Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

Nama : Tri Angela Anggrayani Tanda Tangan


NIM : 11.2016.173
.......................
Dr. Pembimbing/Penguji : dr. Diah, Sp.B

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A Jenis Kelamin :Laki-laki
Tempat/tanggal lahir :Jakarta, 19 Maret 1983 Umur :34 tahun
Status Perkawinan : Menikah Suku Bangsa :Sunda
Pekerjaan : Pedagang Agama : Islam
Alamat : Tambora, Jakarta Barat Pendidikan : SMA

I. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis Tanggal: 15 Februari 2018, jam 07.00
Diruang: Bangsal Dahlia lantai 7 kamar 7305 bed 3 RSUD Tarakan

Keluhan utama :
BAB berdarah sejak 1 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 1 bulan SMRS. BABnya saat
ini keras berwarna coklat dan darah segar ikut menetes dari lubang anusnya. Terdapat
benjolan dari dalam lubang anus yang ikut keluar saat BAB dan harus dibantu untuk masuk
dengan jari. Awalnya 7 tahun yang lalu, benjolan kecil dapat keluar masuk secara spontan
tanpa bantuan jari untuk masuk dan jarang meneteskan darah, karena feses pasien tidak
keras. Namun benjolan semakin lama semakin membesar dan sebulan ini tidak dapat

1
masuk dengan spontan, harus di dorong dengan tangan, juga darah menetes deras dari
benjolannya saat BAB. Benjolan terasa nyeri saat mengeluarkan feses dan juga saat duduk,
pasien merasa gatal di daerah anus. Seminggu ini saat BAK, benjolan dari anus ikut keluar
dan meneteskan darah dan tidak dapat kembali spontan, harus didorong dengan jari untuk
masuk. Jika BABnya tidak keras, benjolan tidak akan keluar dan tidak akan meneteskan
darah.
Pasien saat ini juga merasa lemas dan pusing sejak 3 minggu ini, kadang demam
naik turun tidak menentu, tidak ada penurunan berat badan, tidak ada mual hingga muntah.
Pasien mengaku BABnya sering keras sehingga pasien sering mengejan, jarang makan
buah dan sayur, dan juga minum hanya sedikit <1 lt per hari. Biasanya pasien BAB sehari
sekali, konsistensi padat lunak, warna coklat kekuningan, BAK tidak nyeri dan tidak
pernah keluar pasir ataupun batu. Pasien bekerja sebagai penjaga toko voucher, kadang
menjadi driver. Pasien mempunyai tato di lengan kanan dan punggung kiri sudah ada sejak
10 tahun yang lalu. Merokok (+) 12 tahun sehari 1 bungkus, minum alkohol dan
penggunaan narkoba disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Sebelumnya pasien jarang sakit dan tidak pernah dirawat dirumah sakit. Riwayat alergi
(-), Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-), Asma (-), HIV (+) 1 bulan (tenofovir 1x1, duviral
2x1, efovapin 1x600mg)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Di keluarga pasien, tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama. Riwayat
alergi (-), Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (+) ayahnya, kanker (-), hemoroid (-)

Riwayat Masa Lampau :


a. Penyakit Terdahulu : Tidak ada
b. Trauma Terdahulu : Tidak ada
c. Operasi : Tidak ada
d. Sistem Saraf : Tidak ada kelainan
e. Sistem Kardiovaskular : Tidak ada kelainan
f. Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
g. Sistem Urinarius : Tidak ada kelainan
h. Sistem Genitalis : Tidak ada kelainan

2
i. Sistem Muskuloskeletal : Merasa pegal ketika beraktivitas berat, membaik
dengan istirahat

II. STATUS PRAESENS


Keadaan Umum : Sakit Sedang
Keadaan Gizi : Dalam batas normal
Kesadaran : Compos Mentis
Penrafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9oC
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Kulit : Tidak ada kelainan
Kelenjar Limfe : Tidak ada kelainan
Muka : Tidak ada parese
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut/Gigi : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri dada, jejas (-), retraksi (-)
Jantung : BJ 12 normal tidak ada murmur tidak ada gallop
Paru :
Inspeksi : gerak napas simetris
Palpasi : vocal fremitus paru simetris dikedua hemithoraks
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara Napas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing-/-
Perut : Supel, datar, nyeri tekan (-), perkusi timpani, bising usus (+)
Hati : Tidak ada kelainan
Limpa : Tidak ada kelainan
Ginjal : Tidak ada jejas, nyeri ketuk CVA (-)
Kandung Empedu : Tidak ada kelainan, tidak ikterik, murphy sign (-)
Kandung Kencing : Tidak ada kelainan
Kemaluan : Tidak ada kelainan

