Anda di halaman 1dari 28

BAB 5

RUANG DARAT
5.4 – 5.5

Mata Kuliah P. Sumber Daya Air


5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.1 Umum
Embung adalah bangunan artifisial yang berfungsi
untuk menampung dan menyimpan air dengan
kapasitas volume kecil

Fungsi : Untuk menampung air pada waktu air berlebih


di musim hujan dan dipakai pada waktu kekurangan air
di musim kemarau untuk berbagai
kepentingan, misalnya air
minum, irigasi, pariwisata, pengendali banjir, dll.
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.1 Umum
Batasan-batasan kolam embung (Kasiro dkk., 1997) :
 Tinggi tubuh maks. = 10,00 m tipe urugan
= 6,00 m tipe graviti
 Kapasitas maks. 100.000 m3
 Luas daerah tadah hujan maks. 100 ha
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.1 Umum
Contoh embung

Embung Tambak Boyo di


condongcatur depok sleman
yogyakarta
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.1 Umum
Ilustrasi sederhana embung
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan


Beberapa hal substansi penting dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan pembuatan embung :

Tahap dan proses pembuatan embung/waduk


kecil
(Novak dkk., 1990)
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan

EmbungFungsi Tampungan air


Menampung sedimen
(Karena sumber air biasanya dari aliran
sungai)
Akibat
Memperkecil tampungan,
konsekuensinya adalah berkurangnya
umur embung/waduk
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan


Prinsip konsekuensi persoalan sedimen pada embung
dapat dibagi dua (Fan dan Morris, 1998), yaitu :
1. Konsekuensi di bagian hulu (upstream)
o Kehilangan kapasitas
o Delta deposition
o Navigation
o Polusi udara
o Bahaya gempa
o Abrasi
o Kehilangan Energi
o Pengaruh pada intake & outlet
5.4 Embung Atau Waduk Kecil

 5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan


Prinsip konsekuensi persoalan sedimen pada embung
dapat dibagi dua (Fan dan Morris, 1998), yaitu :
2. Konsekuensi di bagian hilir (downstream)
o Timbul persoalan gerusan (scouring) dan degradasi
(pengurangan) sedimen
o Penurunan muka air di bagian pengambilan (intake)
o Pengurangan kedalaman air untuk navigasi
o Penurunan muka air tanah
o Pengaruh negatif kepada lahan basah (wetland) dan
daerah pertanian
5.5 Rawa
5.5 Rawa

Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang


terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang
terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika,
kimiawi dan biologis. (Wikipedia, 2009)

Rawa adalah kawasan yang terletak di zona peralihan


antara daratan yang kering secara permanen dan perairan
yang berair secara permanen. (Maltby, 1992)

Rawa adalah ekositem bumi yang paling penting yang


sebagian besar lahannya tergenangi air secara permanen,
sebagai pengisi air tanah dan pelindung banjir. (Mitch &
Gosselink, 2007)
5.5 Rawa

Untuk dapat disebut sebagai rawa, ada tiga kondisi yang


harus terpenuhi :
1. Tanah dapat mendukung tumbuhan hidrofita (tanaman
yang hidup dalam lingkungan air)
2. Wilayah yang didominasi oleh lahan basah/cukup
basah untuk periode yang agak panjang
3. Wilayah yang terdiri dari media bukan tanah seperti
pasir, kerikil dan batu yang jenuh dengan air
5.5 Rawa

Adapun keterangan dalam RPP tentang rawa (Agustus


2008) menjelaskan bahwa rawa mempunyai ciri-ciri
khusus.
o Ciri fisik, umumnya kondisi tanahnya cekung dengan
topografi relatif datar.
o Ciri kimiawi, umumnya derajat keasaman airnya
rendah, dan/atau tanahnya bersifat anorganik atau
mengandung pirit.
o Ciri biologis, terdapat flora dan fauna yang spesifik.
5.5 Rawa

 5.5.1 Jenis Lahan Rawa


Umumnya, lahan rawa dapat dibedakan menjadi 3 (Dit.
Rawa Pantai, 2008), yaitu :
1. Lahan rawa pasang surut. Lokasinya berada di sepanjang
pesisir dan di sepanajang ruas sungai bagian hilir pada rezim
sungai yang dipengaruhi fluktuasi muka air pasang surut harian
2. Lahan rawa non pasang surut, letaknya berada di luar zona
pasang surut, seringkali disebut sebagai lahan rawa lebak.
3. Lahan rawa pedalaman, adalah lahan yang tidak termasuk
dalam klasifikasi di atas. Biasanya kawasan sekitar rawa ini
adalah lahan kering (uplands).
5.5 Rawa

 5.5.2 Fungsi Lahan Rawa


Lahan rawa mempunyai bermacam-macam fungsi yang
dikelompokkan menjadi (Dit. Rawa Pantai, 2008) :
1. Fungsi hidrologis
2. Fungsi pelindung lingkungan
3. Fungsi kawasan lindung
4. Fungsi kawasan budidaya
5. Fungsi strategis rawa
6. Fungsi Lingkungan hidup
7. Fungsi sosial Menurut Pasal 4 RPP Rawa
8. Fungsi ekonomi
5.5 Rawa

 5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia


Rawa di Indonesia banyak terdapat di Pulau-Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Kondisi ini
dikarenakan Indonesia memiliki
- Temperatur harian rata-rata berkisar 25º-30º C
- Kelembaban udara pada umumnya diatas 80 %
- Besarnya evapotranspirasi bervariasi antara 3,5-4,5
mm/hari
- Curah hujan tahunan rata-rata berkisar 2000-2500 mm
5.5 Rawa

 5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia


5.5 Rawa

 5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia


5.5 Rawa

 5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia


5.5 Rawa

 5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia


5.5 Rawa

 5.5.3.1 Pengembangan Potensi Rawa Untuk


Kebutuhan Beras

Jika menggunakan angka kebutuhan makanan pokok


per hari per orang beras 370 gram, maka dalam satu tahun
kebutuhan beras per orang = 370 x 365 = 135050 gram
atau =135 kg.
5.5 Rawa

 5.5.3.1 Pengembangan Potensi Rawa Untuk


Kebutuhan Beras
5.5 Rawa

 5.5.3.1 Pengembangan Potensi Rawa Untuk


Kebutuhan Beras

Namun perlu diketahui bahwa pengelolaan rawa


terpadu dan pengelolaan irigasi terpadu adalah kompleks,
tidak sesederhana seperti perhitungan tersebut. Alih fungsi
lahan, alih budi daya, para pemangku kepentingan
(stakeholders) dan aspek-aspek lain menjadikan
pengelolaan rawa dan irigasi menjadi kompleks.
5.5 Rawa

 5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di


Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
1. Aspek Air
a. Tata air
b. Banjir
c. Kekeringan
d. pH
e. salinitas
5.5 Rawa

 5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di


Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
2. Aspek Tanah
a. Pirit
b. Gambut
c. Gulma
5.5 Rawa

 5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di


Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
3. Aspek Sosial Budaya Ekonomi
a. Permukiman
b. Pemasaran
c. Penggarap
d. Sarana Transportasi
e. Pengetahuan dan permodalan petani
f. Hubungan antar transmigran/petani lahan rawa
g. Waktu pembangunan yang lama
5.5 Rawa

 5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di


Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
4. Aspek Lingkungan
Daerah rawa adalah daerah marginal sehingga perubahan yang
terjadi dengan cepat akan menimbulkan maslah seperti
hama, gulma dan penyakit manusia.

Anda mungkin juga menyukai