Anda di halaman 1dari 6

LEARNING GUIDE

KEJANG DEMAM

Raddi Moekdas, dr.,SpA., MKes

 OBJECTIVE

Mahasiswa diharapkan dapat :


1. Mengetahui definisi dan etiologi kejang demam.
2. Menjelaskan klasifikasi kejang demam.
3. Menjelaskan patomekanisme kejang demam
4. Menjelaskan faktor risiko kejang demam
5. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan menentukan
pemeriksaan penunjang dari kejang demam
6. Mengetahui penatalaksanaan kejang demam
7. Mengetahui prognosis kejang demam

I Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu >380 c) yang disebabkan oleh proses ekstrakranial.
ILAE 1993 menambahkan kriteria kejang demam dengan:
 Umur > 1 bulan
 Tanpa riwayat kejang neonatal sebelumnya/ kejang unprovoked.
 Tidak memenuhi kriteria kejang akut simptomatik.
Kejang demam biasanya terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun. Anak yang prenah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian mengalami kejang demam tidak termasuk
kedalam kejang demam.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.

II.Etologi & Epidemologi

Sesuai dengan batasan kejang demam, etiologi kejang demam disebabkan oleh
karena peningkatan suhu tubuh >380 C. Seorang dokter harus mencari etologi dari
demam sebagai pencetus bangkitan kejang. Beberapa penyakit infeksi yang sering
menimbulkan kejang demam seperti ISPA, otitis media, diare disentri, dan ISK.
Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi anak usia 6 bulan- 5 tahun.
Sekitar 80% kasus merupakan kejang demam sederhan dan 20% kasus adalah kejang
demam kompleks. Kejang demam pertama sering ditemukan pada usia 17- 23 bulan.
Anak laki –laki lebih sering mengalami kejang demam dibanding anak perempuan.
Bila kejang demam sederhana yang terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka
risiko kejang demam kedua 50%, dan apabila kejang demam sederhana terjadi setelah
umur 12 bulan menurun menjadi 30%, setelah kejang demam pertama, 2-4% anak
akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibanding populasi umum.
III. Klasifikasi
ILAE 1993 membagi kejang demam menjadi 2 :

1.Kejang demam sederhana


2.Kejang demam kompleks

Kejang demam sederhana : kejang demam yang berlangsung singkat, kurang


dari 15 menit, bersifat umum tonik dan / atau klonik, umumnya berhenti sendiri, tanpa
ada gerakan lokal atau berulang dalam 24 jam.
Kejang demam kompleks : kejang demam dengan ciri (salah satu dibawah
ini) :
1.Kejang lama > 15 menit
2.Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
3.Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (2 kali atau lebih dalam satu
hari, diantara 2 bangkitan kejang anak tidak sadar.)

IV. Patomekanisme

Mekanisme pasti kejang demam belum jelas diketahui. Beberapa faktor yang
berperan dalam terjadinya kejang demam adalah :
 Sel –sel saraf sebagai pencetus bangkitan / letupan listrik inhibisi sistem
GABAergic.
 Perasangan neurotransmiter asam amino seperti glutamat dan aspartat
 Kelainan reseptor GABA
 Faktor genetik.

V.Faktor risiko kejang demam

 Faktor risiko kejang demam pertama


1. Riwayat keluarga kejang demam
2. Neoanatal discharge > 28 hari
3. Keterlambatan perkembangan
4. Child care attendance
5. Kadar natrium rendah
6. Demam sangat tinggi

 Faktor rekurensi kejang demam


1. Usia Muda
2. Riwayat keluarga dengan kejang demam
3. Lamanya demam
4. Suhu tubuh saat kejang
5. Riwayat keluarga dengan epilepsi

Rekurensi setelah kejang demam


1. 50 % dalam 6 bulan pertama
2. 75 % dalam 1 tahun pertama
3. 90 % dalam 2 tahun pertama
4. Kejang demam pertama < 1 tahun : 50 %
5. Kejang demam pertama > 1 tahun : 28 %

 Faktor risiko mendapatkan epilepsi


1. Adanya gangguan perkembangan neurologis
2. Riwayat keluarga dengan epilepsi.
3. Kejan demam kompleks

Masing – masing faktor meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi 4%-6%,


kombinasi dari faktor tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-
40%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat
rumat pada kejang demam.

VI. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah perifer, elektrolit
dan gula darah.

 Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk mencegah atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakteralis
0,6%-6,7 %.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh
karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
2. Bayi 12 -18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin.
Bila yakin bukan meniagitis secara kilnis, tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

 Elektroensepatografi (EEG)
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.

 Pencitraan
Foto X-ray kepala neuropencitraan seperti CT-scan atau MRI jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi seperti :
1. Kelainan neurologic fokal yang menetap
2. Parese N.VI
3. Papiledena
VII. Penata laksanaan kejang demam

> Penatalaksanaan Kejang Akut

Kejang
Diazepan 0,3 – 0,5 mg/kg iv atau
Diazepan perektal :
BB: < 10 Kg : 5 mg
BB: > 10 Kg : 10 mg

Kejang

5- 10 ’

Ya Tidak

Diazepan 0,3 – 0,5 mg/kg iv atau


Diazepan perektal : STOP
BB: < 10 Kg : 5 mg
BB: > 10 Kg : 10 mg

5-10’
Kejang Tidak

Ya STOP

Prolonged Seizure
o A-B-C
o Cari tanda trauma /infeksi, kelumpuhan fokal.
o Pemeriksaan : darah rutin, gula darah dan elek trolit
o Fenitoin loading dose : 15 – 20 mg /Kg IV bolus kecepatan 1 mg/Kg/ menit

Kejang Tidak

12 jam kemudian fenitoin 5- 8 mg/ Kg/hari


Ya

Fenobarbiral loading dose : 10 -20 mg / Kg im


Kejang
Tidak

12 jam kemudian
Fenobarbiral 4- 5 mg/Kg /hari

Ya

 Intubasi
 ICU
 Midazolam 0,3 mg/Kg IV dilanjutkan dengan rumatan

Depresi napas Ventilator

 Pemberian obat pada saat demam

1. Antipiretik
Anti piretik pada saat demam dianjurkan. Dosis asetaminopen yang
digunakan 10 -15 mg /Kg/ kali. Diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Dosis ibuprofen 5 – 10 mg/Kg/ kali, 3-4 kali sehari.

2.Antikonvulsif
Pemakaian diazepam peroral dosis 0,3 mg/Kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0 C.
Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam.

3.Pemberian Obat Rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari dapat
menurunkan berulangnya kejang demam. saat ini pemakaian fenobarbital tidak
dipakai lagi karena dapat menyebabakan gangguan perilaku dan kesulitan belajar
pada 40 %-50% kasus. Dosis asam vallproat : 15 – 40 mg/Kg/hari dalam 2- 3 dosis.
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut :
1. Lama kejang > 15 menit
2. Adanya kelainan neuroligis yang nyata sebelum atau sesudah kejang.
3. Kejang Fokal.

Lama pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian diturunkan secara
bertahap selama1-2 bulan.
VIII. Prognosis.
Prognosis kejang demam baik. Risiko epilepsi kecil. Pemberian obat
rumatan dapat mencegah frekuensi kejang demam. Pengobatan rumat diberikan pada
kasus selektif dan kasus dengan kelainan neurologis yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai