PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap proses dalam teknologi industry kimia melibatkan
pemisahan seperti pemisahan antara padat-padat, pemisahan padat-cair, pemisahan padat-gas,
pemisahan cair-cair, pemisahan cair-gas dan lain-lain. Pemisahan tersebut mempunyai teknik
dan metode masing-masing guna mencapai hasil yang lebih baik. Teori secara umum sudah
diajarkan pada mata kuliah Teknik Operasi. Untuk melengkapi dan memberikan keterampilan
di lapangan pada saat terjun ke dunia kerja maka perlu keterampilan praktik di laboratorium.
Dengan alasan ini maka pemisahan (ekstraksi) cair-cair dijadikan salah satu modul praktikum
pada Unit Laboratorium Satuan Operasi.
(1) Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair-cair pada kolom berpacking
(3) Menghitung neraca massa proses ekstraksi pada beberapa laju alir
(4) Mengetahui kondisi operasi yang sesuai untuk ekstraksi cair-cair tertentu
Ekstraksi adalah salah satu cara memisahkan larutan dua komponen dengan
menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan
pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini sebagian solute akan berpindah dari fasa
diluent ke fasa solvent (disebut ekstrak) dan sebagian lagi tetap tinggal di dalam fasa diluent
(disebut rafinat). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada
keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan
yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat
ditentukan dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar
misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk
minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air
limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan,
bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti
ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair
itu sesempurna mungkin.
Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β harus lebih besar dari satu. Jika nilai β =
1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan.
Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solvent yang
dibutuhkan lebih sedikit.
Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara distilasi, sehingga
diharapkan harga “relative volatility” dari campuran tersebut cukup tinggi.
(4) Densitas
Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar agar mudah terpisah.
Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju
perpindahan massa.
Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-komponen dalam
system dan material (bahan konstruksi).
(7) Viskositas, tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan
penanganan dan penyimpanan.
(8) Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Koefisien distribusi
Pada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk system tri kloro etilen-asam
asetat-air, dan menunjukkan ketergantungannya terhadap konsentrasi. Pada campuran ketiga
zat ini dianggap bahwa fasa berada pada kesetimbangan. Pada konsentrasi rendah, koefisien
distribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga Y = K.X
K = koefisien distribusi
1. Neraca Massa
2. Efisiensi Ekstraksi
Koef mass transfer = laju perpindahan massa/(volume packing X gaya dorong rata-rata)
X1*: konsentrasi asam di dalam fasa organic yang berkesetimbangan dengan konsentrasi
Y1 di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini didapatkan dari kurva koefisien
distribusi (pada percobaan 1)
III. PERCOBAAN
(1) Buret
(6) Tisue
III.2.Prosedur Percobaan
