BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga berencana (KB) adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan
ibu, anak dan keluarga khususnya, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara membatasi dan
menjarangkan kehamilan.
Masalah yang akan dihadapi oleh keluarga yang memiliki anak dalam jumlah banyak terutama disertai tidak diaturnya
jarak kelahiran adalah peningkatan risiko terjadinya pendarahan ibu hamil pada trimester ketiga, angka kematian bayi
meningkat, ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan anaknya, serta terganggunya proses
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan kurang gizi, berat badan lahir rendah (BBLR) dan lahir premature.
Proyeksi penduduk telah dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar
273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%, tahun 1980-
1990 adalah 1,97%, tahun 1990-2000 sebanyak 1,49% dan tahun 2005-2010 adalah 1,3%. Hal ini menujukkan adanya
penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan laju pertumbuhan di Provinsi Riau berturut-turut untuk
tahun yang sama adalah 3,11%, 4,25%, 4,22%, 4,35%, dan 4,05%. Hal ini menunjukkan laju pertumbuhan penduduk di
Provinsi Riau masih jauh lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk Indonesia.
Revitalisasi program KB perlu dilakukan, karena dalam lima tahun terakhir pertumbuhan akseptor (pengguna) KB
baru hanya berkisar antara 0,3 persen sampai 0,5 persen. Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menargetkan pertumbuhan akseptor KB aktif minimal satu persen mulai 2012. Pada 2011, jumlah akseptor KB aktif
tercatat sebanyak 37.000. Dengan revitalisasi program KB yang dimulai akhir Juni lalu, diharapkan jumlah akseptor aktif
mencapai 40.000 pada akhir 2012. Bila revitalisasi program KB tidak segera dilakukan, Indonesia terancam pertumbuhan
Jumlah akseptor baru KB berdasarkan alat kontrasepsi di Provinsi Riau tahun 2012 sebanyak 90.197 orang (67,16%)
dari target 134.300 orang. Akseptor baru metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 5.656 orang dan non
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2012 sebanyak 81.689 orang yang terdiri dari
pria 48.191 orang dan wanita 33.498 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 17.822 orang. Dari semua
PUS yang ada, akseptor KB aktif MKJP sebanyak 2.131 orang dan non MKJP sebanyak 12. 464 orang. Akseptor baru
KB sebanyak 1.388 orang (63,17%) dari target 2.197 orang, target MKJP hanya tercapai 30,29% (128 orang) dari 423
orang dan target non MKJP 71,02% (1.260 orang) dari 1.774 orang. Akseptor baru pria sebanyak 60 orang (4,32%) dari
2.197 orang akseptor baru, dimana seluruh akseptor ini merupakan akseptor non MKJP.
Berdasarkan Human Development Report tahun 2011 masih rendahnya angka cakupan KB-MKJP dikarenakan
masih sangat rendahnya tingkat pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi jangka panjang. Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 menunjukkan wanita kawin yang mengetahui metode Mini Operasi Wanita
(MOW) sebesar 63 persen dan metode Mini Operasi Pria (MOP) sebesar 39 persen, sedangkan pria kawin yang
mengetahui metode MOW 44 persen dan MOP sebesar 31 persen. Bandingkan dengan pengetahuan mereka tentang
metode kontrasepsi modern lainnya seperti Pil, Suntik, IUD, dan kondom yang sudah mencapai rata-rata diatas 80
persen.
Hal tersebut juga didukung dengan angket prepenelitian yang penulis lakukan terhadap pengunjung Puskesmas
Harapan Raya, dan didapatkan hanya 5% pengunjung yang mengetahui tentang KB-MKJP. Sedangkan 95% lainnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab Program KB di Puskesmas
Harapan Raya, penulis menilai masih diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan KB MKJP di
Puskesamas Harapan Raya dengan mensosialisasikan KB-MKJP sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan angka
TINJAUAN PUSTAKA
—-
Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat
untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia. Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran
-Aseptor KB (peserta keluarga berencana/family planning participant) ialah PUS yang mana salah seorang
menggunakan salah satu cara/ alat kontrasepsi untuk pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non
program.
