Hujan siklonik dapat terjadi karena udara lembab panas terangkat ke atas
oleh lapisan udara yang lebih dingin dan lebih rapat. Penyebaran hujan jenis ini
sangat terpengaruhi oleh landai bidang pertemuan antara udara panas dan
udara dingin (warm front /coldfront) dan biasanya merupakan hujan dengan
daerah penyebaran terbatas dan dalam waktu pendek. Proses pembentukannya
seperti dalam gambar 2.2.
1
Gambar 2.2 Proses pembentukan hujan siklonik.
2
1. Dari gambar DAS dibawah, tentukan besarnya hujan rencana wilayah
periode ulang 25 tahunan dengan metode rata-rata aljabar curah hujan dan
metode polygon Thiessen pada DAS tersebut
P5
P3
P1
P4
P2
Data hujan rencana titik periode ulang 25 tahunan untuk setiap pos:
P1 = 120 mm P3 = 133 mm P5 = 142 mm
P2 = 135 mm P4 = 140 mm
Jawab:
Rata-rata Aljabar Curah Hujan
P1 P 2 .. Pn 120 135 133 140 142
P= =
n 5
P = 134 mm
Metode ini hanya dapat digunakan jika pos hujan tersebar merata di dalam DAS.
Polygon Thiessen
Langkah-langkah:
Buat garis yang menghubungkan antar pos hujan
Dari titik tengah garis tersebut tarik garis tegak lurus untuk
setiap garis sehingga menyentuh satu dengan lainnya
Hitung luas DAS yang berada di dalam wilayah polygon
Thiessen tersebut
Hitung besarnya hujan wilayah
3
Gambar polygon Thiessen:
P5
A3 A5
P3
P1
A1
P4 A4
P2
A2
Luas masing-masing wilayah yang mewakili pos hujan dihitung dan didapat:
A1 = 20 ha A3 = 23 ha A5 = 21 ha
A2 = 19 ha A4 = 25 ha
Maka besarnya hujan wilayah adalah:
A1P1 A2 P 2 .. AnPn
P= =
AT
2. Dari gambar DAS dengan garis Isohiet hujan rencana periode ulang 10
tahunan dibawah, tentukan besarnya hujan wilayah dengan metode Isohiet.
A5
A4
A2
A3
A1 130 mm
4
Gambar 33. Isohiet Hujan DAS
Jawab:
Hitung luas masing daerah yang terwakili garis isohiet hujan tersebut.
A1 = 5 ha A3 = 11 ha A5 = 6.5 ha
A2 = 8 ha A4 = 12.5 ha
Besarnya hujan wilayah pada DAS dengan metode Isohiet:
A1P1 A2 P 2 .. AnPn
P=
AT
Nilai Pn adalah nilai tengah area antara dua garis isohiet
5 x95 8 x105 11 x115 12,5 x125 6,5 x135
P= 5 8 11 12,5 6,5
P = 116,75 mm