I. PENDAHULUAN
bayi melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus Namun, ini adalah
operasi besar dan dikaitkan dengan risiko ibu dan perinatal yang mungkin
berimplikasi pada kehamilan di masa depan dan juga efek jangka panjang yang
ibu untuk menjalani operasi caesar tanpa adanya indikasi medis. Namun
demikian, alasan untuk bersikap liberal terhadap seksio sesar sangat beragam
1
diantaranya primipara yang semakin tua sering disebut-sebut sebagai alasan
naiknya persalinan sesar. Peningkatan permintaan ibu akan seksio sesarea juga
prosedur yang hampir bebas risiko. Semua hal ini mungkin berkontribusi
pertanyaan, apakah SC tanpa indikasi medis yang ketat dapat dibenarkan atau
Melihat hal-hal tersebut di atas, maka melalui referat ini akan dibahas
II. EPIDEMIOLOGI
Menurut data terakhir dari 150 negara, saat ini 18,6% dari semua
sampai 27,2% di daerah paling tidak dan paling maju. Amerika Latin dan
Utara (32,3%), Oceania (31,1%), Eropa (25%), Asia (19,2%) dan Afrika
menunjukkan bahwa antara tahun 1990 dan 2014, tingkat CS rata-rata global
2
meningkat 12,4% (dari 6,7% menjadi 19,1%) dengan tingkat kenaikan rata-rata
dan Karibia (19,4%, dari 22,8% sampai 42,2%), diikuti oleh Asia (15,1%, dari
4,4% sampai 19,5%), Oceania (14,1%, dari 18,5% sampai 32,6%) , Eropa
(13,8%, dari 11,2% sampai 25%), Amerika Utara (10%, dari 22,3% sampai
32,3%) dan Afrika (4,5%, dari 2,9% sampai 7,4%). Asia dan Amerika Utara
adalah daerah dengan tingkat kenaikan tahunan rata-rata tertinggi dan terendah
lahir; (2) janin; dan (3) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi
atas (a) bagian tulang, tediri atas tulang – tulang panggul dan persendiannya
(artikulasio) ; dan (b) bagian lunak, terdiri atas otot-otot, jaringan jaringan dan
ligamen-ligamen.
A. Bagian Tulang
1. Tulang-tulang Panggul(4)
3
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu (1) os koksa
Didepan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri yang
hormonal, sehingga pada waktu persalinan dapat digeser lebih jauh dan
sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Selain itu, akibat relaksasi
4
terhadap os sakrum. Hal inilah yang menjadi dasar tindakan manuver
simfisis. Hal demikian dapat menimbulkan rasa sakit atau gangguan saat
berjalan.
mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak
di atas linea terminalis (false pelvis) dan yang bagian bawah linea
terminalis adalah pelvis minor atau biasa disebut true pelvis. Bagian
akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri
transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik titik
sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dengan hodge III sumbu itu
sesuai dengan lengkungan sakrum. Hal ini penting untuk diketahu bila
5
akan mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan curam
berbentuk hampir bulat disebut pintu atas panggul. Bagian bawah saluran
ini disebut pintu bawah panggul diantara kedua pintu tersebut terdapat
ruang panggul. Ukuran ruang panggul daru atas ke bawah tidak sama.
ini setinggi spina iskiadika yang jarak antara kedua spina iskiadika
oblikua.
6
Dalam obsetri dikenal 4 jenis panggul, yang mempunyai ciri-ciri pintu
diameter transversa.
% perempuan.
7
3. Ruang Panggul(4)
4. Bidang Hodge(4)
atas panggul.
8
5. Pintu Bawah Panggul(4)
masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara
kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan segitiga lainnya
yang alasnya juga garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian bawah
merupakan sudut disebut arkus pubis. Dalam keadaan normal sudut ini
kurang lebih 90’, atau lebih besar sedikit. Bila kurnag sekali/lebih kecil
dari 90’ maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena
memerkukan tempat lebih banyak ke arah dorsal (anus). Dalam hal ini
B. Bagian Lunak(4)
Saat kala 2, segmen bawah uterus, serviks uteri, dan vagina ikut
apabila teraba sebagai bibir ini terjadi pada usia kehamilan 34 minggu.
9
(elastisitas) otot ini membantu memudahkan putaran paski dalam janin.
Pada otot yang kurang miring atau lebih mendatar dan kurang melenting,
putaran paksi dalam jauh lebih sulit. Selain faktor otot, pitaran paksi dalam
panggul melalu kanalis alcock, terletak antara spina iskiadika dan tuber
iskii, pada persalinan sring dilakukan anastesi blok pudendus, sehingga rasa
Passager”, yaitu :
1. his
2. tenaga mengejan/meneran
10
- Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi
persalinan.
keluar melalui jalan lahir. Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini. Oleh
Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala satu
intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi
serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai ketika serviks sudah
Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi
serviks. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan
berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai
stadium ekspulsi janin. Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir,
11
dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga
V. SECTIO CAESAREA(5)
dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus. Hampir 99% dari
(secara Kronig).
b. Seksio sesarea klasik (corporal), yaitu insisi pada segmen atas uterus atau
korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak
dapat dicapai dengan aman (misalnya karena perlekatan yang erat pada
12
segmen bawah uterus atau karsinoma serviks invasif), bayi besar dengan
kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah. Teknik ini juga
seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan
lain, pada uterus miomatousus yang besar dan atau banyak, atau pada ruptur
ke dalam rongga uterus. Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam praktek
obstetri.
kemih ke bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi
di segmen bawah.
suatu persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan
ibu), psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu
janin jika keadaan tersebut berlanjut. Indikasi untuk sectio caesarea antara lain
meliputi:
13
1. Indikasi Medis
2. Indikasi Ibu
a. Usia
b. Tulang Panggul
3. Indikasi Janin
c. Letak sungsang
accreta
lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan
seksio sesarea adalah distosia 3,6%, diikuti oleh presentasi bokong 2,1%,
14
gawat janin 2,0%, riwayat seksio sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain 3,7%
gawat janin 2,4%, presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam 14,2%
terbanyak dari 10,7% kasus seksio sesarea yang terjadi di Swedia yaitu 3,1%,
diikuti oleh distosia dan presentasi bokong yang masing-masing berkisar 1,8%,
sedangkan gawat janin hanya 1,6% dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio
sesarea yang terjadi yaitu 8,5%, dan distosia berperan dalam 7,1%, presentasi
janin sehingga dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio
sesarea. Dalam hal ini adanya gangguan mekanisme pembekuan darah ibu,
seminimal mungkin.
15
pervaginam dan bahkan pada wanita tanpa kehamilan, meskipun hal ini
4,5%.(3)
2. Perdarahan
persalinan sesar.(3)
16
3. Histerektomi Peripartum
0,3 sampai 5,0 per 1000 kelahiran dalam penelitian yang berbeda. Insiden
ini lebih tinggi untuk SC daripada persalinan pervaginam. Hal ini juga
elektif dan 1.2 / 1000 untuk SC darurat. Atonia uterus sebelumnya telah
9,0% dan operasi lebih lanjut pada 19,6% wanita yang menjalani
186 histerektomi sesarea (0,5% dari semua SC) dianalisis dan komplikasi
17
pasca operasi, 0,5% tromboflebitis, 3,2% infeksi saluran kemih, 0,5%
4. Komplikasi Intraoperatif
14,8%. Komplikasi meliputi kehilangan darah ≥1000 ml, insisi kulit janin
yang tidak disengaja (1,3%), laserasi korpus uterin (10,1%), lesi kandung
kemih (0,8%), laserasi arteri rahim atau laserasi pada usus (0,5%).
Komplikasi lebih sering terjadi pada operasi emergensi (14,5%) dari pada
operasi elektif (6,8%) dan lebih sering terjadi pada wanita dengan SC
kandung kemih, kesulitan teknis karena adhesi, dan kejadian lain yang
ringan (transfusi darah, laserasi ringan, luka ringan pada bayi tanpa
gejala sisa pada bayi) dan 2,1% adalah komplikasi utama (cedera pada
uterus, laserasi yang melibatkan sebagian besar korpus uteri, luka di usus,
18
dan luka pada bayi dengan gejala sisa). Tingkat komplikasi lebih tinggi
5. Komplikasi Anestesi
anestesi pada tahun 1991-2002 ada 1,2% kematian ibu terkait anestesi per
1.000 000 kelahiran hidup, yang terdiri dari 1,6% dari semua kematian
spinalis atau epidural dan reaksi obat. Sekitar 86% kematian ini terkait
dengan SC.
6. Komplikasi Nifas
ulangan, retensi urin, nyeri, sakit kepala terkait dengan tusukan dural
hanya catatan kasus obstetrik tapi bahkan catatan kebidanan telah ditinjau
19
35,7% wanita memiliki komplikasi pascaoperasi. Komplikasi
studi di Jerman dari tahun 2001, total tingkat komplikasi nifas yang
7. Infeksi
keluar rumah sakit. Risiko infeksi pascapersalinan lima kali lebih tinggi
infeksi luka didiagnosis saat tinggal di rumah sakit dan 80% kemudian
20
Dalam sebuah studi Kanada oleh Allen dkk. kejadian morbiditas
demam pada masa nifas dan infeksi luka adalah 0,6% pada persalinan
Krebs dkk, morbiditas demam nifas dan kejadian infeksi luka gabungan
1,2% pada persalinan pervaginam, 2,4% pada SC elektif dan 4,1% pada
0,9% pada persalinan pervaginam, 2,9% pada SC elektif dan 4,3% pada
darurat.(3)
a. Sepsis
per 1000 total persalinan, dan 1,0 per 1000 total persalinan di
Kejadian sepsis berat adalah 0,5 per 1000, dan angka fatalitas kasus
21
adalah 14,3%. Faktor risiko yang signifikan untuk sepsis berat adalah
b. Endometritis
c. Infeksi luka
8,9% selama 30 hari masa tindak lanjut, namun di rumah sakit hanya
Dalam sebuah penelitian dari Israel mengenai faktor waktu dan risiko
yang terkait dengan SC, tingkat infeksi luka adalah 1,8%; itu lebih
22
2,0% dalam sebuah penelitian di Belanda, 1,0% pada SC elektif dan
d. Infeksi lainnya
8. Kejadian Tromboemboli
23
meningkat bahkan lebih. Dalam sebuah studi di Swedia, kejadian dari
semua jenis kejadian tromboemboli adalah 1,7 pada 1000 SC, 3,7 kali
kasus didiagnosis setelah ibu dan bayinya lahir dari unit persalinan.
meningkat empat kali lipat dari tahun 1970an sampai tahun 1990an,
4,5% menjadi 0,6%. Dalam studi populasi Swedia lainnya pada 1.003.
merupakan risiko 3,8 kali lipat untuk emboli paru dan risiko stroke
SC, faktor risiko DVT lain yang diketahui terkait dengan kehamilan dan
24
Emboli cairan amnion adalah kondisi langka dan parah yang
per 100.000 kelahiran dan tingkat mortalitasnya adalah 19-38%. Hal ini
faktor risiko yang paling penting adalah usia ibu dan multiparitas yang
tinggi.(3)
9. Komplikasi lainnya
0,53% SC: 66% karena perdarahan, 17% karena infeksi, dan 17% karena
kelompok ini. Ileus dilaporkan pada 1,5% pada SC dalam sebuah studi di
luka dicatat pada 1,2% wanita setelah SC dalam sebuah penelitian dari
Norwegia.(3)
25
Retensi urin pascapersalinan dilaporkan pada 14,6% wanita setelah
wanita ini pulih dalam beberapa hari, namun 0,2% memiliki retensi urin
sebelumnya.(3,6)
menutupi serviks inlet, terjadi pada 10% wanita dengan riwayat empat
kurang, ketika villi plasenta secara tidak benar menempel atau melekat
26
prevalensi PIA diperkirakan 1 dari 720 wanita dengan SC sebelumnya,
dan risiko tujuh kali lipat setelah satu kali SC sebelumnya meningkat
secara dramatis menjadi 56 kali lipat setelah tiga kali atau lebih SC.(6)
parah dari SC. Risiko plasenta akreta dan histerektomi peripartum telah
morbiditas berat meningkat pada setiap SC, dan kejadian plasenta akreta
28 kali lipat (6,7%), dan histerektomi 14 kali lipat (9,0%) setelah 6 atau
27
perkreta. Plasenta akreta adalah jaringan plasenta di mana vili dari
kemih. Sekitar 75% dari plasenta adherent adalah plasenta akreta 18%
merupakan hal yang penting secara klinis karena intervensi yang akan
lagi menjadi plasenta akreta total, plasenta akreta parsial, dan plasenta
28
berimplantasi ke dalam bekas luka yang terbentuk oleh operasi caesar
sebelumnya.(5,8)
29
Sedikit yang diketahui tentang mekanisme dan etiopatologi CSP.
