Anda di halaman 1dari 33

FAMILY MEDICINE

“LANSIA DENGAN STROKE,HIPERTENSI DAN DIABETES


PADA KEPALA KELUARGA INTI”

Pembimbing : dr.Ririn
Disusun oleh :
Indranu Nanggala .P (111.0211.004)
Arsyani Lizaria (111.0211.012)
Arya Yudha Rahman (111.0211.031)
Lu'lu Hafiyyani (111.0211.015)
Ita Mashitoh Ardi (111.0211.092)

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN”


JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

“FIELD VISIT FAMILY MEDICINE”

1. Indranu Nanggala .P (111.0211.004)


2. Arsyani Lizaria (111.0211.012)
3. Arya Yudha Rahman (111.0211.031)
4. Lu'lu Hafiyyani (111.0211.015)
5. Ita Mashitoh Ardi (111.0211.092)

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Jakarta, 11 Januari 2015

Pembimbing Lapangan

dr. Ririn
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan medik di


Indonesia, yang diselenggarakan baik secara perorangan maupun berkelompok. Sebagai
salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan, pelayanan dokter keluarga yang
disiapkan sebagai primadona pelayanan medik strata pertama di Indonesia apalagi di era
globalisasi ini.

Untuk mencapai mutu pelayanan medik yang baik dari suatu klinik dokter
keluarga, perlu perlu mengacu pada standar-standar yang telah ditentukan bagi dokter
keluarga. Salah satunya dengan memperhatikan aspek sosiodemografi daerah yang akan
didirikan klinik dokter keluarga. Diantara aspek tersebut adalah luas wilayah, kepadatan
penduduk, masalah kesehatan di penduduk, dan lain-lain.

Jumlah penduduk dan luas wilayah merupakan indikator penting dalam hal
penyebaran penduduk. Penyebaran penduduk yang tidak merata dan pesat menyebabkan
timbulnya masalah-masalah yang menyangkut segi sosial, ekonomi, politik, budaya dan
kesehatan. Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Pengetahuan masyarakat tentang konsep sehat dan sakit yang benar akan
membuat masyarakat mengerti bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat dan
kebiasaan mereka untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Untuk
mewujudkan keadaan sehat tersebut dapat dilakukan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk menigkatkan
dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Levey and Loomba,
1973).

Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan banyak macamnya, pertama


pelayanan kesehatan personal (personal health services) atau sering disebut pula sebagai
pelayanan kedokteran (medical services). Kedua, pelayanan kesehatan lingkungan
(environmental health services) (Hodgetts dan Cascio, 1983).

Pelayanan kesehatan ini ditujukan untuk pelayanan promotif, preventif, kuratif


dan rehabilitatif. Salah satu sasaran utama pelayanan kedokteran adalah keluarga, yang
disebut sebagai pelayanan dokter keluarga (family practice). Pelayanan dokter keluarga
di indonesia masih terbatas. Konsep dokter keluarga dapat dilaksanakan dan
dikembangkandiberbagai daerah kecuali didaerah yang sangat terpencil karena masih
dalam cakupan kegiatan puskesmas. Oleh karena itu, Jakarta sebagai kota besar dengan
jumlah penduduk yang banyak membutuhkan pelayanan dokter keluarga guna memenuhi
pelayanan bagi setiap individu.

Saat ini penyakit tidak menular (PTM) seperti kanker dan penyekit kardiovaskular
telah menjad beban penyakit di dunia menggantikan penyakit infeksius. Tercatat pada
tahun 2005, 60% dari tiga juta kematian dibawah usia 70 tahun terjadi akibat penyakit
tidak menular. (Lidya HA. 2009)

Diantara penyakit tidak menular, penyakit kardiovaskuler memiliki prevalensi


terbesar dan terus meningkat pesat angkanya. Salah satu faktor risiko utama dari
penyakit-penyakit kardovaskuler tersebut adalah hipertensi. (Kotchen TA, 2011)

Berdasarkan Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, and


Treatment Of High Blood Pressure VI/JNC VII, 2003, hipertensi diartikan sebagai
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang dapat diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya. Keadaan ini dikategorikan sebagai hipertensi primer atau esensial (terjadi
hampir 90% dari semua kasus) dan hipertensi sekunder yanf terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali dan sering kali dapat diperbaiki. Sementara itu
menurut Depkes RI, Hipertensi adalah gangguan system peredaran darah yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah di atas tekanan normal yaitu 140/90 mmHg
yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark (penyumbatan pembuluh
darah yang menyebabkan kerusakan jaringan) jantung, stroke, dan gagal ginjal. (Depkes
RI, 2007)
Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi di daerah Jawa Barat
sebesar 29,4% menempati peringkat ke-empat di seluruh Indonesia setelah Bangka
BBelitung dan Kalimantan. (Depkes RI, 2013) Menurut data Dinas Kesehatan Depok
tahun 2008, kota depok yang memiliki penduduk laki-laki sebanyak 780.000 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 723.585 jiwa mwmiliki prevalensi penyakit hipertensi
yang tinggi yaitu sebesar 25,6%. (Haryono L, 2008).

Salah satu kecamatan terbesar dan terpadat di kota ini yaitu kecamatan Sukmajaya
dengan jumlah penduduk pria sebanyak 198.924 dan penduduk wanita sebanyak 193.317
(Bappeda Depok, 2014), mencatat jumlah kasus hipertensi primer di Puskesmasnya
adalah sebanyak 5452 kunjungan dalam laporan bulanan data kesakitan (LB I) dan
menempati urutan pertama pada penyakit tidak menular yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan. (Puskesmas Sukmajaya, 2013) diperkirakan angka ini akan terus meningkat
sepanjang tahun.

Maka dari masalah tersebut diatas dan untuk mengatasi kekurangan tersebut tidak
ada pilihan lain kecuali menempatkan the best doctor sebagai kontak pertama, yang
disebut dengan nama dokter keluarga. Hal ini di lakukan untuk meminimalisasi angka
kejadian hipertensi di masyarakat.

I.2 Rumusan masalah


Bagaimana mempraktekan kedokteran keluarga pada masyarakat binaan di
wilayah kerja Puskesmas kecamatan Sukamajaya?

