Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

Pokok Bahasan : Gangguan Persepsi Sensori

Sub Pokok Bahasan : Halusinasi

Sasaran : Keluarga Klien dengan halusinasi

Tempat : Poliklinik RSJ Prof. Dr. V.L Ratumbuysang Provinsi

Sulawesi Utara

Waktu : Sabtu, 13 Agustus 2016

I. Tujuan

A. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga mampu mengenal


halusinasi pada salah satu anggota keluarganya.

B. Tujuan Khusus

1. Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga mampu menjelaskan


pengertian halusinasi.
2. Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga mampu menyebutkan
tanda dan gejala halusinasi.
3. Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga mampu menjelaskan
tahap-tahap halusinasi
4. Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga mampu menjelaskan cara
menghentikan halusinasi.
5. Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga mampu
menyebutkan penanggulangan halusinasi di rumah.
II. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa masyarakat (community mental health) telah menjadi bagian


masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara.Salah satu
pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi
dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan
teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secaralangsung namun
akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban
bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya, dalam UU No.23 tahun
1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut kesehatan
dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial
yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan
jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan
sehat, sejahtera dan bahagia (wellbeing),ada keserasian antara pikiran, perasaan,
perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta
mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Penyakit mental, disebut juga
gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai
satu atau lebih fungsi mental.Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosiproses berpikir, perilaku, dan persepsi(penangkapan pancaindera).
Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan
keluarganya).

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa adanya


rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh/ baik. Halusinasi merupakan bentuk yang paling
sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang
bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai
keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa
bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti
bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab
pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien
menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini
kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil
pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan
pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

III. Seleksi Pasien dan Keluarga

Proses seleksi keluarga yang akan mendapatkan pendidikan kesehatan melalui


pengkajian secara sistematis dan mendalam sehingga memperoleh gambaran
pengetahuan tentang kemampuan keluarga merawat pasien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi.

IV. Jadwal Kegiatan

a. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan


Poliklinik RSJ Prof. Dr. V.L Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara
b. Lama Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Kegiatan Pendidikan Kesehatan akan dilaksanakan selama 15 menit
c. Waktu Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Kegiatan Pendidikan Kesehatan akan dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus
2016 pada pukul 09.00 WIB

V. Media

Leaflet
VI. Metode

1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VII. LANGKAH KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

NO TAHAP KEGIATAN WAKTU

1. Persiapan 1. Menyiapkan Audience 2 Menit


2. Menyiapkan Alat dan Media

2. Orientasi 1. Perkenalan
2. Menjelaskan tujuan
3 Menit
3. Kontrak waktu

3. Kerja Menjelaskan materi sesuai topik 5 Menit

4 Terminasi 1. Melakukan evaluasi secara subjektif (perasaan 5 Menit


keluarga setelah mengikuti pendidikan kesehatan)
2. Penyaji melakukan evaluasi secara objektif
(perasaan keluarga setelah mengikuti pendidikan
kesehatan)
3. Penyaji bersama keluarga membuat rencana
tindak lanjut terkait topic pendidian kesehatan
untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari
VIII. EVALUASI PROSES

1. Standart Persiapan

a. Menyiapkan materi penyuluhan


b. Menyiapkan satuan acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat
d. Menyiapkan leaflet

2. Standart Proses

Keluarga pasien dapat bekerja sama saat dilakukan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

a. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang pengertian halusinasi


b. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang tanda dan gejala halusinasi
c. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang tahapan halusinasi
d. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang cara menghentikan halusinasi
e. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang penanggulangan halusinasi
IX Materi

HALUSINASI

A. Pengertian

Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) dari luar (eksternal). (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health
Nursing, 1987).

Tingkatan Halusinasi

Menurut Moller dan Murphy dalam Stuart dan Sudden (1997), tingkatan
halusinasi dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu :

1. Tahap I

Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah sesuatu yang


menyenangkan. Pengalaman halusinasi karena emosi yang meningkat seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
nyaman untuk melepaskan rasa cemas. Individu mengenal bahwa pikiran dan
pengalaman sensori dalam control kesadaran jika cemas dapat dikelola. Tingkah laku
yang dapat diobservasi :

a) Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.


b) Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.
e) Diam dan tampak asyik.

2. Tahap II

Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal yang


menjijikkan dan menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control dan ada usaha untuk
menjauhkan diri dari sumber stimulus yang diterima . Individu mungkin merasa malu
dengan adanya pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Tingkah laku yang
dapat diobservasi :

a) Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas seperti
meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan darah.
b) Lapang perhatian menjadi sempit
c) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi atau realitas.

3. Tahap III

Pengalaman sensori menjadi hal yang menguasai (Tingkat kecemasan berat).


Mencoba memberi perintah, isi halusinasi mungkin menjadi sangat menarik bagi
individu. Individu mungkin mengalami kesepian, jika sensori yang diberikan berhenti.
Tingkah laku yang dapat dipantau :

a) Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.


b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c) Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, gemetar, ketidakmampuan
mengikuti perintah.

4. Tahap IV

Tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi terperinci dan khayalan


tampak seperti kenyataan. Pengalaman sensori mungkin mengancam jika individu tidak
mengikuti perintah. Halusinasi mungkin memburuk dalam 4 jam atau sehari jika tidak
ada tindakan keperawatan. Tingkah laku yang dapat dipantau:

a) Teror keras pada tingkah laku seperti panic.


b) Potensial kuat untuk bunuh diri.
c) Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dari halusinasi seperti kekerasan,
menarik diri .
d) Tidak dapat berespon pada perintah .
B. Penyebab

1. Keturunan
2. Lingkungan
3. Tekanan Jiwa
4. Penyakit Fisik

Jenis-jenis halusinasi

 Halusinasi Penglihatan
 Halusinasi Pendengaran
 Halsinasi penciuman
 Halusinasi citarasa
 Halsinasi peraba

C. Tanda-tanda halusinasi:

 Suka bicara sendiri


 Tertawa sendiri
 Komunikasi lambat
 Mengamuk, gelisah, suka menyendiri
 Mengatakan mendengarkan bisikan atau melihat hal-hal aneh
 Berkeringat, gemetar, suka melawan
 Potensial untuk perilaku bunuh diri

D. Cara Perawatan pasien dengan Halusinasi

 Menunjukkan bahwa anda tidak mengalami stimulus yang sama


 Hindari mendebat klien tentang halusinasinya
 Dianjurkan untuk tidak merespon halusinasi
 Memberikan aktivitas yang terjadwal
 Jika halusinasi datang, usahakan cerita dengan anggota keluarga atau teman
 Terapi obat

Anda mungkin juga menyukai