3
Rektum / Anus : Tampak benjolan yang keluar dari dalam anus saat mengejan dan
tidak dapat masuk sendiri
Punggung : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Kekuatan motorik kedua ekstremitas baik
Refleks : Tidak ada kelainan
Sensibilitas : Tidak ada kelainan

III. STATUS LOKALIS

Peri anal

Inspeksi: Tidak tampak benjolan sekitar lubang anus, tidak ada tanda-tanda peradangan
Palpasi
 Luar: tidak terdapat nyeri tekan di sekitar anus, suhu sama dengan sekitar, tidak ada
benjolan
 RT: tonus sfingter ani baik, ampula tidak collaps, mukosa terdapat benjolan
berbentuk bulat beraturan di arah jam 11 dan jam 1, terdapat nyeri tekan pada
benjolan, prostat tidak teraba membesar, terdapat sedikit darah pada sarung tangan
saat dikeluarkan

IV. LABORATORIUM & PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA


Pemeriksaan Lab Nilai normal Satuan 5-Feb-18 7-Feb-18 8-Feb-18 12-Feb-18 17-Feb-18
Hemoglobin 13.0-18.0 g/dL 7.7 9.1 10.2 10.8 10.3
Hematokrit 40.0-50.0 % 27.2 31.1 34.1 34 32.5
Eritrosit 4.5-5.5 Juta/uL 3.87 4.36 4.65 4.85 4.51
Leukosit 4000-10000 /mm3 5880 5347 4473 4707 6071
150000-
Trombosit 450000 /mm3 371800 37880 408100 535400 449400

4
Index Eritrosit
MCV 80-100 fL 70
MCH 26-34 Pg 20
MCHC 32-36 % 28
Elektrolit
Natrium (Na) 135-150 mEq/L 137
Kalium (K) 3.6-5.5 mEq/L 4.4
Clorida (Cl) 94-111 mEq/L 100
Hemostasis
APTT 29.0-40.2 Detik 37.9
APTT Control 28.4-38.4 Detik 38.3
PT 9.3-11.4 Detik 9.9
INR 0.95
PT Control 9.2-12.4 Detik 10.4
Masa Perdarahan/
BT <5 Menit 2
Masa Pembekuan/
CT < 15 Menit 11
Laju Endap Darah 0-15 mm/jam 91
Ureum 15-50 mg/dL 10
Kreatinin 0.6-1.3 mg/dL 0.65
AST (SGOT) <40 U/L 37
ALT (SGPT) <41 U/L 27

V. Resume
Pasien datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 1 bulan SMRS. Saat BAB darah
ikut menetes dari benjolan, cukup deras, dan terasa nyeri. Terdapat benjolan dari lubang
anus dan harus di dorong dengan tangan untuk masuk kembali. Benjolan sudah ada sejak 7
tahun dan semakin lama semakin membesar, awalnya bisa masuk sendiri. BAB sering
keras sebulan ini, jarang makan buah dan sayur, minum air <1lt perhari. Pasien merasa
lemas dan pusing, kadang demam naik turun tidak menentu.
Hasil pemeriksaan fisiknya tensi 110/80 mmHg, nafas 20 x/menit, nadi 88x/menit,
suhu 36,9oC. pemeriksaan Rectal Touche: tonus sfingter ani baik, ampula tidak collaps,
mukosa terdapat benjolan berbentuk bulat beraturan di arah jam 11 dan jam 1, terdapat
nyeri tekan pada benjolan, prostat tidak teraba membesar, terdapat sedikit darah pada
sarung tangan saat dikeluarkan. Pemeriksaan lab Hb 7.7 g/dL, MCV 70, MCH 20, MCHC
28. Anti HCV reaktif (+), HIV (+).