—-Tujuan umum dari program KB adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di
dalam keluarganya akan berkembang Norama Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Sasaran dalam program ini
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ditetapkan berdasarkan survei PUS yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun
1. Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat (pada saat kunjungan rumah, posyandu,
pertemuan dengan kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dasawisma dan sebagainya). Termasu ke dalamnya
2. Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, memberikan pelayanan pengobatan efek samping KB.
3. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para dukun bersalin. Dukun diharapkan dapat bekerjasama dengan
Puskesmas dan bersedia menjadi motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.
—-
—-Manfaat yang didapatkan apabila mengukuti program keluarga berencana antara lain :
1. Menekan angka kematian akibat berbagai masalah yang melingkupi kehamilan, persalinan dan aborsi yang tidak aman.
2. Mencegah Kehamilan terlalu dini (tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh; belum cukup matang dan siap untuk dilewati
oleh bayi. Lagipula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun)
Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya
bila ia mempunyai problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan.
1. Menjarangkan Kehamilan
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu
persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga
Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan hebat dan macam-macam
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara dan
1. Dapat dipercaya
6. Mudah pelaksanaannya
—-Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran
telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontap adalah salah satu cara kontrasepsi untuk mengakhiri
kelahiran. Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita.
MOW adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat
melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi
- Lebih Ekonomis
Langkah-langkah persiapan pelayanan Kontap Wanita (MOW) adalah :
1. Sebelum menjalani tindakan, lakukan puasa mulai tengah malam, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi.
2. Mencukur rambut kemaluan dan rambut di perut bagian bawah antara pusar dan tulang kemaluan sampai bersih.
3. Tidak memakai perhiasan , kosmetik, cat kuku dan lain-lain.
4. Bawalah surat persetujuan dari suami yang telah di tandatangani atau di cap jempol.
5. Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu.
6. Datang ke klinik tempat operasi tepat pada waktunya ditemani oleh suami atau anggota keluarga yang telah dewasa ,
langsung segera melapor ke petugas
Akseptor telah selesai menjalani pemasangan kontap wanita/MOW harus melakukan hal sebagai berikut :
1. Istirahat secukupnya
2. Minumlah obat sesuai dengan anjuran
3. 7 hari setelah pemasangan tidak bekerja berat, kemudian secara bertahap boleh bekerja seperti biasa
4. Perawatan luka , bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering
5. Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas, pendarahan, demam, segera kembali ke tempat
pelayanan terdekat
6. Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu ( setelah luka kering )
7. Tidak ada pantangan makanan
8. Kontrol untuk pemeriksaan diri setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan setahun, atau bila ada keluhan.
MOP adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran mani sebelah kanan dan sebelah kiri sehingga pada waktu
senggama tidak dapat menyebabkan kehamilan. Keuntungan dari kontap pria adalah :
- Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
- Dapat digunakan seumur hidup
- Tidak menggannggu kehidupan suami isteri
Syarat untuk mendapatkan pelayanan kontap pria adalah :
1. Dilakukan atas permohonan pasangan suami isteri yang syah , tanpa paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun ,
telah dianugerahkan 2 orang anak dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun dengan mempertimbangkan umur isteri
sekurang-kurangnya 25 tahun.
2. Setiap calon peserta Kontap Pria harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak menemukan hambatan atau kontradiksi
untuk menjalani kontap.
Nasehat yang diberikan setelah tindakan dilakukan antara lain :
1. Istirahatkan satu sampai dua hari
2. Jagalah luka bekas operasi jangan sampai terkena air atau kotoran
3. Pakailah celana dalam yang bersih
4. Minumlah obat yang diberikan sesuai dengan anjuran.
5. Kembali memeriksakan diri ke klinik setelah satu minggu
—-Merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari 6 tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3cm. Hormon
yang dikandung dalam susuk ini adalah progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon
estrogen yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan, dengan demikian menyebabkan
terjadinya menstruasi.
—-Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-
lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah.
Susuk KB bekerja efektif selama 5 tahun. Jika dalam waktu tersebut si pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk
dapat segera diangkat. Tapi jika tidak, si pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain. Hanya sesekali
ia perlu memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan yang memasangkan susuk tersebut.
—-Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek
sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan
kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter. Selain itu hanya dokter dan petugas medis yang terlatih, yang dapat
Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pemasangan susuk KB ini adalah:
1. AKBK atau susuk disusupkan dibawah kulit lengan kiri bagian atas. Hal ini tergantung pada kebiasaan kita yang umumnya
lebih banyak menggunakan tangan kanan dibanding tangan kiri. Oleh karena itu, bagi mereka yang kidal dianjurkan untuk
2. Cara menyusupkan susuk ini adalah dengan sedikit menyayat kulit, maka sebelumnya pemakai akan dibius lokal terlebih
4. Setelah susuk dipasang, luka bekas sayatan harus dijaga tetap bersih dan kering, tidak boleh kena air selama 5 hari.
5. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih; 1 minggu setelah susuk dipasang, dan setelah itu 1 tahun
6. Sesudah 5 tahun, susuk harus diambil dan diganti dengan yang baru.
—-Pasien dianjurkan untuk segera pergi kerumah sakit/klinik/petugas kesehatan lainnya jika:
4. Terlambat haid disertai tanda-tanda kehamilan misalnya pusing, mual dan muntah-muntah (risiko kegagalan 2:1000).
—-
A. Pil Kombinasi
—-Pil kombinasi sangat efektif bila digunakan setiap hari, jika penggunaan dihentikan maka kehamilan dapat terjadi.
Pada bulan-bulan pertama pemakaian mungkin dapat menimbulkan efek samping, antara lain :
1. Mual
2. Perdarahan
5. Sakit kepala.
—-Semua gejala ini tidak berbahaya dan cukup man untuk hampir semua wanita karena efek samping jarang terjadi.
Keuntungan lain dari metoda ini adalah dapat digunakan wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun yang
B. Suntik KB
—-Sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila dilakukan secara rutin dan teratur setiap 1 bulan atau 3 bulan (sesuai
dengan jenis suntikan KB yang diberikan). Bila berhenti memakai cara KB ini, kehamilan dapat segera terjadi. Aman
digunakan pada masa menyusui, setelah 6 minggu setelah melahirkan. Membantu mencegah kanker rahim, mencegah
kehamilan di luar rahim. Efek samping yang mungkin terjadi pada pemakaian suntik KB antara lain :
3. Kenaikan berat badan juga biasa terjadi atau timbul sakit kepala ringan
C. Pil Progestin
Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui dan ingin menggunakan pil, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah
melahirkan. Jika digunakan pada masa menyusui, biasanya terjadi perubahan pola haid terutama Keputihan diantara
masa haid.—-
D. Kondom
—-Selain mencegah kehamilan juga dapat melindungi terhadap infeksi penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV /
AIDS. Kondom mudah digunakan dan efektif bila apabila penggunaannya benar. Beberapa pria merasa bahwa kondom
—-Spermisid/tissu KB, diafragma dan kap, merupakan cara KB yang dapat dipakai sendiri oleh wanita. Penggunaannya
adalah dengan memasukkan ke dalam vagina setiap akan melakukan hubungan seks. Efektif bila digunakan secara
benar. Cara ini juga dapat membantu mencegah penyakit menular seksual.—-
F. Sistem Kalender
Wanita harus mengetahui masa subur wanita dalam siklus haidnya. Yang dimaksudkan dengan sistem kalender
adalah mengatur jadwal berhubungan seksual dimana hubungan seksual tidak dilakukan pada masa subur (masa subur
diperkirakan dengan indicator jadwal menstruasi). Namun pada kenyataannya cara ini sering kurang efektif dan
diperlukan kerjasama yang baik dengan pasangan, karena sulit untuk menghindari hubungan seksual untuk waktu yang
lama. Tidak ada efek samping fisik dan cara ini dianjurkan apabila cara KB lain sulit dipergunakan pada waktu menderita
Cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi dari 0 s/d 4 bulan tanpa makanan tambahan). Seorang wanita
Menyusui secara penuh atau bayinya tidak mendapat makanan tambahan, ibu sering memberikan ASI, siang dan malam.
