Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Kubah pada Ruang Dalam Masjid terhadap Distribusi Suara, Waktu

Dengung dan Kejelasan Suara


Studi Kasus: Masjid Baitul Mukminin, Lamteh, Kec. Ulee Kareng, Banda Aceh
Safrida Hamidi1, Riza Priandi2, Abdul Munir3
1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
2,3
Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Alamat Email penulis :safridahamidi97@yahoo.co.id

ABSTRACT
Mosque is an important building for moslems. There is many activity which need the clarity of the sound, such as
praying and speeching. These activity can be done much better if the mosque has a better quality of room acoustic.
Based on theory, the form of dome in a mosque influences the path of the sound inside the room. The objective of this
research is to find out the influence of the dome form of the mosque toward the quality of room acoustic, especially to
the clariy of sound inside the room. The acoustic parameter that has been seen is sound pressure level distribution
(SPL), reverberation time (RT) and clarity (RASTI). This research is done to Baitul Mukminin Mosque, Banda Aceh.
The mosque has a dome as its ceiling form. The method that has been use was simulating. The simulation model was
made refer to the existing model of Baitul Mukminin Mosque. The simulation uses two kind of the ceiling form, that
were with dome and without dome. The results of these simulation were compared to see the effect of the dome to the
mosque acoustic parameters.
Keyword: room acoustic, mosque dome form, mosque
ABSTRAK
Masjid merupakan bangunan yang penting bagi umat islam. Kegiatan yang sering dilakukan di dalam masjid
adalah kegiatan yang dibutuhkan kejelasan penyampaian suara, seperti sholat berjamaah dan ceramah keagamaan.
Kegiatan itu bisa dilakukan dengan baik bila sebuah masjid memiliki nilai akustik. Teori mengatakan bahwa bentukan
kubah pada ruang masjid sangat mempengaruhi jalannya bunyi di dalam ruangan. Penelitianini bertujuan untuk mencari
pengaruh bentuk kubah masjid terhadap kualitas akustik ruang masjid, terutama pada kejelasan suara dalam ruang.
Parameter akustik yang akan dilihat adalah distribusi suara (Distribusi SPL), waktu dengung (RT) dan tingkat kejelasan
suara (RASTI). Penelitian dilakukan pada Masjid Baitul Mukminin Banda Aceh. Masjid ini memiliki atap dengan
bentuk kubah. Metode yang digunakan adalah dengan metode simulasi. Model simulasi dibuat mengacu pada model
existing Masjid Baitul Mukminin dengan kubah dan tanpa kubah. Hasil dari kedua simulasi tersebut akan dibandingkan
untuk melihat pengaruh bentuk kubah terhadap parameter akustik ruang masjid yang diukur.
Kata kunci: akustik ruang, kubah masjid, masjid
sembarangan dapatmengakibatkan suara bertumpuk-
1. Pendahuluan tumpuksehingga terjadi gema atau gaung.
Masjid-masjid di Aceh identik dengan bentuk atap Objek studi kasus adalah Masjid Baitul Mukminin.
yang berkubah, meskipun tidak semuanya. Berdasarkan Masjid ini berlokasi di Jl. Prof. Ali Hasyimi, Gampong
teori, bentukan kubah pada masjid tidaklah sepenuhnya Lamteh, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh.
menguntungkan. Bentuk cekung (bentuk kubah dari Rancangan bangunan Masjid Baitul Mukminin memiliki
dalam masjid) dapat menyebabkan terjadinya konsep bentukan yang serupa dengan Masjid umumnya