VI. DIAGNOSIS KERJA


 Hemoroid interna grade III

5
 ODHA on ARV
 Hepatitis C
 Anemia

VII. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS


 Tumor rectal
 Fisura ani
 Angiodisplasia
 Diverticulitis merkel

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


Kolonoskopi
IX. PENGOBATAN
Non- medika mentosa
- Makanan berserat (buah dan sayur) dan banyak minum air
Medika mentosa
- IVFD RL 1200ml/ hari
- Paracetamol tab 1x50mg jika demam
- Cotrimoksasol 3x960mg
- Venosmyl 3x1
- Dios 3x2 tab

X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

6
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Canalis Analis


Canalis analis adalah bagian terminal dari usus besar yang memiliki panjang kurang
lebih 2,5 cm – 3.5 cm. Dikelilingi oleh M. Sphincter ani internus dan eksternus. Otot-otot
ini berperan pada proses defekasi.1,2

Gambar 1. Anatomi Kanalis Anal.1

Vaskularisasi dan drainase limfe


Arteri rectalis superior mensuplai darah ke canalis analis bagian superior dari linea
pectinata. Sedangkan bagian inferior dari canalis analis di perdarahi oleh 2 arteri rectalis
inferior. Arteri rectalis media membantu supply darah canalis analis dengan membentuk
anastomose dengan arteri rectalis superior dan inferior. Vena yang mendrainase aliran
darah dari rectum dan canalis analis adalah vena rectalis superior, media dan inferior.2
Superior dari linea pectinata aliran limfe di drainase pembuluh-pembuluh limfe menuju
nodus limfe iliaca interna. Sedankan inferior dari linea pectinata didrainase ke nodus limfe
inguinal superficial.2

7
Superior dari linea pectinata diinervasi oleh plexus hipogastrika inferior (simpatis,
parasimpatis dan serat aferen visceral) sedangkan inferior dari linea pectinata diinervasi
oleh persarafan somatis cabang dari n.Pudendus.2

Gambar 2. Vaskularisasi, Drainase limfatik dan Inervasi Canalis analis1

Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-arteriole
dan otot polos yang terletak di canalis analis. Hemoroid merupakan bagian yang normal
dari anatomi anorektal.3
Istilah “hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis dimana
bantalan-bantalan ini menjadi abnormal dan menyebabkan gejala-gejala.4 Saat proses
defekasi terjadi, bantalan hemoroid diisi oleh darah sehingga melapisi canalis analis, istilah
patologis hemoroid adalah dimana terjadi penurunan dari bantalan ini dengan disertai
dilatasi dari sinusoid, kadang juga perdarahan dari arteriole, venule atau bagian dari
sinusoid. Hemoroid membesar ketika jaringan penyangga dari bantalan hemoroid ini rusak,
tekanan berlebihan seperti pada keadaan sembelit atau kehamilan.5

Klasifikasi3
Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letaknya:
1. Hemoroid eksterna
Terletak distal dari linea pectinati dan ditutupi oleh anoderm. Karena anoderm
banyak diinervasi oleh sabut saraf, trombosis dari hemoroid eksterna dapat
menimbulkan gejala nyeri.

8
2. Hemoroid interna
Terletak proksimal dari linea pectinati dan di tutupi mukosa anorektal. Hemoroid
interna bisa prolaps dan berdarah, jarang nyeri kecuali ada trombosis dan nekrosis
(bila prolaps berat, inkarserasi, dan/atau strangulasi). Terdapat 4 gradasi hemoroid
interna. Grade 1 ketika terjadi bulging ke dalam canalis analis dan prolaps sejauh
linea pectinati (tanpa keluar dari anus). Grade 2 ketika prolaps melewati anus dan
dapat masuk kembali dengan sendirinya. Grade 3 hemoroid prolaps dan
membutuhkan bantuan reduksi digital untuk masuk. Grade 4 hemoroid prolaps
tidak dapat di reduksi dan dapat terjadi strangulasi. Selain itu dapat juga terjadi
kombinasi hemoroid interna dan eksterna.

Gambar 3. Lokasi Hemoroid Interna dan Eksterna.1

Etiologi
Teori pergesaran lapisan anus (sliding anal lining theory) merupakan teori yang
paling tepat menjelaskan etiologi terjadinya penyakit hemoroid. Hemoroid terjadi karena
gangguan pada Treitz’s muscle dan jaringan ikat elastis. Hipertropi dan kongesti vaskular
merupakan akibat sekunder. Hemoroid terjadi akibat sering mengedan dan BAB yang tidak
teratur, yang merupakan gambaran yang cocok untuk teori pergeseran lapisan anus. Feses
yang keras dan besar, serta tenesmus karena diare menyebabkan bantalan anal bergeser ke
bawah anal kanal dan mukosa yang melapisinya akan menjadi tipis dan rapuh. Mengedan
terus-menerus saat defekasi menyebabkan pengembangan dari bantalan anal lalu terjadi
prolaps akibat regangan berlebihan dari submukosa Treitz’s muscle. Jika prolaps tidak bisa
direduksi kembali dan jaringan mengalami strangulasi serta nekrosis, penyakit sistemik

9
dan sepsis pelvis melalui sistem portal akan terjadi. Teori ini juga didukung oleh penelitian
histologis yang menunjukkan adanya penurunan jaringan penyokong anal pada dekade
ketiga kehidupan.6-8
Pecahnya jaringan ikat yang mendukung bantalan anal kanal menyebabkan
terjadinya kemerosotan bantalan. Hal ini terjadi seiring dengan umur yang menyebabkan
kelemahan struktur jaringan ikat dan akibat mengedan karena feses yang keras. Mengedan
menyebabkan peningkatan tekanan vena lalu menimbulkan prolaps bantalan anal. Pada
bantalan yang mengalami prolaps terjadi gangguan venous return sehingga mengakibatkan
dilatasi pleksus dan stasis vena. Inflamasi terjadi akibat erosi epitel bantalan yang pada
akhirnya menimbulkan perdarahan.9
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hemoroid yaitu:1
 Anatomik
Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis
kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
 Usia
Pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
 Keturunan
Dinding pembuluh darah lemah dan tipis
 Pekerjaan
Orang yang harus berdiri, duduk lama, atau harus mengangkat barang berat
mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
 Mekanis
Semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,
misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan
pada waktu defekasi.
 Endokrin
Pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.
 Fisiologi
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.

10
Patofisiologi Hemoroid Interna dan Eksterna
Hemoroid interna merupakan pelebaran vena di atas linea dentata yang tidak
dipersarafi oleh saraf somatik, sehingga tidak menyebabkan nyeri, sehingga hanya
dirasakan oleh pasien sebagai perasaan tidak nyaman. Terjadi perdarahan merupakan
keluhan yang paling sering dilaporkan, dan prolaps hingga ke bagian luar anus. Daerah
prolaps menjadi tempat penumpukan iritan (salah satunya akibat mukus/lendir), sehingga
dapat menimbulkan gatal (pruritus ani). Perdarahan yang khas adalah perdarahan yang
terpisah dari feses, tidak tercampur dan sering disertai dengan lendir. Lendir (mukus)
berasal dari sel goblet yang banyak terdapat pada mukosa rektum yang berfungsi sebagai
pelumas. Terdapat lendir atau bercak feses pada pakaian dalam dapat menjadi salah satu
tanda prolaps yang menetap. Apabila prolaps kian jauh dan terjepit oleh kompleks otot
sfingter, maka dapat terjadi inkarserasi, lalu mengalami strangulasi bahkan nekrosis.
Apabila terjadi strangulasi dan nekrosis, maka akan menyebabkan rasa nyeri. Pada keadaan
khusus namun jarang terjadi, dapat terjadi trombosis akut, dan rasa nyeri dirasakan
hebat.3,4,10
Hemoroid eksterna menyebabkan nyeri karena strukturnya yang diinervasi oleh
saraf somatik, terutama pada keadaan akut trombosis. Hal ini terjadi akibat penekanan
saraf oleh bekuan darah dan edema. Nyeri akan terasa menghilang selama 7-14 hari, saat
bekuan darah juga mengalami resolusi. Namun resolusi tidak diikuti dengan perbaikan
kulit, sehingga terdapat kulit yang “berlebih” atau yang umum disebut dengan skin tag.
Lalu dapat terjadi trombosis berulang, dan biasanya terdapat pada tempat yang sama (vena
pada daerah tersebut telah mengalami perubahan dari kejadian sebelumnya, sehingga
mudah terjadi trombosis) dan terjadi perdarahan. Selain itu, skin tag akan menyebabkan
masalah higienitas, dapat terjadi gatal ataupun keluhan yang lain.3,4,10

Epidemiologi
Hemoroid bisa terjadi pada semua umur tetapi paling banyak terjadi pada umur 45-
65 tahun. Penyakit hemoroid jarang terjadi pada usia di bawah 20 tahun. Prevalensi
meningkat pada ras Kaukasian dan individu dengan status ekonomi tinggi.6

11
Diagnosis

 Anamnesa

Anamnesa harus dikaitkan dengan faktor konstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan). Hemoroid eksterna
dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna
mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat
dilihat apabila penderita diminta mengejan.11

 Inspeksi
Pada pemeriksaan lokal, penderita dalam posisi miring (sim’s position) atau
posisi menungging (knee chest position) dan selanjutnya pada evaluasi inspeksi
dapat ditemukan tonjolan lunak pada anus pada hemoroid eksterna, dan juga pada
hemoroid interna yang mengalami prolaps. Pada hemoroid yang mengalami
trombosis, maka warna tonjolan terlihat ungu kebiruan, tampak tegang, dan ukuran
garis tengah biasanya beberapa milimeter hingga 1-2 cm. Hemoroid interna yang
prolaps tidak terlalu jauh, maka pasien diminta mengedan, maka akan terlihat masa
hemoroid yang diliputi mukus.11
 Palpasi
Untuk melakukan palpasi pada hemoroid, kita dapat melakukan pemeriksan
colok dubur / Rectal Touche’ (RT), pasien dalam posisi left lateral decubitus. Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid
dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir
akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar. Cari adanya kelainan kulit perianal, protrusi hemoroid internal, fisura
ani, pruritus ani, skin tag, dan adanya thrombosis. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.11
Pada palpasi hemoroid eksterna didapatkan perabaan masa yang
terlokalisasi (bentuk seperti kacang / localized pea-sized) yang berkonsistensi padat
tapi lembut yang mana dapat dibedakan dengan hemoroid interna.11
 Pemeriksaan tambahan

12
Anoskopi dilakukan untuk melihat hemoroid interna. Prolaps bisa dilihat
ketika pasien disuruh mengejan. Bantalan hemoroidal dapat dilihat dengan anoskop
di posisi lateral kiri, kanan depan, dan kanan belakang. Ukuran hemoroid,
keparahan inflamasi, dan perdarahannya harus dinilai.12 Proktoskopi atau flexible
sigmidoscopy dilakukan pada semua kasus untuk melihat rectum dan kolon bagian
bawah untuk mengeksklusi adanya karsinoma, adenoma, dan inflammatory bowel
disease. Keadaan yang disebutkan terakhir memiliki gejala yang mirip dengan
penyakit hemoroid.7

Diagnosis Banding
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga terjadi
pada karsinoma kolorektal, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan penyakit lain
yang tidak begitu sering terdapat di kolorektal. Prolaps rektum harus dibedakan dari
prolaps mukosa akibat hemoroid interna. Kondiloma perianal dan tumor anorektum
lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan
kulit luar yang lunak sebagai akibat dari trombosis hemoroid eksterna sebelumnya juga
mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai
kulit, dapat menunjukkan adanya fisura anus.7,11

Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi


perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita.11

Penatalaksanaan

1. Terapi non operatif

Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Perbaikan pola
makan dan minum:8
o Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-
buahan. Makanan ini membuat feses menjadi lunak, sehingga mempermudah
defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan. Direkomendasikan
untuk mengkonsumsi serat tidak larut sebanyak 25-30 gram per hari.
o Menghindari konsumsi makanan yang dapat menyebabkan konstipasi.

