Anda di halaman 1dari 120

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut pembangunan
diaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan (Depkes RI, 2005).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium.
Pada tahun 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah
persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000.
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran
terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang
merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 41 negara
permakmuran.
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran
hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan penyebab, kematian ibu dapat digolongkan menjadi dua antara lain
kematian obstetrik langsung (Indirect Obstetric Deaths) dan kematian obstetrik tidak
langsung (Direct Obstetric Deaths). Kematian obstetrik langsung disebabkan komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas. Kematian ibu diantaranya terjadi pada proses persalinan
sekitar 90% merupakan kompliasi dari obstetrik (Prawirohardjo, 2002). Adapun penyebab
utamanya kematian ibu adalah perdarahan 28 %, infeksi 11 %, preeklamsia dan eklamsi
(keracunan kehamilan) 24 % , partus lama dan komplikasi abortus sekitar 33 %. Sedangkan
kematian setelah persalinan yang terjadi pada masa nifas diantaranya perdarahan post

1
partum (HPP), sepsis (infeksi masa nifas), dan partus lama (datastatistik, 2009).Di dunia
diperkirakan setiap tahun hampir 3,3 juta bayi lahir mati dan lebih dari 4 juta lainnya mati
dalam 28 hari pertama kehidupannya. Jumlah terbesar kematian bayi terjadi di wilayah Asia
Tenggara (1,4 juta kematian bayi dan 1,3 juta lahir mati).
Upaya untuk menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2015
adalah dengan cara: frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal care (ANC) oleh tenaga
kesehatan profesional, cakupan persalian ditolong tenaga kesehatan terlatih, akses layanan
obstetri darurat (dasar dan komprehensif) pada kehamilan dan persalinan berisiko tinggi, dan
persentase persalinan di fasilitas kesehatan (Bappenas,2008).
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan secara
menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada bayi baru lahir. Pemahaman
tentang asuhan kebidanan dasar yang fisiologis menjadi salah satu dasar agar bidan mampu
melaksanakan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar sehingga tidak ada lagi
kesalahan dalam penanganannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.
MG2P1A0 Umur Kehamilan 39 minggu 2 hari berdasarkan dengan teori dan kebutuhan ibu
pada saat hamil, bersalin, nifas sampai dengan bayi baru lahir?”

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada
Ny.MG2P1A0 umur kehamilan 39 minggu 2 hari berdasarkan dengan teori dan kebutuhan
ibu pada saat hamil, bersalin, nifas sampai dengan bayi baru lahir.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini diantaranya :
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data secara lengkap pada Ny. M G2P1A0
di BPM Bd. A

2
2) Mahasiswa mampu menginterpretasikan data dari pengkajian yang telah dilakukan
meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. M G2P1A0 di BPM
Bd. A
3) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa atau masalah potensial pada Ny. M
G2P1A0 di BPM Bd. A

4) Mahasiswa mampu mengidentifikasi tindakan segera atau antisipasi pada Mahasiswa


mampu menyusun rencana tindakan pada Ny. M G2P1A0 di BPM Bd. A
5) Mahasiswa mampu mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan pada Ny. M
G2P1A0 di BPM Bd. A
6) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. M
G2P1A0 di BPM Bd. A
7) Mahasiswa mampu menemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata pada Ny.
M G2P1A0 di Lapangan
8) Mahasiswa mampu menentukan alternatif pemecahan masalah pada Ny. M G2P1A0
di BPM Bd. A

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kehamilan


2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu peristiwa bertemunya sel telur dan sel sperma hasil dari
pertemuan itu akan bernidasi di dalam rahim selama beberapa waktu dan tumbuh
kembang menjadi bayi (Manuaba, 1999).
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal
periode ante partum. Periode antepartum dibagi menjadi 3 trimester yang masing-
masing terdiri dari 13 minggu atau 3 bulan menurut hitungan kalender. Pembagian
waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan
diperkirakan lebih kurang 280 hari atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir.
Pembuahan terjadi ketika ovulasi lebih kurang 14 hari setelah HPHT (Varney, 2007).
2.1.2 Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3bagian:
a. Kehamilan trimester pertama (0-12minggu)
b. Kehamilan trimester kedua (12-28minggu)
c. Kehamilan trimester ketiga (28-40minggu)

2.1.3 Ibu Hamil pada Trimester III


Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai
orangtua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi.
Ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera dan akan
menghindari orang atau hal-hal yang dianggapnya membahayakan bayinya. Persiapan
aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata kamar
bayi, membayangkan mengasuh atau merawat bayi, menduga-duga akan jenis
kelaminnya dan rupa bayinya.

4
Pada kehamilan trimester akhir, anda akan merasakan banyak keluhan yang
datang silih berganti, dan itu adalah bagian normal dari proses kehamilan ini, sehingga
nikmati dan jalani dengan semangat, karena dalam beberapa minggu ke depan, bayi
yang ditunggu-tunggu akan segera lahir. Keluhan yang sering terjadi adalah nyeri
pinggang, kontraksi, pembesaran payudara, garis-garis stretchmarks yang makin jelas,
sering buang air kecil, susah buang air besar, rasa panas di ulu hati dan perasaan sesak
dan nafas yang pendek. Semua keluhan-keluhan diatas adalah kondisi normal.

2.1.4 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil pada Trimester III


1. Uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat
uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-
bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng. Pada
kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan
kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya
uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk
membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau
menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya.
Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat
atau 1/3 jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu,
fundus uteri terletak antara ½ jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan
36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila
pertumbuhanjanin normal, maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu
adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm.
Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari
dibawah prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada
primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul.
Pada trimester III , istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR). Pada
kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi
lebih lebar dan tipis (tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal

5
dan segmen bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi
fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada SBR.

2. Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih
banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri
atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak
mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan
membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian
bawah janin kebawah.
Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak menutup
seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin
pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak
dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan
sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh
mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas
tertentu masih merupakan keadaan fisiologik, karena peningakatan hormon
progesteron. Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut kolagen, terutama pada
minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah
berdilatasi pada waktu persalinan.
3. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak lebih merah dan
agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh
darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi
kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai

6
dapat mengakibatkan kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai
meningkat dan lebih kental.
4. Mammae
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-
kelenjar asinus yang mulai bersekresi.
5. Sirkulasi Darah
Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak usia kehamilan
32 minggu. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan,
tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi
hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini
menurun menjadi ± 120 g/L. Pada minggu ke-32, wanita hamil mempunyai
hemoglobin total lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak hamil.
Bersamaan itu, jumlah sel darah putih meningkat (± 10.500/ml), demikian juga
hitung trombositnya.
Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan meningkat
± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah jantung tersebut
disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung
meningkat ± 15%. Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat
kecenderungan peningkatan tekanan darah.
6. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan
diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam,
dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga
memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat
20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih
rendah. Pada kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan
mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga menimbulkan
kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan penampilan badannya.
7. Traktus Digestivus

7
Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi cairan
intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah relaksasi,
sehingga dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang menyebabkan rasa terbakar di
dada (heathburn). Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di
lambung. Otot-otot usus relaks dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini
memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, tetapi dapat menyebabkan
konstipasi, merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil.

8. Traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering
kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan
sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga
meningkat sampai 69%. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk
eksresi seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak yang
dikeluarkan.
9. Metabolisme Dalam Kehamilan
BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada trimester
III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran
karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila
dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam
pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal
pemakaian tenaganya.
Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya
dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya
diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium
tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk
pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum
memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar
kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan
terjadinya kejang tetani.

8
Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine)
meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil
16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan
16 minggu dan seterusnya sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang
dapat membuat oksitosin tidak aktif. Pinosinase ditemukan banyak sekali di dalam
darah ibu pada kehamilan 14-38 minggu.
Perubahan-perubahan yang secara langsung terasa pada ibu hamil antara lain :
1. Rasa lelah yang berlebihan pada punggung, bayi yang tumbuh semakin besar
dan beratnya mengarah kedepan membuat punggung berusaha menyeimbangkan
posisi tubuh, hal ini menyebabkan punggung yang cepat lelah oleh sebab itulah
orang yang hamil tua tidak tahan berjalan terlalu jauh. Berdiri dan duduk dengan
menyandar akan terasa lebih enteng. Minta pada pasangan untuk memijat
otot yang kaku.
2. Bengkak pada mata kaki atau betis, dapat mengganggu bagi sebagian wanita,
rahim yang besar akan menekan pembuluh darah utama dari bagian bawah
tubuh ke atas tubuh, menyebabkan darah yang mau mengalir dari bagian bawah
menjadi terhambat. Darah yang terhambat berakibat wajah dan juga kelopak
mata membengkak, akan mudah terlihat didepan cermin pada pagi hari setelah
bangun.
3. Napas menjadi lebih pendek, ukuran bayi yang semakin besar didalam rahim
akan menekan daerah diafragma (otot dibawah paru-paru) menyebabkan aliran
napas agak berat, sehingga secara otomatis tubuh akan meresponsnya dengan
napas yang lebih pendek. Duduk dengan posisi yang menyenangkan anda, tidur
menyamping dan juga olahraga aerobik ringan bisa meringankan. Karena
kondisi kandungan setiap wanita berbeda-beda, maka mintalah nasehat dokter
untuk kondisi anda sekarang olahraga ringan jenis seperti apa yang masih boleh
dilakukan. Apakah aerobik barbel ringan atau hanya sekedar yoga dengan posisi
tertentu. (yoga untuk kehamilan akan segera dibahas juga disini).
4. Panas di perut bagian atas, ini terjadi karena asam lambung meningkat,
penyebabnya adalah perubahan hormon dalam tubuh ibu hamil. Minum lebih

9
banyak air dan makanlah dengan porsi yang lebih sedikit tapi frekuensinya lebih
banyak
5. Varises di wajah dan kaki, arti lain varises adalah pelebaran pembuluh darah
yang pada seorang wanita hamil terjadi di daerah wajah, leher, lengan dan kaki
terutama di betis. Apalagi bagi anda yang punya warna kulit yang lebih putih,
akan sangat jelas urat-urat halus berwarna merah kebiru-biruan. Pelebaran
pembuluh darah bisa juga terjadi di daerah anus sehingga menyebabkan wasir.
Makanlah makanan yang banyak mengadung serat seperti sayur-sayuran bayam,
sawi, daun pepaya dan kol. Hindari mengeden (mendorong sekuat tenaga sambil
menahan napas) saat buang air besar karena dengan anda mengeden, volume
darah dalam jumlah besar akan menuju pembuluh darah sekitar anus
6. Stretch mark, yakni garis-garis putih dan parut pada daerah perut, bisa juga
terjadi di dada, bokong, paha dan lengan atas. Walaupun stretch mark tidak
dapat dihindarkan tetapi akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan.
Gunakan lotion anti stretchmark setelah mandi dan perbanyak konsumsi vitamin
E.
7. Payudara semakin membesar, ini karena kelenjar susu didalamnya mulai penuh
dan sesekali dalam keseharian anda, akan keluar tetesan-tetesan air susu di bra
terutama setelah bulan ke-9. Penambahan berat payudara kira-kira 1/2 - 2kg
8. Sering buang air kecil, merupakan salah satu tanda-tanda kehamilan, keinginan
wanita hamil disebabkan oleh kandung kemih (tempat urin) tertekan rahim. Bagi
beberapa wanita, tertawa yang keras, batuk atau bersin bisa membuat mereka
ngompol.

2.1.5 Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III


Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan
dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak
akan pernah tahu kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini
meningkat, ibu merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas
dan mudah tersinggung serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih
akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya

10
selama hamil, disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan
keluarganya.
Perubahan Psikologis Trimester III (penantian dengan penuh kewaspadaan).
1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
4. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5. Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
6. Merasa kehilangan perhatian.
7. Perasaan mudah terluka atau sensitif.
8. Libido menurun

2.1.6 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada
trimester dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan(Pantiawati,2010).
Pada Kehamilan usia lanjut,perdarahan yang tidak normal adalah merah,banyak
dan kadang-kadang tapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri (Asrinah,2010).
2. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan,dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.Sakit kepala yang serius adalah
sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat.Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin
merasa penglihatannya kabur atau berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsi.
3. Penglihatan Kabur
Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah visual yang
mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang
mendadak, misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan ini mungkin

11
disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan pre-eklampsia
(Pantiawati,2010)
4. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Pada saat kehamilan,hampir seluruh ibu hamil mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah beristirahat
dengan meninggikan kaki.Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika
muncul pada muka dan tangan,tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan
keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat pertanda anemia, gagal jantung atau pre-
eklampsia
5. Keluar Cairan per Vagina
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III. Ibu harus dapat
membedakan antara urine dengan air ketuban.Jika keluarnya cairan ibu tidak
terasa,berbau amis dan berwarna putih keruh,berarti yang keluar adalah air
ketuban.Jika kehamilan belum cukup bulan,hati-hati akan adanya persalinan
preterm (< 37 minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum .
6. Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-
6,beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.Jika bayi tidur
gerakan bayi akan melemah.Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring untuk beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.Bayi
harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam.Jika kurang dari
itu,maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim,misalnya asfiksia
janin sampai kematian janin.
7. Nyeri Perut yang Hebat
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his seperti pada
persalian.Pada kehamilan lanjut,jika ibu merasakan nyeri yang hebat,tidak
berhenti setelah beristirahat,disertai tanda-tanda syok yang membuat keadaan
umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai perdarahan yang tidak
sesuai dengan beratnya syok,maka kita harus waspada akan kemungkinan
terjadinya solusio placenta. Nyeri perut yang hebat bisa berarti
apendiksitis,kehamilan etopik,aborsi,penyakit radang pelviks, persalinan preterm,

12
gastritis, penyakit kantong empedu,iritasi uterus,abrupsi placenta,infeksi saluran
kemih atau infeksi lainnya (Asrinah,2010)

2.2 Konsep Persalinan


2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam
saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah persalinan
dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan
bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer, 2001).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,
2008).
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi konesepsi
(janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepaskan dan dikeluarkan dari
uterus melalui vagina kedunia luar (Oxorn, 2003).
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005).

2.2.2 Fisiologi Persalinan


Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di induksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam (bukan partus presipitatus atau partus lama ),
mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput
pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak
mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang
normal (Forrer, 2001).

13
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang
relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin
sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai
menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode
relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur
menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas
kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran (Prawirohardjo,
2008).

2.2.3 Faktor Persalinan


Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan adalah power yang merupakan
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu yaitu
kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan,passage merupakan bagian
tulang panggul, servik, vagina dan dasar panggul.
(Displacement) dan passenger terutama janin (secara khusus bagian kepala janin)
plus plasenta, selaput dan cairan ketuban / amnion (Forrer, 2001).

2.2.4 Kala Dalam Persalinan


Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala pertama dimulai dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi dalam dua
fase yaitu fase laten (8 jam) servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) servik
membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Kala tiga dimulai segera
setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Dan kala empat dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum
(Prawirohardjo, 2006).
Persalinan terdiri atas empat kala yaitu kala pertama berlangsung dari awal gejala
sampai servik berdilatasi sempurna (10 cm). Termasuk awal fase laten, di mana
kontraksi masih tak teratur atau sangat lemah ; fase aktif, di mana kontraksi menjadi
lebih sering, lebih lama, dan lebih kuat ; dan fase transisi yang singkat, yang terjadi

14
tepat sebelum dilatasi dan pendataran sempurna. Lamanya kala pertama rata-rata 6
sampai 18 jam pada primipara dan 2 sampai 10 jam pada multipara. Kala dua diawali
dengan dilatasi sempurna servik dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Kontraksi pada
kala ini biasanya sangat kuat. Pada multipara kala dua berakhir sekitar 20 menit dan
pada primipara menghabiskan waktu sampai 2 jam untuk bayi melewati serviks yang
berdilatasi dan jalan lahir. Kala tiga diawali dengan keluarnya bayi dan uterus dan
diakhiri dengan keluarnya plasenta, proses ini biasanya berakhir beberapa menit baik
pada multipara maupun primipara.
Kala empat diawali dengan keluarnya plasenta dan berakhir ketika uterus tidak
relaksasi lagi, kala empat lebih panjang pada multipara dari pada primipara, biasanya
dari 4 sampai 12 jam (Hamilton, 1995).

2.2.5 Tanda-Tanda Mulainya Persalinan


Tanda-tanda mulainya persalinan adalah Lightening yaitu terbenamnya kepala
janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit
melebarnya simfisis. Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin
pada kendung kemih. Kontraksi Brakton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan
mudah dirangsang yang dapat menimbulkan distenfensi dinding abdomen sehingga
dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan
(Forrer, 2001).
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping
yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering
atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus.
Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (Mochtar M.ph, 1992).

2.2.6 Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan

15
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain faktor-faktor humoral,
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
a. Teori penuruman hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua : menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskhemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi uteroplasenter.
d. Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale, bila ganglion
ini digeser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus :dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian
oksitosin menurut tetesan perinfus (Mochtar M.ph, 1992).

2.2.7 Mekanisme Persalinan


Mekanisme persalinan dibagi atas tujuh bagian yaitu engagement merupakan
apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Penurunan merupakan
gerakan bagian presentasi melewati panggul. Fleksi merupakan segera setelah kepala
yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul. Putaran paksi dalam adalah pintu
atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diameter transversanya. Ekstensi
merupakan saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi kearah anterior
oleh perinium. Restitusi dan putaran paksi luar merupakan setelah kepala lahir, bayi
berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas
panggul. Ekspulsi merupakan setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas
tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah
simfisis pubis (Bobak, 2005).

