Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

APENDISITIS

Diajukan Oleh :

Annida Nurul Haq


(0918011005)
Arif Yudho Prabowo
(0918011031)
Bian Rahmadi Medikanto
(0918011036)
Elis Sri Alawiyah
(0918011041)

Preceptor
dr. Hi. Yusmaidi, Sp.B

----------------------------------------------------------------------------------
SMF BEDAH RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
MEI -2013

1
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri abdomen diluar sebab trauma memberikan banyak kemungkinan diagnosis. Untuk
menetapkan diagnosisnya kadangkala sangat sulit sehingga berdampak pada morbiditas
penderita. Dombal (1990) mengemukakan bahwa akurasi diagnosis pada nyeri abdomen
hanyalah 45-65%.

Telah diketahui lebih dari 1000 penyakit bedah dan non bedah sebagai penyebab nyeri
abdomen. Dari sekian banyak penyebab, apendisitis masih menempati insidensi tertinggi di
negara sedang berkembang maupun di negara maju. Pada banyak kasus nyeri abdomen untuk
semua golongan umur, maka diagnosis apendisitis mendekati 75% walaupun masih
diperhadapkan dengan diagnosis banding lainnya.

Dari tahun ke tahun di banyak tempat sudah banyak dilakukan penelitian permasalahan
apendisitis. Dalam penelitian-penelitian tersebut didapatkan bahwa insidensi apendektomi
negatif rata-rata mencapai angka 18-42% bahkan lebih tinggi lagi yaitu 45-50% pada wanita
usia subur.

Penderita nyeri perut bagian kanan bawah yang datang ke Bagian Bedah, diklasifikasikan
sebagai: 1. Segera memerlukan tindakan operasi; 2. Tidak memerlukan operasi; 3. Belum
jelas memerlukan tindakan operasi atau tidak. Untuk kelompok terakhir diperlukan sarana
diagnostik tambahan untuk kepastiannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi Apendiks


Anatomi apendiks

Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu saluran (tabung) dengan
panjang sekitar 30 kaki (9 m). yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut sampai
ke anus (sembilan meter adalah panjang saluran pencernaan pada mayat; panjangnya pada
manusia hidup sekitar separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran).
Saluran pencernaan mencakup organ-organ berikut: mulut, faring, esophagus, lambung, usus
halus (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum), usus besar (terdiri dari sekum, apendiks,
kolon dan rectum) dan anus.

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm),
dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian
distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
menyempit pada ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden
apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu
memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang
mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal,
yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens.
Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior
dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. oleh karena itu,
nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal
dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri in tersumbat, misalnya
karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.

3
Gambar 1. Posisi anatomi apendiks

Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendik tidak
memengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.

Definisi Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa
pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besar atau sekum (cecum).

Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya
seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan lendir. Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks.

4
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. Apendisitis akut
adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen,
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :


1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah
bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,
biasanya ditemukan pada usia tua.

Etiologi dan Patofisiologi


Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai factor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai factor
pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab yang lain yang diduga dapat menyebabkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Namun menurut
E. Oswari, kuman yang sering ditemukan dalam apendiks yang meradang adalah Escherichia
coli dan Streptococcus.

Para ahli menduga timbulnya apendisitis ada hubungannya dengan gaya hidup seseorang,
kebiasaan makan dan pola hidup ayang tidak teratur dengan badaniah yang bekerja keras.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

5
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya
apendisitis akut.

Patofisiologi

Apendisitis akut pada dasarnya adalah suatu proses obstuksi (hiperplasia submucosa, fekolith,
benda asing, strikture, tumor). Kemudian disusul dengan proses infeksi sehingga gejalanya
adalah mula-mula suatu obstruksi ileus ringan yakni : Kolik, mual, muntah, anoreksia dan
sebagainya yang kemudian mereda karena sudah jadi paralitik ileus. Kemudian disusul oleh
gejala keradangan yakni : nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan sebagainya.
Faktor obstruksi pada anak-anak terutama hyperplasia dari kelenjar lymphe submucosal. Pada
orang tua adalah fecolith, dan sedikit corpus alineum, strictura dan tumor. Tumor pada orang
muda adalah cacinoid dan pada orang tua adalah Ca caecum. Fecolith diduga terbentuk bila
ada serabut sayuran terperangkap masuk ke dalam apendiks, sehingga keluar mucous
berlebihan.

Cairan mucous ini mengandung banyak calcium sehingga bahan tersebut mengeras dan dapat
menimbulkan obstruksi,dan peregangan lumen apendiks, hambatan venous return dana aliran
lymphe yang berakibat oedema apendiks dimulai dengan diapedesis dan gambaran ulcus
mukosa. Hal ini merupakan tahap dari akut fokal apendisitis. karena apendiks dan usus halus
mempunyai tekanan intra luminal dengan akibat obstruksi vena dan thrombosis sehingga
terjadi oedema dan ischemi apendiks. Invasi bakteri malalui dinding apendiks. Phase ini
disebut akut supurative apendisitis. lapisan serosa apendiks berhubungan dengan peritoneum
parietalis.

Nyeri somatis timbul dari peritoneum karena terjadi kontak dengan apendiks yang meradang,
dan ini tampak sebagai perubahan yang klasik dalam bentuk nyeri yang terlokalisir di
kuadran kanan bawah perut. Seterusnya proses patologis mungkin mengenal sistim arterial
apendiks. Apendiks dengan vaskularisasi yang sangat kurang akan mengalami gangrene dan
terlihat. Sekresi yang terus menerus dari mukosa apendiks yang masih baik serta peningkatan
intra luminal berakibat perforasi melalui gangrenous infark, timbul perforated apendisitis.
Jika apendisitis tidak terjadi secara progressive, terbentuk perlekatan pada lubang usus,
peritoneum dan omentum yang mengelilingi apendiks. Kecepatan rentetan peristiwa tersebut
tentunya tergantung pada : virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding
apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale bahkan organ lain seperti buli-buli,

6
uterus, tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses keradangan ini. Bila proses
melokalisir ini belum dan sudah terjadi perforasi maka timbul peritonitis. Walaupun proses
melokalisir sudah selesai tetapi belum cukup kuat menahan tarikan/tegangan dalam cavum
abdominalis, karena itu pasien harus benar-benar bedrest.

Kadang-kadang apendisitis akut terjadi tanpa adanya obstruksi, ia terjadi karena adanya
penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke apendiks. Terjadi abses multiple
kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.mesentrica regional. Karena terjadi tanpa obstruksi
maka gambaran klinis tentunya berbeda dengan gejala obstruksi tersebut diatas.

Gejala klinis

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri
yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai diperut sebelah
atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual
hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini,
penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah
tajam.

Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat
menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu
berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan
demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

Diagnosis apendisitis
Gejala-gejala

1. Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di


kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-
samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah 4 jam
biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian beralih ke kuadran
bawah kanan dan disini rasa nyeri itu menetap dan secara progresif bertambah hebat,
dan semakin hebat apabila pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam sesudahnya merupakan
kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.

7
3. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi.
4. Bayi yang mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan anoreksia.
5. Mereka yang sudah lanjut usia gejala-gejalanya tidak senyata mereka yang lebih
muda.

Tanda-tanda

1. Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah.
Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan kalau apendiks
terletak retrorektal. Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum dan vagina ditemukan
didaerah rektum apabila terjadi apendisitis pelvis. Kalau letak apendiks itu lain dari
yang lain, maka rasa nyeri mungkin terlatak di tempat lain.
2. Tanda-tanda lain adalah demam (kurang dari 38°C), kekakuan otot, nyeri tekan dan
nyeri lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas serta obturator positip.
3. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada mereka yang sudah
lanjut usia rasa nyeri mungkin tidak nyata, dan lebih dapat menimbulkan salah duga
yang menyesatkan. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah
abdomen dibandingkan dengan biasanya.