pemusatan suara [1].Tujuan utama masjid di Aceh, walaupun saat ini sudah bermunculan beberapa
adalahpenyampaian suara imam kepada makmumketika bentuk masjid dengan desain yang lebih modern.
sholat berjamaah atau berceramah.Penyampaian suara Masjid ini memiliki langit-langit atap berbentuk
ini harus sampai kepadapara jamaah dengan baik karena kubah. Berdasarkan teori, bentuk kubah berpotensi
faktor kejelasan suara ini mempengaruhi kekhusukan. menyebabkan cacat akustik yaitu pemusatan bunyi yang
Bentuk permukaan dari kubah ruang sangat menyebabkan terkonsentrasinya energi bunyi pada satu
mempengaruhi jalannya bunyi diruang tertutup, baik posisi dan terdapat posisi-posisi lain dalam ruangan
permukaan itu datar,cekung, atau cembung. Pada yang mengalami kekurangan energi sehingga distribusi
sebuah ruangpembicaraan, seharusnya bentuk-bentuk suara tidak merata pada seluruh ruangan [2].
inijuga diatur perletakannya, supaya bisamengarahkan
bunyi ke tempat yangdiinginkan. Dalam hal penyebaran 2. Tinjauan Pustaka
suara,bentuk cembung adalah bentuk yang palingcocok Masjid adalah institusi utama dalammasyarakat
untuk digunakan dan berguna untukpemantulan serta Islam dapat berfungsi sebagaitempat sholat, pusat
pendistribusian suara.Tapi perletakan yang ibadah, pusat ilmupengetahuan, tempat pembinaan,
tempatmempertemukan manusia dengan NurIllahi,
kegiatan sosial dan politik, jugaberfungsi sebagai besarannya semakin bertambah dengan makin besar
tempat pertemuan[3]. volume ruang.Kayili merekomendasikan waktudengung
Ruang masjid yang baik adalah yang memiliki yang lebih panjang untukruang masjid yang
suara yang dapat didengarkan dengan jelas dan merata, dimaksudkan untukpenciptaan estetika bunyi
atau memenuhi kriteria loudness, clarity or yangmembangkitkan perasaan keagunganTuhan,
intelligibility and liveness of sound[4]. berkaitan dengan aktivitas“melagu” dari pembacaan
Masjid yang digunakan untukkeperluan ayat-ayatsuci Alquran [5].
percakapan, dalam hal iniceramah atau khotbah Berkaitan dengan aktivitasspeech
disyaratkan untukmemiliki distribusi tingkat tekanan (ceramah/khotbah), kejelasanpembicaraan (speech
bunyiyang merata di seluruh sudut ruangan intelligibility)menjadi salah satu kriteria akustik
agarpendengar dapat menangkap informasiyang ruangmasjid. Inteligibilitas adalah kejelasandan
dikeluarkan pembicara dengan baik diseluruh titik yang kemudahan dimengerti (clearlyand easily understood)
ada dalam ruangan. dari kata-katayang diucapkan, dimana suara harus
Bunyi terjadi karena adanya bendayang bergetar cukup keras dansetiap fonem harus dapat dibedakan[7].
yang menimbulkan gesekandengan zat di sekitarnya [5]. Salah satu cara untuk menilai kejelasan
Frekuensi standart yang dipilihsecara bebas sebagai pembicaraan adalah dengan skala RASTI (Rapid Speech
wakil yang pentingdalam akustik lingkungan adalah Transmission Index). Metode ini diperkenalkan oleh
125, 250,500, 1000, 2000, dan 4000 Hz [1]. Untuk suara Bruel and Kjaer.RASTI merupakan penurunan dari STI.
manusia, frekuensi yangpaling penting adalah 500, STI adalah penjumlahan pembobotan (weighted sum)
1000, dan 2000Hz [6]. dari indeks transfer modulasi (Modulation Transfer
Kekerasan suara dalam ruangdiukur dengan Index/MTI) pada frekuensi oktaf 125 Hz – 8 kHz.
Tingkat Tekanan Suara(Sound Pressure Level) dalam Masing-masing nilai MTI diturunkan dari suatu
skaladeciBell (dB). Nilai SPL menunjukkankekuatan penjumlahan pembobotan nilai MTF (Modulation
atau kekerasan suara yangditangkap oleh pendengar Transfer Function) pada frekuensi-frekuensi tertentu
pada suatutitik dalam ruang dengan jarak tertentudari yang memperhitungkan efek penyelubugan (Masking
sumber suara. Jika bunyi yangdipancarkan dari sumber effect) berdasarkan IEC 60268-16 dan SNR pada posisi
suara dapatditangkap dengan kekerasan yangsama oleh pendengar.
pendengar pada semua posisi/titik dalam ruang, maka
dikatakandistribusi suara dalam ruang tersebutmerata. 3. Metodologi Penelitian
Sedangkan yang dimaksud dengan merata adalah Metode yang akan dilakukan adalahpengukuran
perbedaan tingkat tekanan suara pada titik-titik dalam lapangan dengan simulasi menggunakana software
ruangan tidak boleh terlalu jauh dari batas yang CATT-Acoustic v.7.2e. Variabel penelitian terdiri dari
diperbolehkan yaitu kurang dari 10 dB. variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yaitu bentuk
Tingkat dengung dalam ruangdiukur dengan plafon kubah dan datar pada masjid, sedangkan variabel
Waktu Dengung(Reverberation Time) dalam terikat yaitu parameter akustik yang akan diukur antara
satuandetik. Dengung (reverberation) dalamakustika lain SPL Distribution, RT dan RASTI.
adalah bunyi yangberkepanjangan sebagai Data objek penelitian:
akibatpemantulan yang berturut-turut dalamruang  Nama : Baitul Mukminin
tertutup setelah sumber bunyidihentikan. Objektif waktu  Lokasi : Lamteh, Kec. Ulee Kareng, Banda
dengungyang diperkenalkan pertama kali Aceh
olehW.C.Sabine pada tahun 1898, adalahwaktu yang  Denah : Persegi Panjang
diperlukan oleh energi bunyiuntuk meluruh sebesar 60  Dimensi : 12 x 16 m
dB dari energiawalnya (RT60). Sabine  Bentuk Kubah : Relatif berbentuk setengah bola
menemukanwaktu ini merupakan fungsi dari  Diameter Kaki Kubah : 9 m
volumeruangan dan jumlah penyerapan bunyidi
 Jenis Bukaan : lubang ventilasi yang terdapat di
dalamnya. Dengung berbeda dengan gema(echo) yang
atas pintu dan jendela masjid.
waktu pemantulannyalebih lambat (long delayed) dan
Simulasi dilakukan dalam dua (2) tahap. Simulasi
timbulakibat strong reflection bunyi asli. Dengung
pertama dilakukan untuk mengetahui kondisi akustik
dibutuhkan padataraf tertentu untuk
awal (kondisi existing) masjid dengan kubah pada
meningkatkanintensitas bunyi asli dan memberi
keadaan jamaah duduk. Simulasi kedua dilakukan sama
kesan“live” pada ruangan. Sementara gemasebagai
halnya dengan simulasi pertama, namun pada kondisi
sebuah cacat akustik (acousticdefect) harus dieliminasi
jamaah berdiri. Pada simulasi kondisi existing, dimensi
karena dapatmerusak kualitas bunyi asli [1]. Waktu
model awal (kondisi existing) untuk simulasi kinerja
dengung yang disyaratkan untukaktivitas speech lebih
akustik ruang Masjid Baitul Mukminin dibuat sesuai
pendek dariwaktu dengung untuk aktivitas music, dan
dengan dimensi masjid. Koefisien absorbs material Koefisien absorbsi material ditampilkan pada tabel
digunakan sesuai dengan jenis material yang digunakan sebagai berikut.
pada masjid.
Simulasi tahap ketiga adalah Simulasi model Tabel 1 Koefisien absorbsi material
dengan menghilangkan elemen kubah pada masjid. Material 125Hz 250Hz 500Hz 1kHz 2kHz 4kHz

