Anda di halaman 1dari 3

Short Term Double Lumen Catheter Insertion

No. Dokumen: Revisi: Halaman:


04.05.01.PT – S.013 00 1/1
Tanggal Terbit: Ditetapkan oleh:
BRSU TABANAN Direktur BRSU Tabanan
1 Agustus 2013

SPO
Dr. I Nyoman Susila, M.Kes
NIP 19630222 198903 1 008
Pengertian Insersi short term double lumen catheter merupakan tindakan medik invasif yang
dilakukan pada pasien baru yang memerlukan prosedur hemodialisis yang belum
mempunyai akses vaskuler permanen atau pada pasien dialisis reguler yang akses
vaskuler permanennya mengalami gangguan fungsi atau tidak bisa digunakan
Tujuan Sebagai akses vaskuler untuk mendapatkan asupan aliran darah yang adekuat
pada waktu prosedur hemodialisis. Akses vaskuler ini bersifat sementara untuk
jangka waktu 3 minggu – 2 bulan sampai prosedur hemodialisis tidak diperlukan
lagi atau akses vaskuler permanen sudah bisa difungsikan
Kebijakan 1. Indikasi insersi ditentukan oleh DPJP Nefrologi dengan melengkapi
informed consent
2. Insersi dilakukan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan
Ginjal dan Hipertensi
3. Insersi dilakukan pada pasien rawat inap / rawat jalan
Prosedur 1. Tindakan insersi dilakukan di ruang tindakan khusus semi steril. Insersi
dilakukan pada vena jugularis interna kanan dan pada kondisi tertentu
insersi bisa dilakukan pada vena jugularis interna kiri atau vena
subclavia kanan / kiri.
2. Pasien tidur terlentang dengan kepala mengarah ke kontra lateral tempat
insersi dengan terlebih dahulu dipasangkan topi jaring di kepala pasien
dan pada pasien dengan pengisian vena jugularis yang kurang maka
pasien diposisikan trendelenberg 30 0.
3. Pada pasien dengan sesak nafas posisi kepala bisa lebih ditinggikan
4. Dilakukan desinfeksi dengan larutan chlorhexidine atau povidine-
iodine-alcohol dari daerah mandibula dan dagu sampai daerah sekitar
ketiak dan puting susu. Daerah insersi kemudian ditutup dengan duk
lubang steril
5. Catheter double lumen dan kelengkapannya disiapkan , ditaruh di atas
meja yang telah dilapisi dengan duk steril. Catheter double lumen , dan
dilator dibilas terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% 5 cc + heparin 0,1 ml
untuk memastikan patensi dan menyingkirkan adanya kebocoran. Klem
lumen catheter yang berwarna merah kemudian ditutup sedangkan
klem yang berwarna biru dibiarkan terbuka
6. Apabila fasilitas USG vaskuler tersedia, maka posisi vena jugularis
interna ditentukan dengan bantuan USG pada daerah segitiga diantara
otot steinocleidomastoideus dimana sebelumnya probe USG yang telah
diisi gel ditutup dengan sarung tangan steril. Dilakukan anastesi lokal
dengan lidokaine 3% pada tempat yang akan dilakukan insersi diatas
vena jugularis interna.
7. Insersi bisa dilakukan dengan pendekatan sentral atau anterior pada
vena jugularis interna
8. Dengan bantuan USG dilakukan insersi pada vena jugularis interna
memakai jarum 18G yang dihubungkan dengan spuit 10cc yang telah
diisi NaCl 0,9% 2 ml.
9. Dilakukan aspirasi dan bila darah yang teraspirasi pada spuit berwarna
merah kehitaman dan tidak berdenyut menunjukkan bahwa ujung jarum
memang sudah benar berada di dalam vena jugularis interna
10. Apabila fasilitas USG vaskuler tidak tersedia maka insersi bisa
dilakukan secara blind dengan berpatokan pada tradisional landmark
pada daerah segitiga yang dibatasi oleh otot sternokleidomastoideus.
11. Guidewire dimasukkan lewat jarum 18G yang telah menembus vena
jugularis interna sampai pada batas yang telah ditentukan kemudian
jarum dilepas secara perlahan dengan membiarkan guidewire pada
posisinya
12. Masukkan dilator menembus kulit dan otot menuju vena jugularis
interna melalui guidewire dengan melakukan sedikit incisi pada kulit di
sekitar guidewire. Dilator dikeluar-masukkan beberapa kali untuk
melonggarkan area yang akan dilalui oleh catheter. Dilator kemudian
dikeluarkan dari guidewire.
13. Masukkan catheter double lumen lewat guidewire dan secara perlahan
guidewire ditarik keluar sedangkan catheter didorong ke dalam sampai
batas yang telah ditentukan. Klem berwarna biru segera ditutup.
14. Dilakukan pembilasan pada kedua lumen catheter dengan memasukkan
NaCl 0,9% 2-4 cc lewat spuit untuk mengetahui lancar tidaknya flow
darah pada masing-masing lumen. Bila flow kedua lumen baik dan
lancar dilanjutkan heparin lock dengan memasukkan haparin sesuai
yang tertera pada catheter ke dalam lumen catheter secara cepat.
Kemudian kedua lumen catheter ditutup klemnya dan ujung klem
tersebut ditutup dengan penutup yang telah disediakan.
15. Dilakukan fiksasi catheter pada kulit sekitarnya dengan melakukan
jahitan pada kulit dan dilanjutkan dengan fiksasi memakai kasa steril
serta kemudian ditutup dengan hypavix
16. Dilakukan pemeriksaan foto thorax untuk mengetahui posisi catheter
dan ujung catheter sebelum catheter double lumen digunakan untuk
prosedur hemodialisis
Unit terkait Dokter, perawat, petugas roentgen

Anda mungkin juga menyukai