Belum mendapat haid
Bayinya belum berumur 6 bulan.
Wanita sebaiknya sudah merencanakan penggunaan cara KB lain, bila tidak menggunakan LAM.
2.6 Permasalahan yang Dihadapi Program Keluarga Berencana
1. Kepercayaan, Pada Dasarnya Semua Kepercayaan Yang Ada Di Indonesia Menerima Gagasan Dari KB Walaupun
Terdapat Erbedaan Pandangan Tentang Metode Pelaksanaan Dan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan.
2. Budaya, Seperti Faktor Pengambilan Keputusan Yang Dilakukan Tidak Oleh Istri Belum Puas Bila Tidak Memiliki Anak
Perempuan Atau Lelaki, Percaya Banyak Anak Banyak Rezeki, Serta Anggapan Bahwa Perempuan Yang Hamil Dan
Melahirkan Sehingga Yang Harus Menggunakan Alat Kontrasepsi Agar Tidak Hamil.
3. Perempuan Yang Karena Kemiskinan Dan Pendidikan Rendah Terpaksa Menikah Pada Usia Muda
5. Dengan Adanya Alat-Alat Kontrasepsi Yang Dapat Mencegah Terjadinya Kehamilan Terutama Kondom Yang Dapat
Membantu Mencegah Penyakit Kelamin, Dikhawatirkan Akan Semakin Banyaknya Praktek Prostitusi Di Masyarakat.
6. Adanya Efek Samping Atau Masalah Kesehatan Akibat Penggunaan Alat Kontrasepsi.
2.7 Sosialisasi
—-Sosialisasi adalah penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program,
kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi
—-Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar
atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat, dan kedua memungkinkan
lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian
—-Fungsi sosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi yang ada dalam masyarakat tersebut kepada
1. Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah dusun, musyawarah desa), kunjungan rumah, kunjungan
2. Komunikasi Massa seperti penyebarluasan leaflet, pamflet, poster, komik, newsletter, dan pemutaran film.
3. Pelatihan Pelaku seperti pelatihan untuk Panitia Perencana, Juru Ukur, Pengawas Konstruksi, dan Tukang.
Proyek peningkatan mutu dimulai dengan melakukan observasi, wawancara dan melihat data sekunder. Metode yang
digunakan dalam proyek peningkatan mutu ini adalah metode Plan, Do, Check, and Action(PDCA cycle) yang didasari
atas masalah yang dihadapi (problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving).
Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan
“Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan
” The Deming Wheel”. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.
Data sekunder:
Dari 1370 target BTA pada tahun 2012
hanya 63 kasus yang tercatat BTA (+)
Observasi:
Cara penemuan kasus baru hanya
menunggu pasien datang berobat ke
Angka penemuan Puskesmas, kurangnya tenaga kerja
BTA (+) masih Wawancara dengan PJ program Imunisasi
rendah Kurangnya jumlah vaksin yang tersedia.