Simulasi ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh kubah Lantai (Carpet) 2 6 24 37 60 65

terhadap kinerja akustik pada ruangan Masjid Baitul Dinding (Tile) 1 1 1 2 2 2


Mukminin. Pembuatan model dilakukan dengan tetap Plafon (Plywood) 28 22 17 9 10 11
mengacu pada bentuk model awal masjid, namun langit- Kubah (concrete) 1 1 2 2 2 2
langit masjid dibuat berbentuk datar atau tanpa kubah. Jendela 1 (Glass) 35 25 18 12 7 4

Jendela 2 (Hole) 99 99 99 99 99 99

Pintu (Hole) 99 99 99 99 99 99

Sumber suara digunakan satu (1) buah sources


jenis omnidirectional speaker. Posisi sources diletakkan
di posisi imam berdiri. Rincian input data sources yaitu:
 Posisi : Di posisi imam
 Jenis : OMNI
 Koordinat Sources : (0, 4.5, 1.7)
 Koordinat arah/aim point : (0, -7.5, 0.75)
Posisi penerima/titik ukur ditempatkan pada
ketinggian 1.5 dan 0.75 m di atas lantai sesuai
ketinggian telinga manusia pada kondisi berdiri dan
duduk. Jumlah titik ukur ditentukan sebanyak 60 titik
yang ditempatkan secara merata di dalam ruangan
dengan keteraturan jarak dari sumber suara sebagaimana
yang diperlihatkan pada Gambar 2. Penempatan
receiver tersebut dilakukan dengan harapan dapat
memberikan gambar kinerja akustik secara keseluruhan
dalam ruangan.

Gambar 2 Posisi Source dan Receivers

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 SPL Distribution
Distribusi tingkat tekanan bunyi hasil simulasi
model existingdan tanpa kubah secara mapping
diperlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 1 Foto masjid objek penelitian, dari atas ke


bawah yaitu exsterior masjid, interior kubah masjid,
interior ruang dalam masjid, dan tampak depan masjid
4.2 Reverberation Time
Standar Reverberation Time adalah sebesar 0,5 –
1,0 detik, dengan waktu dengung ideal 0,75 detik.
Berikut tabel data waktu dengung dari hasil simulasi
model pada masjid.

Tabel 3 Perbandingan Nilai RT Model Simulasi


Masjid Baitul Mukminin
Gambar 3 Mapping SPL pada existing masjid dengan Sound Pressure Level Rapid Speech
(SPL) Reverberation
kubah pada posisi duduk Model Transmission
Time (RT)
Distribution Average Index (RASTI)
65 – 75
Standar < 10 dB 0,7 – 1,0 ≥ 45%
dB
Existing
24,7 – 27,4 61 – 73,4 Rata-rata:
(Posisi ≥ 50%
dB dB 0,57 – 0,85 s
Duduk)
Existing
16,7 – 18,5 60,9 – Rata-rata:
(Posisi ≥ 52%
dB 73,2 dB 0,63 – 1,06 s
Berdiri)
Model
12,5 – 14,2 64,3 – Rata-rata:
Tanpa ≥ 47,8%
dB 76,1 dB 1,03 – 1,36 s
Kubah
Gambar 4 Mapping SPL padaexisting masjid dengan
kubah pada posisi berdiri Berdasarkan hasil simulasi di atas, menunjukkan
bahwa rata-rata RT30 untuk model existing masjid tanpa
kubah pada kondisi berdiri terlihat lebih bagus
dibandingkan dengan kedua model lainnya. Pada
kondisi duduk waktu dengung yang dihasilkan lebih
rendah, namun masih pada kisaran bagus pada beberapa
frekuensi. Pada kondisi tanpa kubah, waktu dengung
yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan model dengan
kubah. Hal ini disebabkan karna bentuk atap yang datar
Gambar 5 Mapping SPL pada model masjid tanpa kubah menyebabkan pemantulan berulang sehingga membuat
pada posisi duduk waktu dengung menjadi lebih tinggi.
Simulasi model masjid tanpa kubah hanya
dilakukan pada posisi duduk karena sistem akustik pada 4.3 Kejelasan Suara (RASTI)
posisi tersebut lebih buruk dibandingkan pada posisi Nilai RASTI hasil simulasi Masjid Baitul
berdiri. Mukminin pada kondisi duduk secara mapping
Berikut tabel perbandingan nilai SPL ketiga model diperlihatkan pada Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8.
simulasi: Data perbandingan ketiga simulasi terdapat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 2 Perbandingan Nilai SPL Model Simulasi
Masjid Baitul Mukminin
Tabel 4 Perbandingan Nilai RASTI Model Simulasi
Sound Pressure Level (SPL)
Model Masjid Baitul Mukminin
Distribution Average
Rapid Speech Transmission Index
Model
Standar < 10 dB 65 – 75 dB (RASTI)
Existing(Posisi Duduk) 24,7 – 27,4 dB 61 – 73,4 dB Standar ≥ 45%
Existing(Posisi Berdiri) 16,7 – 18,5 dB 60,9 – 73,2 dB Existing(Posisi Duduk) ≥ 50%
Model Tanpa Kubah 12,5 – 14,2 dB 64,3 – 76,1 dB Existing(Posisi Berdiri) ≥ 52%