16
2.3 Konsep Masa Nifas
2.3.1 Definisi Nifas
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari.
Menurut Bobak, et.al (2005) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). Masyarakat Indonesia,
masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai proses persalinan sampai 40 hari
setelah itu.
Tujuan asuhan masa nifas menurut Maryunani (2009) adalah:
1. menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik,
2. melaksanakan sharing yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobata atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,
3. memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, dan perawatan
bayi sehat,
4. Memberi pelayanan KB.
Menurut Suherni (2009) peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas
adalah:
1. mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi
pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu,
2. mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga
3. membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator. Asuhan masa
nifas ini sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya.

2.3.2 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Suherni, 2009) memberikan
kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling
sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah :

17
1. untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir,
2. pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayinya,
3. mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas,
4. menangani berbagai masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu maupun
bayinya pada masa nifas.
Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut adalah sebagai
berikut:
a) kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan.
Tujuan : mencegahan perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri,
mendeteksi dan merawat penyabab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan
berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI
awal, memberi supervisi kepada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang membant melahirkan,
maka petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama.
b) kunjungan kedua, waktu: enam hari setelah persalinan.
Tujuan: memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, evaluasi adanya
tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup
makan, minum dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak
ada tanda-tanda adanya penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal-
hal berkaitan dengan asuhan pada bayi.
c) kunjungan ketiga, waktu: dua minggu setelah persalinan.
Tujuan : sama dengan kunjungan kedua.
d) Kunjungan keempat, waktu:enam minggu setelah persalinan.
Tujuan : menanyakan penyulit-penyulit yang ada, memberikan konseling untuk
KB secara dini.

2.3.3 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

18
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu.
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana
proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat
energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan
semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat
ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Bobak, 2009).
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya,
seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang
perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.

1. Perubahan Sistem Reproduksi


Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetelia ini
disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-
perubahan yag terjadi antara lain sebagai berikut:
a. Perubahan uterus
Pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil. Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar.
Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site)
sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami
nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah
4 minggu kembali pada ukuran sebelumhamil (Suherni, et al. 2009). Proses
kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil di sebut involusi.
Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar
dan menonjol ke dalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya kira-kira
7,5 cm. Sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada
minggu keenam mengecil lagi sampai 2,4 cm, dan akhirnya akan pulih. Di
samping itu, di cavum uteri keluar cairan sekret di sebut lokia. Ada berapa jenis
lokia menurut Suherni, et al. (2009) yakni: lokia rubra/kruenta (merah):
merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa penebalan dinding rahim

19
(desidua) dan sisa-sisa penanaman plasenta (selaput ketuban), berbau amis.
Lokia rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4,
Lokia sanguinoleta: warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan, lokia serosa: berwarana kuning dan cairan
ini tidak berdarah lagi pada hari 7-14 pasca persalinan, lokia alba: cairan putih
yang terjadi pada hari setelah 2 minggu, lokia parulenta: Ini karena terjadi
infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, lokiaotosis: lokia tidak lancar
keluarnya.

b. Perubahan vagina dan perineum


Perubahan vagina dan perineum pada masa nifas ini terjadi pada minggu
ketiga, vagina mengecil dan timbul ragae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan)
kembali. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum
tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih
sering akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan spekulum.
Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak
bengkak/edema/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau
episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. Proses
penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan tanda-
tanda infeksi pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak atau
keluar cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3 minggu
setelah melahirkan (Suherni, et al. 2009). Vagina yang semula teregang akan
kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah
bayi lahir.

c. Organ Otot Panggul


Otot panggul pada masa nifas juga mengalami perubahan. Struktur dan
penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama waktu
melahirkan. Hal ini dapat meyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan
dan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang

20
menopang uterus, dinding vagina, rektum, uretra dan kandung kemih (Bobak,
2009). Jaringan penopang dasar panggul yang teregang saat ibu melahirkan
akan kembali ke tonus semula setelah enam bulan.

d. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan dan 18 jam setelah
melahirkan serviks akan kembali ke bentuk semula dan konsistensinya menjadi
lebih padat kembali.

2. Perubahan pada Sistem Pencernaan


Ibu postpartum setelah melahirkan sering mengalami konstipasi. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama
persalian. Di samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan
jahitan padaperineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang
air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalian. Bilamana masih juga terjadi
konstipasi dan BAB mungkin keras dapat diberikan obat laksan peroral atau per
rektal.

3. Perubahan Perkemihan
Pada masa nifas, sistem perkemihan juga mengalami perubahan. Saluran
kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu setelah melahirkan,
tergantung pada keadaan/status sebelum melahirkan. Menurut Saleha (2009) pelvis
ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal
pada akhir minggu keempat setelah melahirkan.

4. Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas


Pada ibu pascapersalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital
sebagai berikut:
a. Suhu: selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkatkan menjadi 38°C,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal.
Jika terjadi peningkatan suhu 38°C yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam
melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis

21
(infeksi selama postpartum), infeksi saluran kemih, edometritis (peradangan
endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain.
b. Nadi: Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan
dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa
berhubungan dengan penurunan usaha jantung, penurunan volume darah yang
mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus dan peningkatan stroke
volume. Takhikardi kurang sering terjadi, bila terjadi hubungan peningkatan
kehilangan darah.
c. Tekanan darah: selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostik (penurunan 20 mmhg) yang ditandai dengan adanya pusing
segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil
pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.
Penurunan tekanan darah bisa mengindikasikan penyesuain fisiologis terhadap
penurunan tekanan intrapeutik atau adanya hipovolemia sekunder yang
berkaitan dengan hemorhagi uterus.
d. Pernafasan: fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil
pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

5. Perubahan dalam Sistem Kardiovaskuler


Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang mencapai
50%. Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilanagn daarh selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravasekuler (Bobak, et.al 2005). Mentolerasi kehilangan darah pada saat
melahirkan perdarahan pervaginam normalnya 400-500 cc. Sedangkan melalui
seksio caesaria kurang lebih 700-1000 cc. Bradikardia (dianggap normal), jika
terjadi takikardia dapat merefleksikan adanya kesulitan atau persalinan lama dan
darah yang keluar lebih dari normal atau perubahan setelah melahirkan (Saleha,
2009). Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun mencapai volume darah sebelum hamil.

22
6. Perubahan dalam sistem Endokrin
Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV
persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta. Menurut Maryunani (2009) Selama
periode postpartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Selama kehamilan,
payudara disiapkan untuk laktasi (hormon estrogen dan progesteron) kolostrum,
cairan payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III dan
minggu pertama postpartum. Pembesaran mammae/payudara terjadi dengan adanya
penambahan sistemvaskuler dan limpatik sekitar mammae. Waktu yang dibutuhkan
hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh
apakah ibu menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan
biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi, seperti sebelum
hamil.

7. Perubahan Berat Badan


Kehilangan/penurunan berat badan pada ibu setelah melahirkan terjadi akibat
lahir atau keluarnya bayi, plasenta dan cairan amnion atau ketuban. Pada minggu
ke-7 sampai ke-8, kebanyakan ibu telah kembali ke berat badan sebelum hamil,
sebagian lagi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk kembali ke
berat badan semula.

2.3.4 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas, menurut Suherni (2009) yaitu:
a. Gizi: Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan
tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500
kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air
minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang
lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi
vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak.

23
b. Kebersihan Diri: Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak
dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka
episiotomi dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar
tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.
c. Istirahat dan tidur: Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk mengurangi
kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat
menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI,
memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.
d. Eliminasi: BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas harus
sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan dalam waktu 8 jam,
urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah
melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai
berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus. Buang air besar
(BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan,
obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB
bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu
dalam regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat sangat
dianjurkan.
e. Pemberian ASI/Laktasi. Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu:
menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan
cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan
lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar
menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada bayi, tapi berikan dengan sendok,
penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI.

24
f. Keluarga Berencana. Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.
Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh 6
bulan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap
metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.
Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama
menyusui. Metode hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah
pilihan pertama bagi ibu yang menyusui.

2.3.5 Konsep Budaya dalam Perawatan Postpartum


a. Konsep Budaya
Menurut Syafrudin (2009), Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Semua
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung,
kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan, serta mempunyai
kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosialisasi
yang mendasari perilaku individu. Masyarakat di Indonesia merupakan
masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
Keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada
ternilai tingginya. Kekayaan tersebut harus dipahami terus dari generasi ke
generasi. Dalam konteks penulisan sejarah pendekatan budaya Muarif (2009)
membagi 5 aspek yang masing-masing saling terkait yaitu: (1) dimensi ruang
dan waktu, (2) konsep manusia sebagai animal rational dan latar belakang
sejarah, (3) setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola pikir,
sistem sosial serta budaya yang mereka warisidari para penduhulu, (4) pola
hubungan antara budaya dan kekuasaan, (5) bentuk kebudayaan dan unsur-unsur
yang mempengaruhinya. Proses perubahan yang melibatkan zaman dan pola
pikir manusia, secara perlahan-lahan, membentuk kebudayaan baru yang masih
memiliki ikatan historis-kultular secara longgar dengan kebudayaan

25
sebelumnya. Sampai pada kurun waktu tertentu, kebudayaan baru betul-betul
terpisah dan menjadi sebuah bentuk kebudayaan independen (otentik). Proses
inilah yang di sebut evolusi kebudayaan.
Suku Minangkabau (Muarif, 2009) adalah salah satu dari ratusan suku
bangsa di Indonesia. Mereka berasal dari propinsi Sumatera Barat. Di propinsi
yang terletak di bagian barat tengah Pulau Sumatera ini, suku Minagkabau
merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai. Setiap
bangsa memiliki tradisi tersendiri yang biasanya diwarisi oleh nenek moyang
mereka, seperti suku Minangkabau. Mereka memiliki kebudayaan yang telah
dianggap mapan, yang sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan
nenek moyang. Seiring dengan proses penyebaran masyarakat Minangkabau di
perantauan, tradisi urang awak menyebar mewarnai kawasan Nusantara.

b. Konsep Budaya tentang Perawatan Masa Nifas


Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status
kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada
yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau
yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena
pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi
kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun
masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan
dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatanmenurut ilmu
kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan
yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya.
Menurut pendekatan biososiokultur dalam kajian antropologi, kehamilan
dan kelahiran tidak hanya dilihat dari aspek biologis dan fisiologisnya saja,
tetapi dilihat juga sebagai proses yang mencakup seperti pandangan budaya
mengenai kehamilan dan kelahiran, wilayah tempat kelahiran berlangsung, para
pelaku, atau penolongnya, cara pencegahan bahaya dan pusat kekuatan dalam
pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya
(Syafrudin, 2009). Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan

26
masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu
pendidikan di samping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan
memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka
diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas

2.4 Konsep Bayi Baru Lahir


2.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir
Periode baru lahir atau neonatal adalah bulan pertama kehidupan (Maryunani &
Nurhayati, 2008). Berat rata-rata bayi yang lahir cukup bulan adalah 3,5 – 3,75 kg dan
panjang 50 cm (Simkin, Penny., et al) Bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku
dan kesiapan interaksi sosial. Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir
sampai usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang
dramatis pada bayi baru lahir (Bobak dkk, 2005). Pada masa ini, organ bayi
mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk
kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati, 2008). Dimana bayi mengalami
pertumbuhan dan perubahan yang menakjubkan (Halminton, 1995).

2.4.2 Adaptasi Kehidupan Ekstra Uteri


Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selama
periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus
berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik.
Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri
(Gorrie et al, 1998).

Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan baru lahir merupakan periode
kritis karena harus beradaptasi terhadap lingkungan baru. Mekanisme hemodinamik
dan thermoregulasi mendukung keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan ekstra
uteri (Simpson & Creehan, 2001). Dalam uterus semua kebutuhan janin secara
sempurna dilayani pada kondisi normal yaitu nutrisi dan oksigen disuplai oleh
sirkulasi ibu melalui plasenta, produk buangan tubuh dikeluarkan dari janin melalui
plasenta, lingkungan yang aman disekat oleh plasenta, membran dan cairan amnion

27
untuk menghindari syok dan trauma, infeksi dan perubahan dalam temperatur
(Maryunani & Nurhayati, 2008).

Di dalam uterus bayi juga hidup di lingkungan yang terlindung dengan suhu
terkontrol, kedap suara, terapung dalam suatu genangan cairan hangat, dan
memperoleh pasokan untuk semua kebutuhan fisiknya (Miriam, 1999). Elemen-
elemen kunci dalam transisi kelahiran adalah pergeseran dari oksigenasi maternal
bergantung pada respirasi terus-menerus, perubahan dari peredaran janin untuk dewasa
sirkulasi dengan meningkatnya aliran darah paru dan hilangnya kiri ke kanan
melangsir, dimulainya homeostatis glukosa independen, termoregulasi independen,
dan oral menyusui (Glutckman & Basset dalam Matson & Smith, 2004). Adaptasi
fisiologis dianggap lengkap bila tanda-tanda vital, pemberian makan, dan pencernaan
dan fungsi ginjal normal (Kelly dalam Matson & Smith, 2004). Pengamatan adaptasi
bayi ke kehidupan extra uterin sangat penting untuk mengidentifikasi masalah dalam
transisi dan melakukan intervensi.

2.4.3 Perawatan Bayi Baru Lahir


Perawatan bayi baru lahir dimulai saat lahir. Perawatan yang dilakukan bertujuan
untuk mencegah adanya komplikasi sedini mungkin. Perawatan yaitu berawal dari
pengkajian awal hingga perawatan secara keseluruhan.
A. Pengkajian Awal
Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan
menggunakan nilai apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat. Pengkajian nilai
apgar didasarkan pada lima aspek yang menunjukkan kondisi fisiologis neonatus
yakni, denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop.
Pernafasan, dilakukan berdasarkan pengamatan gerakan dinding dada. Tonus otot
dilakukan berdasarkan derajat fleksi dan pergerakan ekstremitas. Pergerakan
iritabilitas refleks, dilakukan berdasarkan respon terhadap tepukan halus pada
telapak kaki. Warna, dideskripsikan sebagai pucat diberi nilai 0, sianotik nilai 1,
atau merah muda nilai 2. Evaluasi dilakukan pada menit pertama dan menit kelima

28
setelah bayi lahir. Sedangkan pengkajian usia gestasi dilakukan dua jam pertama
setelah lahir (Bobak dkk, 2005).
Pengukuran antropometri dengan menimbang berat badan menggunakan
timbangan, penilaian hasil timbangan dengan kategori sebagai berikut, bayi
normal BB 2500-3500 gram, bayi prematur <2500 gram dan bayi marosomia
>3500 gram (Maryunani & Nurhayati, 2009).
Bayi berat lahir cukup adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) / low birth weight infact adalah bayi dengan berat
badan 1500 sampai dengan kurang dari 2500 gram. (Menurut Prawirohardjo,
Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal)

B. Mempertahankan Bersihan Jalan Napas


Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut diletakkan
pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase. Apabila terdapat lendir berlebih
di jalan napas bayi, jalan napas bayi dapat dihisap melalui mulut dan hidung
dengan sebuah bulb syringe. Bayi yang tersumbat oleh sekresi lendir, harus
ditopang kepalanya agar menunduk ( Bobak dkk, 2005).

C. Suhu Tubuh
Setiap kali prosedur apa pun yang dilakukan pada bayi, upayakan untuk
mencegah atau mengurangi hilangnya panas. Stres dingin (cold stress) akan
mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Temperatur ruang sebaiknya 24 0C. Bayi
baru lahir harus dikeringkan dan dibungkus dengan selimut hangat segera setelah
lahir, perhatikan supaya kepala juga harus diselimuti selama bayi digendong orang
tuanya. Bayi dapat segera diletakkan di atas abdomen atau dada ibu, dikeringkan,
dan dibungkus dengan selimut hangat ( Bobak dkk, 2005).

D. Perawatan Organ Tubuh Bayi

29
Pada organ kepala lingkar kepala diukur dengan menggunakan meteran
(Maryunani & Nurhayati, 2008). Kepala bayi juga dilakukan palpasi dan
memantau fontanel. Mata harus bersih, tanpa drainase dan kelopak mata tidak
bengkak, perdarahan konjungtiva mungkin ada (Ladewigs et al, 2006). Untuk
membersihkan mata, gunakan kapas paling lembut. Jangan memaksa
mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan pastikan mata bayi
bersih dari sisa kapas (Bonny & Mila, 2003). Bayi cukup usia mempunyai dua per
tiga ujung pinna yang tidak melengkung. Rotasi telinga harus ada di garis tengah,
dan tidak mengenai bagian depan atau bagian belakang (Ladewigs et al, 2006).
Untuk membersihkan telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Bagian
dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau
kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan cotton bad atau tisu
yang digulung kecil, jika menggunakan jari pastikan jari benar-benar bersih. Jika
hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar
dengan menggunakan penyedot hidung bayi, atau letakkan bayi dalam posisi
tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Bonny & Mila, 2003).
Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada lidah
(oral thurust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya jamur
(Musbikin, 2005). Untuk membersihkan mulut bayi digunakan kapas yang sudah
direndam dengan air masak, diperas dan mulut bayi dibersihkan dengan hati-hati
serta mengeluarkan lendir yang ada di mulut bayi (Dainur, 1995). Dapat juga
dilakukan dengan menggunakan kain kasa atau waslap yang sudah dibasahi
dengan air matang hangat lalu dibalut pada jari telunjuk, kemudian membersihkan
mulut dari bagian luar, yaitu bibir dan sekitarnya. Setelah itu bagian gusi belakang
hingga depan, lalu membersihkan lidah bayi dengan perlahan-lahan. Posisi bayi
sebaiknya terbaring agar lebih mudah dibersihkan (www.ayahbunda.co.id, 2010).
Kuku jari yang panjang dapat menimbulkan luka garukan pada wajah bayi
dan luka ini bisa terinfeksi. Kuku yang panjang dapat pula terkoyak karena
sekalipun panjang, tetapi kuku tersebut sangat lunak. Jika kuku tersebut terkoyak,
jaringan di bawahnya yang sensitif terhadap infeksi dapat terpajan. Bayi dapat

30
menggunakan sarung tangan atau dengan melakukan pemotongan kuku dengan
hati-hati (Farrer, 1999).

E. Merawat Tali Pusat


Menurut Penny dkk. (2007) tali pusat bayi umumnya berwarna kebiruan dan
panjangnya 2,5 cm sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem tali pusat akan dipasang
untuk menghentikan perdarahan. Klem tali pusat dibuka jika tali pusat sudah
kering. Sebelum tali pusat lepas jangan memandikan bayi dengan merendamnya
dan jangan membasuh tali pusat dengan lap basah. Sebelum melakukan perawatan
pada tali pusat harus mencuci tangan bersih-bersih. Membersihkan sisa tali pusat
terutama pangkalnya dilakukan dengan hati-hati jika tali pusat masih berwarna
merah. Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah dan mengidentifikasi
perdarahan atau infeksi secara dini. Setiap hari harus melakukan pemeriksaan
untuk menemukan tanda-tanda infeksi (Bobak dkk, 2005).

F. Higiene dan Perawatan Kulit


Higiene bayi dapat terjaga dengan mandi. Mandi memiliki beberapa tujuan
yaitu membersihkan seluruh tubuh, mengobservasi keadaan, memberi rasa
nyaman, dan mensosialisasikan orang tua, anak dan keluarga (Bobak dkk, 2005)
Memandikan bayi dilakukan di tempat yang aman, dengan suhu yang hangat
(Bonny & Mila, 2003). Menurut Helen dkk. (2007) perawatan kulit yang ditutup
oleh popok sangat penting untuk mencegah terjadinya ruam popok. Perawatan
kulit dengan menggunakan minyak telon, krim, baby oil, dan colegne
diperkenankan tetapi penggunaan bedak tabur tidak dianjurkan karena dapat
terhirup oleh bayi dan mengganggu jalan napas atau membuat tersedak (Bonny &
Mila, 2003).

G. Alat Genitalia dan Anus


Genitalia bayi laki-laki dibersihkan dengan menggunakan air sabun.
Gunakan kapas basah untuk membersihkan lipatan-lipatannya jangan memaksa
menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam atau menyemprotkan

31
antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari
gland, sesekali bisa ditarik dan membersihkan bawahnya. Bagian anus dan bokong
dibersihkan dari luar ke dalam. Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan
buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan
bokong boleh diolesi krim (Bonny & Mila, 2003) Genitalia perempuan dibersihkan
menggunakan sabun dan air. Gunakan gulungan kapas untuk membersihkan
bagian bawah kelamin, lakukan dari arah depan ke belakang. Bagian anus dan
bokong dibersihkan dari arah anus keluar. Kemudian keringkan dengan tisu
lembut. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Bonny & Mila, 2003).

H. Sirkumsisi
Menurut Ladewigs, et al. (2006) beberapa orang tua memilih untuk
melakukan sirkumsisi pada bayi laki-lakinya. Keputusan orang tua untuk
mensirkumsisi bayi yang baru lahir biasanya didasarkan pada faktor-faktor berikut:
higiene, agama, tradisi, budaya atau norma sosial (Bobak dkk, 2005).
Pada bayi baru lahir akan disirkumsisi, pelaksanaannya baru dilakukan
sesudah bayi tersebut berusia lebih dari 8 hari dan kalau bayinya sehat, matur serta
tidak menunjukkan gejala ikterus. Bahaya perdarahan dan infeksi harus dipikirkan
pada waktu merawat bayi yang menjalani prosedur pembedahan ini (Farrer, 1999).
Lembaran kasa berbentuk pita harus dibelitkan disekitar luka sirkumsisi dan kita
dapat menggunakan friar’s balsam (tinc benz co) untuk membuat kasa tersebut
melekat serta bersifat antiseptik. Kasa biasanya baru dilepas pada hari ke-3 atau
ke-4 setelah operasi.

I. Nutrisi
Nutrisi yang baik pada bayi memungkinkan kesehatan yang baik,
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama
kehidupan dan juga membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik
pada masa selanjutnya. Pemenuhan nutrisi pada bayi baru lahir sebaiknya dengan
memberikan Air Susu Ibu (ASI), namun jika adanya kendala-kendala khusus dapat

32
diberikan susu formula (Bobak dkk, 2005). Kebutuhan nutrien yang diperlukan
yaitu meliputi energi, karbohidrat, lemak, protein, cairan, mineral dan
vitamin.Menurut Hubertin Sri (2004 dalam Saragih, 2010), perawat mempunyai
kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan penerapan ASI eksklusif agar
bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh kembangnya. Keputusan
untuk memberikan bayi susu botol adalah logis jika ibu tidak ingin menyusui
karena berbagai alasan yang tepat (Helen, 2007).
ASI diberikan sedini mungkin jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi
apa-apa biarkan bayi mengisap apyudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI.
Cadangan makanan dalam tubuh cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pasca
persalinan. (Muslihatun, Wafi Nur, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita).

J. Imunisasi
Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan kondisi
bayi dan anak sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit dapatan yang
mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk untuk memvaksinasi bayi terhadap
penyakit-penyakit seperti polio dan batuk rejan bahkan cacar. Beberapa orang tua
dalam upaya melindungi dari efek samping resiko vaksinasi memutuskan untuk
tidak mengimunisasi anaknya. Mereka lebih suka mengambil resiko yaitu anak
mereka terkena penyakit dari pada melihat anaknya mengalami efek samping dari
vaksinasi. Sebaiknya orang tua mengumpulkan informasi dari masing-masing
vaksin saat membuat pilihan tentang imunisasi (Ladewigs, et al 2006).
Rekomendasi Vaksinasi Program Pengembangan Imunisasi :
1) Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2 bulan. Pada bayi yang kontak
erat dengan penderita TB, dan melalui pemeriksaan sputum didapati BTA (+3)
maka sebaiknya diberikan INH profilaksis terlebih dahulu, dan jika kontak
sudah tenang dapat diberi BCG. Jangan melakukan imunisasi BCG pada bayi
atau anak dengan imunodefisiensi, misalnya HIV, gizi buruk, dan lain-lain.
2) Hepatitis B
Vaksinasi awal atau primer diberikan sebanyak 3 kali. Jarak antara suntikan I
dan II adalah 1-2 bulan, sedangkan untuk suntikan III diberikan dengan jarak 6

33
bulan dari suntikan I. Pemberian booster dilakukan 5 tahun kemudian, namun
masih belum ada kesepakatan. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-
HbsAg pasca imunisasi setelah 3 bulan imunisasi terakhir.
3) Difteri, Pertusis, dan Tetanus
Dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan saat masuk
sekolah. Dosis ke 4 harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis
ke-3.
4) Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine-OPV)
Vaksin polio oral diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan PPI
dan Program Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000. kemudian diteruskan
dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah
berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu. satu dosis sebanyak 2 tetes
(0,1 ml) diberikan per oralpada umur 2-3 bulan, yang pemberiannya dapat
diberikan bersamaan dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B.
5) Campak
Pada saat ini dinegara yang sedang berkembang, angka kejadian campak masih
tinggi dan sering kali dijumpai penyulit. oleh karenanya WHO menganjurkan
pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan. dosis baku minimal
untuk pemberian vaksincampak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau
sebanya 0,5 ml.

34
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN ANTENATAL CARE

No. Register : Tempat/ waktu pengkajian : 12 Mei 2018


/10.00 WIB
Nama pengkaji : Ananda Ageng SF Tempat Pengkajian : Posyandu Mawar II

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. Biodata
Nama klien : Ny. NY Nama klien : Tn. S
Umur : 30 tahun Umur : 30 tahun
Suku bangsa : Sunda Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Gol.Darah :A Gol.Darah : Belum diketahui
Alamat : Kp. Cikangkung Barat rt 06/01 Rengasdengklok Utara,
Kab. Karawang
B. Keluhan
Ibu mengaku hamil 9 bulan ingin memeriksakan kehamilannya, pada saat ini ibu
mengeluh sakit pinggang dan sering BAK di malam hari dari 2 minggu yang lalu.

C. Riwayat Kehamilan Sekarang


Kehamilan ke : 2 kali Bersalin : 1 kali Keguguran : 0 kali
HPHT : 18–08–2017 TP : 25–05–2018 Usia Kehamilan: 38 minggu 1 hari
Siklus haid : 28 Hari Lamanya haid : 4 hari, Teratur
Dismenorrhea : Tidak ada Banyaknya : 3 x ganti pembalut/hari
Pergerakan janin yang pertama kali dirasakan : pada usia kehamilan 4 bulan
Gerkan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhhir : ± 12x, kuat dalam 24 jam
Imunisasi : TT1: 15-03-2018 Tempat : Posyandu

35
TT2 : 12-05-2018 Tempat : Posyandu
Periksa kehamialn : 9x Tempat : BPM , Posyadu Oleh : Bidan
Tablet Fe: 90 tablet, habis Cara minum : Dengan air putih pada malam hari

D. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu


Penyulit Anak
Usia
N Tahu Jenis Penolon Kehamila Keadaan L Keadaan H
Kehamila
O n Persalinan g n& Nifas / BB PB Saat / ASI
n
Persalinan P Lahir M
32
00
1. 2009 40 mgg Normal Bidan Tidak ada Normal L 48 Baik H Ya
gra
m
2 Hamil ini

E. Aktivitas Sehari-hari
a. Diet
a. Nutrisi
 Pola makan : 3x sehari
 Jenis makan yang dikonsumsi : Nasi, sayuran, lauk pauk, buah buahan,
tahu, tempe, telur
 Makan yang di pantang : Tidak ada
 Perubahan makan : Tidak ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak ada

b. Hidrasi
 Jenis cairan yang di minum : Air mineral, susu, air teh
 Jumlah cairan yang diminum sehari : ± 8 gelas / hari
b. Istirahat dan tidur
Malam : 6 jam/ hari Siang : 1 jam/hari
c. Personal hygience

36
Mandi : 2 x sehari Gosok gigi : 2 x sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari
Jenis pakaian yang dipakain saat hamil : Pakaian longgar seperti daster
d. Aktivitas seksual
Adakah perubahan : Tidak ada perubahan
Frekuensi : 1 bulan sekali
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
e. Aktivitas sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah tangga
f. Eliminasi
BAK : ± 8 x/ hari Banyak : ± 150 cc/BAK
BAB : 1 x/hari Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning kecoklatan

F. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita : Tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga :
Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Asthma : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat alergi : Tidak ada
4. Perilaku kesehatan
 Penggunaan alkohol/ obat-obatan sejenis : Tidak
 Obat-obatan/jamu yang sering diminum : Tidak
 Merokok : Tidak
5. Riwayat kontrasepsi
Jenis kotrasepsi : KB suntik 3 bulan
Alasan : praktis, tidak perlu
sering disuntik
Lama pemakaian : 7 tahun
Keluhan : Berat badan meningkat
dan tidak haid
Rencana KB yang akan datang : Suntik KB 3 bulan

37
G. Riwayat Sosial
Kehamilan diinginkan atau di rencanakan : Ya
Status perkawinan : Menikah Nikah ke : 1 Lamayanya : 10 tahun
Pengambil keputusan : Suami Dukungan keluarga : Baik
Pendamping persalinan : Suami dan keluarga
Pendonor darah : Keluarga
Hubungan klien dengan suami : Baik
Hubungan klien dengan anggota keluarga lain : Baik
Rencana persalinan : Normal Tempat : BPM Oleh siapa : Bidan

Keluarga yang tinggal serumah

No Nama L/P Usia Hub keluarga Pendidikan Pekerjaan Ket


1 Tn. S L 30th Suami SD Wiraswasta -
2 Ny. K P 55th Ibu SLTP IRT -
2 An. S P 9 th Anak SD Pelajar -

II. PENGKAJIAAN DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status emosional : Stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit suhu : 36,7℃
3. Tinggi badan : 158 Cm
74
Berat badan sekarang : 74 Kg IMT : = 26,2
(1,68)2

Berat badan sebelum hamil : 65 Kg


Kenaikan berat badan : 9 Kg
Lingkar lengan : 30 Cm
4. Pemeriksaan fisik
 Kepala
Inspeksi

38
 Warna rambut : terlihat hitam
 Kebersihan : terlihat bersih
Palpasi
 Keadaan rambut : teraba bersih dan tidak rontok
 Benjolan : tidak teraba benjolan
 Muka
Inspeksi
 Odema : tidak terlihat oedema
 Pucat atau tidak : tidak terlihat pucat
Palpasi
 Odema : tidak teraba oedema
 Mata
Inspeksi
 Konjungtiva : terlihat berwarna merah muda (ka/ki)
 Sclera : terlihat berwarna putih bersih (ka/ki)
 Hidung
 Kebersihan : terlihat bersih
 Pengeluran : tidak terlihat pengeluaran
 Polip : tidak ada
 Telinga
 Kebersihan : terlihat bersih (ka/ki)
 Pengeluaran : tidak terlihat pengeluaran (ka/ki)
 Fungsi pendengaran : baik (ka/ki)
 Bibir
Inspeksi
 Pucat : tidak terlihat pucat
 Stomatitis : tidak ada
 Gigi
 Caries : tidak ada caries
 Gigi palsu : tidak ada gigi palsu
 Lidah

39
 Warna : terlihat berwarna merah muda
 Leher
 Pembengkakan kelenjar tyroid : tidak teraba pembengkakan
 Pembengkakan KGB : tidak teraba pembengkakan
 Pembengkakan vena jugularis : tidak teraba pembengkakan
 Dada
Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
Paru-paru : tidak dilakukan pemeriksaan
Payudara
Inspeksi : Simetris/ Tidak : simetris (ka/ki)
Kebersihan : bersih
Benjolan : tidak ada (ka/ki)
Hyperpigmentasi : terlihat hyperpigmentasi di sekitar
areolla (ka/ki)
Palpasi : Benjolan : tidak ada benjolan (ka/ki)
Putting susu : menonjol (ka/ki)
Colostrum : belum ada (ka/ki)
Pembeseraan KGB axila : tidak teraba pembesaran (ka/ki)
Kelainan : Retraksi : tidak ada retraksi (ka/ki)
Lecet : tidak ada lecet (ka/ki)
 Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : membesar sesuai usia kehamilan
 Sikatrik bekas operasi : tidak ada sikatrik bekas operasi
 Striae : ada, (striae nigra)
 Hyperpigmentasi : terlihat Linea nigra
Palpasi
 TFU : 30 cm
 Leopold I : pertengaha pusat dan px, teraba bulat,
lunak, tidak melenting yakni bokong
janin

40
 Leopold II : kiri ibu teraba keras, memanjang,
seperti ada tahanan yakni punggung
janin
kanan ibu teraba bagian-bagian kecil
janin yakni ektremitas
 Leopold III : teraba bulat, keras, melenting dan
Tidak bisa digoyangkan
 Leopold IV : konvergen
 Pelimaan : 4/5
 TBJ : (30-13) x 155 = 2,635 gram
Auskultasi
 DJJ : 140 x/menit
Punctum Maximum : 3 jari dibawah umbilikus (abdomen
kuadran III)
 Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)
 Kuku : bersih dan pendek (ka/ki)
Palpasi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)
 Capillary refill : kembali sebelum 2 detik (ka/ki)
Ekstermitas bawah
Inspeksi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)
 Varises : tidak ada varises (ka/ki)
Palpasi
 Oedema : tidak ada oedema (ka/ki)
 Capillary Refill : kembali sebelum 2 detik (ka/ki)
 Varises : tidak ada varises (ka/ki)
Perkusi

41
 Reflek patella : (+/+) (ka/ki)
 Genetalia
Inspeksi
 Oedema : tidak ada oedema
 Varises : tidak ada varises
 Pembesaran kelenjar bartholin : tidak ada pembesaran
 Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
 Luka Perineum : tidak luka perineum
Palpasi
 Oedema : tidak ada oedema
 Varises : tidak ada varises
 Pembesaran kelenjar bartholin : tidak ada pembesaran
 Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
 Anus
 Haemoroid : eksterna (-)/ interna (-)

5. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah : Hb : 12 gr%
 Glukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Protein : Tidak dilakukan pemeriksaan
III. ASSESMENT (A)
Diagnosa : Ibu G2P1A0 gravida 39 minggu 6 hari keadaan normal
Janin tunggal hidup intrauteri presentasi kepala keadaan baik
Masalah Potensial : tidak ada
Antisipasi masalah potensial : tidak ada

IV. PLANNING (P)


1. Beritahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik. Saat ini usia kehamilan ibu adalah 39 minggu 6 hari dengan taksiran
persalinan pada tanggal 13-05-2018, tetapi tanggal tersebut bisa maju atau mundur 2

42
minggu. Taksiran berat janin pada saat ini normal yaitu 2635 gram, dimana batas
normal berat janin adalah 2500 – 4000 gram.
 Ibu mengerti dan terlihat senang mendengar hasil pemeriksaan.
2. Beri pendidikan kesehatan mengenai perubahan fisiologi kehamilan yang berhubungan
dengan keluhan nyeri piggang dan sering BAK.
Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu mengenai perubahan fisiologi kehamilan
yang berhubungan dengan nyeri pinggang, yaitu diakibatkan karena pertumbuhan janin
dalam kandungan ibu yang menekan tulang panggul ibu, sehingga ibu merasakan nyeri.
Cara menyikapinya ibu bisa menguranginya dengan tidur posisi miring dan jangan
berdiri terlalu lama karena bisa lebih menambah beban yang di tumpu oleh tulang
panggul ibu. Seringnya BAK dimalam hari dikarenakan penekanan uterus pada kandung
kemih dan kerja ginjal yang lebih berat pada saat ibu tertidur sehingga menyebabkan
ibu sering merasa ingin BAK terutama dimalam hari. Cara menyikapinya yaitu pada
saat akan tidur ibu dianjurkan untuk mengurangi volume air yang diminum, agar rasa
ingin BAK berkurang dan kualitas tidur pada malam hari tidak terganggu.
 Ibu telah mengetahui penyebab ketidaknyamanannya dan akan melakukan
anjuran yang diberikan.
3. Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai perawatan payudara
Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai perawatan payudara yang
perlu dipersiapkan sejak sebelum lahir sehingga dapat berfungsi dengan baik pada saat
diperlukan. Lakukan pengurutan payudara secara hati-hati untuk mempercepat produksi
ASI. Membasuh dengan lembut sekitaran puting susu setia hari untuk mengurangi retak
dan lecet, apabila ada pengeluaran ASI (colostrum) yang mengering pada puting susu,
lakukan pembersihan dengan menggunakan baby oil dan minyak kletik serta gunakan
penopang payudara yang sesuai (brassiere) karena payudara menegang, sendidtif, dan
menjadi lebih berat.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan melakukan anjuran
yang diberikan.
4. Informasikan mengenai tanda bahaya kehamilan.
Menginformasikan pada ibu mengenai tanda bahaya pada kehamilan seperti terjadinya
perdarahan, mata berkunang-kunang, sakit kepala yang hebat, bengkak pada muka,

43
tangan dan kaki, serta gerakan janin yang tidak seperti biasanya (terlalu aktif atau
lamban). Apabila ibu mengalami hal tersebut segeralah periksa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
 Ibu mengerti ditandai dengan adanya anggukan.
5. Informasikan mengenai persiapan persalinan.
Memberitahu ibu untuk segera mempersiapkan kebutuhan pada saat akan bersalin mulai
dari perlengkapan ibu dan bayi (seperti pakaian ibu, kain panjang, pernel, baju bayi, dan
topi bayi secukupnya), alat transportasi, pendonor darah, dan pendamping saat bersalin.
Menganjurkan pada ibu untuk mencuci perlengkapan yang baru terlebih dahulu seperti
baju bayi ataupun kain untuk menghilangkan kotoran-kotaran dikarenakan kulit bayi
baru lahir yang sangat sensitif. Siapkan semua kebutuhan dalam satu tas, sehingga akan
memudahkan ibu saat nanti mulai terasa tanda-tanda terjadinya persalinan
 Ibu mengerti dan akan mulai mempersiapakan untuk persalinan nanti.
6. Beritahu ibu tanda-tanda persalinan.
Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu : mulas secara sering, teratur dan lama,
keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluarnya air-air dari jalan lahir. Dan
jika ibu mengalami tanda-tanda tersebut segera ke pelayanan kesehatan terdekat.
 Ibu mengerti ditandai dengan adanya anggukan.
7. Beritahu ibu mengenai kunjungan ulang.
Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang minggu depan, dan jika ada
keluhan segera datang ke pelayanan kesehatan terdekat.
 Ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.

44
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN INTRANATAL CARE

No. Register : Tanggal/ waktu pengkajian:

Nama Pengkaji : Deby Silvia Tempat Pengkajian : BPM Bidan N

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. BIODATA
Nama Klien : Ny.N Nama Suami : Tn.S
Umur : 30 tahun Umur : 30 tahun
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Gol. Darah :A Gol. Darah : Belum diketahui
Alamat : Kp. Cikangkung Barat rt 06/01 Rengasdengklok Utara,
Kab. Karawang
B. KELUHAN : Ibu datang ke BPM mengeluh mulas-mulas sejak pukul 18.00 WIB dan
keluar air-air pada pukul 02.00 WIB.

C. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


Kehamilan ke: 2 kali Bersalin: 1 kali Keguguran: 0
HPHT: 18 Agustus 2017 Taksiran Persalinan: 25 Mei 2018
Usia Kehamilan: 40 minggu + 2 hari
Siklus haid: 28 hari Lamanya haid: 5 hari, Teratur
Dismenorrhea: ada Banyaknya: 2-3x ganti pembalut
Pergerakan janin yang pertama kali dirasakan : sejak usia kehamilan 4 bulan
Gerakan janin yang dirasakan selama 24 jam terakhir : >10 kali
Imunisasi : TT1 tanggal : 15- 03- 2018 Tempat: Posyandu
TT2 tanggal : 12- 05- 2018 Tempat: Posyandu

45
Periksa Kehamilan : 9x Tempat: Posyandu Oleh: Bidan
Tablet Fe: 270 tablet, sisa  10 tablet Cara minum : Dengan air putih sebelum
tidur di malam hari
D. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU

N Tahu Usia J Persali Nifas


o n Kehamila K nan
n
Penolon Jenis BB PB Tempat H/ Lochea Laktasi Infeksi
g M
1 2009 40 K Bidan Norma 3200 48cm BPM H normal Ya 2 tidak
minggu l gram tahun

E. POLA AKTIVITAS SEHARI- HARI


1. Diet
a. Nutrisi
 Terakhir makan : Pukul 06.00 WIB
 Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, lauk pauk, buah, sayur.
 Makanan yang dipantang : Tidak ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak ada
b. Hidrasi
 Terakhir minum : Pukul 04.00 WIB
 Jenis minuman : Air putih
2. Istirahat dan tidur
Malam : 6 jam/hari
Siang : 1 jam/hari
Keluhan : pada malam hari sudah terasa mulas jadi susah tidur
3. Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari Gosok gigi : 2x/hari
Ganti pakaian : 2x/hari
Jenis pakaian yang dipakai saat hamil : daster, kaos

46
4. Aktivitas seksual
Kapan hubungan seksual terakhir : 2 hari yang lalu
Keluhan : Tidak ada
5. Eliminasi
Terakhir kali BAK : Pukul 05.30 WIB
Banyaknya : 70 cc
Keluhan : Tidak ada
Terakhir kali BAB : Pukul 05.30 WIB
Konsistensi : Lunak
Keluhan : Tidak ada

F. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit Hipertensi, DM,
Asthma dan lain-lain.
2. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Asthma : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat alergi : Tidak ada
4. Perilaku kesehatan
 Penggunaan alcohol/ obat-obatan sejenis : Tidak
- Jenisnya :-
- Banyaknya :-
- Waktu mengkonsumsi :-
 Obat-obatan/ jamu yang sering diminum : Tidak
- Jenisnya :-
- Banyaknya :-
- Waktu mengkonsumsi :-
 Merokok : Tidak
- Jenisnya :-
- Banyaknya :-

47
- Waktu mengkonsumsi :-

G. RIWAYAT SOSIAL
Kehamilan ini diinginkan atau direncanakan :
Status perkawinan : Nikah Nikah ke : 1 Lamanya : 10 tahun
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
Pendamping persalinan : Suami, paraji dan keluarga
Dukungan keluarga : Mendukung
Pendonor darah : Keluarga
Hubungan klien dengan suami : Baik
Hubungan klien dengan keluarga lain : Baik
Rencana menyusui : ASI Eksklusif
Keluarga yang tinggal serumah
No Nama L/P Usia Hub keluarga Pendidikan Pekerjaan Ket
1 Tn. S L 30th Suami SD Wiraswasta -
2 Ny. K P 55th Ibu SLTP IRT -
2 An. S P 9 th Anak SD Pelajar -

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


 Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status Emosional : Stabil
 Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 110/90 mmHg Nadi : 88 x/menit. Regular
Respirasi : 21 x/menit Suhu : 36,4 0C
 Tinggi badan : 168 cm
BB sekarang : 74 kg
BB sebelum hamil : 64 kg
Kenaikan BB :9 kg
Lingkar lengan : 30 cm
 Pemeriksaan fisik
 Kepala

48
Inspeksi
 Warna rambut : terlihat hitam
 Kebersihan : terlihat bersih
Palpasi
 Keadaan rambut : baik, distribusi merata dan tidak rontok
 Benjolan : tidak ada
 Muka
Inspeksi
 Pucat : tidak
Palpasi
 Oedema : tidak ada
 Mata
Inspeksi
 Konjungtiva : merah muda (ka/ki)
 Sclera : putih (ka/ki)
 Hidung
 Pengeluaran : tidak terlihat pengeluaran(ka/ki)
 Polip : tidak ada
 Kebersihan : terlihat bersih (ka/ki)
 Telinga
 Kebersihan : terlihat bersih (ka/ki)
 Pengeluaran : tidak terlihat pengeluaran (ka/ki)
 Fungsi pendengaran : baik (ka/ki)
 Bibir
Inspeksi
 Pucat : tidak terlihat pucat
 Keadaan : baik
 Stomatitis : tidak ada
 Gigi
 Caries : tidak ada caries
 Lidah

49
 Warna : terlihat berwarna merah muda
 Leher
 Pembengkakan kelenjar tyroid : tidak teraba pembengkakan
 Pembengkakan KGB : tidak teraba pembengkakan
 Pembengkakan vena jugularis : tidak teraba pembengkakan
 Dada
Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
Paru- paru : tidak dilakukan pemeriksaan
Payudara
Inspeksi
 Bentuk : simetris (ka/ki)
 Kebersihan : bersih
 Benjolan : tidak ada (ka/ki)
 Putting susu : menonjol (ka/ki)
 Hyperpigmentasi : terlihat disekitar aerola (ka/ki)
Kelainan
 Retraksi/ dimpling : tidak ada (ka/ki)
 Lecet : tidak ada (ka/ki)
Palpasi
 Benjolan : tidak ada (ka/ki)
 Colostrum : belum ada (ka/ki)
 Pembengkakan KGB axilla : tidak ada (ka/ki)
 Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : membesar sesuai usia kehamilan
 Luka bekas operasi : tidak ada
 Striae : ada (linea nigra)
 Hyperpigmentasi : ada (linea nigra)
Palpasi
 TFU : 33 cm

50
 Leopold I : Pertengahan pusat – px, teraba bulat, lunak tidak
melenting.
 Leopold II : Bagian kanan teraba bagian- bagian kecil janin.
Bagian kiri teraba keras, memanjang ada
tahanan, yakni punggung janin.
 Leopold III : Teraba bulat keras tidak melenting.
 Leopold IV : Divergent
 Perlimaan : 2/5
 TBJ : 3400 gram
 Penilaian His
Frekuensi : 4 x/ 10 m3nit Interval his : 1 menit
Durasi : 40 detik Intensitas : kuat
Auskultasi
 DJJ
Frekuensi : 140 x/ menit Kekuatan : kuat Regularritas : Regular
 Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
 Bentuk : simetris (ka/ki)
 Oedema : tidak ada (ka/ki)
 Kuku : pendek, bersih (ka/ki)
Palpasi
 Oedema : tidak ada (ka/ki)
 Capillary refill : normal kembali sebelum 2 detik
(ka/ki)
Ekstremitas bawah
Inspeksi
 Oedema : tidak ada (ka/ki)
 Varises : tidak ada (ka/ki)
Palpasi
 Oedema : tidak ada (ka/ki)

51
 Capillary refill : normal sebelum 2 detik (ka/ki)
 Varises : tidak ada (ka/ki)
Perkusi
 Reflex patella : kanan (+), kiri (+)
 Genetalia
Inspeksi
 Oedema : tidak ada
 Varises : tidak ada
 Pembesaran kelenjar bartholini : tidak ada
 Pengeluaran : ada
 Tanda infeksi : tidak ada
Pemeriksaan dalam
 Vulva vagina : membuka
 Portio : tipis
 Pembukaan : 6 cm
 Keadaan ketuban : utuh
 Presentasi : kepala
 Denominator : ubun- ubun kecil
 Molase :0
 Penurunan bagian terendah : hodge 2
 Bagian- bagian yang menyertai : tidak ada
 Anus
Inspeksi
 Haemoroid : tidak ada
5. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah. Hb : tidak dilakukan pemeriksaan
 Urine
 Protein : tidak dilakukan pemeriksaan
 Glukosa : tidak dilakukan pemeriksaan

III. ASSESMENT (A)

52
Diagnosa : Ibu G2P1A0 gravida 40 minggu + 2 hari inpartu kala I fase aktif
dengan keadaan baik.
Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala dengan keadaan baik.
Masalah Potensial : tidak ada
Antisipasi Maslah Potensial : tidak ada

IV. PLANNING
1. Informasikan hasil pemeriksaan
Memberiahukan hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu telah masuk dalam fase aktif
pembukaan menjelang persalinan, hasil pemeriksaan pembukaan 6 cm dan kemungkinan
akan berjalan cepat mengingat ibu hamil anak ke 2. Keadaan umum ibu dan janin baik.
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan siap untuk menghadapi persalinan
2. Anjurkan untuk melakukan managemen pengurangan nyeri
Memberitahu ibu cara untuk mengurangi nyeri saat his yaitu dengan menarik nafas dalam
dari hibung dan membuangnya dari mulut serta posisi miring ke kiri untuk memperlancar
aliran oksigen ke uterus.
Ibu mau dan mampu melakukan anjuran yang diberikan serta merasa lebih nyaman
setelah melakukanya.
3. Berikan konseling untuk tetap memelihara asupan nutrisi dan hidrasi
Menganjurkan kepada kelurga untuk memberikan makanan dan minuman kepada ibu
disaat tidak ada his seperti minuman manis maupun cemilan agar ibu tidak kekurangan
cairan dan memiliki tenaga saat meneran.
Ibu dan keluarga memberikan respon baik terhadap anjuran yang diberikan, dan ibu telah
makan bubur pukul 19.00 serta minum air putih pukul 22.00 WIB.
4. Persiapan perlengkapan persalinan
Mempersiapkan perlengkapan persalinan untuk ibu, bayi dan tindakan saat persalinan
seperti berikut :
Ibu : samping 5-6 buah minimal, baju gantti, pembalut dan celana dalam
Bayi : pernel, popok, gurita, baju bayi, penutup kepala dan kain untuk
mengeringkan
Tindakan : partus set lengkap dan tempat kain kotor ibu, tempat plasenta serta
cairan klorin

53
Ibu dan keluarga telah menyiapkan semua perlengkapan bersalin. Perlengkapan
persalinan normal sudah disiapkan.
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang posisi meneran saat persalinan
Memberikan pendidikan kesehatan dan mengajari ibu bagaimana posisi meneran yang
baik yaitu dengan membuka lebar-lebar selangkangan, paha ditekuk dan kepala diangkat
serta melihat ke perut saat his yang paling kuat dating hasilnya ibu mengerti dan
memahami serta dapat mempraktekan apa yang bidan ajarkan.
6. Berikan dukungan mental dan spiritual
Memberikan dukungan mental dan spiritual dengan membeikan motivasi-motivasi pada
saat akan meneran dan memilih pendamping saat persalinan.
Ibu termotivasi dan memilih didampingi oleh suaminya, ibu merasa tenang.
7. Observasi kemajuan persalinan (pembukaan) dan his
Mengobservasi secara intensive kemajuan persalinan dengan partograf sebagai acuan dan
dokumentasi
Persalinan maju sesuai dengan His yang teratur dan kuat.
8. Pendokumentasian partograf
Mendokumentasikan seluruh data kemajuan persalinan dalam partograf sesuai dengan
keadaan ibu dengan baik dan benar
Semua data kemajuan persalinan ibu terdokumentasikan dengan baik dalam partograf

54
KALA II

Hari / tanggal :15 mei 2018 Jam : 05.35 WIB

I. DATA SUBJEKTIF (S)


Keluhan : Ibu mengeluh mulas- mulas yang semakin sering dan kuat serta ada rasa ingin
meneran.

II. DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan umum : baik
 Status emosional : stabil
2. Tanda- tanda vital
 Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
 Nadi : 86 x/ menit
 Respirasi : 21 x/ menit
 Suhu : 37,0 0C
3. His
 Intensitas : kuat
 Frekuensi : 5x/ 10 menit
 Interval :1 menit
 Durasi : 50 detik
4. DJJ
 Frekuensi : 140x/ menit. Regular
5. Pemeriksaan Luar Abdomen
 Perlimaan : 0/5
 Vesika urinaria : kosong
6. Pemeriksaan Dalam
 Vulva vagina : membuka
 Portio : sudah tidak teraba

55
 Pembukaan serviks : 10 cm
 Keadaan ketuban : sudah pecah
 Presentasi : kepala
 Denominator : ubun- ubun kecil
 Penurunan bagian terendah : hodge 4
 Molase :0
 Bagian yang terba : tidak ada bagian- bagian yang menyertai

III. ASSESMENT (A)


Diagnosa : Ibu G2P1A0 gravida 40 minggu + 2 hari inpartu kala II dengan keadaan
baik.
Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala dengan keadaan baik.
Masalah Potensial : tidak ada
Antisipasi Masalah Potensial : tidak ada

I. PLANNING (P)
1. Informasikan hasil pemeriksaan
Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah
lengkap, ibu harus segera bersiap-siap untuk meneran dengan posisi dan cara yang telah
diajarkan sebelumnya.
Ibu memberikan respon yang baik dan segera bersiap sesuai dengan intruksi yang
diberikan.
2. Melihat tanda gejala kala II
Ibu mengatakan merasa ada dorongan yang kuat untuk meneran, ada tekanan pada anus,
terlihat perineum menonjol dan vulva membuka.
Tanda dan gejala kala II sudah terlihat.
3. Penataan alat dan persiapan diri menghadapi persalinan
Menyiapkan alat serta mendekatkan alat, menatanya secara ergonomis untuk
memudahkan saat pertolongan persalinan. Siapkan diri penolong dengan segera memakai
APD lengkap.
Alat- alat telah tersusun rapih dan ergonomis, APD lengkap telah terpakai.