I.3 Tujuan Field Study


I.3.1 Tujuan Umum
Tujuan di dirikannya klinik dokter keluarga ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang lebih menyeluruh dan berkesinambungan kepada pasien dan berorientasi
pada hubungan dokter-pasien dengan mengikutsertakan keterlibatan keluarga pasien demi
menunjang kesehatan pasien yang didukung oleh klinik dengan fasilitas yang menunjang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. untuk mengetahui gambaran identitas keluarga
2. untuk mengetahui gambaran keadaan rumah
3. untuk mengetahui gambaran keadaan keluarga
4. untuk mengetahui gambaran pemenuhan keluarga
5. untuk mengetahui gambaran gaya hidup Keluarga
6. untuk mengetahui gambaran lingkungan hidup keluarga
7. untuk mengetahui gambaran masalah kesehatan keluarga

1.4 Manfaat Field Study


1.4.1 Manfaat individu
1. untuk mempraktekkan kedokteran keluarga
2. untuk memenuhi tugas kuliah field visit
3. untuk belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan keluarga pasien yang
akan ditangani.
4. untuk belajar bagaimana cara mengetahui keadaan pasien dari anamnesis,
serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menunjang diagnosis

1.4. 2 Manfaat institusi


1. Untuk mengenal dan mengetahui penyebaran penyakit diwilayahnya.
2. Untuk mengetahui keberhasilan program kerjakesehatan puskesmas
3. Menambah data tentang penyakit di wilayah kerja

1.4. 2 Manfaat Masyarakat


1. Masyarakat menjadi lebih mengenal akan penyakit yang dideritanya.
2. Masyarakat mengetahui cara mencegah dan mengatasi keluhan yang terjadi.
3. Masyarakat mengetahui cara hidup yang sehat.
BAB II
LANDASAN TEORI

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan


primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,
mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan
keilmuan yang mapan.

Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga

Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di


tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang
melibatkan dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan
sebagai tempat pelayanan rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif, kontinu,
integratif, holistik, koordinatif dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran
keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua
pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya.

(The American Academy of Family Physician, 1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981)

Peran Dokter Keluarga sebagai Dokter Pelayanan Tingkat Pertama


Sifat-Sifat Dokter Keluarga
1. Terjangkau
- Kontak medis pertama pasien jika ada keluhan mendadak/kronik.
- Terjangkau biaya dan lokasi (urban-rural)
2. Menyeluruh/Holistik
Memberikan pelayanan luas dan bermacam-macam termasuk pengelolaan
penyakit akut/ kronik, pencegahan, pengelolaan psikososial, pelayanan di klinik,
RS, perawatan atau melalui telpon

3. Terkoordinasi
- Waspada terhadap berbagai macam keluhan/masalah pasien.
- Sumber utama pelayanan pasien dengan konsultasi dan rujukan ke spesialis bila
diperlukan.
- Mengelola pelayanan yang diberikan oleh tim layanan kesehatan.
- Menerjemahkan nasihat-nasihat spesialistik untuk pasien dan keluarganya.
4. Berkesinambungan
- Membentuk hubungan jangka panjang dengan pasien.
- Mempertahankan pencatatan jangka panjang mengenai masalah pasien.
- Meningkatkan kesehatan jangka panjang.
5. Dapat Dipercaya
- Bertanggung jawab terhadap berbagai isu kesehatan dan hasil-hasil pengelolaan.
- Penasihat pasien dalam sistem pelayanan kesehatan.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil pengobatan, prognosis
dan harus dapat mengerti keinginan pasien.

Konsultasi dan rujukan


Konsultasi :
Seorang dokter bertanya kepada dokter lain untuk mendapatkan opini/pandangan
mengenai pasiennya. Dimana pasien masih menjadi tanggung jawab dokter keluarga.
Pasien tidak dalam tanggung jawab konsultan, kecuali setelah konsultasi diikuti
rujukan.

Dokter keluarga harus berkomunikasi langsung dengan konsultan.


- Tertulis : surat, status, form khusus
- Darurat : telepon

Isi konsultasi:
- Seluruh masalah pasien berkaitan dengan diagnosis.
- Temuan-temuan selama pemeriksaan
- Hasil pemeriksaan penunjang
- Terapi yang telah diterima / diresepkan
Alasan konsultasi :
- Penegakan diagnosis
- Saran untuk terapi khusus
- Pandangan tentang hasil pemeriksaan/pemeriksaan penunjang
- Meyakinkan pasien

Rujukan :
Memindahkan tanggung jawab perawatan pasien sementara waktu karena masalah
tertentu dari pasien. Pemindahan tanggung jawab tidak bersifat total. Dimana dokter
keluarga akan kembali bertanggung jawab atas pasiennya setelah pasien kembali dari
tempat rujukan.
Selama dalam pengobatan dan/atau perawatan, pasien harus mempunyai 1 orang
dokter keluarga yang bertanggung jawab penuh atas kesehatan dan keputusan klinik yang
terbaik untuk pasien karena dokter keluarga sangat mengerti kondisi fisik, mental, sosial
dan keadaan pasien/keluarga.

5 tingkat keterlibatan dokter dengan keluarga


1. Keterlibatan minimal/terbatas pada pasien saja
2. Pada dasarnya dokter hanya terfokus pada masalah kesehatan namun
berkomunikasi secara teratur dengan keluarga mengenai masalah kesehatan
pasien
3. Dokter tidak hanya melibatkan keluarga untuk mengumpulkan informasi, namun
juga mengenali stres dan perasaan yang dialami oleh keluarga dengan aktif
menanyakan perasaan keluarga dengan cara yang suportif
4. Dokter dapat melakukan penilaian sistematis fungsi-fungsi keluarga dan
merencanakan upaya intervensi untuk membantu keluarga mengatasi masalahnya
5. Melakukan terapi keluarga (family therapy), yang mengatasi secara lebih
mendalam akar pola disfungsi keluarga (Doherty & Baird, 1987)
Prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga adalah mewujudkan:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

Karakteristik Dokter Keluarga

Lynn P. Carmichael (1973)

 Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan


 Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
 Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya
 Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit
 Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan
penyakit

Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)

 Pelayanan responsif dan bertanggung jawab


 Pelayanan primer dan lanjut
 Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
 Memandang pasien dan keluarga
 Melayani secara maksimal

IDI (1982)
 Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
 Pelayanan menyeluruh dan maksimal
 Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
 Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
 Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga


Skala kecil:
 Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga
 Mewujudkan keluarga sehat sejahtera
Skala besar:
 Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia
BAB III
PEMBAHASAN
I. Identitas Keluarga
A. Nama Kepala Keluarga : Pak. Syafii

B. Alamat Rumah : Kp. SERAB RT. 004/2


C. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam satu rumah :