Model Tanpa Kubah ≥ 47,8%


Berdasarkan data-data diatas menunjukkan bahwa
distribusi TTB pada Masjid Baitul Mukminin tidak
Rata-rata nilai RASTI pada masjid ini secara
tersebar secara merata. Namun, nilai SPL tersebut jauh
keseluruhan sudah bagus dana memenuhi standar yang
lebih membaik pada keadaan masjid dengan tanpa
dipersyaratkan. Nilai RASTI terdapat pada model
kubah. Hal ini dibuktikan dengan melihat perbedaan
masjid pada keadaan tanpa kubah. Keadaan ini juga
nilai minimum dan maksimum SPL yang melebihi
dipengaruhi oleh bentukan atap yang datar sehingga
standar yang disyaratkan yaitu 10 dB.
pemantulan berulang yang disebabkan berpengaruh
pada nilai RASTI yang memburuk.
Daftar Pustaka
[1] Doelle, L.L. (1986)Akustik Lingkungan,
Erlangga, Jakarta.
[2] Priandi, Riza. (2005). Kajian Kinerja Akustik
pada Masjid Beratap Kubah. Tugas Akhir Pasca
Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
[3] Machdijar, S. (2004), “Pembentukan
Gambar 6 Mapping RASTI pada model masjid dengan RuangIbadah Shalat pada BangunanMasjid”,
kubah pada posisi duduk Kalang, Vol VII No 2, hal.37-47.
[4] Soegijanto (2001). Penelitian Kinerja Akustik
Mesjid di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian
Tahun 1 Hibah Bersaing Perguruan Tinggi Ix
Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu
Pengetahuan Terapan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan
Nasional Sesuai Dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Penelitian Hibah Bersaing Nomor:
Gambar 7 Mapping RASTI pada model masjid dengan 024/P2IPT/III/2000
kubah pada posisi berdiri [5] Mediastika, C.E. (2005), AkustikaBangunan
Prinsip-Prinsip danPenerapannya di
Indonesia,Erlangga, Jakarta.
[6] Szokolay, S.V. (2004),Introduction
toArchitectural Science the Basis ofSustainable
Design, ArchitecturalPress, Oxford.
[7] Lawrence, A.B. (1970),“ArchitecturalAcoustic”,
Applied SciencePublishers Ltd, London.
Gambar 8 Mapping RASTI pada model masjid tanpa
kubah pada posisi duduk

5. Kesimpulan
Hasil simulasi pada Masjid Baitul Mukminin
menunjukkan bahwa dari ketiga simulasi terdapat
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini bisa
dilihat dari nilai SPL yang menunjukkan masjid dengan
tanpa kubah menghasilkan nilai SPL lebih baik
dibandingkan dengan masjid dengan kubah. Sedangkan
pada nilai RT dan RASTI, masjid dengan kubah
memiliki nilia yang lebih stabil dibandingkan masjid
tanpa kubah.
Dari hasil yang didapat dari hasilpenelitian ini,
perlu dilakukan penelitianlebih lanjut yang dilakukan
pada masjid-masjid dengan tidak hanya memperhatikan
pengaruh perbedaan bentuk atap masjid, namun juga
pengaruh material dan volume terhadap ruang masjid,
karena nilai akustik tidak hanya dipengaruhi oleh
bentuk atap namun juga oleh aspek-aspek
lainnya.Selainitupembahasan juga
akanlebihdalambilamengikutsertakanparameterakustiky
anglain,yaituC,D, EDT dan TS.

Anda mungkin juga menyukai