adanya bekas luka secara fisik. Resiko implantasi pada jaringan parut
setelah hanya satu SC sebelumnya, tidak ada korelasi yang jelas antara
paling sering berisiko terkena CSP di masa depan. Hal ini mungkin
terkait dengan kebutuhan akan sayatan uterus yang lebih tinggi karena
pada bekas luka dan kantung kehamilan tumbuh menuju rongga serviks-
30
tumbuh menuju kandung kemih. Pada tipe eksogenik, lapisan
2. Ruptur Uterus
persalinan. Hal ini menyebabkan morbiditas yang parah bagi ibu dan
neonatal. Resikonya lebih tinggi jika seorang wanita memiliki dua atau
keseluruhan kejadian ruptur uteri adalah 0,2 per 1000 kelahiran dan
1000 serta 0,3 per 1000 kelahiran pada kelompok SC elektif (yang
direncanakan).(3)
banyak menimbulkan gejala, hal ini terjadi karena tidak terjadi robekan
luka. Daerah disekitar bekas luka lambat laun makin menipis sehingga
31
bekas sayatan lebih mudah terjadi karena tepi sayatan sebelah dalam
uteri yang membakat, yaitu didahului his yang kuat dan terus
bagian janin mudah diraba di bawah dinding perut ibu atau janin
32
cairan bebas, jika kejadian ruptur uteri telah lama maka akan
melalui vagina.
33
- Pada kateterisasi didapat urin berdarah.
3. Adhesi (Perlekatan)
disebabkan oleh pembedahan, infeksi atau iritasi kimia dan dapat terjadi
lebih dari 90% setelah laparotomi. Morbiditas dari adhesi pasca operasi
berhubungan erat dengan jenis indeks operasi; Obstruksi usus kecil telah
kandung kemih dan ureter, waktu operasi lebih lama, dan kehilangan
34
laparoskopi, namun adhesi intestinal meningkat untuk setiap jumlah
operasi.(6)
double layer. Terlepas dari riwayat dan teknik bedah, faktor predisposisi
kronis.(6)
Pada seksio sesarea, lesi neonatal terjadi pada 1,1% kasus, luka insisi
tengkorak dan tulang lainnya yang disertai dengan lesi saraf perifer (0,02 %),
lesi pleksus brakialis (0,02%), dan kelumpuhan saraf wajah (0,03%). Anak-
anak yang lahir dengan operasi caesar mungkin memiliki skor Apgar yang
kesulitan bernapas, yang mungkin terjadi pada beberapa jam pertama. Sectio
35
menyebabkan stres dan syok neonatal karena neonatus tidak melewati jalan
lahir; Itulah sebabnya di masa lalu, bayi baru lahir ini biasa disebut 'cut out'
yang keliru, anak-anak yang belum dewasa lahir dengan operasi caesar.
caesar yang tercatat di atas, masalah konsekuensi jangka panjang untuk anak
yang lahir dengan operasi sesar telah semakin ditangani dalam beberapa
menyelidiki konsekuensi jangka panjang pada anak yang lahir melalui operasi
caesar telah terjadi. Studi besar NSome menemukan korelasi antara jenis
persalinan dan tingkat morbiditas saat ini seperti obesitas, asma, berbagai
yang diperoleh, anak-anak yang lahir dengan operasi sesar memiliki risiko
dua kali lipat untuk menderita diabetes mellitus tipe 1 dibandingkan dengan
2,2%) . Mekanismenya sampai saat ini masih belum jelas. Postulat yang ada
bifidobakteri yang lebih rendah, yaitu flora usus mereka serupa dengan
36
individu diabetes. Bifidobacteria termasuk dalam kelompok bakteri usus yang
berbagai bentuk dermatitis pada anak yang lahir dengan operasi caesar. Hasil
dengan operasi caesar lebih tinggi sebesar 33% dan pada mereka yang berusia
prevalensi asma terhadap secara signifikan lebih tinggi pada 36 bulan pertama
saluran kelahiran ibu dan rektum. Ketika bakteri ini dipindahkan ke bayi baru
lahir, mereka melewati sistem pencernaan yang baru lahir dan menetap di
usus kecil dan besar. Pada anak-anak yang lahir dengan persalinan per
vaginam, bakteri 'baik' dari ibu menstimulasi sel darah putih neonatal dan
komponen sistem kekebalan lainnya (produksi sitokin T-helper tipe 1 dan tipe
dan rektum. Dalam kasus SC elektif, tidak ada kontak dengan bayi yang baru
37
lahir dengan bakteri ibu, sedangkan pada operasi caesar darurat, kontak
Mereka kekurangan bakteri ibu 'baik', sementara bakteri 'buruk' yang dapat
38