50 mL TCE 50 mL aquadest
Corong pisah
Larutan
5 mL asam asetat glasial
Pengocokkan ± 5 menit
Pemisahan
Pengadukan
Larutan homogen
Buka pompa air dengan laju 0.3 L/s dan isikan ke dalam kolom
(3) Tinggi air pada bak selalu berada di atas pipa air masuk ke rorameter
(4) Tangki organic tidak boleh kosong (jika kosong akan menyebabkan pompa zat organic
cepat aus dan akhirnya rusak)
V.1. Perhitungan
Percobaan 1
• Hitung asam asetat dalam fasa air, Y dengan konsep asam basa:
• Setelah 1 menit
50 mL x Nekstrak = 1 mL x 0,1 N
Nekstrak = 0.002 N
• Setelah 3 menit
Nekstrak = 0.0036 N
• Setelah 5 menit
50 mL x Nekstrak = 3 mL x 0,1 N
Nekstrak = 0.006 N
• Setelah 1 menit
Vekstrak x Nekstrak = VNaOH x NNaOH
Nekstrak = 0.007 N
• Setelah 3 menit
Nekstrak = 0.0084 N
• Setelah 5 menit
Nekstrak = 0.009 N
• Setelah 1 menit
50 mL x Nekstrak = 5 mL x 0,1 N
Nekstrak = 0.01 N
• Setelah 3 menit
Nekstrak = 0.009N
• Setelah 5 menit
Nekstrak = 0.009 N
• Setelah 1 menit
Nekstrak = 0.0088 N
• Setelah 3 menit
50 mL x Nekstrak = 4 mL x 0,1 N
Nekstrak = 0.008 N
• Setelah 5 menit
Nekstrak = 0.0088 N
• Setelah 1 menit
Nekstrak = 0.0076 N
• Setelah 3 menit
Nekstrak = 0.0074 N
• Setelah 5 menit
50 mL x Nekstrak = 4 mL x 0,1 N
Nekstrak = 0.008 N
• Run 1
V0 ( X 1 − X 2 ) = VW ( Y1 − Y2 )
Y2 = 0, karena tidak terdapat asam asetat dalam solvent, sehingga persamaan diatas menjadi :
X1 – X2 = 0,989Y1
X1 = 0,989Y1 + X2
= 0,008
• Run 2
V0 ( X 1 − X 2 ) = VW ( Y1 − Y2 )
Y2 = 0, karena tidak terdapat asam asetat dalam solvent, sehingga persamaan diatas menjadi :
X1 – X2 = 0,92*Y1
X1 = 0,92*Y1 + X2
= 0,01
• Run 3
V0 ( X 1 − X 2 ) = VW ( Y1 − Y2 )
Y2 = 0, karena tidak terdapat asam asetat dalam solvent, sehingga persamaan diatas menjadi :
X1 – X2 = 0,989 *Y1
X1 = 0,989 * Y1 + X2
= 0,01289
• Run 4
V0 ( X 1 − X 2 ) = VW ( Y1 − Y2 )
Y2 = 0, karena tidak terdapat asam asetat dalam solvent, sehingga persamaan diatas menjadi :
273 (X1 – X2) = 290 (Y1 – 0)
X1 – X2 = 1,1*Y1
X1 = 1,1*Y1 + X2
= 0,0104
• Run 5
V0 ( X 1 − X 2 ) = VW ( Y1 − Y2 )
Y2 = 0, karena tidak terdapat asam asetat dalam solvent, sehingga persamaan diatas menjadi :
X1 – X2 = 1,1 * Y1
X1 = 1,1 * Y1 + X2
= 0,012
Y1 X1*
0.0067 0.00125
0.008 0.00195
0.0097 0.0021
0.008 0.002
0.009 0.021
Stroke 25
• Run 1
= 0,00675 N
∆X 1 − ∆X 2 0,00675 − 0,0015
Log mean driving force = = = 0,0035
ln ( ∆X 1 ∆X 2 ) ln ( 0,00675 0,0015 )
• Run 2
= 0,00805 N
∆X 1 − ∆X 2 0,00805 − 0,0027
Log mean driving force = = = 0,0048
ln ( ∆X 1 ∆X 2 ) ln ( 0,008 05 0,0027 )
• Run 3
= 0,01079 N
∆X 1 − ∆X 2 0,01079 − 0,0033
Log mean driving force = = = 0,00632
ln ( ∆X 1 ∆X 2 ) ln ( 0,01079 0,0033 )
• Run 4
= 0,0084 N
∆X 1 − ∆X 2 0,0084 − 0,0016
Log mean driving force = = = 0,0041
ln ( ∆X 1 ∆X 2 ) ln ( 0,0084 0,0016 )
Mean driving force = 1,0041
• Run 5
= 0,0099 N
∆X 1 − ∆X 2 0,0099 − 0,0023
Log mean driving force = = = 0,0052
ln ( ∆X 1 ∆X 2 ) ln ( 0,0099 0,0023 )
Volume packing = ¼. π . d2 . T
= 21132,475 cm3
= 21,132475 lt
Koefisien transfer massa = (X1 - X2) : (Volume packing × mean driving force)
= 0.000000306
Grafik1. Distribusi asam asetat dalam air (ekstrak) dan TCE (rafinat)
PUSTAKA
Waren L. Mc. Cabe, 1985, Unit Operation of Chemical Engineering, Mc. Graw-Hill
Book Inc.
Robert E. Treybal, 1981, Mass Transfer Operation, Mc. Graw-Hill Book Company.
LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI
LIQUID – LIQUID EXTRACTION
Dosen Pembimbing : Ir. Nurcahyo MT
Disusun Oleh :
Kelas 2B
Septiana (08401059)
2010