Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS JURNAL

Pada jurnal yang berjudul “Factors associated with depression among homeless mothers.
Results of the ENFAMS survey” menjelaskan bahwa Depresi merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama, terutama di kalangan wanita. Perempuan secara tidak proporsional
cenderung menderita depresi. Hal ini terjadi pada mereka yang mengalami kesulitan sosial
ekonomi, seperti tunawisma. Meskipun dapat diobati, depresi sering tidak diperhatikan dan
kurang terdiagnosis. Faktor risiko depresi yang paling dominan yaitu faktor risiko biologis
serta lingkungan yang terkadang saling berinteraksi, faktor genetik, faktor neurobiologis
(misalnya stres dapat mengubah perkembangan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal,
hipotalamus dan ekstrahypothalamic corticotropin releasing hormone, monoaminergic, dan
asam gamma-aminobutyric atau sistem benzodiazepine), stres kehidupan, lingkungan
keluarga yang terganggu, tindakan kekerasan, masalah kesehatan somatik (misalnya diabetes)
dan ), penyalahgunaan zat mewakili sumber utama risiko.
Paris merupakan salah satu negara maju di dunia. Beban ekonomi inilah yang sering kali
menjadi faktor pencetus depresi pada ibu-ibu tunawisma di Paris. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggambarkan karakteristik sosio-demografi dan kesehatan keluarga
tunawisma di wilayah Paris. Menurut panduan yang ditetapkan oleh Institut Statistik Nasional
Prancis (INSEE), seseorang dianggap menjadi tunawisma pada hari tertentu jika dia
menghabiskan malam sebelumnya di jalan atau di akomodasi yang terlindung. Berdasarkan
literatur ilmiah sebelumnya, faktor-faktor yang dikaji sebagai berpotensi terkait dengan
depresi antara lain yaitu karakteristik sosio-demografi dan keluarga, kondisi hidup dan
perumahan, karakteristik kesehatan fisik, dan karakteristik kesehatan mental.

Dalam hal kesehatan mental, 28,8% ibu menderita depresi, 18,3% berisiko bunuh diri dan
16,7% memiliki tanda-tanda gangguan stres pasca-trauma. Di antara ibu dengan depresi,
36,9% memiliki PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) yang dimulai lebih dari 12 bulan
sebelum penelitian, 11,5% memiliki riwayat PTSD anterior untuk studi dan 51,6% tidak
pernah mengalami PTSD. Sebagai gangguan stres pasca-trauma merupakan salah satu faktor
terkuat untuk depresi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian dalam jurnal ini, ibu tunawisma
melaporkan tingkat depresi yang tinggi (28,8%). Faktor-faktor kunci yang terkait adalah
kelancaran dalam bahasa Perancis (PR = 1,88), risiko bunuh diri seumur hidup (PR = 2,26),
gangguan stres pasca-trauma (PR = 2,97) dan kebutuhan kesehatan yang tidak terpenuhi (PR
= 1,68). Ibu yang depresi dan mengalami gangguan stres pasca-trauma mengalami tingkat
kesulitan kesehatan dan sosial yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini berkontribusi pada
literatur ilmiah yang menunjukkan tingkat kesulitan kesehatan mental yang tinggi di antara
ibu yang mengalami tunawisma dan menunjukkan bahwa beberapa faktor risiko (misalnya
tingkat komorbiditas tinggi dengan gangguan stres pasca-trauma pada populasi migran)
khusus untuk populasi ini. Perlu diketahui bahwa sebagian besar keluarga dalam penelitian
jurnal ini adalah migran, oleh karena itu peneliti tidak dapat membedakan kontribusi
karakteristik khusus untuk migran dari mereka yang tunawisma