13
o Hemoroid yang sudah mengalami prolaps membutuhkan intervensi bedah,
tetapi semua pasien seharusnya dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen
serat. Suplemen serat menurunkan kejadian perdarahan dan mengurangi rasa
tidak nyaman pada pasien dengan hemoroid internal tetapi tidak memperbaiki
prolaps yang sudah terjadi. Suplemen serat juga dapat mengurangi keluhan
hemoroid non-prolaps tetapi ini membutuhkan waktu enam minggu untuk
mendapatkan hasil yang signifikan. Pasien juga disarankan untuk mengurangi
kebiasaan sering mengejan dan membaca di toilet.6,12
Sitz bath merupakan metode mandi di mana pinggul dan pantat direndam di
dalam air hangat dengan suhu 40oC untuk mendapatkan efek terapeutik uap hangat
pada perianal dan anal. Tidak perlu menambahkan apapun pada air hangat yang
digunakan. Isi bak mandi dengan air hangat lalu duduk berendam selama 10-15
menit, ulangi sesering mungkin. Jangan menggunakan air panas karena dapat
menimbulkan luka pada jaringan perianal dan anal. Metode sitz bath ini digunakan
untuk anal hygiene dan untuk merelaksasikan otot dasar panggul yang spastik
untuk meredakan nyeri.6,8

Tersedia berbagai macam obat topikal yang mengandung anastetik lokal,


kortikosteroid, astringen, dan antiseptic yang bisa meredakan pruritus dan rasa tidak
nyaman pada pada penyakit hemoroid. Penggunaan jangka panjang dari obat-obatan
ini tidak dianjurkan, terutama penggunaan krim steroid yang bisa merusak secara
permanen atau menyebabkan ulserasi kulit perianal. Bukti-bukti yang mendukung
panggunaan obat-obatan ini secara luas masih sedikit.13
Venotonik seperti flavonoid telah digunakan sebagai suplemen diet untuk
terapi hemoroid. Mekanisme kerja dari obat ini masih belum jelas, tetapi
kemungkinan obat ini bisa meningkatkan tonus vena, mengurangi
hiperpermeabilitas, dan memiliki efek anti inflamasi. Terapi ini cukup popular di
Eropa dan Timur Jauh, tetapi bukti-bukti penelitian masih meragukan tentang
manfaatnya dalam mengobati hemoroid.8,13
Pada hemoroid grade 1 atau 2 dengan gejala yang tidak membaik setelah
pengobatan konservatif maka dapat dipertimbangkan skleroterapi yaitu injeksi
bahan sklerotik ke pangkal tiap massa hemoroid biasanya prosedur ini dievaluasi
setelah 8 minggu bahkan dapat diulang. Untuk massa hemoroid yang lebih besar
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ligasi gelang karet pada tiap pangkal

14
dari hemorrhoid, ligasi ini terpasang kurang lebih selama 10 hari hingga terjadi
nekrosis massa hemoroid. Teknik lain seperti fotokoagulasi infrared dan krioterapi
saat ini sudah jarang dilakukan.10,11

 Rubber Band Ligation


Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan
merupakan terapi rawat jalan yang paling umum dilakukan. Anoskopi dikerjakan
dengan bantuan forsep dan suction. Pangkal hemoroid kemudian diikat dengan
rubber band 2 cm di atas linea dentata pada puncak hemoroid internal primer
untuk mencegah nyeri. Hemoroid yang terjerat akan mengalami nekrosis dalam
10-14 hari dan terlepas sendiri, sementara jaringan di bawahnya akan mengalami
fiksasi oleh jaringan fibrotik yang timbul dari penyembuhan luka. Komplikasi
dari prosedur ini, yaitu nyeri, perdarahan, retensi urin, trombosis, dan sepsi
pelvis. Analgesik seperti parasetamol dan sitz bath bisa mengurangi rasa nyeri
dan tidak nyama pasca operasi.6,8,13
 Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan
pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Skleroterapi lebih tepat untuk
hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah
atau prolaps.6-8 Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk
dalam prostat, impotensi, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang
disuntikan.13
 Cryotherapy/ Bedah Beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali.
Konsepnya adalah membekukan hemoroid internal pada suhu rendah yang bisa
menyebabkan kerusakan jaringan. Suhu dingin diinduksi melalui sonde dari
mesin kecil dengan mengalirkan nitrogen oksida pada suhu -60oC hingga -80oC
atau cairan nitrogen dengan suhu -196oC. Terapi ini tidak dipakai secara luas
karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Selain itu prosedur ini

