Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

Disusun guna memenuhi tugas laporan praktikum mikroteknik

Dosen pengampu :

Dra. Ely Rudyatmi,M.Si

Disusun Oleh:

Laila Rahmawati 4411415033

KELOMPOK 1

ROMBEL 1

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATKA DAN LMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2018
PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT
Tanggal 15 April 2018

A. TUJUAN
1. Membuat preparat apus darah manusia dengan metode apus dan metode pewarnaan
Romanowski.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah manusia dengan metode apus dan
metode pewarnaan Romanowski.

B. LANDASAN TEORI
Darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai
jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah terdiri atas unsur-unsur sel
dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah manusia bisa
dijadikan suatu preparat untuk diamati, prosedur yang paling sering dilakukan dalam
pembuatan preparat atau jaringan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat
dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Di bawah mikroskop cahaya, jaringan
diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena jaringan dan organ
biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi
lembaran-lembaran tipis yang translusendan kemudian diletakkan diatas kaca objek
sebelum jaringan tersebut diperiksa (Mescher, 2012).
Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut / tersuspensi
di dalamnya (Isnaeni, 2006).
Jenis sel darah:
1. Eritrosit, berbentuk sebagai cakram bulat bikonkaf dengan diameter sekitar 7,2 µm
tanpa memiliki inti.
2. Leukosit, mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Berdasarkan ada
tidaknya butir-butir dalam sitoplasma dibedakan:
a. Granulosit yaitu adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat warna dalam
sitoplasma.
1) Neutrofil, berlobus berjumlah 2—5 lobi atau lebih, berwarna biru atau ungu.
2) Eosinofil, inti terdiri atas 2 lobi, berwarna merah atau orange.
3) Basofil, separuh sel dipenuhi inti, berwarna biru tua dan kasar memenuhi
sitoplasma.
b. Agranulosit, tidak mempunyai butir-butir spesifik
1) Limfosit, inti gelap berwarna ungu
2) Monosit, inti berbentuk oval seperti tapal kuda.
3) Trombosit, berbentuk seperti kepingan-kepingan sitoplasma berukuran 2—
5µm (Subowo, 2002).
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode
oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat
selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang
bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas
penutup (Handari, 2003).
Untuk melihat struktur sel darah dengan menggunakan mikroskop cahaya pada
umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari
bentuk masing-masing sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung
perbandingan antara masing-masing jenis sel darah (Subowo, 2002).
Pada masa kini sering digunakan pewarnaan metoda Giemsa dan Wright yang
merupakan modifikasi metoda Romanowsky. Pada dasarnya bahan pewarna selalu terdiri
atas zat warna basa dan zat warna asam (Subowo, 2002).
Pewarna giemsa sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan
apus, agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan
Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah,
sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis
protozoa. Giemsa ini memberikan warna biru (Mescher, 2012).

C. CARA KERJA
Ujung jari kiri bagian tengah disiapkan dengan dikipas-kipaskan kearah kaki kemudian
diurut dengan tangan kanan kearah ujung jari. Kemudian ujung jari dan jarum blood lancet
pen disterilkan dengan alkohol 70% lalu ujung jari ditusuk dengan jarum dengan bantuan
blood lancet pen dan darah dikeluarkan. Tetesan darah pertama diusap dengan kapas
beralkohol dan tetesan berikutnya diteteskan pada gelas benda A yang bebas lemak pada
posisi 0,5 cm dari tepi kanan gelas benda A (3 menit), selanjutnya gelas benda B yang sisi
pendeknya rata diambil dan ditegakkan di sebelah kiri tetesan darah dengan kemiringan
gelas benda B sebesar 45º lalu gelas benda B ditarik dengan hati-hati kearah tetesan darah
(ke kanan) sehingga terjadi kapilaritas dan tetesan darah merata di ujung sisi pendek gelas
benda B. Selanjutnya gelas benda B didorong kearah kiri gelas benda A dengan kuat dan
kecepatan yang konstan, sehingga terbentuk film darah yang baik (tipis dan rata), lalu film
darah dikeringanginkan pada rak pewarnaan yang datar dan bersih (5 menit). Setelah film
darah kering selanjutnya semua permukaan film darah difiksasi dengan fiksatif metil
alcohol lalu dikeringanginkan sampai kering (5 menit), kemudian semua permukaan film
darah diwarnai dengan ditetesi zat warna giemsa 3% dan dikeringanginkan sampai kering
(40 menit) lalu film darah dicuci dengan aquades dingin yang sebelumnya telah dididihkan
(1 menit). Label dilekatkan pada ujung kanan gelas benda dengan posisi memanjang. Lalu
preparat diamati dengan perbesaran kuat, difoto dan dianalisis hasilnya.
D. HASIL PENGAMATAN

