis Perioral
    Dokumen18 halaman
    Dermatitis Perioral
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Giardiasis
    Giardiasis
    Dokumen7 halaman
    Giardiasis
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • HDN
    HDN
    Dokumen5 halaman
    HDN
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Perioral
    Dermatitis Perioral
    Dokumen18 halaman
    Dermatitis Perioral
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Dismorfik
    Gangguan Dismorfik
    Dokumen11 halaman
    Gangguan Dismorfik
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi
    Farmakologi
    Dokumen1 halaman
    Farmakologi
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat
  • Soal Try Out UKDI 10 Oktober 2009
    Soal Try Out UKDI 10 Oktober 2009
    Dokumen72 halaman
    Soal Try Out UKDI 10 Oktober 2009
    Rizky Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Dokumen6 halaman
    Open Recruitment Sekretaris Bidang
    Nurulmukhlisahismail Manyumnyatiganoldua Siikeonknyonya
    Belum ada peringkat