Anda di halaman 1dari 3

Berbicara tentang suatu proses berpikir secara umum, terdapat banyak hal yang terlibat dalam

proses tersebut sejak awal. Diantaranya adalah peran ingatan atau memori serta perosesan
informasi. Sudah semestinya perlu diketahui konsep tentang model ingatan dan pemrosesan
informasi agar dapat melakukan analisa lebih jauh suatu proses berpikir.

Sebelum mengupas lebih lanjut tentang kedua hal tersebut, perlu mengenalkan lebih dahulu
konsep yang juga juga terkait dengan keduanya. Yaitu, konsep tentang persepsi. Menurut
Suharnan, 2005 persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki
(yang disimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi
stimulus(rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti, mata, telinga dan hidung.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa persepsi adalah proses
penginterpretasian informasi yang diterima menggunakan alat indera.

Ada 3 aspek yang relevan dalam persepsi yang berhubungan dengan kognisi manusia yaitu,
pencatatan indera, pengenalan pola dan perhatian. Aspek pertama, pencataan indera adalah
sebuah sistem ingatan yang dirancang untuk menyimpan sebuah rekaman mengenai informasi
yang diterima oleh sel-sel reseptor. Pencatatan indera juga dikenal sebagai ingatan sensory
yang dibedakan menjadi dua macam yaitu, iconic yaitu sistem pencatatan indera terhadap
informasi visual, gambar dan benda konkrit dan echonic yaitu sistem pencatatan indera
terhadap informasi berupa suara.

Aspek kedua, pengenalan pola adalah proses transformasi dan pengorganisasian informasi
yang masih kasar agar mempunyai makna atau arti tertentu. Aspek ini lebih dalam dari hanya
sekedar menyimpan informasi yang masuk melalui reseptor, dengan kata lain dapat pula
dikatakan bahwa aspek pengenalan pola ini adalah sebuah upaya untuk menata informasi yang
masuk sesuai dengan karakteristik yang menonjol untuk ditempatkan sesuai dengan jenisnya.

Perhatian adalah aspek yang ketiga, yang diartikan sebagai proses pemusatan aktivitas mental
atau proses konsentrasi pikiran dengan mengabaikan rangsangan lain yang tidak berkaitan.
Aktivitas ini menuntut pemusatan konsentrasi pikiran pada hal-hal yang menonjol dari sebuah
informasi dan bekerja secara intens terhadap informasi tersebut dengan mengabaikan hal-hal
yang tidak terkait.

Ingatan atau memory merujuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi yang
telah diperoleh seorang individu sepanjang masa. Hampir semua aktivitas manusia baik yang
bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor pasti melibatkan ingatan. Oleh karena itu ingatan
menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai proses yang dialami manusia.(Ellis dan hunt,
1993; Matlin, 1989).

Berikut adalah tiga model ingatan yang berkaitan dengan pemrosesan informasi; yang pertama
adalah model yang dikemukakan oleh Atkinson dan Shiffrin yang membedakan ingatan jangka
pendek (Short Term Memory) dan ingatan jangka panjang (Long Term Memory), yang kedua
adalah model ingatan yang diajukan oleh Craik dan Lockhart yang menekankan pada tingkatan
proses informasi didalam ingatan dan yang ketiga adalah ingatan episodik dan ingatan semantik
(dalam Suharnan, 2005).

Model ingatan menurut Atkinson dan Shifrrin didasarkan kepada pemrosesan informasi.
Berdasarkan model ini, informasi yang diterima kemudian diproses melalui pencatatan indera
menuju pada ingatan jangka pendek, dan akhirnya sampai pada penyimpanan yang lebih
permanen di dalam ingatan jangka panjang. Menurut model ini informasi dimasukkan dan di
oleh melalui 3 tahap( Huitt, W ;2003).

Gambar 1. Diagram Model Ingatan Pemrosesan Informasi

Pemindahan informasi dari ingatan indera (ingatan sensori)menuju pada ingatan jangka pendek
akan dikendalikan oleh perhatian. Jika proses informasi dalam ingatan jangka pendek sudah
dikendalikan, maka informasi itu akan melakukan fungsi ingatan. Proses pengendalian yang
paling penting dalam ingatan jangka pendek adalah rehearsal atau repetition, yaitu
pengulangan informasi dalam pikiran.

Sedangkan menurut model pemrosesan informasi, orang dapat menganalisis informasi menurut
cara-cara yang berbeda, dari proses yang paling dangkal hingga yang paling dalam (tentang
makna). Menurut Craik dan Lockhart suatu proses pengulangan informasi (rehearsal)
dibedakan menjadi pengulangan untuk pemeliharaan dan untuk elaborasi atau pendalaman.
Pemrosesan informasi pada tingkat yang lebih dalam akan meningkatkan kinerja penggalian
kembali informasi di dalam ingatan(recall) karena adanya faktor yang menonjol
(distinctiveness) dan pemerincian (elaboration).

Model ingatan episodik dan semantik diperkenalkan oleh Endel tulving(Matlin, 1989). Ingatan
episodik menyimpan informasi mengenai kejadian-kejadian dan hubungan-hubungan masing-
masingkejadian itu, bersifat temporer dan berkaitan dengan perubahan peristiwa. Sedangkan
ingatan semantik adalah pengetahuan yang terorganisasikan mengenai segala sesuatu yang ada
dalam kehidupan. Ingatan semantik ini berkaitan erat dengan perngertian, konsep, ide dan
fakta.
Paragraf-paragraf di atas memaparkan tentang beberapa dasar dalam bidang psikologi kognitif.
Pada awal perkembangan psikologi kognitif, para penganut paham behavioristik menganggap
bahwa metode-metode penelitian psikologi kognitif tidak ilmiah. Namun, ketika muncul
perkembangan era komputer dimana program-program komputer dapat dipelajari meskipun
proses kinerjanya tidak terlihat dapat menjadi dasar yang kuat untuk menolak pandangan para
penganut paham psikologi behavioristik.

Seiring berkembangnya bidang psikologi kognitif, tren tentang pengertian belajar dalam dunia
pendidikan juga ikut berkembang. Peneliti dan pakar banyak bermunculan dalam upaya
membahas topik yang berkaitan dengan “proses belajar” ditinjau dari sudut pandang psikologi
kognitif yang cenderung condong kepada pengertian “proses berpikir”. Berbagai teori
bermunculan. Namun, pada akhirnya pertanyaan besar muncul, “Bagaimana memanfaatkan
teori-teori tersebut dalam dunia pembelajaran kita dalam rangka meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar khususnya di negara Indonesia tercinta ini?”

Pertanyaan besar itu sudah semestinya memicu para peneliti dalam bidang pendidikan untuk
mencoba menjawabnya. Last but not least, rasanya perlu juga dipikirkan mana yang lebih
penting ya, meneliti bagaimana karakteritik pola pikir masyarakat Indonesia secara umum
atau meneliti karakteristik pola pikir para pemimpin Negara Indonesia ini ya? Agar dapat
diketahui dimana letak anomalinya sehingga bangsa yang amat kaya sumber daya alam dan
sumber daya manusia ini tidak jua menjadi bangsa maju setelah merdeka puluhan tahun. ^_*

Anda mungkin juga menyukai