Anda di halaman 1dari 5

Presipitasi (Hujan)

Proses Kejadian Hujan


(Sri Harto, 2000)
Pada dasarnya hujan dapat saja terjadi di sebarang tempat, asalkan
terdapat dua faklor, yaitu terdapat massa udara lembab dan terdapat sarana
meteorologis yang dapat mengangkat massa udara tersebut untuk
berkondensasi. Hujan terjadi akibat adanya massa udara yang menjadi dingin,
mencapai suhu di bawah titik embunnya dan terdapat inti higroskopik yang dapat
memulai pembentukan molekul air. (Titik embun adalah temperatur pada saat
udara menjadi jenuh apabila udara didinginkan pada temperatur tetap). Apabila
massa udara terangkat ke atas, dan menjadi dingin karena ekspansi adiabatik,
dan mencapai ketinggian yang memungkinkan terjadinya kondensasi, maka akan
dapat terbenluk awan. Hujan hanya akan terjadi apabila molekul-molekul air
hujan sudah mencapai ukuran lebih dari 1 mm. Hal ini memerlukan waktu yang
cukup, untuk tumbuh dari ukuran sekitar 1-100 mikron (Barry 1971). Proses
gerakan udara keatas disebabkan oleh berbagai sebab, yang kemudian hal
tersebut menentukan jenis genetik (genetic type) hujan, yaitu hujan konvektif
(convective), hujan siklonik (cyclonic) dan hujan orografik (orographic).
Hujan konvektif biasanya terjadi sebagai hujan dengan intensitas yang
tinggi, akibat massa udara yang terangkat ke atas oleh pemanasan lahan, atau
karena udara dingin yang bergerak di atas laut atau dataran yang panas. Hujan
jenis ini dapat terjadi di daerah yang relatif luas, dan bergerak sesuai dengan
gerakan angin. Pembentukan hujan ini dapat dilihat dalam sketsa gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses pembentukan hujan konvektif.

Hujan siklonik dapat terjadi karena udara lembab panas terangkat ke atas
oleh lapisan udara yang lebih dingin dan lebih rapat. Penyebaran hujan jenis ini
sangat terpengaruhi oleh landai bidang pertemuan antara udara panas dan
udara dingin (warm front /coldfront) dan biasanya merupakan hujan dengan
daerah penyebaran terbatas dan dalam waktu pendek. Proses pembentukannya
seperti dalam gambar 2.2.

1
Gambar 2.2 Proses pembentukan hujan siklonik.

Hujan orografik terjadi karena massa udara lembab terangkat ke atas


oleh angin yang terangkat karena adanya gunung/pegunungan/dataran tinggi.
Kejadian yang sebenarnya tidak sesederhana hal tersebut, karena mekanisme
terangkatnya massa udar dapat disebabkan oleh gabungan dari ketiga hal
tersebut, yang menyebabkan hujan memiliki variabilitas ruang dan variabilitas
waktu yang berbeda-beda. Khusus di daerah tropik seperti Indonesia, variabilitas
tersebut dapat sangat tinggi. Sketsa sederhana yang menunjukkan proses
pembentukan hujan orografik dapat dilihat dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3 Proses Pembentukan hujan orografik.

2
1. Dari gambar DAS dibawah, tentukan besarnya hujan rencana wilayah
periode ulang 25 tahunan dengan metode rata-rata aljabar curah hujan dan
metode polygon Thiessen pada DAS tersebut

P5
P3

P1

P4
P2

Gambar 31. Das dengan Lokasi Pos Hujan

Data hujan rencana titik periode ulang 25 tahunan untuk setiap pos:
P1 = 120 mm P3 = 133 mm P5 = 142 mm
P2 = 135 mm P4 = 140 mm
Jawab:
Rata-rata Aljabar Curah Hujan
P1  P 2  ..  Pn 120  135  133  140  142
P= =
n 5
P = 134 mm
Metode ini hanya dapat digunakan jika pos hujan tersebar merata di dalam DAS.

Polygon Thiessen
Langkah-langkah:
 Buat garis yang menghubungkan antar pos hujan
 Dari titik tengah garis tersebut tarik garis tegak lurus untuk
setiap garis sehingga menyentuh satu dengan lainnya
 Hitung luas DAS yang berada di dalam wilayah polygon
Thiessen tersebut
 Hitung besarnya hujan wilayah

3
Gambar polygon Thiessen:

P5
A3 A5
P3

P1
A1
P4 A4
P2
A2

Gambar 32. Polygon Thiessen DAS

Luas masing-masing wilayah yang mewakili pos hujan dihitung dan didapat:
A1 = 20 ha A3 = 23 ha A5 = 21 ha
A2 = 19 ha A4 = 25 ha
Maka besarnya hujan wilayah adalah:
A1P1  A2 P 2  ..  AnPn
P= =
AT

20 x120  19 x135  23x133  25 x140  21x142


20  19  23  25  21
P = 134,31 mm

2. Dari gambar DAS dengan garis Isohiet hujan rencana periode ulang 10
tahunan dibawah, tentukan besarnya hujan wilayah dengan metode Isohiet.

A5
A4
A2
A3
A1 130 mm

100 mm 110 mm 120 mm

4
Gambar 33. Isohiet Hujan DAS
Jawab:
Hitung luas masing daerah yang terwakili garis isohiet hujan tersebut.
A1 = 5 ha A3 = 11 ha A5 = 6.5 ha
A2 = 8 ha A4 = 12.5 ha
Besarnya hujan wilayah pada DAS dengan metode Isohiet:
A1P1  A2 P 2  ..  AnPn
P=
AT
Nilai Pn adalah nilai tengah area antara dua garis isohiet
5 x95  8 x105  11 x115  12,5 x125  6,5 x135
P= 5  8  11  12,5  6,5

P = 116,75 mm

Anda mungkin juga menyukai