56
4. Persiapan meneran dan pengarahan posisi meneran
Memberikan arahan dengan membimbing dan mengarahkan posisi meneran yang baik
dan nyaman kepada ibu.
Kepala bayi turun dengan baik dengan posisi yang dianjurkan
5. Pemberian asuhan sayang ibu
Memberikan minuman saat his hilang dan mengijinkan keluarga atau suami turut
mendampingi saat proses persalinan.
Ibu nyaman dengan asuhan yang bidan berikan
6. Pertolongan persalinan sesuai dengan APN pada kala II
Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan langkah APN pada kala II
 Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta
ibuberbaring terlentang).
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
 Menganjurkan asupan cairan per oral.
 Menilai DJJ setiap lima menit.
 Beristirahat di antara kontraksi.
 Persiapan pertolongan kelahiran bayi.
 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
 Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
 Membuka partus set.
 Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
 Menolong kelahiran bayi
 Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

57
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
- Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung
setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat
tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
 Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
 Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahir
bahu
 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga
bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik
ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
 Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
 Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

58
 Penanganan bayi baru lahir
 Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
 Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian
pusat.
Persalinan dan kepala bayi maju sesuai dengan dorongan dari power serta kekuatan his
ibu. Bayi lahir normal, menangis spontan pukul 05.55 WIB jenis kelamin perempuan,
berat badan 3200 gram, panjang badan 46 cm, keadaan umum baik.
Ibu terlihat senang melihat kelahiran bayinya.
7. Berikan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
Memberikan ibu minum dengan teh manis hangat agar ibu tidak merasa lemas.
Ibu merasa lebih nyaman dan senang.

59
KALA III

Hari/ tanggal :15 mei 2018 jam : 05.55 WIB

I. DATA SUBJEKTIF (S)


Keluhan : Ibu masih merasakan mulas dan lemas

II. DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Status emosional: Stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 21x/menit Suhu : 37,0 0C
3. Abdomen
- TFU : Sepusat
- Kontraksi : Kuat
- Bayi ke 2 : Tidak ada
- Keadaan kandung kemih : Kosong
 Tanda- tanda pelepasan plasenta
- Perdarahan : Tidak
- Tali pusat memanjang : Ya
- Semburan darah tiba tiba : Ya

III. ASSESMENT (A)


Diagnosa : Ibu P2A0 Inpartu kala III dengan keadaan baik.
Masalah potensial : tidak ada
Antisipasi Masalah Potensial : tidak ada

IV. PLANNING (P)


1. Informasikan mengenai hasil pemeriksaan

60
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa bayi telah lahir dengan selamat, ibu
dalam keadaan baik, dan plasenta (ari-ari) belum lahir.
Ibu dan keluarga merasa senang.
2. Perawatan bayi baru lahir
 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama (ke arah ibu).
 Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
 Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang
bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
 Melakukan IMD dengan meletakan bayi diatas perut ibunya secara skin to skin
dilakukan selama 1 jam. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
3. Beritahu ibu akan dilakukukan tindakan pelahiran plasenta
Memberitahukan kepada ibu bahwa masih ada plasenta yang harus di keluarkan, sehingga
harus dikeluarkan sesegera mungkin.
Ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan dan akan mematuhi intruksi.
4. Lahirkan plasenta dengan management aktif kala III
Melahirkan plasenta dengan management aktif kala 3 yakni dengan langkah sebagai
berikut:
 Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
 Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin.
 Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
 Melakukan penegangan tali pusat terkendali
 Memindahkan klem pada tali pusat

61
 Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis,
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan ransangan puting susu.
 Lihat tanda – tanda pelepasan plasenta
 Tali pusat memanjang : terlihat ada pemanjangan beberapa saat setelah
suntikan oksitosin diberikan dan PTT
 Uterus membulat : teraba globuler setelah beberapa saat bayi lahir
 Semburan darah tiba-tiba : terlihat ada semburan darah tiba-tiba setelah
beberapa saat penyuntikan oksitosin

 Setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
 Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
lahirkan selaput ketuban tersebut.
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
sterildan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-
jari tanganatau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagianselaput yang tertinggal.

62
 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
denganlembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Waktu plasenta lahir pukul 06.05 WIB
 Keadaan plasenta
Kotiledon : lengkap dan utuh
Selaput ketuban : utuh
Insersi tali pusat : centralis
Diameter : kurang lebih 15 cm
Tebal : kurang lebih 3cm
Panjang tali pusat : kurang lebih 30 cm
Infrak dan kelainan : tidak ada
 Perdarahan : kurang lebih 200ml
 Kontraksi : teraba baik
Konsistensi : teraba keras
Intensitas : kuat
 Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Plasenta lahir lengkap dengan waktu normal dan tidak ada penyuntikan oksitosin ke 2
terlihat tidak ada laserasi pada jalan lahir.
5. Pemberian asuhan pada bayi baru lahir
Memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan mengeringkan, menghangatkan,
memberi salep mata, memberikan vit k menimbang, mengukur panjang badan dan
membungkus tali pusat serta membedong setelah selesai dilakukan IMD.
Bayi menangis kuat, kulit terlihat kemerahan, tonus otot baik dan dapat menyusu dengan
baik.

63
KALA IV

Hari/ Tanggal : 15 mei 2018 Jam :06.05 WIB

I. DATA SUBJEKTIF (S)


Keluhan :
Ibu merasa lega, tidak merasa pusing, agak lemas dan mulas.

II. DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan umum : Baik
 Status emosional : Stabil
2. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 86x/menit
 Respirasi : 21 x/menit
 Suhu : 37,5 oc
3. TFU : 2 jari dibawah pusat
4. Keadaan vesika urinaria : kosong
5. Jumlah perdarahan : ±70 cc
6. Keadaan perineum : laserasi grade 2

III. ASSESMENT (A)


Diagnosa : Ibu P2A0 inpartu kala IV keadaan baik
Masalah potensial : Tidak ada
Antisipasi masalah potensial : Tidak ada

64
IV. PLANNING (P)
1. Informasikan hasil dari pemeriksaan
Memberitahukan kepada ibu bahwa saat ini ibu sudah melahirkan dengan selamat.
Ibu merasa senang
2. Pengevaluasian laserasi jalan lahir
Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dengan melakukan eksplorasi
vulva vagina untuk melihat adanya luka laserasi.
Terdapat laserasi grade 2
3. Melakukan penjahitan luka perineum dengan dilakukan anastesi terlebih dahulu dan
menggunakan tipe jahitan jelujur.
Terdapat ± 7 jahitan
4. Berikan rasa nyaman kepada ibu
Meberikan rasa nyaman kepada ibu dengan membersihkan badan ibu dari darah dan
cairan ketuban dan membersihkan tempat tidur dengan menggunakan air disinfeksi
tingkat tinggi. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering, memasang
pembalut agar ibu merasa nyaman. Memindahkan ke ruang nifas dan memberikan
posisi yang nyaman dan memberi tahu bagaimana cara menyusui atau posisi menyusui
bayi demi mendukung kontraksi dari uterus.
Ibu merasa nyaman dan kontraksi uterus keras juga perdarahan dalam batas normal
5. Pemenuhan nutrisi pasca bersalin
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan
agar kondisi ibu cepat pulih dan proses laktasi berjalan dengan baik.
Keluarga mengerti dan segera menjalankan anjuran yang bidan sampaikan.
6. Pemenuhan kebutuhan istirahat pasca persalinan
Menganjurkan ibu untuk beristirahat dan tidur setelah observasi kala IV dan apabila
kondisi ibu dinyatakan baik serta normal.
Ibu mengerti dan melakukan anjuran bidan dengan dukungan keluarga
7. Lakukan pengukuran antropometri
Melakukan pengukuran panjang badan bayi, lingkar kepala, dan lingkar dada.
Menimbang berat badan bayi, menyuntik Vit. K sebanyak 1 ml di sepertiga paha kiri
secara IM, dan memberi salep mata.

65
Berat Badan : 3600gram
Panjang Badan : 48cm
Circumferensia fronto-occipitalis : 34 cm
Circumferensia mento-occipitalis : 33 cm
Circumferensia sub-occipito bregmatika : 32 cm
Ibu telah mengetahui ukuran antropometri bayi
8. Dekontaminasi alat-alat serta merapihkan tempat
Mendekontaminasikan alat pasca pertolongan persalinan sesuai dengan aturan
dekontaminasi dan merapikan serta membersihkan tempat. Menempatkan semua
peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan
membilas peralatan setelah dekontaminasi. Membuang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
Tidak ada alat yang tertinggal untuk di dekontaminasi serta tempat persalinan kembali
bersih dan rapih seperti semula.
9. Lakukan pemantauan kala IV
Melakukan observasi kala IV dengan langkah sebagai berikut :
 Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
 Mengevaluasi kehilangan darah.
 Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
Ibu dalam keadaan baik dan normal dan kontraksi uterus keras juga perdarahan dalam
batas normal
Pendokumentasian pertolongan secara lengkap

66
Mendokumentasikan jalannya persalinan dengan lengkap memakai metode SOAP dan
menyertakan partograf yang telah di lengkapi.
Semua pertolongan persalinan dan data ibu terdokumentasikan dengan lengkap.
10. Pemberitahuan untuk kunjungan Post partum dan kunjungan neonatus
Memberitahukan bahwa ibu harus memeriksakan keadaannya dan bayi nya 1 minggu
kemudian sekaligus untuk imunisasi HB-0 dan boleh periksa diluar jadwal jika ada
keluhan.

Ibu mengerti dan akan kembali lagi satu minggu sesuai jadwal

67
FORMAT PENGKAJIAN POST NATAL CARE 6 JAM

No. Register :
Tanggal/Waktu Pengkajian :
Pengkaji :
Tempat Pengkajian : BPM Bd. N

I. Pengkajian Data Subjektif (S)


A. Keluhan
Ibu telah melahirkan 6 jam mengatakan saat ini perutnya masih terasa mulas dan merasa
lelah.

B. Riwayat Kehamilan Sekarang


1. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan : 40 minggu 3 hari
Penyulit : Tidak ada
2. Riwayat Persalinan
Kala I : 2 jam
Kala II :20 menit
Kala III :10 menit
Kala IV : 2 jam

C. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Kebutuhan Nutrisi
 Pola makan : Sudah makan 1 jam setelah melahirkan
½ porsi sedang
 Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk
 Makanan yang di pantang : Tidak ada

68
 Perubahan pola makan : Tidak ada
 Alergi : Tidak ada
b. Kebutuhan Hidrasi
 Minum : 4 gelas setelah 6 jam melahirkan
 Jenis minuman yang dikonsumsi : Air mineral dan teh manis
2. Istirahat dan Tidur
a. Tidur Siang : tidur ± 30 menit setelah 2 jam
melahirkan
b. Tidur Malam : Belum tidur malam setelah melahirkan
c. Masalah : Tidak nyenyak dan sering terbangun
karena bayi menangis
3. Personal Hygiene
a. Mandi : Belum mandi setelah melahirkan
b. Gosok Gigi : Belum gosok gigi setelah melahirkan
c. Ganti pembalut : 3 x sejak kelahiran 6 jam yang lalu
d. Vulva Hygiene : Setiap setelah BAK atau BAB
e. Ganti Pakaian : 1 x dari setelah melahirkan
4. Pola Seksual
a. Rencana Hubungan Seksual : Setelah 40 hari masa nifas
b. Alasan : mengikuti adat istiadat
5. Data Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi : Belum BAB setelah 6 jam melahirkan
 Masalah : Tidak ada
b. BAK
 Frekuensi : 2 x setelah melahirkan
 Banyaknya : ± 150 cc/BAK
 Masalah : Tidak ada
6. Aktifitas dan Mobilisasi
Aktifitas yang sudah dilakukan : Menyusui bayi, makan, dan tidur
Mobilisasi : Miring kiri-kanan, duduk, berjalan ke

69
toilet
II. Pengkajian Data Objektif (O)
A. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status Emosional : Stabil
B. Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan darah : 120/70 mmHg
2. Denyut nadi : 83 x/menit
3. Suhu : 36,8 o C
4. Pernafasan : 16 x/menit
C. Berat Badan : 66 kg
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Inspeksi
 Warna rambut : Terlihat berwarna hitam
 Kebersihan : Terlihat bersih
b. Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan
 Keadaan Rambut : Distribusi merata dan tidak rontok
2. Muka
a. Inspeksi
 Simetris : Terlihat simetris
 Pucat atau Tidak : Tidak terlihat pucat
b. Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema
3. Mata
Simetris : Terlihat simetris
Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
Sklera : Terlihat berwarna putih bening
Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
Kebersihan : Terlihat bersih
Polip : Tidak ada

70
Kelainan : Tidak ada
5. Mulut
Warna : Berwarna merah muda
Lidah : Berwarna merah muda
Warna gigi : Berwarna putih
6. Telinga
Simetris : Terlihat simetris
Kebersihan : Terlihat bersih
Kelainan : Tidak ada
7. Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar KGB : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar vena jugularis : Tidak ada
8. Dada
Payudara
Inspeksi
 Simetris/Tidak : Terlihat simetris (ka/ki)
 Benjolan : Tidak ada (ka/ki)
 Hyperpigmentasi : Ada, disekitar areola mamae (ka/ki)
Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan (ka/ki)
 Putting susu : Teraba menonjol (ka/ki)
 Colostrum : Ada di sebelah kanan
 Pembesaran KGB Axilla : Tidak ada(ka/ki)
9. Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : Terlihat bulat, cembung
 Sikatrik bekas operasi : Tidak ada
 Striae : Ada
 Hyperpigmentasi : Ada
Palpasi

71
 TFU : 2 jari dibawah perut
 Kandung kemih : Kosong
 Diastasis rekti : Belum teraba
 Konsistensi uterus : Keras
10. Ekstremitas Atas
Oedema : Tidak ada (ka/ki)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
11. Ekstremitas Bawah
Bentuk : Simetris (ka/ki)
Oedema : Tidak ada (ka/ki)
Varises : Tidak ada (ka/ki)
Reflex patella : (+)/(+)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
Tanda homan : Tidak dilakukan pemerikasaan
12. Genitalia
Inspeksi
 Oedema : Tidak terlihat oedema
 Varises : Tidak terlihat varises
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea rubra
Jumlah : 10 cc
 Luka perineum : ada, terlihat basah
Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema
 Varises : Tidak teraba varises
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea rubra
 Luka perineum : keadaan basah
13. Anus
Haemorroid : Interna (-) / Eksterna (-)
E. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
72
F. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

III. Assesment
Diagnosa : Ibu P2A0 post partum 6 jam keadaan normal
Masalah Kebutuhan : Istirahat dan Tidur
Antisipasi masalah Kebutuhan :Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu
mengenai pola istirahat dan tidur yang baik.

IV. Penatalaksanaan
1. Informasikan hasil pemeriksaan
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa saat ini
kondisi ibu dalam keadaan baik.
Ibu dan keluarga tampak senang mendengarnya.
2. Jelaskan kepada ibu mengenai keluhan rasa mulas dan lelah yang dirasakannya
Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirakasannya saat ini adalah hal yang
normal karena rasa mulas yang dirasakan ibu adalah akibat adanya kontraksi rahim yang
akan kembali pada bentuk semula. Ibu dianjurkan untuk tidak merasa cemas dan
khawatir.
Ibu memberikan respon yang baik terhadap penjelasan yang telah diberikan dan tidak
merasa khawatir lagi.
3. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kebutuhan istirahat
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dianjurkan untuk beritirahat yang
cukup agar rasa lelah yang dirasakan ibu berkurang dan tubuh ibu kembali bugar.
Berusaha istirahat pada saat bayi tertidur dan lakukan tidur siang 1-2 jam/hari.
Ibu dan keluarga mengerti dan ibu akan melakukannya.
4. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi dan hidrasi

73
Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi yaitu untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi seperti sayuran, buah-buahan, lauk
pauk tinggi protein dan mengurangi konsumsi garam. Anjurkan ibu untuk minum lebih
banyak minimal 8 gelas/hari agar produksi ASI ibu lancar dan banyak.
Ibu memberikan respon positif dan akan melakukan anjuran yang telah diberikan.
5. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi sedini mungkin
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu menggerakkan tubuh dari satu tempat ke
tempat lain yang harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah melahirkan,
minimal 8 – 24 jam setelah persalinan. Manfaat mobilisasi dini diantaranya dapat
melancarkan pengeluaran lochea (darah pada masa nifas), mengurangi infeksi,
mempercepat pengembalian alat kandungan, melancarkan fungsi alat pencernaan dan
alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah, mempercepat fungsi ASI,
serta ibu akan merasa lebih baik dan kuat.
Ibu memberikan respon yang baik dan akan melakukan mobilisasi.
6. Berikan pendidikan kesehatan mengenai personal hygiene
Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah kemaluannya dengan
cara mengganti pembalut setiap 4 jam atau apabila pembalut terasa penuh agar ibu
merasa nyaman dan tidak terjadi infeksi.
Memberitahu ibu untuk tidak menggunakan ramuan pada daerah kemaluan, agar tidak
terjadi infeksi pada luka perineum.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
7. Berikan pendidikan kesehatan mengenai pemberian ASI
Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya secara on demand yaitu 2 – 3 jam sekali. Jika
bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui, susui bayi sampai payudara terasa
kosong lalu pindah ke payudara sisi yang lain. Upayakan selalu susui bayi dengan ASI
agar payudara ibu terhindar dari bendungan ASI.
Ibu memberikan respon yang baik dan akan melakukannya.
8. Beritahu ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas
Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas yaitu :
 Perdarahan banyak dari jalan lahir
 Keluar cairan berbau dari jalan lahir

74
 Demam tinggi
 Bengkak di muka, tangan, kaki disertai sakit kepala dan atau kejang
 Nyeri atau panas didaerah tungkai
 Payudara bengkak, berwarna kemerahan, dan sakit
 Putting lecet
 Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada
bayinya)
Apabila ibu merasakan hal yang telah disebutkan tadi segera lah ke tenaga kesehatan
terdekat untuk mendapatkan penanganan segera.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
9. Informasikan mengenai kunjungan ulang 3 hari post partum dan ingatkan untuk
mengkonsumsi obat yang telah diberikan.
Memberitahu kepada ibu bahwa pada hari Rabu, 08-06-16 bidan akan datang
melakukan kunjungan untuk memastikan keadaan ibu dan bayi atau apabila ibu
merasakan tanda bahaya pada masa nifas, ibu boleh datang kapanpun . Mengingatkan
kepada ibu untuk mengkonsumsi obat yang telah diberikan untuk membantu
memulihkan kondisi ibu pasca bersalin, obat tersebut yaitu tablet Fe 10 tablet 1 x 1,
Paracetamol 500 mg 10 tablet 3 x 1, vit A 10 IU 1 x 1 (1 tablet diminum pasca bersalin).
Ibu mengerti dan bersedia untuk dikunjungi oleh bidan.

75
PENGKAJIAN POST NATAL CARE 3 HARI

No. Register : 02-040616


Tanggal/Waktu Pengkajian : Jumat, 18 Mei 2018 / 07.00 WIB
Pengkaji : Ananda Ageng Siti Fatimah
Tempat Pengkajian : Rumah pasien
I. Pengkajian Data Subjektif (S)
A. Keluhan
Ibu post partum 3 hari mengatakan masih merasa mulas kadang-kadang.

B. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Kebutuhan Nutrisi
 Pola makan : 3 x/ hari
 Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk, tempe, tahu,
buah pepaya.
 Makanan yang di pantang : Tidak ada
 Perubahan pola makan : Ada
 Alergi : Tidak ada
b. Kebutuhan Hidrasi
 Minum dalam sehari : 8 gelas/ hari (gelas ukuran 250 cc)
 Jenis minuman yang dikonsumsi : Air mineral, air teh.
2. Istirahat dan Tidur
a. Tidur Siang : Tidak tidur siang
b. Tidur Malam : 3 jam/hari
c. Masalah : Tidak tidur siang karena adat istiadat
dan kurang tidur malam karena bayi sering
menangis.
3. Personal Hygiene
a. Mandi : 2 x/hari

76
b. Gosok Gigi : 2 x/hari
c. Ganti pembalut : 4 x/hari
d. Vulva Hygiene : Setiap setelah BAK atau BAB
e. Ganti Pakaian : 2 x/hari
4. Data Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi : 1 x/hari
 Masalah : Tidak ada
 Konsistensi : Lunak
b. BAK
 Frekuensi : 6 x/ hari
 Banyaknya : ± 150 cc/BAK
 Masalah : Tidak ada
5. Aktifitas dan Mobilisasi
Aktifitas yang sudah dilakukan : Menyusui bayi, mandi.
Mobilisasi : Berdiri, duduk, jongkok ketika BAB
saja, berjalan.

II. Pengkajian Data Objektif (O)


A. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status Emosional : Stabil
B. Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan darah : 110/70 mmHg
2. Denyut nadi : 74 x/menit
3. Suhu : 36,6 o C
4. Pernafasan : 18 x/menit
C. Berat Badan : 65kg
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Inspeksi
 Warna rambut : Terlihat berwarna hitam
 Kebersihan : Terlihat bersih

77
b. Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan
 Keadaan Rambut : Distribusi merata dan tidak rontok

2. Muka
c. Inspeksi
 Simetris : Terlihat simetris
 Pucat atau Tidak : Terlihat tidak pucat
d. Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema
3. Mata
Simetris : Terlihat simetris
Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
Sklera : Terlihat berwarna putih bening
Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
Kebersihan : Terlihat bersih
Polip : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
5. Mulut
Warna : Berwarna merah muda
Lidah : Berwarna merah muda
Warna gigi : Berwarna putih
6. Telinga
Simetris : Terlihat simetris
Kebersihan : Terlihat bersih
Kelainan : Tidak ada
7. Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar KGB : Tidak ada

78
Pembengkakan kelenjar vena jugularis : Tidak ada
8. Dada
Payudara
Inspeksi
 Simetris/Tidak : Terlihat simetris ka/ki
 Benjolan : Tidak ada ka/ki
 Hyperpigmentasi : Ada, disekitar areola mamae
Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan
 Putting susu : Teraba menonjol
 Colostrum : Ada ka/ki
 Pembesaran KGB Axilla : Tidak ada
9. Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : Terlihat bulat, cembung
 Sikatrik bekas operasi : Tidak ada
 Striae : Ada
 Hyperpigmentasi : Ada
Palpasi
 TFU : 3 jari dibawah pusat
 Kandung kemih : Kosong
 Diastasis rekti : Masuk 3 jari pada saat relaksasi, 2 jari
pada saat kontraksi
 Konsistensi uterus : Keras
10. Ekstremitas Atas
Oedema : Tidak ada
Capillary refill : Kembali < 2 detik
11. Ekstremitas Bawah
Bentuk : Simetris
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
79
Reflex patella : (+)/(+)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
Tanda homan : Tidak ada
12. Genitalia
Inspeksi
 Oedema : Tidak terlihat oedema
 Varises : Tidak terlihat varises
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea rubra
 Luka perineum : ada jahitan luka perineum, keadaa
masih basah

Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema
 Varises : Tidak teraba varises
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea rubra
 Luka perineum : keadaan masih basah
13. Anus
Haemorroid : interna (-)/ eksterna (-)
E. Pemeriksaan Laboratorium & penunjang :
Tidak dilakukan

III. Assesment
Diagnosa : Ibu P2A0 post partum 3 hari keadaan normal
Masalah kebutuhan : Istirahat dan Tidur
Antisipasi masalah kebutuhan :Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai
pola istirahat yang baik.
IV. Planning
1. Informasikan hasil pemeriksaan

80
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa saat ini
kondisi ibu dalam keadaan baik.
Ibu dan keluarga tersenyum dan sangat senang mendengarnya.
2. Beritahu kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan alat genetalia dengan sesering
mungkin, mengganti pembalutnya ± 4 jam sekali, membersihkan alat genetalia dengan
air bersih yang mengalir dari arah depan ke belakang, lalu dikeringkan dengan kain
bersih, selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat genetalia serta
tidak dianjurkan mengompres luka menggunakan rempah-rempah tradisional.
Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan menjaga kebersihan alat genetalia
dengan sesering mungkin.
3. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kebutuhan istirahat dan tidur
Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dianjurkan untuk beristirahat
yang cukup, berusaha istirahat pada saat bayi tertidur dan lakukan tidur siang 1-2
jam/hari. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa tidur siang akan
menyebabkan darah putih naik merupakan mitos. Darah putih tidak akan naik karena
setelah melahirkan ibu telah diberi vitamin A.
Ibu dan keluarga mengerti dan ibu akan melakukannya.
4. Beritahu ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada masa nifas
Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada masa nifas
yaitu :
 Perdarahan banyak dari jalan lahir
 Keluar cairan berbau dari jalan lahir
 Demam tinggi
 Bengkak di muka, tangan, kaki disertai sakit kepala dan atau kejang
 Nyeri atau panas didaerah tungkai
 Payudara bengkak, berwarna kemerahan, dan sakit
 Putting lecet
 Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada
bayinya)
Apabila ibu merasakan hal yang telah disebutkan tadi segera lah ke tenaga kesehatan
terdekat untuk mendapatkan penanganan segera.

81
Ibu mengerti dan keluarga akan melakukannya.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk mejarakkan kehamilan yang berikutnya dengan
menggunakan alat kontrasepsi, seperti Pil, Suntik, IUD, dan Implan. Apabila ibu sudah
memutuskan untuk menggunakan alat kontrsepsi tersebut, segara datang ke tenanga
kesehatan terdekat.
Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
6. Informasikan mengenai kunjungan ulang
Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang dengan membawa bayinya
4 hari kemudian yaitu pada tanggal 29 Mei 2016 atau apabila ibu merasakan tanda
bahaya pada masa nifas.
Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 29 Mei 2016.

PENGKAJIAN POST NATAL CARE 7 HARI

No. Register : 02-080616


Tanggal/Waktu Pengkajian : 08-06-2016 / 16.30 WIB
Pengkaji : Iis Rosita
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien

I. Pengkajian Data Subjektif (S)


A. Keluhan
Ibu post partum 7 hari mengeluh masih takut untuk mencuci pakaian sambil jongkok.

B. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Kebutuhan Nutrisi
 Pola makan : 3 x/ Hari
 Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk, tempe, tahu,
buah-buahan seperti pepaya, jeruk.
 Makanan yang di pantang : Tidak ada
 Perubahan pola makan : Tidak ada

82
 Alergi : Tidak ada
b. Kebutuhan Hidrasi
 Minum dalam sehari : 11 gelas/ hari (gelas ukuran 250 cc)
 Jenis minuman yang dikonsumsi : Air mineral, air teh, susu.
2. Istirahat dan Tidur
a. Tidur Siang : 1 jam/hari
b. Tidur Malam : 6 jam/hari
c. Masalah : Terganggu saat bayi menangis
3. Personal Hygiene
a. Mandi : 2 x/hari
b. Gosok Gigi : 2 x/hari
c. Ganti pembalut : 4 x/hari
d. Vulva Hygiene : Setiap setelah BAK atau BAB
e. Ganti Pakaian : 2 x/hari
4. Data Eliminasi
c. BAB
 Frekuensi : 1 x/hari
 Masalah : Tidak ada
 Konsistensi : Lunak
d. BAK
 Frekuensi : 5 x/ hari
 Banyaknya : ± 130 cc/BAK
 Masalah : Tidak ada
5. Aktifitas dan Mobilisasi
Aktifitas yang sudah dilakukan : Mengurus bayinya dan melakukan
semua pekerjaan rumah tangga kecuali
mencuci sambil jongkok.

II. Pengkajian Data Objektif (O)


A. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status Emosional : Stabil
B. Tanda-Tanda Vital

83
1. Tekanan darah : 120/80 mmHg
2. Denyut nadi : 83 x/menit
3. Suhu : 36,6 o C
4. Pernafasan : 18 x/menit
C. Berat Badan : 65 kg
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Inspeksi
 Warna rambut : Terlihat berwarna hitam
 Kebersihan : Terlihat bersih
b. Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan
 Keadaan Rambut : Distribusi merata dan tidak rontok
2. Muka
e. Inspeksi
 Simetris : Terlihat simetris
 Pucat atau Tidak : Terlihat tidak pucat
f. Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema
3. Mata
Simetris : Terlihat simetris
Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
Sklera : Terlihat berwarna putih bening
Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
Kebersihan : Terlihat bersih
Polip : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
5. Mulut
Warna : Berwarna merah muda
Lidah : Berwarna merah muda

84
Warna gigi : Berwarna putih
6. Telinga
Simetris : Terlihat simetris
Kebersihan : Terlihat bersih
Kelainan : Tidak ada
7. Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar KGB : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar vena jugularis : Tidak ada
8. Dada
Payudara
Inspeksi
 Simetris/Tidak : Terlihat simetris ka/ki
 Benjolan : Tidak ada ka/ki
 Hyperpigmentasi : Ada, disekitar areola mamae
Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan
 Putting susu : Teraba menonjol
 ASI : Ada, sudah banyak ka/ki.
 Pembesaran KGB Axilla : Tidak ada
9. Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : Terlihat bulat, cembung
 Sikatrik bekas operasi : Tidak ada
 Striae : Ada
 Hyperpigmentasi : Ada
Palpasi
 TFU : pertengahan pusat dan sympisis.
 Kandung kemih : Kosong
 Diastasis rekti : Masuk 2 jari pada saat relaksasi, 1 jari pada
saat kontraksi
85
 Konsistensi uterus : Keras
10. Ekstremitas Atas
Oedema : Tidak ada
Capillary refill : Kembali < 2 detik
11. Ekstremitas Bawah
Bentuk : Simetris
Oedema : Tidak ada ka/ki
Varises : Tidak ada ka/ki
Reflex patella : (+)/(+)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
Tanda homan : Tidak ada
12. Genitalia
Inspeksi
 Oedema : Tidak terlihat oedema ka/ki
 Varises : Tidak terlihat varises ka/ki
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea serosa
 Luka perineum : ada, terlihat sudah kering,

Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema
 Varises : Tidak teraba varises
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea serosa
 Luka perineum : sudah kering, tidak ada infeksi di luka
perineum
13. Anus
Haemorroid : interna (-)/ eksterna (-)
E. Pemeriksaan Laboratorium & penunjang :
Tidak dilakukan

86
III. Assesment
Diagnosa : Ibu P2A0 post partum 7 hari keadaan normal
Masalah potensial : Tidak ada
Antisipasi masalah potensial : Tidak ada

IV. Planning
1. Informasikan hasil pemeriksaan
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa saat ini
kondisi ibu dalam keadaan baik.
Ibu dan keluarga tersenyum dan sangat senang mendengarnya.
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai mobilisasi terutama mengenai keluhan ibu yaitu
masih takut mencuci pakaian sambil jongkok pada masa nifas.
Memberitahu ibu bahwa pada masa nifas ibu harus banyak melakukan aktivitas dan
mobilisasi. Manfaat mobilisasi dini diantaranya dapat melancarkan pengeluaran lochea
(darah pada masa nifas), mengurangi infeksi, mempercepat pengembalian alat
kandungan, melancarkan fungsi alat pencernaan dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah, mempercepat fungsi ASI, serta ibu akan merasa lebih baik
dan kuat. Mengenai mencuci sambil jongkok diperbolehkan namun apabila ibu masih
merasa takut maka dianjurkan memakai kursi kecil/ jojodok.
Ibu mengerti dan akan melakukan saran yang dianjurkan.
3. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kebutuhan istirahat
Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dianjurkan untuk beritirahat
yang cukup yaitu 8 jam/hari. Berusaha istirahat pada saat bayi tertidur dan lakukan tidur
siang 1-2 jam/hari.
Ibu dan keluarga mengerti dan ibu akan melakukannya.
4. Beritahu ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada masa nifas
Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada masa nifas
yaitu :
 Perdarahan banyak dari jalan lahir
 Keluar cairan berbau dari jalan lahir
 Demam tinggi

87
 Bengkak di muka, tangan, kaki disertai sakit kepala dan atau kejang
 Nyeri atau panas didaerah tungkai
 Payudara bengkak, berwarna kemerahan, dan sakit
 Putting lecet
 Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada
bayinya)
Apabila ibu merasakan hal yang telah disebutkan tadi segera lah ke tenaga kesehatan
terdekat untuk mendapatkan penanganan segera.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
5. Informasikan mengenai kunjungan ulang
MenganjurKan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang dengan membawa bayinya
7 hari kemudian yaitu pada tanggal 15 juni 2016 ke klinik bidan A atau apabila ibu
merasakan tanda bahaya pada masa nifas, Ibu bisa datang kapanpun ke klinik bidan A.
Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 15 Juni 2016.

88
FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR 6 JAM

No. Register : Tanggal/waktu pengkajian :


Nama Pengkaji: Tempat : BPM Bd. N

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. Identitas Bayi
1. Nama bayi : Bayi Ny.M
2. Tanggal/hari/jam lahir : Kamis, 02-06-16, 05:55 WIB
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Berat badan sekarang : 3100 gram
5. Panjang badan sekarang : 46 cm

B. Riwayat Persalinan Sekarang


1. Penolong Persalinan : Bidan
2. Tempat Persalinan : BPM Bd. N
3. Jenis Persalinan : Spontan
4. BB Lahir : 3100 gram
PB Lahir : 46 cm
5. Presentasi : Kepala
6. Ketuban pecah : Spontan
Warna : Jernih, tidak berbau
7. Obat-obatan : Tidak Ada
8. Keadaan tali pusat : Baik
Lilitan : Tidak Ada

C. Keadaan Bayi Baru Lahir


1. Jumlah APGAR pada menit pertama :8
2. Jumlah APGAR pada 5 menit pertama : 9
3. Resusitasi : Tidak dilakukan
4. Obat-obatan : Vit K, salep mata
5. Pemberian O2 : Tidak Diberikan

89
D. Intake Cairan
1. ASI : Sudah diberikan
2. PASI : Tidak
3. INFUS : Tidak

E. Eliminasi
1. BAK : Frekuensi : 1 x setelah dilahirkan sampai pemeriksaan
2. BAB : Frekuensi : 1 x setelah dilahirkan sampai pemeriksaan
Warna : Mekonium, terlihat hitam kehijau-hijauan
Konsistensi : Lunak

F. Istirahat/Tidur
Lama setiap kali tidur: 1-2 jam setiap kali tidur
Gangguan tidur : Terbangun jika tidak nyaman/ Ingin menyusui

G. Psikososial
Hubungan ibu dan bayi : Baik, harmonis, ibu menyayangi bayinya
Perilaku ibu terhadap bayi : Baik, ibu terlihat bahagia dan menyayangi bayinya

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik, Langsung menangis pada saatlahir, dan
warna kulit kemerahan
 Pernapasan
a. Spontan/tidak : Spontan
b. Frekuensi : 47 x/menit
c. Teratur/tidak : Teratur
d. Bunyi nafas : Bersih
e. Menangis : Kuat
 Nadi : 134 x/menit

90
 Suhu : 36,7oC
 Warna Kulit : Terlihat Kemerahan

2. Kepala
 Ubun-ubun kecil : Datar
 Mollage :0
 Caput succedanum : Tidak ada
 Cephal haematom : Tidak ada
 Ukuran lingkar kepala
o Circumferensia mento-occipitalis : 32 cm
o Circumferensia fronto-occipatlis : 34 cm
o Circumferensia sub-occipito-bregmatika : 34 cm
3. Mata
 Letak : Ka/Ki terlihat simetris
 Kotoran : Tidak ada
 Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
 Sklera : Terlihat berwarna putih bening
 Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
 Lubang hidung : Terdapat 2 lubang hidung
 Cuping hidung : Ada
 Pernapasan cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
 Sekret : Tidak ada pengeluaran
 Kelainan : Tidak ada kelainan
5. Mulut
 Warna bibir : Terlihat berwarna merah muda
 Palatum : Ada
 Lidah : Terlihat berwarna merah muda
 Gusi : Ada
 Kelainan : Tidak ada kelainan

91
 Reflex sucking : Ada (+)
 Reflex rooting : Ada (+)
 Reflex swallowing : Ada (+)
6. Telinga
 Letak telingan terhadap mata : Ka/Ki terlihat simetris, sejajar
 Pengeluaran cairan/sekret : Tidak ada pengeluaran
 Kebersihan : Terlihat bersih
 Kelainan : Tidak ada
7. Leher
 Pembengkakan : Tidak ada
 Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan KGB
 Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
 Pergerakan : Aktif
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Reflex tonic neck : Ada (+)
8. Dada
 Bentuk dada : Terlihat simetris, sejajar kanan dan kiri, datar
 Lingkar dada : 34 cm
 Tonjolan putting : Simetris Ka/Ki
 Tarikan dinding dada : Tidak ada
 Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
9. Abdomen
 Bentuk : Globuler
 Bising usus : Ada
 Pembesaran hepar : Tidak ada
 Keadaan tali pusat : Baik
 Perdarahan tali pusat : Tidak ada
 Tanda-tanda infeksi : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
10. Ekstremitas Atas

92
 Gerakan : Aktif
 Jumlah jari : Terlihat lengkap, kanan 5 kiri 5
 Kelainan : Tidak ada
 Reflex graps : Ada (+)
 Reflex morrow : Ada (+)
11. Genetalia
 Jenis kelamin : Perempuan
 Labia minor/mayor : Ada, labia mayor menutupi labia minor
 Lubang Uretra : Ada
 Lubang Vagina : Ada
 Kelainan : Tidak ada
12. Keadaan Punggung
 Spina bifida : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
13. Anus
 Berlubang/tidak : Terdapat lubang anus
 Kelainan : Tidak ada
14. Ekstremitas Bawah
 Gerakan : Aktif, tidak ada fraktur
 Jumlah jari : Terlihat lengkap, kanan 5 kiri 5
 Kelainan : Tidak ada
 Reflex babynski : Ada (+)
 Reflex morrow : Ada (+)

B. Data Penunjang
a. Laboratorium
 Darah : Tidak dilakukan
 Urine : Tidak dilakukan
 Feces : Tidak dilakukan
 Rh : Tidak dilakukan

93
b. Pemeriksaan lain : Tidak dilakukan

III. ASSESMENT (A)


Diagnosis : Bayi baru lahir 6 jam cukup bulan sesuai masa
kehamilan, keadaan bayi normal
Masalah Potensial : Tidak Ada
Antisipasi Masalah Potensial : Tidak Ada

IV. PLANNING (P)


1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa kondisi bayinya pada
saat ini dalam keadaanbaik, dengan berat badan lahir yaitu 3200 gram, panjang badan 46
cm dan keadaan umum normal.
Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan dan terlihat senang.
2. Informasikan tentang menjaga kehangatan bayi
Mengajarkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi agar tidak kedinginan, yaitu
dengan cara :
 Menjaga agar popok, kain, baju bayi dalam keadaan bersih dan kering
 Menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering serta menggunakan topi
 Menjaga ruangan agar tetap hangat,
 Menjauhkan bayi dari benda-benda dingin, tidak meletakan bayi diatas benda
yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuhnya, menutup pintu dan jendela rapat.
Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan melakukan anjuran yang telah diberikan
3. Beritahu tentang pentingnya pemberian ASI
Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI setiap bayi menginginkannya, serta
beritahu ibu mengenai cara pemberian ASI yaitu secara bergantian setelah payudara
pertama kosong, cara memberikan ASI yang benar yaitu dengan cara meletakan bayi
ditangan ibu kepala bayi di sikut ibu, posisi perut bayi menempel dengan perut ibu.

94
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI selama 6 bulan, dan tidak memperkenankan
ibu memberikan makanan tambahan apapun seperti susu formula, madu, pisang, dan
lainnya. Karena ASI sudah cukup untuk bayi, mempunyai nutrisi yang baik, murah, dan
dapat diberikan kapan saja serta mengandung zat kekebalan tubuh terhadap penyakit.
Beritahu ibu apabila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan bayi untuk menyusui.
Ibu mengerti dengan penjelasan dari bidan dan akan memberikan ASI saja tanpa
memberikan makanan tambahan.
4. Informasikan mengenai cara merawat tali pusat
Menjelaskan kepada ibu cara merawat tali pusat dengan benar. Yaitu dengan cara
membersihkan tali pusat dengan air yang sudah matang, lalu keringkan, kemudian tutup
dengan kassa steril. Memberitahu ibu agar tidak membubuhi apapun ditali pusat ataupun
dikassa steril seperti memberikan bethadine atau alkohol. Beritahu ibu apabila tali pusat
dibubuhi sesuatu, tali pusat akan mengalami infeksi sehingga bayi menjadi demam.
Ibu mengerti dengan penjelasan dari bidan dan akan merawat tali pusat dengan benar
sesuai anjuran bidan.
5. Informasikan mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi
Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi, antara lain :
 Pernafasan cepat dan ada tarikan dinding dada
 Bayi tidak mau menyusui
 Suhu bayi ≤36,2oC atau ≥37,2 oC
 Tali pusat merah, bengkak, dan bernanah
 Bayi tidak BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam
 Warna kulit kuning dan kebiruan
 Menangis lemah dan merintih
 Bayi kejang
Apabila ibu menemukan salah satu tanda bahaya tersebut maka ibu dan keluarga segera
menghubungi tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan segera
Ibu mengerti mengenai penjelasan dari bidan dan akan pergi ke NAKES atau
menghubungi NAKES apabila menemukan salah satu tanda bahaya tersebut.
6. Beritahu ibu mengenai Imunisasi HB0

95
Memberitahu ibu untuk imunisasi Hepatitis B0 pada tanggal . Menjelaskan pada ibu nanti
pada saat kunjungan tiga hari bayi akan diberikan imunisasi HB0 manfaat dari imunisasi
Hepatitis B 0, yaitu Hepatitis B untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang
dan merusak hati dan bila hal itu terus terjadi sampai si anak dewasa akan bisa
menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati.
Ibu mengerti dan bersedia bila bayinya diimunisasi pada tanggal 08-05-2016.
7. Beritahu ibu mengenai kunjungan selanjutnya
Memberitahukan kepada ibu bahwa nanti pada tanggal 08-05-2016 bidan akan melakukan
kunjungan ulang ke rumah.
Ibu bersedia jika bidan akan melakukan kunjungan ulang.

96
FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR 3 HARI

No. Register : Tanggal/waktu pengkajian :


Nama Pengkaji : Tempat : Rumah pasien

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. Intake Cairan
1. ASI : Ya, on demand
2. PASI : Tidak diberikan
3. INFUS : Tidak diberikan
B. Eliminasi
1. BAK : Frekuensi : ± 5 x/hari
2. BAB : Frekuensi : ± 2 x/hari
Warna : Kuning
Konsistensi : Lunak
C. Istirahat/Tidur
Lama setiap kali tidur : 1-2 jam setiap kali tidur
Gangguan tidur : Terbangun jika ingin menyusui atau BAB dan BAK
D. Psikososial
Hubungan ibu dan bayi : Baik, harmonis, ibu menyayangi bayinya
Perilaku ibu terhadap bayi : Baik, ibu terlihat bahagian dan menyayangi bayinya

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
 Pernapasan
Frekuensi : 45 x/menit
Teratur/tidak : Teratur
Bunyi nafas : Bersih
Menangis : Kuat
 Nadi : 135 x/menit
 Suhu : 36,8oC

97
B. Berat badan sekarang : 3100 gram

C. Kepala
 Ubun-ubun kecil : Datar
 Mollage :0
 Kaput succedanum : Tidak ada
 Cepal haematom : Tidak ada
 Ukuran lingkar kepala
o Circumferensia mento-occipitalis : 32 cm
o Circumferensia fronto-occipatlis : 34 cm
o Circumferensia sub-occipito-bregmatika : 34 cm
D. Mata
 Letak : Terlihat simetris, sejajar daun telinga
 Kotoran : Tidak ada
 Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
 Skelera : Terlihat berwarna putih bening
 Kelainan : Tidak ada
E. Hidung
 Lubang hidung : Terdapat 2 lubang hidung
 Cuping hidung : Ada
 Pernapasan cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
 Sekret : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
F. Mulut
 Warna bibir : Terlihat berwarna merah muda
 Palatum : Ada
 Lidah : Terlihat berwarna merah muda
 Gusi : Terlihat berwarna merah muda
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Reflex sucking : Ada (+)

98
 Reflex rooting : Ada (+)
 Reflex swallowing : Ada (+)
G. Telinga
 Letak telingan terhadap mata : Terlihat simetris, sejajar
 Pengeluaran cairan/sekret : Tidak ada
 Kebersihan : Terlihat bersih
 Kelainan : Tidak ada
H. Leher
 Pembengkakan : Tidak ada
 Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan KGB
 Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
 Pergerakan : Aktif
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Reflex tonic neck : Ada (+)/(+)
I. Dada
 Bentuk dada : Terlihat simetris dan tidak ada kelainan
 Lingkar dada : 34 cm
 Tonjolan putting : Simetris
 Tarikan dinding dada : Tidak ada
 Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
J. Abdomen
 Bentuk : Globuler
 Bising usus : Ada
 Pembesaran hepar : Tidak ada
 Keadaan tali pusat : Baik
 Perdarahan tali pusat : Tidak ada
 Tanda-tanda infeksi : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
K. Ekstremitas Atas
 Gerakan : Aktif

99
 Jumlah jari : Terlihat lengkap, kanan 5 kiri 5
 Kelainan : Tidak ada
 Reflex graps : Ada (+)
 Reflex morrow : Ada (+)
L. Genitalia
 Jenis kelamin : Perempuan
 Labia minor/mayor : Ada, labia mayor menutupi labia minor
 Lubang uretra : Ada
 Lubang vagina : Ada
 Secret vagina : Tidak ada
M. Keadaan Punggung
 Spina bifida : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
N. Anus
 Berlubang/tidak : Terdapat lubang anus
 Kelainan : Tidak ada
O. Ekstremitas Bawah
 Gerakan : Aktif, tidak ada fraktur
 Jumlah jari : Terlihat lengkap, kanan 5 kiri 5
 Kelainan : Tidak ada
 Reflex babynski : Ada (+)
 Reflex morrow : Ada (+)

III. ASSESMENT (A)


Diagnosis : Neonatus 3 hari cukup bulan sesuai masa
kehamilan, keadaan bayi normal.
Masalah Potensial : Tidak ada
Antisipasi Masalah Potensial : Tidak ada

IV. PLANNING (P)

100
1. Beritahu Ibu hasil pemeriksaan
Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa saat
ini bayi ibu dalam keadaan baik dan berat badan bayi meningkat yaitu 3300 gram.
Ibu terlihat senang mendengar penjelasan yang telah diberikan.
2. Beritahu ibu bayi akan diberi Imunisasi HB0
Memberitahu ibu bayi akan diberikan imunisasi Hepatitis B 0. Menjelaskan kembali
pada ibu manfaat dari imunisasi Hepatitis B 0, yaitu Hepatitis B untuk mencegah virus
Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila hal itu terus terjadi sampai
si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati.
Bayi telah dilakukan imunisasi HB0 oleh Mahasiswa Kebidanan
3. Berikan pendidikan kesehatan kembali tentang pemberian ASI
Mengingatkan kembali mengenai pemberian ASI sampai bayi berumur 6 bulan dan
jangan memberikan makanan tambahan apapun seperti susu formula, madu, pisang dan
lain-lain. Berikan ASI kepada bayi secara on demand dan bersihkan terlebih dahulu
sekitar putting ibu saat akan menyusui. Menganjurkan kepada ibu agar setelah menyusui
punggung bayi di masase secara lembut agar tidak muntah. Apabila bayi tidur selama 3
jam, ibu boleh membangunkan bayinya untuk memberikan ASI.
Ibu mengaku hanya memberikan ASI selama 3 hari ini
4. Beritahu Ibu mengenai cara memandikan bayi yang benar
Memberitahu ibu untuk memandikan bayinya setiap pagi dan sore hari. Mengajarkan
ibu cara memandikan bayi yaitu dengan menyiapkan terlebih dahulu air hangat untuk
mandi, sebelum mandi rasakan dulu hangatnya air, kira-kira sehangat kuku jari, setelah
bayi di buka pakaiannya, masukan tubuh bayi dengan menahan punggung bayi
menggunakan tangan, dan jari-jari menginmpit tangan bayi. Setelah itu mandikan bayi
dari ujung kepala sampai ujung kaki menggunakan sabun.
Ibu mengerti cara memandikan bayi yang benar yang telah diajarkan bidan
5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kebersihan bayi
Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu bahwa harus mencuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Mencuci
tangan setelah ibu buang air kecil dan buang air besar.
Ibu mengerti atas penjelasan bidan.

101
6. Informasikan kembali mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi
Memberitahukan ibudan keluarga kembali mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi
yaitu :
 Pernafasan cepat dan ada tarikan dinding dada
 Bayi tidak mau menyusui
 Suhu bayi ≤ 36,5 oC atau ≥ 37,5 oC
 Tali pusat merah, bengkak dan bernanah
 Bayi tidak BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam
 Warna kulit kuning dan kebiruan
 Menangis lemah dan merintih
 Bayi kejang
Apabila ibu menemukan tanda-tanda bahaya tersebut pada bayi maka ibu dan keluarga
segera menghubungi tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan segera.
Ibu paham dan mengerti atas penjelasan bidan.
7. Memberitahu ibu mengeenai kunjungan ulang
Memberitahukan kepada ibu bahwa nanti bidan akan datang lagi ke rumah untuk
melakukan kunjungan ulang pada hari Rabu, 08-06-16.
Ibu bersedia untuk dikunjungi lagi.

102
FORMATPENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR 7 HARI

No. Register : Tanggal/waktu pengkajian :


Nama Pengkaji : Tempat : BPM Bd. N

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. Intake Cairan
1. ASI : Ya on demand
2. PASI : Tidak diberikan
3. INFUS : Tidak diberikan
B. Eliminasi
1. BAK : Frekuensi : ±8 x/hari
2. BAB : Frekuensi : ±3 x/hari
Warna : Kuning
Konsistensi : Lunak
C. Istirahat/Tidur
Lama setiap kali tidur : 1-2 jam setiap kali tidur
Gangguan tidur : Tidak nyenyak karena ingin menyusui atau BAB dan
BAK
D. Psikososial
Hubungan ibu dan bayi : Baik, harmonis, ibu menyayangi bayinya
Perilaku ibu terhadap bayi : Baik, ibu terlihat bahagian dan menyayangi bayinya

103
II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
 Pernapasan
Frekuensi : 48 x/menit
Teratur/tidak : Teratur
Bunyi nafas : Bersih
 Menangis : Kuat
 Nadi : 130 x/menit
 Suhu : 36,7oC
2. Berat badan sekarang : 3300 gram
3. Kepala
 Ubun-ubun kecil : Datar
 Mollage :0
 Kaput succedanum : Tidak ada
 Cepal haematom : Tidak ada
 Ukuran lingkar kepala
o Circumferensia mento-occipitalis : 34 cm
o Circumferensia fronto-occipatlis : 36 cm
o Circumferensia sub-occipito-bregmatika : 36 cm
4. Mata
 Letak : Terlihat simetris, sejajar daun telinga
 Kotoran : Tidak ada
 Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
 Skelera : Terlihat berwarna putih bening
 Kelainan : Tidak ada
5. Hidung
 Lubang hidung : Terdapat 2 lubang hidung
 Cuping hidung : Ada

104
 Pernapasan cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
 Sekret : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
6. Mulut
 Warna bibir : Terlihat berwarna merah muda
 Palatum : Ada
 Lidah : Terlihat berwarna merah muda
 Gusi : Terlihat berwarna merah muda
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Reflex sucking : Ada (+)
 Reflex rooting : Ada (+)
 Reflex swallowing : Ada (+)
7. Telinga
 Letak telingan terhadap mata : Terlihat simetris, sejajar
 Pengeluaran cairan/sekret : Tidak ada
 Kebersihan : Terlihat bersih
 Kelainan : Tidak ada
8. Leher
 Pembengkakan : Tidak ada
 Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan KGB
 Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
 Pergerakan : Aktif
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Reflex tonic neck : Ada (+)
9. Dada
 Bentuk dada : Terlihat simetris dan tidak ada kelainan
 Lingkar dada : 36 cm
 Tonjolan putting : Simetris
 Tarikan dinding dada : Tidak ada
 Bunyi jantung tambahan : Tidak ada

105
10. Abdomen
 Bentuk : Globuler
 Bising usus : Ada
 Pembesaran hepar : Tidak ada
 Keadaan tali pusat : Baik
 Perdarahan tali pusat : Tidak ada
 Tanda-tanda infeksi : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
11. Ekstremitas Atas
 Gerakan : Aktif
 Jumlah jari : Terlihat lengkap, kanan 5 kiri 5
 Kelainan : Tidak ada
 Reflex graps : Ada (+)
 Reflex morrow : Ada (+)
12. Genitalia
 Jenis kelamin : Perempuan
 Labia minor/mayor : Ada
 Lubang uretra : Ada
 Lubang vagina : Ada
 Secret vagina : Tidak ada
13. Keadaan Punggung
 Spina bifida : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
14. Anus
 Berlubang/tidak : Terdapat lubang anus
 Kelainan : Tidak ada
15. Ekstremitas Bawah
 Gerakan : Aktif, tidak ada fraktur
 Jumlah jari : Terlihat lengkap, kanan 5 kiri 5
 Kelainan : Tidak ada

106
 Reflex babynski : Ada (+)
 Reflex morrow : Ada (+)

III. ASSESMENT (A)


Diagnosis : Neonatus 7 hari cukup bulan sesuai masa
kehamilan, keadaan bayi normal.
Masalah Potensial : Tidak ada
Antisipasi Masalah Potensial : Tidak ada

IV. PLANNING (P)


1. Informasikan hasil pemeriksaan
Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayi ibu dalam
keadaan baik dan berat badan bayi meningkat.
Ibu terlihat senang mendengar penjelasan yang telah diberikan.
2. Informasikan mengenai keluhan yang terjadi pada bayi ibu
Memberitahukan pada ibu bahwa biang keringat yang dialami pada bayinya adalah
normal karena mengalami lembab yang membuat bayi menjadi merah, ibu dianjurkan
untuk menjaga kebersihan dan melakukan perawatan pada bayi, serta memberikan salep
atau baby cream dioles tipis-tipis di daerah yang terkena biang keringat.
mMenganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan bedak kepada bayi karena sifat
bedak adalah membuat lembab.
Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran yang diberikan.
3. Informasikan kembali mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi
Memberitahukan kembali pada ibu dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya pada
bayi yaitu :
 Bayi tidak mau menyusu
 Suhu bayi ≤ 36,5 oC atau ≥ 37,5 oC
 Tali pusat merah, bengkak dan bernanah
 Bayi tidak BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam
 Warna kulit kuning dan kebiruan
 Menangis lemah dan merintih

107
 Bayi kejang
Apabila ibu menemukan tanda-tanda bahaya tersebut pada bayi maka ibu dan keluarga
segera menghubungi tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan segera.
Ibu paham dan mengerti atas penjelasan bidan.
4. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian ke klinik
bidan A yaitu pada tanggal 22-06-2016 untuk dilihat perkembangan pada bayi.
Ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.

108
BAB V
PEMBAHASAN

ASUHAN TEORI TINDAKAN PEMBAHASAN


Antenatal Care
Pemeriksaan Perawatan payudara Pada pemeriksaan fisik Terdapat kesenjangan antara
fisik ANC Payudara perlu disiapkan yang dilakukan pada teori dengan kasus yang
(pemeriksaan sejak sebelum bayi lahir ibu hamil umumnya ditemukan dimana
paudara) sehingga dapat segera hanya melihat adanya kolostrum yang seharusnya
berfungsi dengan baik pada benjolan, keadaan sudah keluar pada
saa diperlukan. Pengurutan putting susu, ada atau kehamilan trimester 3,
payudara untuk tidaknya dalam kasus hanya payudara
mengeluarkan sekresi dan hiperpigmentasi, sebelah kanan saja yang
membuka duktus dan sinus kebersihan, dan ada sudah menunjukan
laktiferus, sebaiknya atau tidaknya pengeluaran kolostrum.
dilakukan secara hati-hati kolostrum. Adapun Untuk itu penkes tentang
dan benar karena hasil yang di dapatkan perawatan payudara sangat
pengurutan yang salah dapat pada pemeriksaan perlu di sampaikan dan
menimbulkan kopntraksi payudara Ny.M, dilakukan dirumah untuk
pada Rahim sehingga terjadi keadaan payudara baik persiapan proses laktasi
kondisi seperti pada uji dan bersih, hanya saja setelah melahirkan.
kesejahteraan janin pada payudara sebelah
menggunakan uterotonika. kiri belum di dapatkan
Basuhan lembut setiap hari adanya kolostrum
pada areola dan puting susu sepertihalnya pada
akan dapat mengurangi dan payudara kanan, maka
lecet pada area tersebut. dilakukan pendidikan
Untuk sekresi yang kesehatan untuk
mongering pada puting perawatan payudara
susu, lakukan pembersihan secara hati hati dengan
menggunakan campuran mengompres

109
gliserin dan alcohol. Karena menggunakan air
payudara menegang, hangat dan memijat
sensitive, dan menjadi lebih pelan menggunakan
berat, maka sebaiknya minyak kelapa atau
menggunakan penopang Baby oil bagian areola
payudara yang sesuai untuk membuka duktus-
(brassiere)(sarwono 2010, duktus yang
286) mengeluarkan ASI dan
Tubuh ibu mulai membersihkan kotoran
memproduksi kolostrum yang dapat menyumbat
pada saat usia kehamilan saluran pengeluaran
tiga sampai empat bulan. ASI, namun di
Tapi umumnya para ibu beritahukan juga untuk
tidak memproduksinya tindakan ini dapat
kecuali saat ASI ini bocor memicu adanya
sedikit menjelang akhir kontraksi sehingga ibu
kehamilan. Pada tiga sampai dapat melakukanya
empat bulan kehamilan, dengan hati-hati
prolaktin dari adenohipofise dirumah.
(hipofiseanterior) mulai
merangsang kelenjar air
susu untuk menghasilkan
kolostrum. Pada masa ini
pengeluaran kolostrum
masih dihambat oleh
estrogen dan progesterone,
tetapi jumlah prolaktin
meningkat hanya aktivitas
dalam pembuatan kolostrum
yang ditekan.
Sedangkan pada trimester

110
kedua kehamilan, laktogen
plasenta mulai merangsang
pembuatan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan
hormon-hormon terhadap
pengeluaran air susu telah
didemonstrasikan
kebenarannya bahwa
seorang ibu yang
melahirkan bayi berumur
empat bulan dimana
bayinya meninggal tetap
keluar kolostrum.
Banyak wanita usia
reproduktif ketika ia
melahirkan seorang anak
tidak mengerti dan
memahami bagaimana
pembentukan kolostrum
yang sebenarnya sehingga
dari ketidaktahuan ibu
tentang pembentukan
kolostrum akhirnya
terpengaruh untuk tidak
segera memberikan
kolostrum pada bayinya.
Intranatal Care
Pemantauan Kala I Pada pemantauan kala 1 Terdapat kesenjangan dalam
pembukaan Didefinisikan sebagai fase aktif persalinan pemantauan kala I dimana
serviks pada permulaan persalinan dalam pengkajian kasus dilatasi serviks berlangsung
kala I yang sebenarnya. Ny. M proses dilatasi lebih cepat dari teori dimana

111
Dibuktikan dengan serviks berlangsung kala I fase aktif tahap
perubahan serviks yang lebih cepat dari teori deselerasi yang seharusnya
cepat dan diakhiri yakni 1 jam 30 menit berlangsung lambat, dalam
dengan dilatasi serviks yang seharusnya kurang kasus Ny.M berlangsung
yang komplit (10 cm), lebih 2 jam dalam teori. sangat cepat. Hal ini
hal ini dikenal juga Fase aktif tahap memang masih normal
sebagai tahap dilatasi deselerasi berlangsung namun dalam segi
serviks. sangat cepat, dan kesiapsiagaan penolong
Lamanya kala I untuk effacement juga (bidan) jika menghadapi
primigravida berlangsung sangat kasus multipara maka
berlangsung 12 jam cepat karna dorongan persiapan baik alat, tempat
sedangkan untuk kepala dan his yang dan penolong harus di
multigravida sekitar 8 kuat serta factor siapkan lebih dini
jam. Berdasarkan kurve multiparitas ibu. mengingat dalam hal ini
Friedman, umumnya pembukaan
diperhitungkan berlangsung lebih cepat
pembukaan primigravida berbeda dari penjelasan
1 cm/jam dan teori.
pembukaan multigravida
2 cm/jam.
Fase aktif
Berlangsung mulai dari
kemajuan aktif sampai
dilatasi lengkap terjadi.
Secara umum dari
pembukaan 4 cm (akhir
dari fase laten) sampai
10 cm atau dilatasi akhir
kala I dan berlangsung
selama 6 jam.

112
Fase aktif dibagi
kedalam 3 fase :
a. Akselerasi :
berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4
cm
b. Dilatasi
maksimal/kemajuan
maksimal : selama 2 jam
pembukaan berlangsung
cepat dari pembukaan 4
cm menjadi 9 cm
c. Deselerasi :
berlangsung lambat,
dalam waktu 2 jam dari
pembukaan 9 sampai 10
cm atau lengkap.
Penipisan dan
pembukaan serviks (
Effacement dan Dilatasi
serviks )
Effacement serviks
adalah pemendekan dan
penipisan serviks selama
tahap pertama
persalinan. Serviks yang
dalam kondisi normal
memiliki panjang 2
sampai 3 cm dan tebal
sekitar 1 cm, terangkat
ke atas karena terjadi

113
pemendekan gabungan
otot uterus selama
penipisan segmen bawah
rahim pada tahap akhir
persalinan. Hal ini
menyebabkan bagian
ujung serviks yang tipis
saja yang dapat diraba
setelah effacement
lengkap. Pada kehamilan
aterm pertama,
effacement biasanya
terjadi lebih dahulu dari
pada dilatasi.. Pada
kehamilan berikutnya,
effacement dan dilatasi
cenderung bersamaan.
Tingkat effacement
dinyatakan dalam
persentase dari 0%
sampai 100%. Dilatasi
serviks adalah
pembesaran atau
pelebaran muara dan
saluran serviks, yang
terjadi pada awal
persalinan. Diameter
meningkat dari sekitar 1
cm sampai dilatasi
lengkap (sekitar 10 cm)
supaya janin aterm dapat

114
dilahirkan. Apabila
dilatasi serviks lengkap,
serviks tidak lagi dapat
di raba. Dilatasi serviks
lengkap menandai akhir
tahap pertama
persalinan
Post Natal Care
Adat Istiadat Menurut Syafrudin (2009), Ny.M mengeluh pusing Terjadi kesenjangan antara
kebudayaan adalah dikarenakan kurang teori dan praktik, dimana
kompleks yang mencakup tidur. Pada siang hari kebudayaan yang beredar
pengetahuan, kepercayaan, Ny.M dilarang tidur dimasyarakat tidak sesuai
kesenian, moral, hokum, oleh keluarganya dengan ilmu kebidanan.
dan adat istiadat. karena kepercayaan Padahal ibu nifas sama
Budaya atau kebiasaan adat dan kebudayaan sekali tidak dilarang untuk
merupakan salah satu yang yang mengatakan melakukan tidur siang demi
mempengaruhi status bahwa apabila ibu nifas kebutuhan istirahatnya yang
kesehatan. Banyak sekali melakukan tidur siang cukup, karena ibu telah
pengaruh atau yang maka darah putihnya diberi vit A sehingga tidak
menyebabkan berbagai akan naik ke mata. akan terjadi kerusakan pada
aspek kesehatan di negara mata.
kita, Selain itu ditemukan
pula sejumlah pengetahuan
dan perilaku yang tidak
sesuai dengan prinsip-
prinsip kesehatanmenurut
ilmu kedokteran ataupun
ilmu kebidanan.
Bayi Baru Lahir
Perawatan Higiene bayi dapat terjaga Pada kasus ini, bayi Ny. Terjadi kesenjangan
Kulit dengan mandi. Mandi M mengalami biang mengenai masalah higiene

115
Neonatus memiliki beberapa tujuan keringat yang pada bayi, dimana ibu hanya
yaitu membersihkan seluruh diakibatkan karena ibu memandikan bayi 2 hari
tubuh, mengobservasi hanya memandikan sekali dan sering
keadaan, memberi rasa bayi 2 hari sekali memberikan bedak tabur
nyaman, dan diakibatkan karena ibu terlalu tebal sehingga kulit
mensosialisasikan orang masih merasa khawatir bayi menjadi lembab dan
tua, anak dan keluarga untuk memandikan terjadi biang keringat.
(Bobak dkk, 2005) bayi. Biang keringatnya Seharusnya ibu menjaga
Memandikan bayi pun disebabkan karena higiene bayi dengan
dilakukan di tempat yang pemakaian bedak tabur memandikannya sehari
aman, dengan suhu yang yang terlalu sering. sekali untuk menjaga tubuh
hangat (Bonny & Mila, bayi dari kuman dan
2003). Menurut Helen dkk. memberikan rasa nyaman
(2007) perawatan kulit yang bagi bayi.
ditutup oleh popok sangat
penting untuk mencegah
terjadinya ruam popok.
Perawatan kulit dengan
menggunakan minyak telon,
krim, baby oil, dan colegne
diperkenankan tetapi
penggunaan bedak tabur
tidak dianjurkan karena
dapat terhirup oleh bayi dan
mengganggu jalan napas
atau membuat tersedak
(Bonny & Mila, 2003).

116
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari hasil pengkajian asuhan komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, nifas sampai
asuhan bayi baru lahir yang telah dilakukan dalam kegiatan Praktik Kebidanan 1 mulai dari 2
Mei sampai 9 juni 2018 , dapat disimpulkan bahwa asuhan komprehensif pada Ny. M yang telah
dilakukan sejak tanggal 12 Mei sampai 08 juni 2015 di Kp. Cikangkung Barat rt 06/01
Rengasdengklok Utara, Kab. Karawang adalah sebagai berikut :
1. Pada dasarnya masa kehamilan Ny. M sampai masa nifas berlangsung dengan baik dan
normal, tidak ada masalah yang berarti yang dapat mengganggu kesehatan ibu, baik
dalam proses kehamilan, persalinan, ataupun nifas. Namun ada beberapa perbedaan atau
kesenjangan antara teori dengan keadaan secara nyata seperti teori untuk kemajuan
pembukaan dan persalinan pada multipara dikatakan bahwa 1 jam ada 2 cm pembukaan,
namun dalam keadaan di lapangan banyak ibu hamil inpartu seperti Ny.M yang berstatus
G2P1A0 mengalami pembukaan yang lebih cepat yakni 1 jam 30 menit mengalami
pembukaan sebesar 4cm. Hal ini membuktikan bahwa kemajuan persalinan pada ibu
multipara lebih ditentukan oleh kekuatan His, disamping posisi, besar janin, dan
kemungkinan adanya penyulit seperti lilitan atau tali pusat yang pendek juga
mempengaruhi cepat lambatnya persalinan.

117
2. Keadaaan bayi Ny.M dari mulai pengkajian Bayi Baru Lahir sampai Kunjungan
Neonatus 07 hari dinyatakan dalam keadaan baik dan normal, meskipun ada beberapa
gangguan namun hal tersebut tidak begitu berarti yang dapat mengganggu kesehatan bayi
dalam jangka panjang dan mempengaruhi tumbuh kembangnya.
3. Asuhan komprehensif yang berkesinambungan dan dilakukan secara berkualitas
berbanding lurus dengan hasil yang maksimal dengan kualitas kesehatan dan keselamatan
ibu maupun bayi, dengan mengantisipasi juga mendeteksi secara dini adanya masalah
yang timbul, sehingga secara lebih lanjut diharapkan dapat meminimalkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.

6.1 Saran
a. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan instansi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan pelayanan asuhan
kebidanan secara komprehensif mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir
dalam upaya untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi sesuai dengan teori
manajemen kebidanan.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bidan sebagai tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
ANC, INC, PNC, dan BBL dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan klien agar tidak terjadi kesenjangan yang mungin menimbulkan
komplikasi.
c. Bagi Klien
Diharapkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ANC secara rutin dan mengikuti
penyuluhan atau anjuran tentang nutrisi bagi ibu hamil supaya dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya dengan cukup, melakukan persalinan di tenaga kesehatan,
melakukan kunjungan nifas dan bayi baru lahir sesuai dengan anjuran.
d. Bagi Pembaca

118
Diharapkan laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khusunya
mahasiswa sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan dalam melakukan asuhan
kebidanan komprehensif.
e. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi para mahasiswa dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses pembelajaran.
Diharapkan untuk tetap sabar dalam mendidik dan membimbing mahasiswa guna
menghasilkan lulusan yang berkualitas.

119
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Cunningham, F G, dkk. 2006. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Hani, Umi dkk.2010. Asuhan Kehamilan pada Kehamilan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri (Jilid1). Jakarta: EGC

Muslihatun, Wafi Nur, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Oxorn, Harry, 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medika

Penny, dkk. 2007. Panduan Lengkap Melahirkan dan Bayi. Jakarta: Arcan

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I. Jakarta: TIM

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC

120

Anda mungkin juga menyukai