Laporan Pendahuluan Empiema Edy Doenk
Laporan Pendahuluan Empiema Edy Doenk
“EMPIEMA”
Disusun oleh:
Edi Setiawan
PO.62.20.1.10.011
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
1. Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah ( pus ) didalam ronggga pleura dapat setempat
atau mengisi seluruh rongga pleura (Ngastiyah,1997).
2. Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura (Diane
C. Baughman, 2000).
3. Empiema adalah penumpukan materi purulen pada areal pleural (Hudak & Gallo, 1997).
Empiema adalah kondisi dimana terdapatnya udara dan nanah dalam rongga pleura dengan
yang dapati timbul sebagai akibat traumatik maupun proses penyakit lainnya.
Empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung pada
rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi keruh. Pada empiema terdapat cairan
pleura yang mana pada kultur dijumpai bakteri atau sel darah putih > 15.000 / mm3 dan protein >
3 gr/ dL.
B. Etiologi
Empiema juga dapat disebabkan organisme yang lain seperti empiema tuberkulosis yang
sekarang jarang dijumpai pada negara berkembang. Empiema jarang disebabkan oleh jamur,
terutama pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh
(Immunocompromised).Aspergillus species dapat menginfeksi rongga pleura dan dapat
menyebabkan empiema dan ini terkadang terjadi pada penderita yang mengalami penurunan
daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan pleura yang serius walaupun
jarang.
C. Manifestasi Klinis
1. Empiema akut
Gejala mirip dengan pneumonia yaitu panas tinggi, nyeri pleuritik, apabila stadium ini dibiarkan
dalam beberapa minggu akan timbul toksemia, anemia, pada jaringan tubuh. Jika nanah tidak
segera dikeluarkan akan timbul fistel bronchopleura dan empiema neccesitasis.
2. Empiema kronik
Batasan yang tegas antara akut dan kronis sukar ditentukan disebut kronis apabila terjadi lebih
dari 3 bulan. Penderita mengelub badannya lemah, kesehatan penderita tampak mundur, pucat
pada jari tubuh.
D. Patofisiologi
Akibat invasi kuman progekin ke pleura timbul keradangan akut yang diikuti dengan pembentukan
eksudat serous. Dengan makin banyaknya sel-sel PMN baik yang hidup atau yang mati serta
peningkatan kadar cairan menjadi keruh dan kental serta adanya endapan fibrin akan membentuk
kantong-kantong yang melokalisir nanah tersebut.
E. Komplikasi
1. Fibrosis pleura
4. Syok
6. Piopneumotoraks
F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Adanya tanda cairan disertai pergerakan hemithoraks yang sakit berkurang. Terdengar suara
redup pada perkusi. Pada auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang disisi hemithorak
yang sakit.
2. Foto Dada
Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang menunjukkan adanya cairan
dengan atau tanpa kelainan paru. Bila terjadi fibrothoraks, trakea di mediastinum tertarik ke sisi
yang sakit dan juga tampak adanya penebalan.
3. Diagnosa pasti
Aspirasi pleura akan menunjukkan adanya nanah didalam rongga dada (pleura). Nanah dipakai
sebagi bahan pemeriksaan : Citologi, Bakteriologi, Jamur, Amoeba dan dilakukan pembiakan
terhadap kepekaan antibiotik.
G. Penatalaksanaan Medis
Dilakukan berulangkali dengan memakai jarum lubang besar. Cara ini cukup baik untuk
mengeluarkan sebagian besar pus dari empiema akut atau cairan masih encer. Kerugian teknik
seperti ini sering menimbulkan “pocketed” empiema. USG dapat dipakai untuk menentukan
lokasi dari pocket empiema.
b. Drainase Tertutup
Indikasi pemasangan darin ini apabila nanah sangat kental, nanh berbentuk sudah dua minggu
dan telah terjadi pyopneumathoraks. Pemasangan selang jangan terlalu rendah, biasanya
diafagma terangkat karena empiema. Pilihlah selang yang cukup besar. Apabila tiga sampai 4
mingu tidak ada kemajuan harus ditempuh dengan cara lain seperti pada empiema kronis.
Tindakan ini dikerjakan pada empiema kronis dengan memotong sepenggal iga untuk membuat
“jendela”. Cara ini dipilih bila dekortikasi tidak dimungnkinkan dan harus dikerjakan dalam
kondisi betul-betul steril.
2. Pemberian antibiotika
Mengingat sebab kematian umumnya karena sepsis, maka pemberian antibiotik memegang
peranan yang penting. Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosa diegakkan dan dosisnya
harus adekuat. Pilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan nanah.
Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan tes kepekaan obat. Bila kuman
penyebab belum jelas dapat dipakai Benzil Penicillin dosis tinggi.
3. Penutupan rongga pleura
Empiema kronis gagal menunjukkan respon terhadap drainase selang, maka dilakukan
dekortikasi atau thorakoplasti. Jika tidak ditangani dengan baik akan menambah lama rawat inap.
4. Pengobatan kausal
Tergantung penyebabnya misalnya amobiasis, TB, aktinomeicosis, diobati dengan memberikan
obat spesifik untuk masing-masing penyakit.