Tes laboratorium

Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm³ dengan pergeseran ke kiri (lebih dari
75 persen neutrofil) pada 75 persen kasus yang ada. 96 persen diantaranya leukositosis atau
hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi beberapa pasien dengan apendisitis
memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada urinalisis tampak sejumlah kecil eritrosit atau
leukosit.

Foto sinar-X

Tak tampak kelainan spesifik pada foto polos abdomen. Barium enema mungkin dapat untuk
diagnosis tetapi tundakan ini dicadangkan untuk kasus yang meragukan.

8
Appendikogram

Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang
diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan
kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram
diexpertise oleh dokter spesialis radiologi.

Gambar 2. Gambaran apendiks normal pada apendikogram


*Tanda panah menunjukkan gambar apendiks normal

Karakteristik penderita apendisitis

Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insiden pada laki-
laki dan perempuan umunya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insindens lelaki lebih
tinggi.

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering adalah perforasi apendisitis. Perforasi usus buntu dapat
mengakibatkan periappendiceal abses (pengumpulan nanah yang terinfeksi) atau peritonitis
difus (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama untuk perforasi appendiceal adalah
keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan. Secara umum, semakin lama waktu tunda
antara diagnosis dan operasi, semakin besar kemungkinan perforasi. Risiko perforasi 36 jam
setelah onset gejala setidaknya 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosa radang usus buntu,
operasi harus dilakukan tanpa menunda-nunda.

9
Komplikasi jarang terjadi pada apendisitis adalah penyumbatan usus. Penyumbatan terjadi
ketika peradangan usus buntu sekitarnya menyebabkan otot usus untuk berhenti bekerja, dan
ini mencegah isi usus yang lewat. Jika penyumbatan usus di atas mulai mengisi dengan cairan
dan gas, distensi perut, mual dan muntah dapat terjadi. Kemudian mungkin perlu untuk
mengeluarkan isi usus melalui pipa melewati hidung dan kerongkongan dan ke dalam perut
dan usus.

Sebuah komplikasi apendisitis ditakuti adalah sepsis, suatu kondisi dimana bakteri
menginfeksi masuk ke darah dan perjalanan ke bagian tubuh lainnya.

Kebanyakan komplikasi setelah apendektomi adalah:


1. Infeksi luka;
2. Abses residual;
3. Sumbatan usus akut;
4. Ileus paralitik, dan
5. Fistula tinja eksternal.

Pengobatan apendisitis

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan
yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan
pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate.
Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi.

Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi. Bila
apendektomi terbuka, insisi Mc Burney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita
yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan.
Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostic pada kasus meragukan dapat segera
menentukan akan dilakukan operasi atau tidak.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa
pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besar atau sekum (cecum).

Gejala-gejala apendisitis yaitu diantaranya rasa sakit di daerah epigastrium, daerah


periumbilikus, di seluruh abdomen atau di kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-gejala
pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa
kejang. Sesudah 4 jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian
beralih ke kuadran bawah kanan dan disini rasa nyeri itu menetap dan secara progresif
bertambah hebat, dan semakin hebat apabila pasien bergerak. Anoreksia, mual dan muntah
yang timbul selang beberapa jam sesudahnya merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang
timbul permulaan. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi, bayi yang
mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan anoreksia, mereka yang sudah lanjut usia
gejala-gejalanya tidak senyata mereka yang lebih muda.

Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah. Nyeri
tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan kalau apendiks terletak
retrorektal. Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum dan vagina ditemukan didaerah rektum
apabila terjadi apendisitis pelvis. Kalau letak apendiks itu lain dari yang lain, maka rasa nyeri
mungkin terlatak di tempat lain. Tanda-tanda lain adalah demam (kurang dari 38°C),
kekakuan otot, nyeri tekan dan nyeri lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas serta obturator
positip. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada mereka yangsudah
lanjut usia rasa nyeri mungkin tidak nyata, dan lebih dapat menimbulkan salah duga yang
menyesatkan. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen
dibandingkan dengan biasanya.

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan
yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan
pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate.

11
Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi.

Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi. Bila
apendektomi terbuka, insisi Mc Burney paling banyak dipilih oleh ahli bedah.

12

Anda mungkin juga menyukai