Anda di halaman 1dari 27

HALAMAN PENGESAHAN

STUDI PERHITUNGAN PRODUKSI PEMUATAN DAN PENGANGKUTAN


PADA PENAMBANGAN QUARRY PT. BUMA KUMAWA KAMPUNG
HARAPAN KABUPATEN JAYAPURA-PAPUA

LAPORAN PRAKTEK PERALATAN TAMBANG

Telah disetujui sebagai laporan akhir pada kegiatan praktek lapangan


peralatan tambang di lingkungan PT. Buma Kumawa Kampung Harapan Kabupaten
Jayapura –Papua

Jayapura, 11 Juli 2017

Asisten lapangan

MELKIOR KALIELE

NIM : 0130640168

Di setujui

Pembimbing

PATRICK MARCELL FANDY, ST., MT

Nip. 19790208 200801 1 007


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Patrick Marcell Fandy, MT sebagai dosen pengampu mata kuliah.


2. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini yang
penulis tidak bisa sebut satu per satu.

Penulis menyadari laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
ke depan.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jayapura, 11 Juli 2017

Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Waktu dan Lokasi Praktikum


BAB II DASAR TEORI

2.1. Rock-Quality Designation (RQD)


2.1.1. Pengertian RQD
Dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih.
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung
walaupunmempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm.
Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan.
Saan ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti pemboran dan
merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR dan
Q-system.
RQD didefinisikan sebagai:

Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai berikut :

2.1.2. Metode RQD


Prosedur Pengukuran Rock Quality Desgination (RQD)

Prosedur pengukuran RQD yang benar digambarkan dalam Gambar 1. Cara


perhitungan dengan gambar disajikan dalam SNI 03-2436. b. Korelasi asli RQD
harus dicatat berdasarkan atas pengukuran pada inti ukuran NX (Deere,1963) RQD
dapat dihitung berdasarkan inti yang mempunyai diameter minimal berukuran NX
(Deere dan Deere, 1989 , pada Gambar 2) c. Inti pipa kawat yang menggunakan NQ,
HQ, dan PQ dapat juga diterima Ukuran BQ dan BX lebih kecil tidak dapat
digunakan, sebab yang lebih kecil dari NX sangat berpotensi mengalami kerusakan
dan kehilangan inti.

Pengukuran panjang potongan intiPotongan inti yang sama dapat diukur


dengan tiga cara, yaitu sepanjang garissumbu, dari ujung ke ujung, atau sepanjang
potongan laras lingkaran penuh(Gambar 3. Pengukuran Panjang Inti dengan
Penentuan RQD). Prosedur yangdianjurkan adalah mengukur panjang inti sepasang
garis sumbu. Lihat acua TheInternasioanl Society for Rock Mechanics (ISRM),
Commission onStandardization of Laboratory and Field Test (1978,
1981)Pengukuran sepanjang garis sumbu lebih banyak digunakan, karena:1.
Menghasilkan RQD standar yang tidak bergantung pada diameter inti.2. Menghindari
ancaman serius kualitas batuan, jika keadaan retakan sejajarlubang bor dan dipotong
dengan pemasangan kedua.

Penilaian kekuatan batuan Potongan inti yang tidak keras dan tidak kuat,
sebaiknya tidak diperhitungkan untuk RQD, meskipun memenuhi syarat panjang 100
mm (3,94 in). Persyaratan kekuatan dapat membantu menurunkan ketentuan syarat
kualitas batuan jika batuan telah mengalami perubahan dan perlemahan, baik karena
pelapukan permukaan ataupun kegiatan hidrothermal. Keputusan penentuan tingkat
perubahan kimiawi apakah sudah cukup atau belum, biasanya harus dilakukan untuk
mendapat persetujuan atau penolakan dilakukannya potongan inti. Dua macam
prosedur yang dapat digunakan untuk menilai kekuatan batuan adalah sebagai berikut
:

1. Prosedur pertama
dilakukan tanpa memperhitungkan potongan inti, karena adanya keraguan
mengenai syarat kekuatan yang harus dipenuhi (misalnya batasan perubahanwarna
atau pemutihan butiran, pencemaran berat, rongga, atau butiran lemah). Prosedur ini
bersifat konservatif dan meragukan penilaian kualitas batuan
2. Prosedur kedua
dilakukan dengan memasukkan batuan yang berubah persentase total RQD
nya dengan tanda bintang (RQD*) karena persyaratan kekuatan belum terpenuhi.
Metode RQD* dapat memberikan beberapa indikasi kualitas batuan sesuai dengan
tingkat retakan selama tidak kehilangan kekuatan.
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat,
akan tetapi metode ini tidak memperhitung factor orientasi bidang diskontinu,
material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan
massa batuan yang sebenarnya

Rock Quality Designation adalah :

1. Persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang potongan


inti utuh yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang inti.
2. Indeks kualitas batuan tipikal dalam kondisi batuan yang mengalami
pelapukan berat, lunak, retakan, pergeseran, rekahan/pelipatan akan
menyebabkan nilai RQD menurun.
3. Secara sederhana RQD
4. merupakan ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval
lubang bor.
5. Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan
batuan yang mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun kekar
atau sesar) berdasarkan rumus Hudson, (1979 dalam Djakamihardja &
Soebowo, 1996) sebagai berikut:

RQD = 100 (0.1l + 1) e- 0.1l (l) adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang
scan-line (kekar/meter). Makin besar nilai RQD, maka frekuensi retakannya
kecil. Frekuensi retakannya makin banyak, nilai RQD makin kecil.

Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan istilah Rock Tunneling Quality
Index untuk keperluan perancangan penyangga penggalian bawah tanah.
Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di Iceland.
Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974 berdasarkan
pengalaman pembuatan terowongan terutama di Norwegia dan Finlandia.
Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa
batuan berdasarkan 6 parameter berikut;

1. RQD (Rock Quality Designation)


2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn)
3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint Roughness Number (Jr)
4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah/Joint
Alteration Number (Ja)
5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw)
6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction Factor (SRF)
Dalam sistem ini, diperhatikan diskontinuitas dan joints. Angka dari Q
bervariasi dari 0.001-1000 dan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini:
RQD (Rock Quality Desgnation)

RQD = 100,4 - 3,68ω


Dimana ω : Frekuensi Joint (1/Spasi)

Kualitas batuan menggunakan klasifikasi Q-system dapat berkisar dari Q=


0,0001 sampai Q= 1000 pada skala logaritmik kualitas massa batuan.
1. Jn (Joint Set Number)
2. Jr (Joint Roughness Number)

3. Ja (Joint Alteration Number)

Tabel 5. Rock wall contact before 10 cm shear


Tabel 6. No rock wall contact when sheared

4. Jw (Joint Water Reduction Number)

5. SRF (Stress Reduction Factor)


6. ESR (Excavation Support Ratio).
Perhitungan Equivalent Dimention berdasarkan lebar bukaan terowongan dan
nilai ESR (Excavation Support Ratio). Nilai ESR sangat bergantung pada kategori
penggalian.
ED = Excavation Span, Diameter or Height (m)/ESR
Misalkan perhitung nilai Q :
Q = 90/4 x 3/1 x 1/15 = 4,5

Misalkan sebuah terowongan mau dibuka selebar 15 meter untuk keperluan


pertambangan permanent maka;
ED = 15 / 1,6 = 9,4

Berdasarkan nilai ED dan nilai Q tersebut dapat diperkirakan hubungan antara


lebar bukaan terowongan dengan sistem penyangga yang harus digunakan.

Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik yang dibuatkan oleh Barton tahun 1974.
Grafik tersebut kemudian diupdate lagi oleh Grimstad dan Barton tahun 1993.

Dengan nilai ED: 9,4 dan Q : 4,5 maka masuk dalam kategori 4. Kategori 4
mengharuskan pemasangan rock bolt dengan spasi 2,1 meter dalam shotcrete setebal
4-10cm.

Jika nilai dari persamaan Q system telah ditemukan, maka system support dapat
ditentukan berdasarkan grafik berikut ini.

Gambar 1. Reinforcement Categories


Panjang Rock Bolt yang akan dipasang bisa dihitung menggunakan rumus :

Gambar 2. Rock Bolt

Dimana B = Lebar Terowongan


Gambar 2. pemasangan Shotcrete dan Rock Bolt diterowongan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pelaksanaan Praktek


Mata Kuliah : Kestabilan Terowongan dan Tambang Bawah Tanah

Hr/Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2018

Waktu : 08.00 – 14.00 WIT

Lokasi : Organda, Padang Bulan

3.2. Alat dan Bahan


1. Kompas Geologi (1 Masing2 Kelompok) - (Sudah Disiapkan)
2. Palu Sedimen (Sudah Disiapkan)
3. Kamera > 8 Mp
4. Tali Plastik (Rafia)
5. Meter Pocket ( 5 Meter )
6. Papan Data
7. Tabel Input Kekar (Sudah Disiapkan)
8. Tabel Rmr Dan Q-System (Sudah Disiapkan) , Kestabilan Tbt Menggunakan
Klasifikasi Q-System. Pemetaanya Hampir Sama Dengan Rmr.

3.3. Teknik pengambilan data


1. Tentukan Lereng (Anggap Sebagai Dinding Terowongan ) Yang Mau Di
Petakan, Lihat Kondisi Kekar Yang Tampak
2. Tentukan Tinggi = 4 Meter Dan Lebar Lubang Bukaan = 4 Meter. / Sudah
Ditentukan
3. Buat Garis Bentangan (Scanline) Menggunakan Tali Rafia Di Sepanjang
Lereng Pengamatan (±10 Meter)
4. Ukur Strike / Dip Tali Bentangan (Scanline)
5. Buat Sketsa Menggunakan Pensil Pada Kekar Yang Melewati Scanline Dan
Nomori Kekar-Kekar Yang Sudah Disketsa
6. Diskripsi Setiap Kekar Mulai Dari Kekar 1 – Dst. Kekar Yang Di
Deskripsi/Dipetakan Ke Dalam Tabel Antara Lain :
a) Strike / Dip Kekar
b) Jarak Antar Kekar 1 – 2, 2 – 3, 3 -4 Dst
c) Tebal Pemisahan Kekar
d) Pengisi Kekar
e) Kekasaran Kekar
f) Tingkat Pelapukan
g) Kelembaban.

