Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR SEL VOLTA

SEL VOLTA

1. Definisi Sel Volta


Sel Volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang
memberikan aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang
teroksidasi ke zat kimia yang direduksi. Dalam sel Volta, oksidasi berarti
dilepaskannya elektron oleh atom, molekul, atau ion. Sedangkan reduksi berarti
diperolehnya elektron oleh partikel-partikel ini.
Contoh oksidasi dan reduksi spontan yang sederhana, perhatikan reaksi seng
dengan tembaga berikut :

Zn(s) + CuSO4(aq) → ZnSO4(aq) + Cu(s)

Reaksi spontan ion tembaga berubah menjadi logam tembaga akan menyepuh
(melapisi) lembaran seng, lembaran seng melarut, dan dibebaskan energi panas.
Reaksi tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan ion sebagai berikut :

Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)

Tiap atom seng kehilangan dua elektron untuk menjadi sebuah ion seng dan tiap
ion tembaga akan memperoleh dua elektron menjadi sebuah atom tembaga.

Oksidasi : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e


Reduksi : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)

2. Notasi sel Volta


Susunan sel Volta dinyatakan suatu notasi singkat yang disebut diagram
sel. Diagram sel tersebut dirumuskan sebagai berikut :

Kedua garis vertikal yang sejajar menyatakan jembatan garam yang memisahkan
kedua elektrode. Contoh notasi sel Volta sebagai berikut :

Zn(s)/Zn2+(aq) || Cu2+(aq)/Cu(s)
Tanda koma dapat menggantikan tanda (/) untuk komponen terpisah dengan fasa
yang sama. Sebuah sel yang terbuat dari elektrode platina dengan reaksi
keseluruhan H2 + Cl2 →2HCl dapat ditulis notasinya sebagai berikut :

Pt/H2(g) / H+(aq) || Cl- (aq) / Cl2/Pt(g)

3. Potensial elektrode standar


Potensial elektrode standar adalah gaya dorong (gaya gerak listrik) dari
reaksi redoks yang diukur pada keadaan standar (kemolaran 1 M pada tekanan 1
atm dan suhu 25oC). Potensial sel standar disimbolkan dengan E°sel. Pada sel
Daniell, potensial ini sebenarnya merupakan selisih potensial listrik antara seng
dan tembaga yang mendorong elektron mengalir. Perbedaan potensial listrik
keduanya diakibatkan adanya perbedaan rapatan muatan antara elektrode Zn dan
elektrode Cu. Perbedaan rapatan muatan kedua elektrode disebabkan perbedaan
kecenderungan kedua elektrode untuk melepaskan elektron. Seng lebih mudah
melepaskan elektron (teroksidasi) dibandingkan dengan tembaga.

4. Potensial elektrode
Para ahli kimia memilih elektrode hidrogen standar dengan harga
potensialnya nol sebagai elektrode pembanding standar. Voltase sel ini diambil
sebagai pengukuran kecenderungan setengah sel zat untuk menjalani reaksi
oksidasi atau reduksi, jika dibandingkan dengan kecenderungan setengah sel H2 /
H+.
Dalam sel pembanding ideal, elektrode hidrogen merupakan setengah sel yang
satu dan elektrode standar dari zat yang akan dibandingkan merupakan setengah
sel yang lain. Misal elektrode tembaga standar, voltase ideal yang ditunjukkan
oleh voltmeter adalah 0,34 V.

Anode : H2(g) → 2H+(aq) + 2e (oksidasi)


Katode : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) (reduksi) +
Reaksi sel: H2 (g)+ Cu2+(aq)→ 2H+(aq) + Cu(s)

Jika elektrodenya adalah magnesium, voltase idealnya adalah 2,37 V dengan


simpangan jarum voltmeter pada arah yang berlawanan. Simpangan ini berarti
bahwa atom magnesium yang dioksidasi dengan memberikan elektronnya, bukan
hidrogen.

Anode: Mg(s) → Mg2+(aq) + 2e (oksidasi)


Katode : 2H+(aq) + 2e → H2(g) (reduksi) +
Reaksi sel : Mg(s) + 2H+(aq) → Mg2+(aq)+ H2(g)
Jika elektrodenya adalah nikel, maka arah simpangan voltmeter sama dengan
arah untuk magnesium, di mana voltase ideal 0,25 V. Voltase yang lebih rendah
menunjukkan bahwa kecenderungan nikel menyerahkan elektron kepada ion
hidrogen lebih rendah daripada magnesium.
Reaksi keseluruhan yang berlangsung spontan dalam sel-sel pembanding adalah
sebagai berikut :

Mg(s) + 2H+(aq) → Mg2+(aq) + H2(g) (oksidasi Mg, E° = +2,37 V)


Ni(s) + 2H+ (aq) → Ni2+(aq) + H2(g) (oksidasi Ni, E° = + 0,25 V)
H2(g) + Cu2+ (aq) → 2H+ (aq) + Cu(s) (reduksi Cu2+, E° = +0,34 V)

Berdasarkan uraian data di atas, dapat diperoleh susunan ketiga unsur


berdasarkan kecenderungannya teroksidasi, yaitu Mg > Ni > Cu.
Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektrode dengan elektrode hidrogen
disebut potensial elektrode disimbolkan dengan E°. Elektrode yang lebih mudah
mengalami reduksi dibandingkan elektrode hidrogen mempunyai potensial
elektrode bertanda positif, sedangkan elektrode yang lebih sulit mengalami
reduksi diberi tanda negatif.
Menurut kesepakatan, potensial elektrode dikaitkan dengan reaksi reduksi,
sehingga potensial elektrode sama dengan potensial reduksi. Sedangkan potensial
oksidasi sama dengan potensial reduksi, tetapi tandanya berlawanan.

5. Potensial sel standar (E°sel)


Potensial sel Volta dapat ditentukan melalui eksperimen dengan
menggunakan voltmeter. Selain itu, data potensial elektrode positif (katode) dan
potensial elektrode negatif (anode) juga dapat digunakan untuk menentukan
potensial sel standar dengan rumus sebagai berikut.

E°sel = E°(katode) – E°(anode) atau E°sel = E°(reduksi) – E°(oksidasi)

Contoh :
Berdasarkan potensial standar elektrode diketahui.
Mg2+(aq) + 2e → Mg(s) E° = 2,37 V
Br2(g) + 2e → 2Br-(aq) E° = +1,07 V
a. Tentukan potensial sel standar (E°sel)

b. Tuliskan reaksi selnya.

Jawab :
a. E°sel = E°(katode) – E°(anode)

E°sel = 1,07 V – (- 2,37 V) = 3,44 V


Brom memiliki potensial elektrode standar positif, sehingga sebagai katode
(kutub positif) dan magnesium sebagai anode (kutub negatif).
b. Reaksi sel

Katode : Br2(g) + 2e → 2Br- (aq) E° = +1,07 V (reaksi reduksi)


Anode : Mg2+(aq) + 2e → Mg(s) E° = + 2,37 V (reaksi reduksi)

Pada katode terjadi reaksi reduksi, sedangkan pada anode terjadi reaksi
oksidasi, maka persamaan reaksi di atas yang terjadi pada anode harus dibalik
reaksinya supaya menjadi reaksi oksidasi. Magnesium sebagai anode, maka
reaksinya harus dibalik sehingga reaksi sel yang terjadi sebagai berikut :

Katode: Br2(g) + 2e → 2Br- (aq) Eo = +1,07 V


Anode : Mg(s) → Mg2+(aq) + 2e Eo = +2,37 V +
Reaksi sel : Br2(g) + Mg(s) → 2Br- (aq)+ Mg2+(aq) Eosel = +3,44 V

Contoh 2 :
Menentukan potensial sel Volta berdasarkan potensial sel lain yang menggunakan
elektrode sama. Diketahui:

Mg(s) / Mg2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +2,71 V

Zn(s) / Zn2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +1,1 V

Tentukan potensial sel standar Mg(s) / Mg2+(aq) || Zn2+(aq) / Zn(s).

Jawab :
Untuk menjawab pertanyaan ini, harus disusun sel-sel yang diketahui sehingga
jika dijumlahkan akan menghasilkan sel yang dimaksud.

Cu2+(aq) / Cu(s) || Zn2+(aq) /Zn(s) Eo = 1,1 V


2+ 2+
Mg(s) / Mg (aq) || Cu (aq) / Cu(s) Eo = +2,71 V +
2+ 2+
Mg(s) / Mg (aq) || Zn (aq) / Zn(s) Eosel= +1,61 V

6. Spontanitas reaksi redoks

Jika potensial sel yang dihitung bernilai positif, maka reaksi sel
berlangsung secara spontan dan sel akan menghasilkan arus. Seperti yang
terlihat dalam reaksi antara Mg dengan Zn2+ sebagai berikut :

Mg(s) / Zn2+(aq) || Mg2+(aq) /Zn(s) Eo sel= +1,61 V (reaksi spontan)


Jika reaksi dibalik, maka diperoleh :
Mg2+(aq)+ Zn(s) → Mg(s) + Zn2+(aq) Eo sel = –1,61 V (reaksi tidak spontan)

7. Deret Volta
Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya
disebut deret Volta. Adapun deretnya sebagai berikut :
Atom H (potensialnya nol) merupakan batas antara logam dengan potensial
negatif dengan potensial positif. Deret Volta di atas dimulai dari logam dengan
potensial elektrode paling negatif sehingga :

a. Makin ke kiri letak logam dalam deret Volta, maka


o logam makin reaktif (mudah melepaskan elektron)

o logam merupakan reduktor (unsur yang mengalami oksidasi) yang semakin kuat
b. Makin ke kanan letak logam dalam deret Volta, maka
o logam makin kurang reaktif (makin sulit melepas elektron)

o logam merupakan oksidator (unsur yang mengalami reduksi) yang semakin kuat

Konsekuensi dari deret Volta adalah logam yang terletak di sebelah kiri lebih
reaktif dibandingkan logam yang terletak di sebelah kanannya. Hal ini merupakan
reaksi pendesakan.