NO Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan


Dakam
Keluarga
1 Tn. Syafii Kepala Rumah L 56 Tahun SMA Pensiun Dulu
Tangga Bekerja
Sebagai
Kepala
Gudang
Perusahaan
AC Mobil
2 Ny. Wasmi Ibu Rumah P 51 Tahun SMA Guru TPA,
Tangga Kader
3 Siti Aisyah Anak Kedua P 27 Tahun S1 Pegawai Baru saja
Bank melahirkan
Indonesia
4 Suami dari L 35 Tahun S1 Pegawai
Anak Kedua Samporna
5 Cucu dari anak P Belum - Masih Bayi
ke 2 Sekolah
6 Muhammad Anak Ketiga L 23 Tahun S1 Mahasiswa
Syahrial Ekonomi
D. Bentuk Keluarga Inti

Pak.Syafii Ny. Wasmi


(56 thn) (51 thn)

Ny.S Tn.S Tn.N An.M


Ny.S (27 th)
(31th) (35th) (28th) (23th)

An.N (8th) An.A(5th) An.A(3th)

E. Siklus Kehidupan Keluarga

 Siti Mariah merupakan anak pertama dari keluarga Bpk. Syafii. Menikah dengan
Suryadi dan memiliki 2 orang anak. Anak pertama berumur 7 tahun dan anak
yang kedua berumur 3 tahun.
 Siti Aisyah anak kedua dari keluarga Bpk. Syafii. Baru saja melahirkan anak
perempuan berusia 3 bulan.
 Muhammad Syahrial anak ketiga dari keluarga Bpk. Syafii. Sedang
menyelesaikan perkuliahannya di semester akhir sarjana ekonomi.
F. Deskripsi Identitas Keluarga

Keluarga Bpk. Syafii dan Ny. Wasmi selalu memperhatikan kehidupan anak, dan
cucunya. Anak yang pertama tinggal di kontrakan di dekat Bpk. Syafii dan Ny. Wasmi.
Anak yang kedua Siti Aisyah baru saja melahirkan sehingga beliau tinggal di rumah Bpk.
Syafii dan Ny. Wasmi bersama anak ketiganya. Karena Bpk. Syafii telah pensiun
sehingga kesibukannya adalah mengantar cucu-cucunya sekolah dan membantu Ny.
Wasmi.Keluarga ini sering sekali membantu warga yang kesulitan di sekitar
rumahnya.Ny. Wasmi selalu mengajarkan kepada kelurga ini tentang menjaga perilaku
hidup bersih dan sehat.Setiap seminggu sekali keluarga ini selalu mengadakan makan-
makan bersama keluarga atau lari pagi untuk makin dekat bersama anak, menantu dan
cucu-cucunya.Rumah keluarga ini cukup luas hanya saja kurang adanya pencahayaan
matahari yang masuk ke rumah ini.
G. Genogram

Tn.B Ny.S
Tn.A Ny.M

Ny. Ny. Ny. Ny. Ny. Ny. Ny. Ny. Tn. Tn. Ny.
s S S M H
A A I F N H

Tn.S Ny. W
(56th)
(51 th)

Ny.S Tn.N An.M


Tn.S Ny.S (27 th)
(31th) (35th) (23th)
(28th)

An.N (8th) An.A(5th) An.A(3th)


Keterangan :

Bulat : Laki-laki

Kotak : Perempuan

Garis Tebal: Pernah Terkena Stroke

Merah : Hipertensi

Hijau : Diabetes

Coklat: Hipertensi + Diabetes


Identifikasi Masalah Keluarga

1. Masalah dalam fungsi fisiologis : pasien berumur 56 tahun. Berhubungan dengan usia
pasien, elastisitas pembuluh darah semakin berkurang sehingga meningkatkan resistensi
perifer pembuluh darah tepi.
2. Masalah dalam fungsi psikologis: berdasarkan usia, pasien sudah tidak lagi bekerja.
Kondisi ini menyebabkan pasien kurang aktivitas dan meningkatnya stressor sehingga
menyebabkan gejala hipertensi muncul.
3. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan : dalam keluarga pasien ini
memiliki penghasilan dari ke dua anaknya yang bekerja sebagai pegawai bank. Sehingga
memiliki penghasilan setara dengan UMR kota depok 2012 (Rp. 1.424.797,00).
4. Masalah perilaku kesehatan: Keluarga cukup mengerti akan pentingnya kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan, namun yang menjadi kendala adalah kejenuhan pasien untuk
mengkonsumsi obat antihipertensi dan obat diabetes yang harus dikonsumsi setiap hari.
Pola makan istri dan pasien cukup teratur, keduanya memiliki pengetahuan yang cukup
tentang makanan dan minuman apa saja yang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien, namun
terkadang pasien masih sedikit mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak boleh
dikonsumsi.
5. Masalah lingkungan: Lingkungan rumah bersih, kedaan rumah cukup nyaman sehingga
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan yang berhubungan dengan tempat tinggal
dapat di minimalisir.
6. Kondisi lingkungan ditinjau dari kondisi rumah. Rumah yang dihuni adalah rumah
pribadi yang berada di daerah padat penduduk. memiliki halaman rumah, tidak
bertingkat, lantai rumah dari keramik, dinding rumah dari tembok yang dilapisi cat.
mempunyai tiga jendela dibagian depan, 1 jendela di bagian ruang belakang, dan 2
jendela dikamar atas. Mempunyai tiga pintu masuk, yaitu satu pintu masuk pada bagian
depan, satu pintu masuk pada bagian garasi, dan satu pintu masuk pada bagian ruang
belakang. Memiliki empat ruang kamar tidur yang mempunyai dua jendela pada kamar
atas kamar tersebut sering dibuka pada waktu pagi. Ruang dapur dan kamar mandi
dijadikan ruangan terpisah. Rumah Tn.x cukup bersih memiliki tempat sirkulasi udara
dan juga paparan sinar matahari kerumah yang baik.

Diagnostik Holistik
Aspek Personal : Pasien memiliki harapan untuk menurunkan tekanan darah dan
menurunkan gula darahnya, akan tetapi pasien mengeluh sudah
terlalu lama meminum obat sehingga tidak mau meminum obat
lagi dan pasien juga suka melanggar makanan yang tidak boleh di
makan.
Aspek Klinis : Hipertensi derajat dua ( kriteria JNC VII) dan diabetes.
Aspek Individul : Pasien adalah seorang laki-laki berusia 56 tahun yang memiliki
masalah dengan kesadaran untuk mengonsumsi obat hipertensi
dan obat diabetes yang berkesinambungan.
Aspek Psikososial : Pasien merasa senang karena masih bisa bermain dengan
cucunya dan memiliki rutinitas mengantarkan cucunya sekolah.
Aspek Fungsional : Derajat1, pasien mampu melakukan semua aktivitas sehari-hari
sendiri.