15
memakan waktu lama dan bisa menimbulkan discharge yang berbau busuk,
iritasi, dan nyeri. Jika dilakukan dengan tidak tepat, sfinkter anal bisa bisa rusak
yang mengakibatkan inkontinensia alvi dan stenosis anal.6-8
 Infra Red Photocoagulation
Photocoagulator menghasilkan radiasi infra merah yang bisa
menimbulkan terjadinya koagulasi protein jaringan atau menguapkan air di dalam
sel, tergantung dari intensitas dan durasi penggunaan. Ujung dari alat ini
diaplikasikan di dekat puncak hemoroid selama 1-1,5 detik, diulang 3-4 kali.
Infra red coagulation tidak menimbulkan nekrosis karena panas yang dihasilkan
hanya sedikit. Komplikasinya sangat jarang, meliputi nyeri atau fisura akibat
penempatan ujung alat yang tidak tepat. Metode ini lebih bermanfaat untuk
hemoroid derajat 1 tetapi tidak efektif untuk hemoroid derajat 2 dan 3.6-8
2. Operasi
 Hemorrhoidectomy
Indikasi dilakukannya hemoroidektomi adalah: hemoroid grade 3 & 4,
hemoroid grade 2 yang tidak sembuh dengan terapi non operatif. Terapi bedah juga
dapat dilakukan pada penderita hemoroid internal dan eksternal yang tidak dapat
sembuh dengan terapi non bedah dan penderita dengan hemoroid dengan keadaan
patologi lain seperti ulserasi, fisura, fistula, atau skin tag yang luas.10
Hemoroidektomi dapat dilakukan secara open (Milligan-Morgan) maupun
closed (Ferguson). Kedua teknik ini dilakukan ligasi dan eksisi dari hemoroid
namun terdapat perbedaan pada teknik open dimana mukosa canalis analis dan kulit
dibiarkan terbuka agar terjadi penyembuhan dengan sendirinya dan pada teknik
closed luka dijahit. Hemoroid dipotong dengan menggunakan elektrokauterisasi,
bedah laser, harmonic scalpel, atau gunting. Prinsip yang harus diperhatikan dalam
hemorrhoidectomy adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-
benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.10
Hemorrhoidectomy merupakan prosedur yang menyakitkan oleh karena itu
pada perioperatif perlu diberikan obat anti nyeri. Anestesi lokal, analgesik, dan
laksatif membantu mengurangi nyeri pada postoperative. Komplikasi dari
tindakan ini, yaitu perdarahan sekunder (7-10 hari setelah pembedahan), retensi
urin, infeksi, inkontinensia fekal, dan stenosis anal.13

16
MMH sering dilakukan dengan posisi litotomi dan anastesi local (dapat pula
anastesi general). Pemberian pengosong usus, antibiotik dan profilaksis
trombosis biasanya diberikan terlebih dahulu. Prosedurnya, kulit di incisi secara
lateral pada ujung dari massa hemorrhoid yang prolaps, selanjutnya komponen
eksternal di mobilisasi dengan diseksi subkutan. Diseksi dilanjutkan hingga
bidang submukosa hingga ke pangkal dari massa hemorrhoid, dimana pembuluh
darah diligasi. Prosedur ini di ulangi pada tiap hemorrhoid. Open
hemorrhoidectomy harus membiarkan mukosa dan jembatan kulit diantara tiap
incisi dan bekas irisan membentuk bentukan daun. Hal ini penting dalam
mencegah anal stenosis setelah penyembuhan luka operasi. Luka dapat juga
dijahit (Metode Ferguson).14
 Stapled Hemorrhoidopexy
Teknik ini digunakan untuk hemoroid yang mengalami prolaps sehingga
sering disebut juga Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid
Circular Stapler. Circular stapling gun digunakan untuk mengeksisi mukosa anal
kanal atas sekitar 2-3cm di atas linea dentata. Teknik ini digunakan untuk
hemoroid internl yang tidak berespon terhadap terapi non bedah. Penggunaan
obat anti nyeri lebih sedikit dan penyembuhannya lebih cepat dibandingkan
dengan hemorrhoidectomy.13

Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran


anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan M. sfingter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.6-8

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak


mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20–
45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin
singkat. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu:6-8

17
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfingter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

Komplikasi

Hemoroid internal yang mengalami prolaps bisa menjadi tidak bisa direduksi
sehingga terjadi kongesti yang akan mengakibatkan edema dan trombosis. Keadaan ini
dapat berlanjut menjadi trombosis melingkar pada hemoroid interna dan eksterna secara
bersamaan. Keadaan ini menyebabkan nyeri hebat dan nekrosis mukosa serta kulit yang
menutupinya. Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan
abses hati. Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan yang lama. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal. Apabila hemoroid ini
mengalami perdarahan, perdarahan yang terjadi bisa sangat banyak.11
Komplikasi dari pembedahan bisa mencapai kurang dari 5% kasus jika ditangani
oleh dokter bedah yang terlatih. Komplikasi pembedahan hemoroid meliputi nyeri pasca
operasi, perdarahan pasca operasi, retensi urin, stenosis anorektal, cedera sfingter ani,
inkontinensia, sepsis pelvis, perforasi rectal, obstruksi rectal akut, pembentukan fistula,
luka yang tidak sembuh, infeksi, dan kekambuhan.8,12

Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua
kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi
penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar
18
dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. Kematian akibat perdarahan
hemoroid merupakan kejadian yang jarang terjadi.11

Kesimpulan
Hemoroid merupakan penyakit yang umum berada di masyarakat. Hemoroid
adalah bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-arteriole dan otot polos yang
terletak di canalisanalis. Hemoroid merupakan bagian yang normal dari anatomi anorektal.
Istilah “hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis dimana bantalan-
bantalan ini menjadi abnormal dan menyebabkan gejala-gejala.
Hemoroid terbagi menjadi dua jenis, yaitu interna dan eksterna. Penanganan yang
dilakukan pada tiap kasus pun berbeda mengingat adanya perbedaan dari kedua jenis
hemoroid tersebut.Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat
menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Paulsen, Waschke. Sobotta atlas of human anatomy. Edisi ke-15. Amsterdam:


Elsevier; 2011
2. Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Essential clinical anatomy. Edisi ke-5. Canada:
Lippincott Williams &Wilkins; 2015
3. Brunicardi FC. Schwartzs principles of surgery. Edisi ke-10. New York: McGraw
Hill; 2015
4. Townsend. Sabiston textbook of surgery. Edisi ke-18. Amsterdam: Elsevier; 2007
5. Mulholland, Lillemoe, Doherty et al. Greenfield's surgery: scientific principles and
practice. Edisi ke-4. Canada: Lippincott Williams & Wilkins; 2006
6. Jose CR, Abcarian H. Benign Anorectal: Hemorrhoids. The ASCRS Textbook of
Colon and Rectal Surgery. Springer. New York. 2007. 11:156-172.
7. Santhat N. Hemorrhoids. Principle and Practice of Surgery for the Colon, Rectum,
and Anus. Third Edition. Informa Health Care. New York. 2007. 8: 144-164.
8. Lorenzo RS. Hemorroids: diagnosis and current management. The American
Surgeon. Proquest Medical Library. 2009. 75(8): 635-642
9. Nisar PJ, Scholefield JH. Managing haemorrhoids. BMJ. 2003. 327: 847-851.
10. Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connell PR. Bailey & love’s short practice of
surgery. Edisi ke-25. United Kingdom: Hodder Education, 2008
11. Jong WD. Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. 2005: 672-675
12. Thornton SC. Hemorrhoids. 18 Januari 2017. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/775407. Diakses tanggal 28 Februari 2018
13. Acheson GA, Scholefield JH. Management of haemorrhoids. British: BMJ; 2008.
336: 380-383
14. Buntzen, Christensen, Khalid et al. Diagnosis and treatment of haemorrhoids.
Danish Medical Journal; 2012

20

Anda mungkin juga menyukai