Contoh :
Periksa apa reaksi berikut dapat berlangsung atau tidak pada keadaan standar?
a. Fe(s) + Zn2+(aq) → Fe2+(aq) + Zn(s)
b. Mg(s) + Cu2+(aq) → Mg2+ + Cu(s)

Jawab :
a. Fe(s) + Zn2+(aq) → Fe2+(aq) + Zn(s)

Fe berada di sebelah kanan Zn sehingga Fe tidak dapat mendesak Zn. Akibatnya


reaksi tidak dapat berlangsung.

b. Mg(s) + Cu2+(aq) → Mg2+ + Cu(s)

Mg berada di sebelah kiri Cu sehingga Mg dapat mendesak Cu dan reaksi dapat


berlangsung.
8. Contoh Pengunaan Sel Volta Sehari-hari

a) Sel Aki

Aki atau Storage Battery adalah sebuah sel atau elemen sekunder
dan merupakansumber arus listrik searah yang dapat mengubah energy
kimia menjadi energy listrik. Aki termasuk elemen elektrokimia yang dapat
mempengaruhi zat pereaksinya, sehingga disebut elemen sekunder. Aki
merupakan baterai penyimpanan sebuah automobil yang dapat diisi ulang.
Aki disusun dari lempeng timbel mirip bunga karang dan timbel dioksida
secara selang-seling yang disekat dengan kayu atau serat kaca dan
dibenamkan dalam suatu elektrolit. Elektrolit tersebut adalah asam sulfat
dalam air. Jika aki memberikan arus, maka lempeng timbal (Pb) bertindak
sebagai anode dan lempeng timbal dioksida (PbO2) sebagai katode.
Reaksi keseluruhan yang terjadi sebagai berikut :

Anode : Pb(s) + HSO4–(aq) → PbSO4(s) + H+(aq) + 2e


Katode: PbO2(s) + HSO4–(aq) + 3H+(aq) + 2e → PbSO4(s) + 2H2O(l) +
Reaksi : Pb(s) + PbO2(s) + 2HSO4–(aq) + 2H+(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O(l)
b) Sel Baterai Kering
Baterai yang paling umum digunakan orang disebut sel atau baterai
kering. Baterai ini ditemukan oleh Leclanche yang mendapat hak paten pada
tahun 1866. Susunan baterai kering diperlihatkan dalam gambar. Logam seng
bertindak sebagai elektrode negatif dan juga sebagai wadah untuk komponen
baterai yang lain. Elektrode positif adalah karbon tak reaktif yang diletakkan
di pusat kaleng.
Baterai ini disebut “kering” karena kandungan air relatif rendah,
meskipun demikian kelembaban mutlak diperlukan agar ion-ion dalam larutan
dapat berdifusi di antara elektrode – elektrode itu. Jika baterai memberikan
arus, maka reaksi pada elektrode negatif melibatkan oksidasi seng. Reaksi
pada elektrode positif cukup rumit, tetapi secara garis besar dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Anode : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e


Katode: 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l) +
Reaksi : Zn(s) + 2NH4+(aq) + 2MnO2(s) → Zn2+(aq) + Mn2O3(s) + 2NH3(aq) +
H2O(l)
Sebuah baterai kering mempunyai potensial sebesar 1,5 volt dan tidak
dapat diisi ulang. Baterai ini banyak digunakan untuk peralatan yang
menggunakan arus kecil seperti radio dan kalkulator.
c) Sel Bahan Bakar

Sel bahan bakar biasanya menggunakan oksigen di katode dan suatu gas yang
dapat dioksidasi pada anode. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

Anode : H2(g) + 2OH- (aq) → 2H2O(l) +2e


Katode: O2(g) + H2O(l) + 2e → HO2-(aq) + OH- (aq) +
Reaksi : H2(g) + 1/2 O2(g) → H2O(l)
Penggunaan yang penting dari sel bahan bakar tetapi sulit terealisasi adalah
sebagai pembangkit tenaga listrik alternatif, yang hanya sedikit menimbulkan
pencemaran udara maupun pencemaran terminal pada sungai dibandingkan dengan
pembangkit tenaga listrik dengan batubara. Sebuah sel bahan bakar hidrogen-oksigen
yang sederhana tersusun atas dua elektroda inert dan larutan elektrolit, seperti kalium
hidroksida. Gelembung gas hidrogen dan oksigen dialirkan pada masing-masing
elektroda. Potensial yang dihasilkan adalah sebesar 1,23 volt.

Anda mungkin juga menyukai