Diagnosis Keluarga
Keluarga ini merupakan keluarga pasangan lansia, dimana anak-anak sudah memiliki
keluarga masing-masing. Anak pertama tidak tinggal serumah dengan orangtua. Anak ke dua dan
ketiga tinggal serumah bersama dengan orangtua. Pasien juga sudah tidak bekerja dan sehari-hari
hanya menghabiskan masa tua dirumah bersama istri, anak-anaknya dan cucu-cucunya pada
akhir pekan.Hal ini diduga merupakan penyebab utama hipertensi yang dialami pasien.Ditambah
pasien memiliki faktor hipertensi dari keluarganya. Selain itu adanya pola makan yang tidak
terjaga diwaktu muda sehingga timbulah penyakit diabetes. Selain itu, dilihat dari sisi
pendidikannya, dimana pasien dan istrinya tidak tamat SMA.Sehingga diduga menjadi penyebab
kurangnya kesadaran untuk hidup sehat dan mengontrol hipertensi dan diabetesnya dengan
meminum obat antihipertensi dan obat diabetes secara kontinu.
Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga

Terselesaikannya masalah pasien dan terwujudnya pemahaman keluarga akan


pentingnya mengetahui penyakit hipertensi dan diabetes sehingga dapat mencegah komplikasi
dan memahami penatalaksanaan dari hipertensi dan diabetes.

Indikator Keberhasilan
Keluarga mengetahui tentang penyakit hipertensi, kemudian keluarga pasien juga
memahami mengenai gizi seimbang bagi pasien yang menderita hipertensi, dan keluarga
mengetahui apa yang harus dihindari bagi penderita yang memiliki penyakit hipertensi.

Tindak lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga


Pada kunjungan pertama dilakukan wawancara kepada semua anggota keluarga untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan kesehatan yang terjadi pada masing-masing anggota
keluarga. Selain itu, pasien dan keluarganya juga diberikan masukan untuk rajin kontrol ke
puskesmas secara rutin. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian didiskusikan dan dibuat
suatu perencanaan intervensi untuk kunjungan kedua.
Pada kunjungan kedua, pasien dan keluarga pasien di periksa tekanan darah, kolesterol,
asam urat, gula darahnya serta diberikan penyuluhan mengenai pennyakit hipertensi dan
diabetes. Selain itu keluarga pasien juga diberikan informasi tambahan menganai konsep menu
makan sehat, seimbang dan bergizi.Selain itu, diberikan juga informasi mengenai makanan yang
diperbolehkan utuk dikonsumsi dan makanan yang harus dihindari pada pasien hipertensi dan
diabetes. Hal ini dilakukan karena penyakit yang dialami oleh pasien dapat berpengaruh dari
usia, habit, stres, pola hidup, dan pola makan sehingga hal ini dilakukan sebagai usaha preventif
agar istri pasien tidak mengalami hal serupa yang dialami oleh pasien serta pasien dapat lebih
memperhatikan mengenai masalah kesehatannya.
Alur interverensi
Tn. S
Umur : 56th
TD : 160/100
GDS : 546

Pasca Gula Darah Artritis


Stroke Ahir-Ahir Ini
1. Edukasi tentang Selalu Tinggi Edukasi serta
komplikasi apa saja konseling kondisi
yang mungkin kesehatan pasien
terjadi pada kondisi
kesehatan pasien.
Resiko komplikasi
2. Edukasi
pencegahan untuk
meminimalisir
komplikasi

1. Motivasi agar
Pemberian tabel sering control ke
olahraga yang pusat pelayanan dan
dapat dilakukan di selalu meminum obat.
rumah untuk 2. Memberikan
mengurangi pertimbangan agar
disabilitas (tangan pasien selalu
kiri) pasien serta Olahraga Pelayanan meminum obat dilihat
Pola Makan
memberikan kesehatan dari segi kebaikan
demonstarisnya Dan dan efek samping
Pengobatan obat serta edukasi
untuk meminimalisir
1. Edukasi tentang resiko tersebut
jenis makanan dan
minumam apa yang
harus dibatasi.
2. Pemberian tabel
pola diet nasi merah
serta susu rendah
gula tinggi kalori
untuk Tn.S (selama
3 minggu)
Tindakan Terhadap Keluarga

Pasien yang kami kunjungi yaitu Tn. S dengan riwayat penyakit stroke setahun yang lalu,
hipertensi heart desseas (kardiomegali) dan diabetes mellitus tipe 2. Melihat kondisi keluarga
dan dari hasil anamnesis, keluarga tersebut berlatar belakang pendidikan cukup tinggi, istri dan
anak-anak pasien terdengar mengerti akan pentingnya kesehatan tiap anggita keluarga terutama
Tn. S ini dengan segala riwayat penyakitnya. Mereka selalu mengupayakan pengobatan terbaik
untuk kepala keluarganya ini.

Pasien hipertensi yang disertai kardiomegali membutuhkan penatalaksanaan yang terus –


menerus dan teratur, sehingga terkadang muncul kejenuhan dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi.Dalam hal ini dibutuhkan peran keluarga untuk memantau dan mengingatkan
pasien utuk rutin mengkonsumsi obat antihipertensi dan melakukan cek terhadap tekanan darah
serta kondisi kesehatan pasien ke puskesmas.

Pasien hipertensi yang kami kunjungi adalah Tn. S, yang mengalami hipertensi sejak 6
tahun yang lalu. Pada awal gejala hipertensi, Tn.T mengalami sakit kepala yang menjalar hingga
ke leher bagian belakang yang menyebabkan pasien menjadi susah tidur. Di keluarga Tn. S ini
yaitu ke-2 kakak kandungnya menderita penyakit yang sama yaitu hipertensi dan stroke dan saat
ini sudah meninggal dunia. Diduga peran genetik pada penyakit yang diderita Tn. S ini cukup
kuat.

Hipertensi yang dialami Tn. S ini cukup berat karena disertai komplikasi
kardiomegali.Pasien menceritakan bahwa dokter mengatakan jantung beliau sudah mengalami
pembesaran akibat tekanan darah yang selalu tinggi.Hal ini dialami pasien sejak tahun 2008
(kurang lebih 6 tahun yang lalu).Obat-obatan anti hipertensi untuk mengatasi tekanan darah dan
kardiomegalinya inipun dirasa sangat banyak. Tn. S sangat patuh untuk minum obat juga
didukung oleh keluarganya yang sadar akan kesehatan. Namun, semakin lama Tn. S merasa
bosan dan merasa tubuhnya biasa saja jika tidak minum obat sehingga sering obatnya tidak
diminum lagi.

Kemudian, setahun yang lalu (sekitar tahun 2012-2013) pasien kami Tn. S mengalami
stroke iskemik.Beliau dan istri menceritakan bahwa sebelum terjadinya stroke, pasien sempat
menyetir yang cukup jauh setelah itu baru pasien mengalami kelemahan dan mulutnya miring
serta bicara yang tidak jelas dan langsung dibawa ke rumah sakit.Dokter mengatakan bahwa Tn.
S ini mengalami stroke iskemik.Gangguan pada otak kanan sehingga kelemahan terjadi pada
tubuh sebelah kiri.Alat gerakpun menjadi lemah, bahkan kaki kiri sudah tidak dapat berjalan
dengan normal lagi padahal upaya fisioterapi dan penyinaran selalu dilakukan.

Pada saat terjadinya stroke, dokter juga mengatakan bahwa kadar gula darah Tn. S juga
tinggi sekitar 180 mg/dl. Jadi kemungkinan besar stroke yang dialami Tn.S ini tidak hanya
karena hipertensi heart desseasnya tapi juga karena diabetes mellitus yang baru disadarinya.

Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan tersebut, tindakan awal yang kami lakukan
adalah memberikan edukasi, dari sisi medis, kepada keluarga pasien sebagai pelaku rawat pasien,
untuk memahami kondisi sebenarnya Tn.S. Dengan media audio-visual, kami menjelaskan
kepada keluarga pasien tentang penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan stroke dari mulai
definisi, proses perjalanan penyakit (patofisiologi), penyebab dan faktor resiko, hingga
pengobatan yang tepat menurut ilmu medis, hingga komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
hipertensi. Tindakan tersebut kami lakukan dengan harapan; keluarga pasien dan pasien dapat
memahami keadaan pasien yang sebenarnya sehingga mampu lebih bijaksana untuk memantau
dan mengingatkan pasien dengan baik.Selain itu, kami pun memberikan motivasi secara personal
kepada Tn.S untuk sealu rutin dan teratur dalam mengkonsumsi obat antihipertensi supaya
tekanan darahnya tetap terkontrol.

Hipertensi yang dialami pasien adalah hipertensi derajat II menurut JNC VII.Hal tersebut
dipresentasikan dari hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada awal kunjungan 160
mmHg untuk sistolnya dan tidak kurang dari 100 untuk diastolnya.Pada kunjungan pertama kami
hanya memberikan edukasi agar tekanan darah dan gula darahnya dapat terkontrol.

Pada kunjungan kedua, kami melakukan pengukuran terhadap tekanan darah pasien
didapatkan hasil 150/100.Terjadi penurunan tekanan darah pada pasien sehingga derajat
hipertensi beliau turun menjadi derajat I. kemudian kami lakukan pengukuran terhadap gula
darah sewaktu dan didapatkan hasil yang sangat tinggi yaitu 560mg/dl. Pasien mengaku bahwa
sehabis olahraga pada hari tersebut beliau minum minuman botol isotonic karena tidak adanya
penjual air mineral, seperti yang kita ketahui bahwa minuman botol memiliki kadar gula
yangsangat tinggi, sehingga kami menduga hal ini yang menyebabkan kadar gula darah Tn. S
sangat tinggi pad saat pemeriksaan.

Pemeriksaan lain yang kami lakukan yaitu mengukur kadar asam urat dan kolesterol
dalam darah Tn. S dan didapatkan hasil normal pada keduanya.

Dari hal tersebut diatas, untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang
penyakit yang di alaminya yaitu hipertensi heart desseas, diabetes mellitus tipe 2 maka dilakukan
intervensi pada pasien.

 Memberikan intervensi terhadap pasien dengan cara penyuluhan tentang penyakit pasien
yaitu hipertensi, diabetes mellitus dan stroke melalui media slide dengan menggunakan
tablet. Dimana isi dari penyuluhan tersebut adalah edukasi mengenai daftar makanan dan
minuman apa saja yang diperbolehkan dan yang harus dihindari.
 Memotivasi pasien agar rutin berobat dan meminum obat sehingga tekanan darah dan
gula darahnya dapat terkontrol.
 Memberikan garam rendah natrium dan memberitahukankepada istri pasien supaya
mengganti garam yang sebelumnya digunakandengan garam rendah natrium dengan
tujuan untuk mengontrol tekanan darah pasien.
 Memberikan makanan pendukung lainnya seperti oat meal,roti gandum, buah (jeruk dan
pisang) untuk memberi beberapa contoh secara langsung mengenai makanan yang dapat
dikonsumsi
 Memberikan gula, susu, kecap khusus untuk penderita diabetes dan daftar makan pasien
selama 3 minggu hingga kunjungan selanjutnya agar gula darah dapat terkontrol.
 Memotivasi pasien supaya rutin melakukan olahraga ringan seperti jalan santai di pagi
hari selama ±½ jam.
 Memberikan daftar program latihan untuk pasien pasca stroke yang dilakukan setiap hari
selama 45-60 menit. Gerakan diajarkan kepada bapak dan istri agar istri dapat
memantaunya dan daftar program diberikan kepada istri untuk di isi.
 Melakukan test yang lain yaitu test asam urat dan kolesterol pada pasien untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyakit maupun faktor risiko lain yang menyertai.
dilakukan oleh orang lain/dokter/pelayanan kesehatan
intervensi yang kami lakukan di kunjungan kedua ini dengan harapan dapat dipatuhi oleh
Tn. S dan istri yang kemudian akan kami evaluasi pad akunjungan selanjutnya.

Hasil intervensi

Pada kunjungan terakhir kami melakukan pengukuran dan sedikit berbincang-bincang


dengan keluarga tersebut. Kemudian dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah intervensi
yang telah kami lakukan berhasil atau tidak, diantaranya adalah:

1. Telah dilakukan edukasi mengenai hipertensi dan pasien beserta keluarga sudah cukup
mengerti tentang hipertensi dan komplikasi dari penyakit itu sendiri serta sudah cukup
termotivasi untuk mengubah pola makan dan pola hidup, hal ini dibuktikan pada
pengukuran tekanan darah yang ketiga hasilnya adalah 130/90. Tekanan darah pasien
menurun sampai normal dengan harapan hieprtensi dapat terus terkontrol.
2. Istri pasien berupaya mengontrol asupan makanan dan minuman Bpk. T dengan
mengurangi konsumsi makanan berminyak, bersantan, dan makanan dengan diet rendah
garam.
3. Istri pasien sudah mulai melakukan apa yang disarankan dari hal – hal yang telah
diedukasikan. Diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan kesadaran pasien untuk lebih
mengontrol pola hidup.
4. Istri pasien bersedia untuk mengawasi pola makan, pola hidup sehari-hari serta
mengingatkan untuk lebih teratur mengkonsumsi obat antihipertensi.
5. Pasien lebih menyadari mengenai penyakitnya dan mulai rutin mengkonsumsi obat serta
mengontrol pola makan dan pola hidupnya.
6. Pasien dan istri pasien sudah berupaya untuk mengikuti edukasi dari kami dengan
memperbaiki pola makan dan obat yang rutin diminum serta mengikuti anjuran kami
untuk selalu control kedokter, namu ada satu hal yang terleatkan yaitu pada hari terakhir
kami kunjungan (kunjungan ke-3) semalam sebelum dan paginya pasien makan bubur
kacang ijo dimana makanan tersebut sangat manis dan mempunyai kandungan gula
sangat tinggi. Hasilnya pada saat pengukuran kadar gula darah sewaktunya didapatkan
hasil 526 mg/dl dimana angka tersebut sangat tinggi dan tidak ada perubahan kadar gula
darah dari kunjungan kami sebelumnya.
7. Intervensi yang kami lakukan untuk pasca stroke yang dialami pasien dengan
memberikan daftar program latihan, ceklis terisi penuh. Istrinya mengaku suaminya ini
sangat rutin melakukan latihan tersebut setiap pagi dan kami berharap latihan dilakukan
secara kontinu dan berkesinambungan karena selain berfungsi untuk kebugaran jasmani
juga untuk menguatkan otot-otot yang mengalami kelemahan.

Pembahasan

Dalam penanganan kasus ini dilakukan pendekatan kedokteran keluargauntuk


memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, berkesinambungan, terpadu dan
paripurna, dengan memandang pasien sebagai bagian dari dirinya sendiri,keluarga dan
lingkungannya.
Pasien.Tn. S didiagnosis hipertensi dengan komplikasi kardiomegali, diabetes melitus,
dan stroke.Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa Tn. S mengalamipeningkatan tekanan
darah sejak 6 tahun yang lalu. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah yang kami lakukan pada
hari pertama kunjungan adalah 160/110 mmHg, pada kunjungan hari kedua adalah 150/100, dan
pada kunjungan hari ketiga adalah 130/90. Dari pemeriksaan sebelumnya yang dilakukan oleh
dokter di puskesmas, diketahui bahwa tekanan darah Bpk.T tidak pernah kurang dari 160/90
mmHg dan Tn. S ini rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah di puskesmas atau posyandu.
Dari pemeriksaan tekanan darah yang kami lakukan, tekanan darah Tn. Stermasuk dalam
kategori hipertensi grade2 menurut JNC 2007 pada kunjungan pertama kemudian menurun
menjadi grade 1 pada kunjungan kedua dan mendekati normal pada kunjungan ketiga.
Diabetes melitus yang dialami Tn. S tergolong tidak terkontrol, walaupun banyak bias
pada saat kami kunjungan sehingga hasilnya selalu tinggi. Tn. S mengaku tidak ada keluhan
terhadap kadar gula yang sangat tinggi ini. Kami menjelaskan bahwa hal ini dikarenakan kondisi
tubuh yang sudah beradaptasi terhadap kadar gula yang selalu tinggi. Melihat kondisi keluarga
mereka, baik Tn. S dan istri sudah semakin terbiasa dengan pola makanan yang kami edukasikan
untuk mengontrol tekanan darah dan kadar gulanya akan tetapi ada hal yang dilanggar oleh Tn. S
yaitu minum minuman botol (pada kunjungan kedua) dan makan bubur kacang ijo (pada
kunjungna ketiga) sehingga kadar gula sulit menurun.
Dari hasil wawancara dengan istri Tn. S juga diketahui bahwaTN. S sudah mulai
menghindari makanan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi penderita hipertensi dan
diabetesnya, namun yang menjadi kendala adalah kejenuhan Tn. S dalam mengkonsumsi obat-
obatan yang cukup banyak dan harus setiap haru sehingga Tn. S hanya melakukan kontrol ke
puskesmas saat keluhan – keluhan yang diakibatkan dari hipertensinya kembali dirasakan.
Faktor resiko hipertensi meliputi faktor usia dengan bertambahnya umur maka semakin
tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Hal ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormone (Herke, 2006).Disamping itu, stressor, habit, aktivitas
yang dilakukan sehari-hari, pola makan dan pola istirahat juga berpengaruh terhadap hipertensi
(Astawan, 2002). Dari faktor usia, Tn. S sudah memasuki usia lanjut. Pada usia ini, Bpk.T sudah
tidak lagi bekerja sehingga aktivitas sehari-hari yang dilakukan hanya kegiatan rumahan dan
kegiatan sosial seperti pengajian dan arisan dengan warga setempat. Hal ini dapat memicu
kejenuhan dari aktivitas sehari-hari yang dialami oleh Tn. S.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Apabila hipertensi ini tidak dapat terkontrol, akibatnya dapat menimbulkan komplikasi
yang serius. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hipertensi adalah stroke, infark miokard,
gagal ginjal, gagal jantung, dan ensefalopati. Pada Tn. S sudah ditemukan adanya dari hipertensi,
yaitu kardiomegali dan stroke.namun tetap diperlukan kewaspadaan diri untuk mencegah yang
lebih parah karena timbulnya komplikasi dengan cara menumbuhkan kesadaran dari pasien itu
sendiri untuk rutin mengonsumsi obatobatan dan dukungan dari istri pasien untuk memotivasi
supaya tekanan darah pasien tetap terkontrol.
Pada awal kunjungan keluarga, Tn. S masih belum mengetahui beberapa penjelasan
mengenai hipertensi, diabetes mellitus, dan stroke dan juga masih belum muncul kesadaran
untuk rutin dalam mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter. Akan tetapi, setelah
dilakukan pemberian edukasi penyakit-penyakitnya dan mengenai gizi seimbang untuk pasien
hipertensi dan diabetes mellitus,Tn. S dan juga istri dapat memahami lebih baik mengenai
hipertensi, diabetes mellitus, dan komplikasi dari keduanya yang sudah dialami Tn. S yaitu
stroke. Pada kunjungan ketiga sudah dapat terlihat penurunan tekanan darah dari Tn. S
dibandingkan dengan kunjungan pertama dan kedua dan juga sudah ada kesadaran yang dimiliki
oleh Bpk.T dalam mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin walaupun pada pemeriksaan
gula darah sewaktu didapatkan hasil yang sangat tinggi, namun Tn. S dan istri menyadari hal itu
dan sudah terlihat ada perubahan pada pola makan dan rutin meminum obat-obatan.Dari hasil
pemeriksaan kolesterol dan asam urat yang dilakukan pada kunjungan kedua dan ketiga
didapatkan hasil yang normal.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada pasien hipertensi dan diabetes
melitus, tujuan utama dari pengaturan diet ini adalah mengatur tentang makanan sehat yang
dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan kadar gula darah yang tinggi. Secara garis besar, ada
empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah ,
yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah
kalori bila kelebihan berat badan (Astawan,2002). Dilakukan juga edukasi mengenai makanan
yang harus dihindari dan makanan yang baik untuk dikonsumsi pada pasien hipertensi. Selain
itu, diet untuk diabetes mellitus juga hampir seperti diet hipertensi ditambahkan kurangi atau
ganti nasi dengan beras merah, ganti gula dan susu dengan yang khusus untuk penderita diabetes
mellitus, banyak berolahraga, makanan tinggi serat dan rendah kolesterol seperti pada diet yang
disarankan untuk hipertensi.Dengan demikian, perawatan serta pengobatan Tn. S selain dari
terapi juga dapat didukung dari pemberian zat gizi yang seimbang dan baik.
Makanan-makanan yang dianjurkan untuk pasien hipertensi seperti makanan yang
mengandung serat seperti serat kasar( Crude fiber ) yang banyak terdapat pada sayuran dan buah
– buahan,dan juga serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras,
singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi
karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang
bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat
kasar yang cukup tinggi (Astawan,2002).
Stroke yang dialami Tn. S ini sudah cukup lama yaitu hampir setahun namun tidak ada
perbaikan pada cara berjalan meski sudah di fisioterapi dan sinar dengan rutin. Kunci dari
rahabilitasi pasca stroke adalah gerak sehingga disini kami buatkan program latihan untuk pasien
pasca stroke. Tn. S dan istri yang selalu mensupportnya terlihat rajin dan rutin mengikuti latihan
tersebut karena tujuan dari gerakan-gerakan tersebut adalah untuk meningkatkan kebugaran dan
menguatkan otot-otot yang sudah terjadi kelemahan pada Tn. S.

Saran
Saran bagi kesinambungan pelayanan adalah :

Untuk pembina berikutnya :

1. Sumber Daya Manusia :


Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka pembinaan kesehatan perlu
kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan masyarakat sekitar.

2. Mental psikologikal :
Untuk melakukan pembinaan terhadap suatu keluarga perlu pendekatan–tertentu yang
sangat membutuhkan empati dan pemahaman yang baik dalam pembinaan.

3. Komunikasi :
Kemampuan berkomunikasi merupakan hal utama pelayan kesehatan yang bertugas
sebagai pembina. Komunikasi yang baik bertujuan untuk menjadi perantara dan media
untuk penyampaian maksud dan tujuan dari pelayanan kesehatan yang diberikan supaya
pasien dan keluarga dapat terbuka, nyaman dan mengerti dengan apa yang disampaikan
oleh pembina sehingga program keluarga binaan ini dapat terlaksana.

4. Manajemen klinis :
Untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga perlu adanya kerjasama antara
provider kesehatan dan seluruh anggota keluarga.

5. Evaluasi masalah
Menindak lanjuti tindakan yang belum terlaksana yaitu:
a. Apakah keluarga dapat selalu mengontrol pasien dalam mengatur asupan
makanan dan minuman serta keteraturan dan kerutinan dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi.
b. Apakah keluarga dapat selalu mengontrol pola hidup sehat pasien agar proses
penyembuhan stroke pasien berlangsung cepat.

Penutup
Pasien.Tn. S didiagnosis hipertensi dengan komplikasi kardiomegali, diabetes melitus,
dan stroke.Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa Tn. S mengalamipeningkatan tekanan
darah sejak 6 tahun yang lalu.
Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
hanya dapat dikontrol supaya keadaan pasien tetap stabil yang dideteksi dengan nilai tekanan
darah ,gula darah dan kolesterol. Untuk mengontrolnya diperlukan faktor dari individu dan faktor
dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Dari faktor individu diperlukan untuk melakukan
pola hidup sehat dan dinbantu dengan meminum obat secara rutin dan benar. Faktor kedua
adalah faktor dukungan keluarga dimana keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk
mendukung dan mengingatkan salah satu anggota keluarga yang mengalami penyakit tersebut.
Saat ini Tn. S juga sedang dalam masa penyembuhan stroke. Dalam masa penyembuhan
stroke tetap perlu diketahui fungsi-fungsi saraf pasien. Terkadang yang dibutuhkan untuk mengatasi
keluhan paska stroke adalah rehabilitasi medik atau latihan fisik pada daerah yang terganggu. Fungsi-
fungsi saraf perlu diketahui untuk dapat melakukan rehabilitasi medik terhadap fungsi-fungsi yang
menurun atau rusak. Rehabilitasi medik ini sangat penting agar pasien dapat melakukan aktivitas harian
dengan semakin baik. Disini juga perlu peran dari keluarga untuk membantu pasien dalam

masa penyembuhannya dengan mendukung dan mengingatkan pasien untuk melatih


anggota fisik yang terganggu.
Sebagai dokter keluarga, dokter berusaha mengatasi masalah keluarga secara
menyeluruh, antara lain :

a. Menilai perkembangan sebuah penyakit yang dialami pasien dalam sebuah keluarga serta
peran keluarga dalam pencegahan penyakit dan perawatan pasien
b. Melihat pola penyakit tertentu dalam keluarga terkait kebiasaan keluarga tersebut
c. Melihat pengaruh faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan keluarga terhadap perilaku
kesehatannya
d. Membina keluarga dalam mengubah perilaku kesehatan keluarga.
II. KEADAAN RUMAH
a. Denah bangunan rumah

b. Jenis lantai : Keramik berwarna coklat ukuran 30 cm x 30 cm


c. Jenis atap : Genteng
d. Jenis dinding : Tembok dilapisi cat
e. Dapatkah membaca tulisan/huruf didalam rumah tanpa bantuan sinar lampu pada
siang hari : ya dapat melihat dengan jelas tulisan.
f. Hasil perbandingan luas jendela dengan luas lantai diruang tidur
Luas Jendela Kamar :
Luas Kamar :
Maka :
Hasil :
g. Hasil perbandingan luas jendela dengan luas lantai diruang keluarga
Luas Jendela Luar :
Luas ruang keluarga :
Maka :
Hasil :

h. Deskripsikan mengenai keadaan rumah :

Rumah Tn.x luas tanah …. meter, mempunyai tiga jendela dibagian depan, 1
jendela di bagian ruang belakang, dan 2 jendela dikamar atas. Mempunyai tiga
pintu masuk, yaitu satu pintu masuk pada bagian depan, satu pintu masuk pada
bagian garasi, dan satu pintu masuk pada bagian ruang belakang. Memiliki empat
ruang kamar tidur yang mempunyai dua jendela pada kamar atas kamar tersebut
sering dibuka pada waktu pagi.Ruang dapur dan kamar mandi dijadikan ruangan
terpisah.Rumah Tn.x cukup bersih memiliki tempat sirkulasi udara dan juga
paparan sinar matahari kerumah yang baik.