3.4. Teknik pengolahan data


1. Kelompokan Terlebih Dahulu Kekar-Kekar Yang Mempunyai Orientasi Arah
(Azimuth/Strike) Yang Sama. ( 0 – 890 , 900 – 1790 , 1800 – 2690, 2700 – 3590
) Dibuat Dalam Tabel
2. Ketik Data-Data Orientasi Kekar Dalam Program Ms. Excel Lihat
Lampiran…
3. Hitung Nilai Yang Dibuat Dalam Tabel Ms. Excel
 Αn = Arah Dari Garis Normal
 Βn = Dip Dari Garis Normal
 Αd = Arah Dari Kekar
 Βd = Dip Dari Kekar
 Αs = Arah Scan Line
 Βs = Dip Dari Scan Line
Contoh Tabel Pengolahan Data Dari Lapangan

Persamaan / Rumus – Rumus Yang Dipakai Untuk Perhitungan Kekar Dapat


Dilihat Pada Lampiran A – Data Pengukuran Kekar

4. Kekar-Kekar Yang Telah Dikelompokan Bisa Di Olah Menggunakan


Program Dips Untuk Melihat Arah Utama Kekar. Copy Dan Paste Data
Strike Dan Dip Atau Strike Dan Dip Direction Pada Program Dips. Dan
Tentukan Arah Utama Kekar Mayor ( Yang Paling Dominan ) Setiap Set
Kekar.
5. Hitung Nilai Q-System. Seperti Diketahui Ada 6 (Enam) Parameter Yang
Harus Di Lengkapi Untuk Mengklasifikasi Batuan Dan Rencana Kebutuhan
Penyangga, Parameter Tersebut Antara Lain :

1. Hitung Nilai Rqd Dari Persamaan Priest And Hudson, 1976


Rqd = 100 . E-Λt (1+Λt) , Dimana Λ = 1 / Spasi Kekar
2. Jumlah Family Kekar (Jn) – Lihat Tabel Q-System Lampiran B Untuk
Pembobotan
3. Kekasaran Kekar (Jr) - Lihat Tabel Q-System Lampiran B Untuk
Pembobotan
4. Jenis Perubahan Kekar Dan Material Pengisinya (Ja) - Lihat Tabel Q-
System Lampiran B
5. Kondisi Air (Jw) - Lihat Tabel Q-System Lampiran B Untuk Pembobotan
6. Srf , Telah Di Ketahui Σc = ....Mpa Dan Σv = Mpa Dimana Σv = Σ1

Untuk Pembobotan Sistem-Q Dapat Dilihat Pada Lampiran B.

6. Nilai Esr Adalah Pembobotan Terhadap Penggunan Terowongan , Apakah


Secara Sementara (Temporary) Atau Untuk Beberapa Lama (Permanent).
Untuk Penggunaan Terowongan Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air.
7. Penentuan Dimensi Ekuivalen (De) Adalah : Span / Esr. Span Adalah Jarak
Terbesar Sebuah Lubang Bukaan. Dengan Dimensi Terowongan Tinggi Dan
Lebar = 4 Meter Sedangkan Panjang Terowongan = 6 Meter , Maka Span
Terowongan = 6 Meter.
8. Setelah Dilakukan Pembobotan Batuan Dengan System-Q Atau Diperoleh
Nilai Q, Langkah Selanjutnya Adalah Melakukan Penetuan Kebutuhan
Penyangga Menggunakan Chart Q-System Dimana Untuk Sumbu Vertikal
(Y) = De (Dimensi Ekuivalen) Dan Sumbu Horizontal (X) = Nilai Q ,
9. Hubungkan Kedua Nilai Tersebut Dan Tentukan Kelas Batuan Di
Terowongan Tersebut, Penyangga Jenis Apa Yang Digunakan, Panjangnya
Berapa, Diameternya Berapa Dan Berapa Spasinya (Untuk Rockbolt). Jika
Menggunakan Shotcrete Berapa Tebalnya.
10. Silahkan Menghitung Berapa Banyak Rocbolt Yang Digunakan Pada
Terowongan Dengan Dimensi Seperti Keterangan Diatas ( Tinggi = Lebar = 4
Meter Sedangkan Panjang = 6 Meter ) Dan Jika Menggunakan Shotcrete
Berapa Meter Kubik (M3) Campuran Semen Yang Dibutuhkan. Sertai Dengan
Gambar Dimensi Terowongannya Dengan Penempatan Rockboltnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUB

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/237288580/q-system
http://geologi.unsyiah.ac.id/ibnu/wp-content.uploads/2015/04/5-Klasifikasi-
Batuan-II.pdf.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/560/jbptitbpp-gdl-jimmyginti-27967-4-2007ta-3.pdf

http://tambangunp.blogspot.com/2013/11/rock-quality-designation-rqd.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai