Anda di halaman 1dari 9

MERAIH LOYALITAS PELANGGAN

Ahmad Mardalis
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

Customer loyalty has been recognized as the dominant factor in a business organization's success.
Therefore it has received considerable attention in both marketing and management theory and practice.
This article describes factors that determine customer loyalty and explores the essential strategic consid-
erations for companies contemplating the development of loyalty initiatives. It also establishes customer
satisfactions, service quality, institution image, and switching barrier are cultivated in a manner that
leads to loyalty.
Keywords: customer loyalty, customer satisfactions, service quality, institution image, and switching
barrier

PENDAHULUAN loyal akan memberi keuntungan besar


Arti Penting Loyalitas Pelanggan kepada institusi. Kedua: biaya mendapatkan
pelanggan baru jauh lebih besar
Persaingan yang semakin hebat berbanding menjaga dan mempertahankan
antara institusi penyedia produk belaka- pelanggan yang ada. Ketiga: pelanggan
ngan ini bukan hanya disebabkan yang sudah percaya pada institusi dalam
globalisasi. Tetapi lebih disebabkan karena suatu urusan akan percaya juga dalam
pelanggan semakin cerdas, sadar harga, urusan lainnya. Keempat: biaya operasi
banyak menuntut, kurang memaafkan, institusi akan menjadi efisien jika memiliki
dan didekati oleh banyak produk. banyak pelanggan loyal. Kelima: institusi
Kemajuan teknologi komunikasi juga ikut dapat mengurangkan biaya psikologis dan
berperan meningkatkan intensitas per- sosial dikarenakan pelanggan lama telah
saingan, karena memberi pelanggan akses mempunyai banyak pengalaman positif
informasi yang lebih banyak tentang dengan institusi. Keenam: pelanggan loyal
berbagai macam produk yang ditawarkan. akan selalu membela institusi bahkan
Artinya pelanggan memiliki pilihan yang berusaha pula untuk menarik dan memberi
lebih banyak dalam menggunakan uang saran kepada orang lain untuk menjadi
yang dimilikinya. pelanggan.
Kotler, Hayes dan Bloom (2002)
menyebutkan ada enam alasan mengapa DEFINISI LOYALITAS
suatu institusi perlu mendapatkan loyalitas Loyalitas secara harfiah diartikan
pelanggannya. Pertama: pelanggan yang kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang
ada lebih prospektif, artinya pelanggan terhadap suatu objek. Mowen dan Minor
(1998) mendefinisikan loyalitas sebagai

Meraih Loyalitas Pelanggan (Ahmad Mardalis) : 111 - 119 111


kondisi di mana pelanggan mempunyai mudah pindah ke produk lain. Pelanggan
sikap positif terhadap suatu merek, yang hanya mengaktifkan tahap
mempunyai komitmen pada merek kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai
tersebut, dan bermaksud meneruskan pelanggan yang paling rentan terhadap
pembeliannya di masa mendatang. Loyali- perpindahan karena adanya rangsangan
tas menunjukkan kecenderungan pelanggan pemasaran (Dharmmesta, 1999).
untuk menggunakan suatu merek tertentu
Tahap kedua: Loyalitas Afektif
dengan tingkat konsistensi yang tinggi
(Dharmmesta, 1999). Ini berarti loyalitas Sikap merupakan fungsi dari kognisi
selalu berkaitan dengan preferensi pada periode awal pembelian (masa
pelanggan dan pembelian aktual. sebelum konsumsi) dan merupakan fungsi
dari sikap sebelumnya ditambah dengan
Definisi loyalitas dari pakar yang
kepuasan di periode berikutnya (masa
disebutkan di atas berdasarkan pada dua
setelah konsumsi). Munculnya loyalitas
pendekatan, yaitu sikap dan perilaku.
afektif ini didorong oleh faktor kepuasan
Dalam pendekatan perilaku, perlu
yang menimbulkan kesukaan dan
dibedakan antara loyalitas dan perilaku
menjadikan objek sebagai preferensi.
beli ulang. Perilaku beli ulang dapat
Kepuasan pelanggan berkorelasi tinggi
diartikan sebagai perilaku pelanggan yang
dengan niat pembelian ulang di waktu
hanya membeli suatu produk secara
mendatang. Pada loyalitas afektif, kerenta-
berulang-ulang, tanpa menyertakan aspek
nan pelanggan lebih banyak terfokus pada
perasaan dan pemilikan di dalamnya.
tiga faktor, yaitu ketidakpuasan dengan
Sebaliknya loyalitas mengandung aspek
merek yang ada, persuasi dari pemasar
kesukaan pelanggan pada suatu produk.
maupun pelanggan merek lain, dan upaya
Ini berarti bahwa aspek sikap tercakup di
mencoba produk lain (Dharmmesta, 1999).
dalamnya.
Loyalitas berkembang mengikuti tiga Tahap ketiga: Loyalitas Konatif
tahap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Konasi menunjukkan suatu niat atau
Biasanya pelanggan menjadi setia lebih komitmen untuk melakukan sesuatu. Niat
dulu pada aspek kognitifnya, kemudian merupakan fungsi dari niat sebelumnya
pada aspek afektif, dan akhirnya pada (pada masa sebelum konsumsi) dan sikap
aspek konatif. Ketiga aspek tersebut pada masa setelah konsumsi. Maka
biasanya sejalan, meskipun tidak semua loyalitas konatif merupakan suatu loyalitas
kasus mengalami hal yang sama. yang mencakup komitmen mendalam
untuk melakukan pembelian. Hasil
Tahap pertama: Loyalitas Kognitif
penelitian Crosby dan Taylor (1983) yang
Pelanggan yang mempunyai loyalitas menggunakan model runtutan sikap:
tahap pertama ini menggunakan informasi keyakinan – sikap – niat memperlihatkan
keunggulan suatu produk atas produk komitmen untuk melakukan (niat)
lainnya. Loyalitas kognitif lebih didasarkan menyebabkan preferensi pemilih tetap
pada karakteristik fungsional, terutama stabil selama 3 tahun.
biaya, manfaat dan kualitas. Jika ketiga
Jenis komitmen ini sudah melampaui
faktor tersebut tidak baik, pelanggan akan
afek. Afek hanya menunjukkan kecenderu-

112 BENEFIT, Vol. 9, No. 2, Desember 2005


ngan motivasional, sedangkan komitmen untuk juga pola pembelian ulang ini banyak
melakukan menunjukkan suatu keinginan dipakai dalam penelitian dengan menggu-
untuk melaksanakan tindakan. Keinginan nakan panel-panel agenda harian pelanggan
untuk membeli ulang atau menjadi loyal lainnya, dan lebih terkini lagi, data scanner
itu hanya merupakan tindakan yang supermarket. Urutan itu dapat berupa:
terantisipasi tetapi belum terlaksana. i. Loyalitas yang tak terpisahkan
Untuk melengkapi runtutan loyalitas, satu (undivided loyalty) dapat ditunjukkan
tahap lagi ditambahkan pada model dengan runtutan AAAAAA. Artinya
kognitif-afektif-konatif, yaitu loyalitas pelanggan hanya membeli suatu produk
tindakan. tertentu saja. Misalnya: pelanggan
selalu memilih clear setiap membeli
Tahap keempat; Loyalitas Tindakan
shampo.
Aspek konatif atau niat untuk melaku- ii. Loyalitas yang terbagi (divided loyalty)
kan berkembang menjadi perilaku dan dapat ditunjukkan dengan runtutan
tindakan. Niat yang diikuti oleh motivasi, ABABAB. Artinya pelanggan membeli
merupakan kondisi yang mengarah pada dua merek secara bergantian. Misalnya:
kesiapan bertindak dan keinginan untuk suatu ketika membeli shampo clear
mengatasi hambatan dalam melakukan dan berikutnya shampo zink.
tindakan tersebut. Jadi loyalitas itu dapat
iii. Loyalitas yang tidak stabil (unstable
menjadi kenyataan melalui beberapa
loyalty) dapat ditunjukkan dengan
tahapan, yaitu pertama sebagai loyalitas
runtutan AAABBB. Artinya pelanggan
kognitif, kemudian loyalitas afektif, dan
memilih suatu merek untuk beberapa
loyalitas konatif, dan akhirnya sebagai
kali pembelian kemudian berpindah
loyalitas tindakan.
ke merek lain untuk periode
Pelanggan yang terintegrasi penuh berikutnya. Misalnya: selama 1 tahun
pada tahap loyalitas tindakan dapat pelanggan memilih shampo clear dan
dihipotesiskan sebagai pelanggan yang tahun berikutnya shampo zink.
rendah tingkat kerentanannya untuk iv. Tanpa loyalitas (no loyalty), ditunjukkan
berpindah ke produk lain. Dengan kata dengan runtutan ABCDEF. Artinya
lain, loyalitas tindakan ini hanya sedikit pelanggan tidak membeli suatu merek
bahkan sama sekali tidak memberi tertentu.
peluang pada pelanggan untuk berpindah Kotler (2000, 268) mempunyai istilah lain
ke produk lain. Pada loyalitas konasi dan untuk loyalitas di atas, yaitu; ‘Hard-core
tindakan, kerentanan pelanggan lebih loyals, split loyals, shifting loyals, dan switchers’.
terfokus pada faktor persuasi dan
keinginan untuk mencoba produk lain. 2. Proporsi pembelian (proportion of
purchase)
MENGUKUR LOYALITAS Berbeda dengan runtutan pilihan,
Secara umum, loyalitas dapat diukur cara ini menguji proporsi pembelian total
dengan cara-cara berikut: dalam sebuah kelompok produk tertentu.
1. Urutan pilihan (choice sequence) Data yang dianalisis berasal dari panel
Metode urutan pilihan atau disebut pelanggan.

Meraih Loyalitas Pelanggan (Ahmad Mardalis) : 111 - 119 113


3. Preferensi (preference) FAKTOR-FAKTOR YANG
Cara ini mengukur loyalitas dengan MEMPENGARUHI LOYALITAS
menggunakan komitmen psikologis atau i. Kepuasan Pelanggan
pernyataan preferensi. Dalam hal ini, Definisi kepuasan yang terdapat
loyalitas dianggap sebagai “sikap yang dalam berbagai literatur cukup beragam.
positif” terhadap suatu produk tertentu, Kotler (2000, 36) mendefinisikan kepuasan
sering digambarkan dalam istilah niat pelanggan sebagai perasaan suka/tidak
untuk membeli. seseorang terhadap suatu produk setelah
4. Komitmen (commitment) ia membandingkan prestasi produk
Komitmen lebih terfokus pada tersebut dengan harapannya. Wilkie (1994;
komponen emosional/perasaan. Komit- 541), mendefinisikan kepuasan pelanggan
men terjadi dari keterkaitan pembelian sebagai tanggapan emosional yang positif
yang merupakan akibat dari keterlibatan pada evaluasi terhadap pengalaman dalam
ego dengan kategori merek (Beatty, menggunakan suatu produk atau jasa.
Kahle, Homer, 1988). Keterlibatan ego Engel (1990) menyatakan bahwa kepuasan
tersebut terjadi ketika sebuah produk pelanggan merupakan evaluasi setelah
sangat berkaitan dengan nilai-nilai penting, pembelian di mana produk yang dipilih
keperluan, dan konsep-diri pelanggan. sekurang-kurangnya sama atau melebihi
harapan pelanggan, sedangkan ketidak-
Cara pertama dan kedua di atas puasan timbul apabila hasil (outcome) tidak
merupakan pendekatan perilaku (behav- memenuhi harapan. Dari berbagai definisi
ioural approach). Cara ketiga dan keempat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
termasuk dalam pendekatan attitudinal pada dasarnya pengertian kepuasan
(attitudinal approach). pelanggan mencakup perbedaan antara
harapan dan prestasi atau hasil yang
dirasakan.

(Sebelum pembelian) (Setelah pembelian)

Prestasi produk yang Puas


diharapkan (Aktual ≥ harapan)

Perbedaan

Prestasi aktual Tidak puas


produk (aktual < harapan)

Gambar 1. Kepuasan/Ketidakpuasan Pelanggan sebagai Proses Pembandingan


Sumber: Wilkie (1994; 542)

114 BENEFIT, Vol. 9, No. 2, Desember 2005


Baik praktisi ataupun akademisi yang terpisah dari konsep yang sama
memahami bahwa loyalitas pelanggan dan dalam cara yang kebanyakan sama. Panel
kepuasannya adalah berkaitan, walaupun 2 berpendapat bahwa kepuasan adalah
keterkaitannya adalah tidak selalu konsep inti untuk loyalitas yang mana
beriringan (Oliver, 1999). Kepuasan adalah loyalitas tidak akan ada tanpa kepuasan,
langkah yang penting dalam pembentukan dan bahwa kepuasan adalah dasar dari
loyalitas tetapi menjadi kurang signifikan loyalitas. Panel 3 mengecilkan peranan
ketika loyalitas mulai timbul melalui dasar dari kepuasan dan mengemukakan
mekanisme-mekanisme lainnya. Mekanis- bahwa kepuasan adalah suatu unsur dari
me lainnya itu dapat berbentuk kebulatan loyalitas. Panel 4 menunjukkan bahwa
tekad dan ikatan sosial. Loyalitas memiliki keberadaan loyalitas tanpa batas di mana
dimensi yang berbeda dengan kepuasan. kepuasan dan loyalitas ‘sederhana’ menjadi
Kepuasan menunjukkan bagaimana suatu komponennya. Panel 5 mengemukakan
produk memenuhi tujuan pelanggan bahwa kepuasan merupakan bagian dari
(Oliver, 1999). Kepuasan pelanggan loyalitas, tapi bukan bagian esensi
senantiasa merupakan penyebab utama loyalitas. Panel 6 mengemukakan bahwa
timbulnya loyalitas. kepuasan adalah permulaan dari suatu
Namun penelitian-penelitian lain rangkaian transisi atau peralihan yang
mendapati kurangnya pengaruh kepuasan berkulminasi dalam loyalitas. Enam panel
terhadap loyalitas. Misalnya Jones dan tersebut nampak dalam gambar 2.
Sasser (1995) menyimpulkan bahwa Loyalitas terjadi karena adanya
dengan hanya memuaskan pelanggan pengaruh kepuasan/ketidakpuasan dengan
adalah tidak cukup menjaga mereka untuk produk tersebut yang berakumulasi secara
tetap loyal, sementara mereka bebas untuk terus menerus di samping adanya persepsi
membuat pilihan. Strewart (1997) tentang kualitas produk (Boulding,
menyimpulkan adalah keliru untuk Staelin, dan Zeithaml, 1993), (Bloemer,
mengemukakan asumsi bahwa kepuasan Ruyter dan Peeters, 1998).
dan loyalitas adalah bergerak bersama- ii. Kualitas Jasa
sama. Reicheld (1996) mengemukakan
bukti bahwa dari para pelanggan yang Salah satu faktor penting yang dapat
puas atau sangat puas, antara 65% sampai membuat pelanggan puas adalah kualitas
85% akan berpindah ke produk lain. jasa (Shellyana dan Basu, 2002). Kualitas
Dalam industri otomotif pula dia jasa ini mempunyai pengaruh terhadap
menemukan 85% sampai 95% pelanggan kepuasan pelanggan (Anderson dan
yang puas, hanya 30% - 40% yang Sullivan 1993). Pemasar dapat meningkat-
kembali kepada merek atau model kan kualitas jasa untuk mengembangkan
sebelumnya. loyalitas pelanggannya. Produk yang
berkualitas rendah akan menanggung
Oliver (1999), mencoba mengelom- resiko pelanggan tidak setia. Jika kualitas
pokkan bentuk hubungan kepuasan – diperhatikan, bahkan diperkuat dengan
loyalitas ke dalam 6 kelompok panel. periklanan yang intensif, loyalitas
Kelompok panel 1 berasumsi bahwa pelanggan akan lebih mudah diperoleh.
kepuasan dan loyalitas adalah manifesto

Meraih Loyalitas Pelanggan (Ahmad Mardalis) : 111 - 119 115


Kepuasan
menyatu Kepu
dengan (1) asan (2)
loyalitas
Loyalitas

Kepuasan (4)
Kepuasan (3)
Loyalitas
Loyalitas

Loyalitas
Loyalitas Kepuasan

Kepuasan

(5) (6)

Gambar 2. Enam Representasi dari Hubungan Kepuasan dan Loyalitas


Sumber: Oliver (1999)

Kualitas dan promosi menjadi faktor (1992), Boulding et al. (1993), Andreasson
kunci untuk menciptakan loyalitas pelang- dan Lindestad (1998).
gan jangka panjang. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pelanggan akan iii. Citra
menjadi loyal pada produk-produk Para pakar pemasaran memberikan
berkualitas tinggi jika produk-produk berbagai definisi serta pendapat tentang
tersebut ditawarkan dengan harga yang citra dan dengan penekanan yang beragam
bersaing (Dharmmesta, 1999). pula. Walaupun demikian mereka sepakat
Pengaruh kualitas terhadap loyalitas akan semakin pentingnya citra yang baik
juga telah dibuktikan oleh hasil penelitian (positif) bagi sebuah produk. Bahkan
Sabihaini (2002) yang menyimpulkan Band (1987) menambahkan satu lagi P
bahwa peningkatan kualitas jasa akan ‘Public Image’ sebagai bauran pemasaran
memberikan dampak yang baik untuk dari 4P yang sudah biasa dikenal, yaitu;
meningkatkan loyalitas. Bloomer, Ruyter Product (hasil), Price (harga), Place (tempat),
dan Peeters (1998) mendapatkan kualitas dan Promotion (promosi).
jasa memiliki pengaruh langsung terhadap Kotler (2000, 553) mendefinisikan
loyalitas dan mempengaruhi loyalitas citra sebagai “seperangkat keyakinan, ide
melalui kepuasan. Hasil yang sama juga dan kesan yang dimiliki seseorang
diperlihatkan oleh hasil penelitian Fornell terhadap suatu objek”. Selanjutnya beliau

116 BENEFIT, Vol. 9, No. 2, Desember 2005


mengatakan “sikap dan tindakan seseorang Pengaruh citra ke atas loyalitas juga
terhadap suatu objek sangat dikondisikan ditemukan dalam hasil penelitian
oleh citra objek tersebut”. Ini memberi Andreassen (1999), serta Andreassen dan
arti bahwa kepercayaan, ide serta impresi Linestad (1998). Hasil penelitian mereka,
seseorang sangat besar pengaruhnya ada yang menyimpulkan bahwa citra
terhadap sikap dan perilaku serta respon produk mempunyai dampak langsung
yang mungkin akan dilakukannya. yang signifikan terhadap loyalitas
Seseorang yang mempunyai impresi dan pelanggan dan ada pula yang menyatakan
kepercayaan tinggi terhadap suatu produk dampaknya tidak langsung, tetapi melalui
tidak akan berpikir panjang untuk membeli variabel lain. Sebaliknya penelitian
dan menggunakan produk tersebut Bloemer, Ruyter dan Peeters (1998) pula
bahkan boleh jadi ia akan menjadi menyimpulkan bahwa citra tidak memberi
pelanggan yang loyal. Kemampuan dampak langsung kepada loyalitas, namun
menjaga loyalitas pelanggan dan relasi menjadi variabel moderator antara kualitas
bisnis, mempertahankan atau bahkan dan loyalitas.
meluaskan pangsa pasar, memenangkan
suatu persaingan dan mempertahankan iv. Rintangan untuk Berpindah
posisi yang menguntungkan tergantung Faktor lain yang mempengaruhi
kepada citra produk yang melekat di loyalitas yaitu besar kecilnya rintangan
pikiran pelanggan. berpindah (switching barrier) (Fornell, 1992).
Suatu perusahaan akan dilihat melalui Rintangan berpindah terdiri dari; biaya
citranya baik citra itu negatif atau positif. keuangan(financial cost), biaya urus niaga
Citra yang positif akan memberikan arti (transaction cost), diskon bagi pelanggan
yang baik terhadap produk perusahaan loyal (loyal customer discounts), biaya sosial
tersebut dan seterusnya dapat meningkat- (social cost), dan biaya emosional (emotional
kan jumlah penjualan. Sebaliknya penjualan cost). Semakin besar rintangan untuk
produk suatu perusahaan akan jatuh atau berpindah akan membuat pelanggan
mengalami kerugian jika citranya dipan- menjadi loyal, tetapi loyalitas mereka
dang negatif oleh masyarakat (Yusoff, mengandung unsur keterpaksaan.
1995).
KESIMPULAN
Sunter (1993) berkeyakinan bahwa
Loyalitas pelanggan perlu diperoleh
pada masa akan datang hanya dengan
karena pelanggan yang setia akan aktif
citra, maka pelanggan akan dapat
berpromosi, memberikan rekomendasi
membedakan sebuah produk dengan
kepada keluarga dan sahabatnya,
produk lainnya. Oleh karena itu bagi
menjadikan produk sebagai pilihan utama,
perusahaan jasa memiliki citra yang baik
dan tidak mudah pindah. Para peneliti
adalah sangat penting. Dengan konsep
seakan sepakat bahwa kepuasan pelanggan
citra produk yang baik ia dapat
merupakan faktor utama yang dapat
melengkapkan identitas yang baik pula
menarik loyalitas pelanggan. Kepuasan
dan pada akhirnya dapat mengarahkan
pelanggan dapat dilihat dari kebanggaan
kepada kesadaran yang tinggi, loyalitas,
terhadap institusi tersebut, terpenuhinya
dan reputasi yang baik.

Meraih Loyalitas Pelanggan (Ahmad Mardalis) : 111 - 119 117


keinginan pelanggan, institusi sudah ideal Vol. 1, No. 4, Mei pp. 324-332.
bagi pelanggan dan rasa puas pelanggan Band, William A. (1987), Build Your
terhadap institusi penyedia produk. Company Image to Increase Sales.
Perlu diketahui bahwa pelanggan Sales & Marketing Management in
yang puas tidak serta merta akan menjadi Canada. Vol. 28 p. 10-12.
pelanggan yang loyal. Karena pada Beatty S. E., L. R. Kahle, dan P. Homer,
hakekatnya manusia memiliki rasa ingin (1988), The Involvement Commitment
tahu dan mencoba sesuatu yang baru. Model: Theory and Implications,
Oleh karena itu perlu ada strategi tepat Journal of Business Research, Vol. 16,
supaya dapat menghalangi pelanggan No. 2, pp. 149-167.
untuk pindah ke produk pesaing. Misalnya
Bloemer dan Ruyter (1998) On the Rela-
saja dengan memberi diskon kepada
tionship between Store Image, Store
pelanggan yang loyal. Halangan berpindah
Satisfaction, and Store Loyalty. Euro-
yang dibuat tentu saja dengan memperha-
pean Journal of Marketing. Vol. 32 No.
tikan etika bisnis yang berlaku.
5/6. pp. 499-513,
Loyalitas pelanggan yang berada pada
Bloemer, Ruyter dan Peeters (1998).
tahap kognitif dapat dipertahankan dengan
“Investigating Drivers of Bank
meningkatkan nilai produk terutama
Loyalty: the Complex Relationship
penurunan harga serta peningkatan
between Image, Service Quality and
manfaat dan kualitas produk. Loyalitas
Satisfaction”, International Journal of
pelanggan yang berada pada tahap afektif
Bank Marketing, Vol. 16/7, pp.276-
dapat dipertahankan dengan memberikan
286.
kepuasan, memberi nilai tambahan serta
menciptakan rintangan berpindah, seperti Boulding, W.A. Klra. R. Staelin, dan V.A.
diskon bagi pelanggan yang loyal. Zeithhaml (1993), A Dinamic Process
Sedangkan pelanggan yang loyalitasnya Model of Service Quality: from
berada pada tahap konatif dan tindakan, Expectations to Behavioral Intentions,
selain memberikan kepuasan, kesetiaannya Journal of Marketing Research, Vol. 30
dapat diraih dengan adanya relationship (Pebruary) pp. 7–27.
berkelanjutan sehingga pada akhirnya Crosby dan Taylor (1983), dalam
muncul emotional cost bila mereka ingin Dharmmesta, B.S., (1999) Loyalitas
berpindah ke produk pesaing. Pelanggan: Sebuah Kajian Konsep-
tual sebagai Panduan bagi Peneliti,
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol. 14, No. 3. Pp. 73-88.
Anderson E. W., dan M. Sullivan (1993),
The Antecedents and Consequences Dharmmesta, B.S., (1999) Loyalitas
of Customer Satisfaction for Firms, Pelanggan: Sebuah Kajian Konsep-
Marketing Science, 12 (2), 125-43. tual sebagai Panduan bagi Penalty,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Andreassen, T. W (1999), “What Drives
Vol. 14, No. 3. Pp. 73-88.
Customer Loyalty with Complaint
Resolution?” Journal of Service Research, Engel, J.F., (1990), Consumer Behavior, 6th
ed. Chicago: The Dryden Press.