TEORI

Pada jurnal yang berjudul “Factors associated with depression among homeless mothers.
Results of the ENFAMS survey” menjelaskan bahwa salah satu faktor pencetus depresi yaitu
stress hal ini sesuai dengan pendapat dari Atkinson (1993), Depresi merupakan respon
terhadap stres dalam kehidupan. Faktor yang mencetuskan depresi yaitu kegagalan di sekolah
atau pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai dan menyadari bahwa penyakit atau penuaan
sedang menghabiskan kekuatan seseorang. Depresi dianggap abnormal jika dalam kurun
waktu yang lama.
Faktor ekonomi juga berperan penting dalam penjelasan penelitian. Beban ekonomi inilah
yang sering kali menjadi faktor pencetus depresi pada ibu-ibu tunawisma di Paris. Menurut
panduan yang ditetapkan oleh Institut Statistik Nasional Prancis (INSEE), seseorang
dianggap menjadi tunawisma pada hari tertentu jika dia menghabiskan malam sebelumnya di
jalan atau di akomodasi yang terlindung. Hal ini sesuai dengan penjelasan Wright (2000)
dalam Megah Andriany (2007) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
munculnya tuna wisma adalah kurangnya kesanggupan membeli rumah, pekerjaan atau
pendapatan yang kurang dari kebutuhan, kekerasan domestik, penyakit jiwa,
ketidakmampuan, dan penggunaan alkohol dan Narkoba.
Dalam jurnal dijelaskan ibu-ibu tunawisma rentang terhadap berbagai macam masalah
kesehatan. Hal ini mengacu pada teori dari Orem (1987) yaitu Teori pertama “defisit perawatan
diri,” merupakan yang paling komprehensif dan inti dari idenya. Hal ini merupakan gambaran
konseptual penerima perawatan sebagai manusia yang tidak mampu melakukan perawatan
diri secara kontinyu dan independen dikarenakan hal-hal yang terkait dengan kesehatan atau
keterbatasan. Teori kedua, “teori perawatan diri” berdasar pada ide sentral bahwa suatu
hubungan muncul antara tindakan perawatan diri yang dipertimbangkan serta perkembangan
dan fungsi individu dan kelompok. Teori ketiga, “teori sistem keperawatan” yang
menggambarkan kebutuhan perawatan diri terapeutik dan tindakan-tindakan serta sistem-
sistem yang terlibat dalam perawatan diri dalam konteks hubungan interpersonal dan yang
dibangun dalam diri manusia dengan defisit perawatan diri. Sehingga jika teori ini diterapkan
mampu mencegah berbagai macam penyakit yang biasa terjadi pada tunawisma.

Peran perawat
Peran keperawatan dalam masyarakat untuk membuat individu menjadi mampu dalam
mengembangkan dan melatih kemampuan perawatan diri mereka agar mereka dapat
memenuhi kebutuhan perawatan yang berkualitas dan memadahi pada diri mereka sendiri.
Kebutuhan perawatan diri merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari tunawisma
mengingat kondisi minimnya perlindungan dari segi fisik dan psikologis bagi mereka.
Sehingga untuk mewujudkan hal ini diperlukan strategi yang adukuat mengingat uniknya
kondisi tuna wisma, banyaknya kebutuhan perawatan diri, dan masih kurangnya support
system bagi tuna wisma terutama di Indonesia.

Dapus

Atkinson. 1993. Pengantar Psikologi. PT Erlangga : Jakarta [Serial Online]


http://digilib.unila.ac.id/9931/10/BAB%202.pdf (diakses pada 03 April 2018)

file:///C:/Users/windows7/Downloads/Aplikasiteoriselfcaredeficitoremdalamkontekstunawis
ma.pdf dalam

https://www.researchgate.net/profile/Megah_Andriany2/publication/268354564_Aplikasi_Te
ori_Orem_pada_Tuna_Wisma_Aplikasi_Teori_Self-
Care_Deficit_Orem_dalam_Konteks_Tuna_Wisma_Studi_Literatur_The_Application_of_Or
em%27s_Self_Care_Deficit_in_Homeless_Setting/links/57feeeb708ae727564016816/Aplika
si-Teori-Orem-pada-Tuna-Wisma-Aplikasi-Teori-Self-Care-Deficit-Orem-dalam-Konteks-
Tuna-Wisma-Studi-Literatur-The-Application-of-Orems-Self-Care-Deficit-in-Homeless-
Setting.pdf orem

Anda mungkin juga menyukai