P2P Cakupan imunisasi
Surveilance Data sekunder:
HB-0 (hepatitis)
Epidemiologi masih rendah Dari 90% target cakupan imunisasi HB-0
4 Imunisasi pada tahun 2012, hanya tercapai 40%
Observasi :
- Peresepan tidak selalu dilakukan
oleh dokter
- Adanya perubahan resep oleh
petugas apotek
Pengobatan - Pemberian antibiotik hanya untuk
PENGOBATAN rasional kurang 3 hari
5 Pengobatan dasar berjalan
Observasi :
Jumlah kunjungan konseling gizi dalam 1
minggu adalah 0
Wawancara dengan PJ Gizi :
nilai 2 penting
nilai 2 mudah
nilai 2 mudah
nilai 2 sedang
nilai 3 rendah
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi yang akan menjadi prioritas masalah. Di bawah ini dapat dilihat penetuan
prioritas masalah:
Kemampua
N Urgens Solus n Biay Ran
o Aspek Masalah i i Mengubah a Σ k
Sosialisasi KB
MKJP masih 5
1. kurang 2 3 3 3 4 I
Belum 2
2. optimalnya 3 3 1 3 7 II
pemeriksaan
ANC (7T)
Pengobatan
rasional di
poliklinik 2
3. kurang berjalan 3 3 1 3 7 II
Alur rujukan ke
poli gizi dari
bagian Poli tidak
berjalan dengan 2
4. baik 3 3 1 3 7 II
Penyuluhan luar
gedung tidak 1
5. tercapai target 2 3 2 1 2 III
Angka penemua
n BTA (+) 1
6. masih rendah 3 2 2 1 2 III
Cakupan
imunisasi HB-0
(hepatitis) masih
7. rendah 3 3 1 1 9 III
Angka
kunjungan ke
poli gizi yang
8. sangat rendah 3 1 1 3 9 III
Alur rujukan ke
klinik sanitasi
dari bagian Poli
tidak berjalan 1
9. dengan baik 2 3 1 3 8 IV
- Kader
posyandu yang
10 aktif masih
. rendah 2 1 1 1 2 V
—-Berdasarkan tabel di atas, didapatkan masalah yang menduduki rangking pertama dengan total bobot 54, yaitu jumlah
akseptor KB MKJP tidak mencapai target. Setelah didapatkan proritas masalah dan dilakukan observasi serta diskusi
dengan penanggung jawab program KB dan Kepala Puskesmas Harapan Raya, teridentifikasi beberapa penyebab dari
jumlah akseptor KB MKJP yang tidak mencapai target. Solusi yang diberikan diharapkan dapat mengoptimalkan cakupan
target akseptor MKJP. Alternatif pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3 Alternatif pemecahan masalah
Alternatif
Pemecahan Pelaksanaan
No Masalah Masalah Tujuan Sasaran Tempat Kegiatan
Mengusulkan
penambahan
Kurangnya petugas
tenaga dalam hal pelaksanaan Puskesmas
mensosialisasikan sosialisasi Ka. Harapan
1. KB-MKJP KB-MKJP Puskesmas Raya Bidan
Diharapkan kepada
Mengusulkan kepala puskesmas
tersediannya dapat
Tidak adanya dana untuk mempertimbangkan
alokasi dana sosialisasi untuk menambah
khusus untuk KB petugas dan dana Ka. Puskesmas
sosialisasi KB khususnya untuk kegiatan puskesmas Harapan
2. khususnya MKJP MKJP sosialisasi ini Raya Bidan
Tidak adanya
pelaksanaan
penyuluhan Melakukan Adanya media PJ Puskesmas
mengenai KB- penyuluhan informasi mengenai program Harapan
3. MKJP KB-MKJP KB MKJP KB Raya Bidan
Tidak adanya
media informasi Membuat
yang Poster dan
berhubungan folder Tersedianya media PJ Puskesmas
dengan KB mengenai informasi mengenai program Harapan
4. MKJP KB-MKJP KB MKJP KB Raya Bidan
Melakukan
Kurangnya konseling
Pengetahuan PUS kepada setiap Menambah PJ Puskesmas
tentang KB pengunjung pengetahuan PUS program Harapan
5 MKJP poli KB tetang KB MKJP KB Raya Bidan
6) Waktu
Keterangan:
Menyebarkan kuesioner awal untuk menilai tingkat pengetahuan para pengunjung KIA-KB terhadap KB MKJP dari tanggal
5 Juni-5 Juli 2013.
Menyebarkan folder mengenai KB-MKJP kepada pengunjung poli KIA-KB, pengunjung puskesmas secara umum dan PUS
di posyandu dari tanggal 12 Juni-5 Juli 2013
Melakukan konseling tentang manfaat dan keuntungan KB MKJP pada para pengunjung poli KIA-KB dari tanggal 2 Juni-5
Juli 2013
Menyediakan poster tentang KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya pada tanggal 18 Juni 2013
Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB-MKJP di Ruang tunggu puskesmas Harapan Raya pada
tanggal 20 Juni 2013
7) Pelaksanaan
Bidan Fiyanti : Membuat dan membagikan kuisioner
Bidan Lailatul :memberikan konseling & penyuluhan
Bidan Putri : membuat poster dan folder
Kader : Membagikan kuisioner, mencari sasaran penyuluhan
8) Biaya
Jumlah biaya yang diperlukan + 1.500.000,-
a. Pembuatan poster = 100.000,-
b. Biaya kader : 50.000 x 5 = 250.000
c. Konsusmsi : 5.000 x 200.000 = 1.000.000
d. foto copy : 100.000
JUMLAH : 1.450.000,-
3.2 Do (Pelaksanaan)
Implementasi yang dilakukan dalam proyek peningkatan mutu sosialisasi metoda kontrasepsi jangka panjang di
Puskesmas Harapan Raya ini adalah :
Menyebarkan kuesioner awal untuk menilai tingkat pengetahuan para pengunjung KIA-KB terhadap KB MKJP dari tanggal
5 Juni-5 Juli 2013. Hasil kuesiner awal menunjukkan tingkat pengetahuan pengunjung tentang KB-MKJP kurang yaitu
70%
Total 100
Menyebarkan folder mengenai KB-MKJP kepada pengunjung poli KIA-KB, pengunjung puskesmas secara umum dan
PUS di posyandu dari tanggal 12 Juni-5 Juli 2013
Melakukan konseling tentang manfaat dan keuntungan KB MKJP pada para pengunjung poli KIA-KB dari tanggal 2 Juni-
5 Juli 2013
Menyediakan poster tentang KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya pada tanggal 18 Juni 2013
Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB-MKJP di Ruang tunggu puskesmas Harapan Raya pada
tanggal 20 Juni 2013
Rekomendasi kepada Kepala Puskesmas untuk menambah petugas dan dana untuk pelaksanaan sosialisasi KB MKJP
di Puskesmas Harapan Raya
Rekomendasi kepada pemegang program KB-MKJP untuk melanjutkan kegiatan sosialisasi ini
3.3 Check (Pemeriksaan)
Evaluasi yang dilakukan dalam proyek peningkatan mutu sosialisasi metoda kontrasepsi jangka panjang di Puskesmas
Harapan Raya ini adalah :
Tahap evaluasi ini mulai dilaksanakan dari tanggal 7-13 Juli dengan memberikan kuesioner akhir pada PUS pengunjung
ke Puskesmas Harapan Raya, terutama pengunjung poli KB, dan PUS yang akan melakukan MOW di rumah sakit
PMC.Setelah dilaksanakannya penyuluhan, konseling dan penyediaan media informasi. Kemudian dilakukan pembagian
kuesioner akhir kepada PUS pengunjung di Puskesmas Harapan Raya. Hasil kuesioner akhir menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan KB-MKJP meningkat, dimana pengunjung memiliki pengetahuan kurang menjadi 15%
Tabel 3.6 Hasil Kuesioner Akhir setelah intervensi
Total 100
Diterimanya usulan penambahan tenaga dan alokasi dana khusus untuk kegiatan sosialisasi KB-MKJP oleh Kepala
Puskesmas Harapan Raya.
3.4 Action (Perbaikan)
Kegiatan sosialisasi tentang KB-MKJP ini dapat dijadikan standarisasi untuk pelaksanaan sosialisasi di Puskesmas
Harapan Raya.
Sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga metode berikut ini:
1.Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah dusun, musyawarah desa), kunjungan rumah, kunjungan
ke tempat-tempat berkumpulnya warga, lokakarya dalam rangka CAP, rapat evaluasi.
2.Komunikasi Massa seperti penyebarluasan leaflet, pamflet, poster, komik, newsletter, dan pemutaran film.
3.Pelatihan Pelaku seperti pelatihan untuk Panitia Perencana, Juru Ukur, Pengawas Konstruksi
Dilakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan baik di Puskesmas maupun di luar Puskesmas, pemasangan
poster, penyebaran folder dan berkoordinasi dengan kepala Puskesmas dan pihak-pihak terkait untuk mendukung
kegiatan sosialisasi ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
—-
—-Program keluarga berencana (KB) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terjadinya penurunan laju
pertumbuhan penduduk Indonesia, namun tidak demikian halnya dengan laju pertumbuhan Provinsi Riau yang
dilaporkan semakin meningkat. Meskipun laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh hal lain seperti angka kematian
dan migrasi (perpindahan) penduduk, angka kelahiran juga merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya. Oleh sebab,
menurut BKKBN sangat diperlukannya revitalisasi program KB yang selama ini di canangkan pemerintah.
—-Metoda kontrasepsi menurut jangka waktu pemakaiannya dibagi atas dua kelompok, yaitu metoda kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) dan metoda kontrasepsi non-MKJP. Dilihat angka kegagalanya, metoda MKJP dilaporkan terjadi pada
0-2:1000 pengguna sedangkan metoda non-MKJP dilaporkan terjadi pada >10:1000 pengguna. Dari hal tersebut terlihat
bahwa metoda MKJP lebih efektif untuk dapat mencegah terjadinya kehamilan pada penggunanya. Dari semua PUS
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya, akseptor KB aktif MKJP sebanyak 2.131 orang dan non MKJP
sebanyak 12.464 orang. Target MKJP hanya tercapai 30,29% dan target non-MKJP 71,02%. dapat dilihat bahwa masih
tingginya minat PUS di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya untuk menggunakan metoda non-MKJP dibandingkan
dengan menggunakan metoda MKJP, meskipun sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa metoda MKJP jauh lebih
efektif mencegah kehamilan disbanding dengan metoda non-MKJP.
—-Setelah dilakukan observasi, wawancara, dan melihat data sekunder yang ada, diketahui bahwa target cakupan KB-
MKJP di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya belum tercapai, yakni 30 % dari 80 % target yang ditetapkan. Hal ini
dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sosialisasi tentang KB MKJP ini kepada masyarakat belum
dilaksanakan dengan optimal ataupun metoda yang digunakan sebelumnya belum tepat untuk masyarakat di wilayah
kerja Pusekesmas Haapan Raya. Pernyataan tersebut didukung oleh angket prepenelitian yang disebar kepada
pengunjung Puskesmas Harapan Raya, dimana 95 % pasien memiliki pengetahuan yang kurang tentang KB-MKJP, dan
juga dari angket yang disebarkan ini dapat diketahui bahwa banyak anggapan yang salah mengenai KB-MKJP, serta
tidak dijumpai adanya media informasi seperti poster, folder, ataupun pelaksanaan penyuluhan mengenai KB-MKJP ini
di Puskesmas Harapan Raya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Hasan Mustafa bahwa sosialisasi
yang benar dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan untuk
melaksanakan kegiatan sosialisasi diperlukan metode penyediaaan media informasi seperti poster, folder. Melihat
keadaan tersebut maka dirasakan perlu dilakukan kegiatan peningkatan mutu sosialisasi mengenai KB-MKJP, baik di
Puskesmas sendiri maupun di luar Puskesmas.
—-Melalui proyek peninkatan mutu ini, diketahui masalah-masalah yang diperkirakan merupakan penyebab dari kurang
optimalnya sosialisasi KB-MKJP di Puskesmas harapan Raya yaitu kurangnya pengetahuan PUS mengenai KB-MKJP,
kurangnya tenaga dalam hal mensosialisasikan KB-MKJP, tidak tersedia media informasi mengenai KB-MKJP, tidak
adanya alokasi dana khusus untuk sosialisasi KB khususnya MKJP, dan tidak adanya pelaksanaan penyuluhan mengenai
KB-MKJP.
—-Kurangnya pengetahuan PUS mengenai KB-MKJP dipikirkan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya media
informasi mengenai KB-MKJP dan tidak adanya penyuluhan ataupun konseling dari pihak yang berkompeten mengenai
KB-MKJP di Puskesmas Harapan Raya. Dalam proyek peningkatan mutu sosialisasi KB-MKJP ini, telah dilakukan
pengadaan media informasi yang ditujukan kepada semua pengunjung Puskesmas Harapan Raya, khususnya PUS yang
berkunjung ke poliklinik KIA-KB berupa penyebaran folder dan pemasangan poster mengenai KB-MKJP, dan kegiatan ini
juga disertai dengan pelaksanaan konseling mengenai KB-MKJP kepada setiap PUS yang berkunjung ke poliklinik KIA-
KB, penyuluhan dalam gedung Puskesmas Harapan Raya dan kegiatan penyuluhan di luar gedung yaitu di kantor Lurah
Simpang Tiga di depan para kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya. Dipikirkan bahwa dengan
pengadaan media informasi, kegiatan konseling dan kegiatan penyuluhan dalam gedung maupun luar gedung dapat
memberikan pengetahuan dan informasi yang benar mengenai KB-MKJP kepada pengunjung Puskesmas Harapan
Raya. Khusus untuk kegiatan penyuluhan kepada kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya,
diharapkan para kader yang telah mendapat penyuluhan dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang benar
mengenai KB-MKJP saat melaksanakan kegiatannya sebagai kader Posyandu di Posyandu nantinya. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Hasan Mustafa sosialisasi merupakan kegiatan penyebarluasan informasi (program,
kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat
yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada
tujuan program.
—-Kurangnya tenaga dalam hal mensosialisasikan KB-MKJP dipikirkan juga sebagai penyebab karena melihat
banyaknya kegiatan yang harus dilakukan dan jumlah tenaga yang tersedia di Puskesmas Harapan Raya. Dalam proyek
peningkatan mutu ini, diusulkan penambahan petugas pelaksanaan sosialisasi KB-MKJP dan usulan mengenai alokasi
dana khusus untuk kegiatan sosialisasi KB-MKJP kepada Kepala Puskesmas Harapan Raya dengan tujuan agar
pelaksanaan sosialisasi KB-MKJP tidak terkendala.
—-Dari kuesioner akhir yang disebarkan, diketahui bahwa setelah dilakukannya upaya-upaya dalam proyek peningkatan
mutu ini pengetahui pengunjung Puskesmas Harapan raya, khususnya PUS meningkat, dimana didapatkan hanya 15%
pengunjung yang masuk dalam kategori pengetahuan kurang, yang pada kuesinor awal sebelum dilakukannya upaya-
upaya tersebut didapatkan 70% pengunjung masuk dalam kategori pengetahuan kurang tersebut.
BAB V
PENUTUP
—-
5.1 Simpulan
—- Berdasarkan wawancara, observasi, data sekunder di Puskesmas Harapan Raya didapatkan beberapa masalah
berdasarkan pendekatan program yang ada, diantaranya Sosialisasi KB MKJP belum optimal, belum optimalnya
pelaksanaan ANC, Pengobatan rasional belum berjalan, Alur rujukan ke poli gizi belum berjalan dengan baik, penyuluhan
luar gedung tidak mencapai target, angka penemuan BTA positif masih rendah, cakupan imunisasi HB-0 masih rendah,
angka kunjugan ke poli gizi masih rendah, alur rujukan ke klinik sanitasi tidak berjalan dengan baik, kader posyandu yang
—- Berdasarkan permasalahan yang terindentifikasi di atas, dicari prioritas masalah berdasarkan sistem skoring dan
Kegiatan sosialisasi tentang KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya masih belum optimal disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya adalah kurangnya tenaga dalam mensosialisasikan KB MKJP, tidak adanya alokasi dana khusus untuk
sosialisasi KB MKJP, tidak adanya pelaksanaan penyuluhan khusus KB MKJP, tidak tersedianya media informasi
mengenai KB MKJP dan masih rendahnya pengetahuan PUS tentang manfaat KB MKJP, dimana dari angket
Oleh karena itu, dilakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan baik di Puskesmas maupun di luar
Puskesmas, pemasangan poster, penyebaran folder dan berkoordinasi dengan kepala Puskesmas dan pihak-pihak
—- Evaluasi keberhasilan sosialisasi ini, dilakukan kegiatan penyebaran kuesioner, baik sebelum maupun setelah
dilakukan intervensi. Didapatkan hasil berupa peningkatan pengetahuan PUS yang berkunjung ke Puskesmas Harapan
Raya, dan adanya partisipasi PUS yang mengikuti kegiatan Kontap wanita di RS PMC. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan sosialisasi yang dilakukan sudah berhasil. Sehingga kegiatan sosialisasi ini dapat dijadikan standarisasi untuk