118 BENEFIT, Vol. 9, No. 2, Desember 2005


Fornell, (1992), A National Customer Sabihaini, (2002), Analisis konsekuensi
Satisfaction Barometer: The Swedish Keperilakuan Kualitas Layanan; Suatu
Experience, Journal of Marketing, Vol. Kajian Empirik, Usahawan, No. 02 Th
56 (January), pp. 6-21 xxxi pp. 29-36.
Jones dan Sasser (1995) dalam Oliver, Shellyana J. dan Basu S.D.(2002) Pengaruh
Richard L. (1999), “Whence Consumer Ketidakpuasan pengguna, Karakteris-
Loyalty?, Journal of Marketing, Vol 63 tik Kategori Produk, dan Kebutuhan
(special issue) pp. 33-44. Mencari Variasi terhadap Keputusan
Kotler, P. (1997). Marketing Management: Perpindahan Merek, Jurnal Ekonomi
Analysis Planning, Implementation and dan Bisnis Indonesia. Vol. 17 No 1. P.
Control, New Jersey: Prentice Hall 91-104.
International, Inc. Strewart (1997) dalam Oliver, Ricard L.
Kotler, P., (2000), Marketing Management, (1999), “Whence Consumer Loyalty?,
The Millenium Edition, New Jersey: Journal of Marketing, Vol 63 (special
Prentice Hall International, Inc. issue) pp. 33-44.
Kotler P., Hayes, Thomas, Bloom Paul N. Sunter, C. (1993), In Van Heerden,
(2002). Marketing Professional Service, Cornelius H. dan Puth, Gustav. 1995.
Prentice Hall International Press. Factors that Determine the Corporate
Image of South African Banking
Mowen, J.C. dan M. Minor (1998) Consumer
Institutions. International Journal of
Behavior, 5th Ed. Upper Saddle River,
Bank Marketing. Vol. 13. No. 3 p. 12-
NJ: Prentice Hall,Inc.
17.
Oliver, Richard L. (1999), “Whence
Wilkie, Williem L, (1994), Consumer
Consumer Loyalty?, Journal of
Behavior, 3rd ed. John Wiley & Sons,
Marketing, Vol 63 (special issue) pp.
Inc.
33-44.
Yusoff, M. (1995), Konsep Asas Periklanan.
Reicheld (1996) dalam Oliver, Ricard L.
Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka.
(1999), “Whence Consumer Loyalty?,
Journal of Marketing, Vol 63 (special
issue) pp. 33-44.

Meraih Loyalitas Pelanggan (Ahmad Mardalis) : 111 - 119 119

Anda mungkin juga menyukai