H. Kesimpulan
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya rongga
pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut menjadi
yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura.Empiema
biasanya merupakan komplikasi dari infeksi paru (pneumonia) atau kantong kantong pus yang
terlokalisasi (abses) dalam paru.Meskipun empiema sering kali merupakan dari infeksi pulmonal,
tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan yang terlambat.Empiema sendiri diklasifikasikan
menjadi Empiema akut dan Empiema kronis.Bisa disebabkan oleh bakteri Stapilococcus,
Pnemococcus, Streptococcus.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Empiema
Merokok, terpapar polusi udara yang berat, riwayat alergi pada keluarga
1. Pemeriksaan Fisik
Peningkatan dispnea
Retraksi otot-ot\ot abdominal, menganngkat bahu saat inspirasi, pernafasan cuping hidung
(penggunaan otot aksesories pernafasan)
Penurunan bunyi nafas
Tachipnea, orthopnea
ASMA
Batuk (produktif/non produktif)
Dada terasa seperti terikat
Mengi saat inspirasi dan ekspirasi (terdengar tanpa stetoskop)
Pernafasan cuping hidumng
Ketakutan dan diaphoresis
BRONCHITIS
Batuk produktif dan sputum warna putih, terjadi pada pagi hari (disebut batuk perokok)
Makanan/Cairan
Mual, muntah, anorkesia, penurunan BB menetap (empisema)
Peningkatan BB menetap (oedema) pada bronchitis
Turgor menurun
Penurunan massa otot/lemak sub kutan (emfisema)
Hepatomegali (bronchitis)
3) Higiene
4) Pernafasan
5) Seksualitas
Penuruan Libido
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronchus spsame, peningkatan produksi
secret,kelemahan
Tujuan :
Kriteria Hasil :
- Batuk efektif
INTERVENSI RASIONAL
Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan nafas,
Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi
tachipnea merupakan derajat yang ditemukan
nafas, kaji dan pantau suara pernafasan
adanya proses infeksi akut
Kaji frekuensi pernafasan Proses infeksi akut (tachipnea)
Disfungsi pernafasan merupakan tahap proses
Catat adanya atau derajat dispnea, gelisah,
kronis yang dapat menyebabkan infeksi atau
ansietas dan distres pernafasan
reaksi alergi
Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang
Pertahankan lingkungan bebas polusi
dapat mentriger episode akut
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,
fungsi pernafasan dengan menggunakan
misalnya: peninggian kepala tempat tidur
gravitasi
Memberikan pasien berbagai cara untuk
Bantu latihan nafas abdomen atau bibir mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif
Observasi karakteristik batuk khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
kelemahan
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml per Hidrasi menurunkan kekentalan secret,
hari sesuai toleransi jantung mempermudah pengeluaran
Merilekskan otot halus dan menurunkan
Memberikan obat sesuai indikasi kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas,
mengi, dan produksi mukosa
2. Gangguan Pertukaran Gas b.d Obstruksi Jalan Nafas sekunder terhadap penumpukan sekret,
Bronchospasme
Tujuan :
Data :
Dispnea, gelisah, ketidakmampuan mengeluarkan sekret, GDA (hipoksia), Perubahan tanda vital,
penurunan toleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan, catat
Evaluasi derajad distress nafas dan kronis atau
penggunaan otot bantu pernafasan dan
tidaknya proses penyakit
ketidakmampuan bicara karena sesak
Bantu klien untuk mencari posisi yang
Suplai O2 dapat diperbarui dalam latihan nafas
nenudahkan bernafas, dengan kepala lebih
agar paru tidak kolaps.
tinggi
Batuk efektif membantu mengeluarkan sputum
Bantu klien untuk batuk efektif sebagai sumber utama gangguan pertukaran
gas.
Suara nafas redup oleh karena adanya
penurunan penurunan aliran udara/ konsolidasi.
Auskultasi suara nafas
Mengni menunjukkan adanya bronkospasme
dan kracles menunjukkan adanya cairan
Penurunan getarn fibrasi diduga adanya
Palpasi primitus.
pengumpulan cairan atau udara terjebak
Tachikardia ,disritmia, perubahan tekanan darah
Awasi tanda vital dan irama jantung. dapat menujukkan efek hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.
1. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Sesak nafas,anoreksia, mual,
muntah, efek obat, kelemahan.
Tujuan :
Data :
Kriteria :
INTERVENSI RASIONAL
Obserasi intake dan output/8 jam. Jumlah
Mengidentifikasi adanya kemajuan/ penyimpanan
makanan dikonsumsi tiap hari dan timbang BB
dari tujuan yang diharapkan
tiap hari
Ciptakan suasana menyenangkan, lingkungan
yang bebas dari bau selama waktu makan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam nyeri berkurang dan klien dapat beradaptasi
dengan nyeri yang ada
Kriteria hasil :
Aziz Alimul H, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta: Penerbit PT
Salemba Medika.
C. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Suatu Proses Pendekatan Proses
Keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
E. Doenges, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Juall Carpenito, Lynda. 1998. Diagnosa Keperawatan . Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi
6. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol.
2. Jakarta: EGC
Tamrani, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1.EGC:Jakarta
Hudak & Gallo, ( 1997 ), Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doengoes, (2000 ), Rencana asuhan keperawatan, pendekatan untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien., EGC, Jakarta.