DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. Hartaya (2016012013)
2. Imam Buchori (2016012014)
3. Mulyani (2016012018)
4. Siti Purwanti (2016012020)
5. Suwanto (2016012025)
6. Agus Supriyanto(2016012083)
AKPER PROGSUS
STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
dan orang-orang disekitarnya tau tentang penyakit yang dideritanya karena dia tidak ingin
membebani keluarganya dan dia takut dikucilkan dari masyarakat akan penyakit AIDS yang
dideritanya.
2. Masalah yang membuat Si Pemuda mengambil keputusan tersebut karena serangan pneumonia
akibat AIDS yang dia derita sehingga dia tidak menginginkan keadaannya membebani keluarganya.
3. Keputusan yang diambil pemuda tersebut benar karena kemungkinan dia mencari waktu yang tepat
untuk memberitahukan keluarganya tentang penyakit yang dideritanya agar pikiran keluarganya
tidak terlalu terbebani akan tetapi disisi lain keputusan pemuda tersebut juga kurang tepat.
4. Keluarga akan terkena resiko penularan pneumonia. Pneumonia merupakan proses radang akut pada
jaringan paru (alveoli) akibat infeksi kuman yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pneumonia
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat paru-paru tidk dapat menjalankan fungsinya
untuk mendapatkan oksigen bagi tubuh. Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular, salah
satu penularannya dapat melalui titik-titik air bersin dan batuk si pemuda .
5. Kasus tersebut termasuk dalam dilema etik. Dimana dilema etik itu didefinisikan sebagai suatu
masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan
keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral
atau prinsip. Menurut Thompson & Thompson dilema etik merupakan sesuatu dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Dalam menentukan dilema etik ada langkah-langkah yang perlu dilakukan. Langkah
a. Pengakajian
Target thap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan
pertanyaan:
Yang menjadi fakta medik adalah Si Pemuda terkena penyakit pneumonia akibat AIDS
Yang menjadi fakta psikososial adalah Si Pemda takut jika keluarga mengetahui penyakit yang
diderita karena tidak ingin membuat keluarganya khawatir. Jika kerabat atau keluarga tau, Si
Pemuda takut akan dikucilkan dan dijauhi, karena penyakitnya. Untuk itu Si Pemuda berkoordinasi
dengan pihak rumah sakit terutama dokter dan perawat agar tidak memberitahu keluarganya tentang
penyakitnya
Yang menjadi keinginan klien dalam kasus ini adalah Si Pemuda yang tidak ingin memberitahukan
Nilai yang menjadi konflik adalah jika keinginan Si Pemuda untuk menyembunyikan penyakitnya
dari keluarga dituruti maka kesehatan Si Pemuda akan semakin memburuk karena keluarga
mempunyai peran untuk merawat Si Pemuda. Tapi disisi lain jika perawat tidak mengikuti keinginan
Si Pemuda, itu artinya perawat tidak menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam
Menurut Thomson & Thomson (1985) mendaftarkan tiga hal yang sangat spesifik terintegrasi dalam
perencanaan, yaitu:
Tujuan dari treatment adalah perawat harus menjelaskan kepada Si Pemuda resiko apa yang dihadapi
Si Pemuda jika tidak memberitahu keluarganya. Karena Si Pemuda menderita penyakit yang
berbahaya dan bias saja menularkan kekeluarganya. Mungkin saja dari titik-titik air bersin dan
Keputusan belum dapat diambil karena Si Pemuda melarang memberitahu keluarga tentang
penyakitnya.
Dalam hal ini terdapat dua opsi yang membingungkan. Yang pertama jika keluarga tidak diberitahu
maka penyakit Si Pemuda bertambah parah. Jika keluarga diberitahu itu akan melanggar tanggung
c. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan beserta anggota tim
kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan saling menguntungkan.
Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama
implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena dilema etis seringkali
menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih / berduka, marah, dan emosi kuat yang
lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil
keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien”. Perawat
harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang menarik, tetapi
kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan,
pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai karena semua
pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat
menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga mengajukan permintaan yang sulit
d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai outcome-
nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk
mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara. Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek
keperawatan dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema menjadi sulit dipecahkan bila
memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Sebagai tenaga
profesional perawat kadang sulit karena keputusan yang akan diambil keduanya sama-sama
memiliki kebaikan dan keburukan. Pada saat berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang
harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang
perawat. Masalah pengambilan keputusan dalam pemberian transplantasi ginjal juga sering
menimbulkan dilema etis karena sangat berhubungan dengan hak asasi manusia, pertimbangan
tingkat keberhasilan tindakan dan keterbatasan sumber-sumber organ tubuh yang dapat didonorkan
kepada orang lain sehingga memerlukan pertimbangan yang matang. Oleh karena itu sebagai
perawat yang berperan sebagai konselor dan pendamping harus dapat meyakinkan klien bahwa
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi antara
klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara meningkatkan kesehatan klien
dengan hak klien atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya. Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan
nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
3.2 Saran
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J. (2004). Fundamentalsof Nursing Concepts Process
http://hadita19.wordpress.com/2011/10/12/delima-etik/