III. KEADAAN KELUARGA


a. Perencanaan keluarga
 Pasangan keluarga suami istri ini sejak meikah memang sudah di rencanakan. Mereka
merencanakan kelahiran anak yg satu dengan yang lain jaraknya tidak terlalu dekat
agar saat mengasuh anak yang baru lahir, kakaknya sudah cukup besar dan tidak
terlalu memanjakan diri.
 Dalam perencanaan jumlah anak, keluarga ini memilih kontrasepsi suntik, dan hal
perencanaan ini di tentukan oleh pasangan suami istri ini artinya mereka berdua
kompak dalam memutuskan sesuatu dan didiskusikan terlebih dahulu serta tidak ada
intervensi dari pihak lain.
b. Hubungan Anggota Keluarga
 Hubungan tiap anggota keluargapun sangat baik. Pasangan ini memang terlihat
sangan kompak dalam mengurus keluarga. Sangat demokratis dan menghargai setiap
pendapat yang diberikan oleh anggota keluarga mereka. Komukasi dalam keluarga
sangat baik sehingga hubungan tiap-tiap individu didalam keluargapun terjalin sangat
baik. Tidak ada konflik yang serius dalam keluarga dan orang tua sangat dekat
dengan semua anak-anaknya begitu juga hubungan tiap anak-anaknya terjalin baik.
c. Deskripsi Mengenai Keadaan Keluarga

Hubungan setiap anggota keluarga Tn. Syafii baik hal tersebut tercerminkan dari
setiap dua kali atau lebih dalam seminggu anggota keluarga tersebut akan
berkumpul dirumah tn. Syafii, serta sering mengadakan olahraga bersama setiap
hari minggunya. Pengambil keputusan dalam keluarga diambil oleh suami (Tn.x)
dan akan dihormati dan dipatuhi oleh setiap anggota keluarga.

IV. PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA

Pendidikan terakhir ibu dan ayah adalah SMA, dimana pada masanya mereka
pendidikan terakhir SMA sudah cukup tinggi. Kemudian mereka berprisip bahwa
pendidikan adalah yang paling utama walaupun mereka harus kerja keras banting tulang
untuk membiayainya sehingga anak-anak mereka semua lulusan sarjana dan yang
terakhir sedang menempuh semester akhir menuju sarjana.

Kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, papan dalam keluarga ini terpenuhi
sangat baik begitu pula dengan kebutuhan sekunder dan tersier. Di kehidupan sosia
kelurga ini menjadi panutan dimana sang ayah merupakan mantan ketua RT setempat.

Dalam hal spiritual, dalam kelurga ini memang tidak menerapkan ibabah
bersama-sama karena masing-masing anggota ada yang bekerja akan tetapi walaupun
kegiatan ibadahnya masing-masih, terlihat bahwa orang tua dalam keluarga ini peduli
akan agama dan ibadah anggota keluarga didalamnya.

Dari segi pendidikan yang terpenuh di setiap anggota keluarga, juga terlihat
bahwa mereka cukup memperhatikan kesehatan masing-masing individu.Apabila ada
yang sakit, mereka membawanya ke dokter untuk berobat.Bahkan ketika ayahnya sakit,
mereka berupaya untuk memberikan yang terbaik untuk ayahnya meski harus berganti-
ganti dokter dan rumah sakit.

V. GAYA HIDUP KELUARGA

Keluarga ini jarang sekali membeli makanan di luar.Ny.Wasmi selalu memasak di


rumah untuk kesehatan keluarganya dan selalu menjaga penggunaan garam dan gula
untuk Bpk. Syafii agar tensi dan gula darahnya terjaga.

Keluarga ini suka sekali olahraga terutama Bpk. Syafii, beliau suka sekali jalan
kaki setiap beliau pergi.Setiap minggu pagi keluarga ini suka sekali lari pagi.

Keluarga ini tidak ada yang merokok dan meminum alkohol.

VI. LINGKUNGAN HIDUP KELUARGA

Keluarga ini selalu menjaga kesehatan jika berada di lingkungan tempat kerja atau
kantornya.Bapak Syafii dan istri merupakan keluarga yang dihormati dilingkungan
sekitar rumahnya.istri bapak syaiful aktif di kegiatan sosial,menjadi kader puskesmas dan
menjadi ketua kegiatan PAUD yang ada dilingkungan rumahnya. dari lingkungan hidup
keluarga bapak syafii tidak terdapat stress psikis yang mempengaruhi perjalanan penyakit
kronisnya.

bapak syafii juga sudah tidak bekerja lagi dan lebih sering berada dirumah
sehingga tidak ditemukan faktor resiko stress dari pekerjaannya atau terpaparnya polusi
udara karena lebih sering dirumah.hanya dirumah bapak syafii menjada cucunya yang
ditipkan oleh anaknya.kemungkinan terdapat faktor stress atau kelelahan akibat menjaga
cucu.
VII. MASALAH KESEHATAN YANG ADA DALAM KELUARGA

KU
Tn. Syafii 56 tahun menderita tekanan darah tinggi

RPS
riwayat penyakit sekarangnya yaitu penyakit hipertensi sejak 6 tahun yang lalu,
hipertensi yang sudah disertai pembesaran jantung (kardiomegali) kemudian disertai gula
darah yang tinggi, dan sejak 1 tahun yang lalu menderita stroke atau penyumbatan
pembuluh darah otak kanan sehingga kelemahan terjadi pada anggota gerak sebelah kiri.

RPD
Dahulu pernah menderita hepatitis B, Koleterol dan gula darah agak tinggi.

RPO
dahulu sebelum stroke, sering sakit kepala dan hanya beli obat warung untuk
menyembuhkan nyerinya itu. Namun sekarang, karena sudah banyak komplikasi penyakit
yang dialami pasien sehingga pasien harus minum obat-obatan diantaranya digoksin,
furosemid, spironolakton, aspilet, nifediin dan obat gula nya.

RPK
Riwayat penyakit 2 saudara kandng pasien juga menderita hipertensi dan stroke dan
meninggal karena penyakitnya tersebut.Istri dari pasien juga menderita hipetensi.

Anda mungkin juga menyukai