Eritrosit

Eosinofi
l

Neutrofi
l

Monosit
Perbesaran 40 x 10 = 400x
Berdasarkan pengamatan terlihat bentuk eritrosit bikonkaf dan tidak berinti, berwarna
merah dengan tengah transparan, tidak ditemukan basofil karena sel darah bergerombol
dan saling bertumbuk.
E. Pembahasan
Praktikum pembuatan apusan darah manusia ini menggunakan metode apus/ smear/
oles. Darah yang digunakan adalah darah manusia. Berdasarkan foto dari hasil pengamatan
preparat apus darah manusia dengan pewarnaan Giemsa 3% diketahui bahwa preparat
secara fisik cukup baik, bersih, dan terwarna. Dapat terlihat adanya eritrosit dalam jumlah
banyak dan limfosit.
Eritrosit teramati terwarna agak bening transparan. Eritrosit berbentuk bikonkaf,
dengan bentuk seperti cekungan (cakram) pada sisi dalam (tengah) dan tak berinti. Jika
ditemukan leukosit maka ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti berwarna ungu. Warna
ungu disebabkan oleh inti leukosit yang basa sehingga mudah menyerap zat warna giemsa.
Leukosit yang paling banyak dijumpai ialah neutrofil dan monosit berkisar antara 10-15%,
serta sedikit eosinofil dengan presentase kurang dari 5%. Presentase neutrofil memang
paling banyak dalam darah, yaitu mencapai 50-70% dari jumlah leukosit yang ada.
Preparat tampak rapat namun sel-selnya kurang dapat teramati dengan baik karena
bertumpuk, hal tersebut menunjukkan bahwa apusan masih terlalu tebal.
Tahapan-tahapan dalam pembuatan preparat antara lain pengambilan sampel darah,
pembuatan film darah, pengeringan, fiksasi, pengeringan, pewarnaan, pencucian, dan
pelabelan. Setiap tahapan mempunyai fungsi dan maksud yang berbeda-beda. Pengambilan
sampel darah dimaksudkan untuk mengambil darah probandus dengan bantuan blood
lancet pen, kemudian pembuatan film darah untuk membuat hasil apusan darah. Apusan
darah harus setipis mungkin agar dapat diamati dan sel darah tidak saling menumpuk dan
rapat. Pengeringan dilakukan dengan bantuan kipas angin agar darah hasil apusan cepat
kering sehingga ketika dilakukan fiksasi tidak luntur. Fiksasi bertujuan agar elemen-
elemen sel mati tetapi tetap mempertahankan bentuk, struktur, maupun ukurannya. Fungsi
utama fiksasi yaitu untuk mempertahankan struktur sel darah yang dijadikan obyek,
mengubah indeks bias sel darah agar mudah diamati, dan mengubah sel agar mudah
menyerap zat warna. Pengeringan dilakukan agar sel terfiksasi dengan sempurna, fiksatif
yang tersisa menguap dan hasil apusan tetap kering dan tidak luntur ketika diwarnai.
Pewarnaan menggunakan Giemsa yang terdiri atas methylen blue dan eosin yang memberi
warna biru pada inti sel. Kemudian dilakukan pengeringan agar warna menempel sempurna
dan pencucian dilakukan agar zat warna yang tidak mewarnai sel larut terbawa aliran air.
Digunakan akuades steril agar tidak ada mikroorganisme lain yang menempel pada apus
darah karena ketika dilakukan pengamatan dapat terjadi kesalahan analisis.
Preparat apus darah sebaiknya setipis mungkin agar leukosit dan eritrosit dapat diamati
dengan jelas dan sel tidak menumpuk. Hal-hal yang mempengaruhi hasil dari preparat apus
darah antara lain:
1. Kondisi kaca obyek
2. Kemiringan kaca obyek penggeser darah dan kecepatan menggeser mempengaruhi
ketebalan sediaan.
Ciri-ciri apusan yang baik antara lain:
1. Sediaan tidak melebar sampai tepi gelas benda
2. Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diamati. Pada bagian itu
eritrosit tidak menumpuk dan tidak menyusun gumpalan roleaux
3. Ujung preparat tidak boleh seperti bendera sobek
4. Preparat apus harus rata, tidak boleh ada garis-garis atau berlubang

F. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Preparat apus darah manusia dapat dibuat dengan metode apus dan metode
pewarnaan Romanowski.
2. Hasil preparat membedakan eritrosit yang tidak terwarnai giemsa dengan jelas pada
bagian tepi dan terwarnai pada bagian cekung, leukosit tidak ditemukan karena
preparat kurang jelas dan hasil apusan terlalu tebal.

G. SARAN
1. Untuk mengapus agar dilakukan setipis mungkin sehingga preparat tidak terlalu
rapat.
2. Untuk pewarnaan giemsa pastikan giemsa yang dipakai masih bagus (belum rusak
atau terkontaminasi) sehingga dapat mewarnai dengan baik.

H. DAFTAR PUSTAKA
Mescher, Anthony L, 2012. Histologi Dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Handari, S. Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Bhatara Karya Aksara
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Rudyatmi, Ely. 2017. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Unnes.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai