Anda di halaman 1dari 10

LASERASI JALAN LAHIR

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka – luka biasanya ringan,
tetapi kadang – kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah harus persalinan harus
selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan
spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam. (Prawirohardjo, Sarwono.
1994. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta)
Perdarahan dalam persalinan didefenisikan sebagai hilangnya darah sebanyak 500 ml atau
lebih dari organ – organ reproduksi setelah selesainya kala II persalinan. Perdarahan dalam
persalinan dibagi menjadi dua jenis, yaitu perdarahan postpartum dini yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan dan perdarahn postpartum lanjut yang terjadi selama masa nifas, atau
sudah lebih dari 24 jam pasca kala III persalinan. (Maryunani, Anik dkk. 2014. Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)
Perdarahan Postpartum bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu kejadian yang harus
dicari kausalnya. Misalnya perdarahan postpartum karena atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa
plasenta, atau oleh karena gangguan pembekuan darah. Sifat perdarahan pada perdarahan
postpartum bisa banyak, bergumpal – gumpal sampai menyebabkan syok atau terus merembes
sedikit demi sedikit tanpa henti. Sebagai patokan, setelah persalinan selesai maka keadaan
disebut “aman” bila kesadaran dan tanda vital ibu baik, dan tidak ada perdarahan aktif/merembes
dari vagina. (Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidana Edisi Keempat. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta)

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latarbelakang diatas adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan laserasi jalan lahir?
2. Apasajakah faktor resiko laserasi jalan lahir?
3. Apakah etiologi laserasi jalan lahir?
4. Bagaimana diagnosis laserasi jalan lahir?
5. Bagaimanakah penatalaksaan laserasi jalan lahir?
6. Apasajakah yang termasuk laserasi jalan lahir?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan apa yang dimaksud laserasi jalan lahir
2. Menjelaskan faktor resiko laserasi jalan lahir
3. Menjelaskan etiologi laserasi jalan lahir
4. Mendeskripsikan diagnosis laserasi jalan lahir
5. Menjelaskan bagaimana penatalaksanaan laserasi jalan lahir
6. Mendeskripsikan jenis – jenis laserasi jalan lahir

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari tujuan diatas adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Untuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal dan sebagai penambah wawasan, ilmu dan pengetahuan mengenai Laserasi Jalan Lahir.
2. Bagi Pembaca
Sebagai penambah wawasan, ilmu dan pengetahuan mengenai Laserasi Jalan Lahir ataupun
sebagai bahan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. LASERASI JALAN LAHIR


Adapun defenisi/pengertian Laserasi Jalan Lahir dari beberapa sumber buku adalah sebagi
berikut :
1. Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan
lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau vakum
ekstraksi, atau karena versi ekstrasi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka
episiotomi,robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perineum totalis (sfingter ani
terputus), robekan pada dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra
dan bahkan yang terberat ruptur uteri. Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik,
biasanya karena ada laserasi ataupun sisa plasenta. (Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu
Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiirohardjo. Jakarta)

2. Robekan jalan lahir adalah trauma yang diakibatkan oleh kelahiran bayi yang terjadi pada
serviks, vagina, atau perineum. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)
3. Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari laserasi jalan lahir.
(https://bettymaharani.wordpress.com/2015/05/28/makalah-robekan-jalan-lahir/)

B. FAKTOR RESIKO LASERASI JALAN LAHIR


a. Faktor maternal

1. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)

2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan

3. Partus diselesaikan secara tergesa – gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan

4. Edema dan kerapuhan pada perineum

5. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum

6. Arcus pubis dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke
arah posterior

7. Perluasan episiotomi

b. Faktor janin

1. Bayi yang besar

2. Posisi kepala ynag abnormal – misalnya presentasi muka dan occipitoposterior

3. Kelahiran bokong

4. Ekstraksi forcep yang sukar

5. Distosia bahu

6. Anomali kongenital, seperti hidrocephalus

(Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. CV
Andi Offset. Yogyakarta)

C. ETIOLOGI LASERASI JALAN LAHIR


· Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan
jalan lahir dan karena itu di hindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum
lengkap. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

· Robekan/laserasi jalan lahir diakibatkan episiotomi, robekan perineum spontan, trauma forceps
atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.

(Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiirohardjo. Jakarta)

D. DIAGNOSIS LASERASI JALAN LAHIR


· Tanda atau gejala robekan vagina, perineum atau serviks antara lain, terjadi plasenta keluar,
terdapat perdarahan namun uterus berkontraksi, pada inspeksi plasenta kotiledon plasenta
lengkap. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

· Laserasi dalam jalan lahir memiliki derajat tertentu :

- Laserasi derajat I :

a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum. (Maryunani,
Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media.
Jakarta)

b. Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum tepat
dibawahnya. (Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan. CV Andi Offset. Yogyakarta)

c. Perlukaannya hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum. (Nugroho,
Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan. 2012. Nuha
Medika. Yogyakarta)

- Laserasi derajat II :

a. Perlukaanya terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
(Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans
Info Media. Jakarta)

b. Laserasi derajat kedua merupakan luka robekan yang lebih dalam. Luka ini terutama mengenai
garis tengah dan melebar sampai corpus perineum.(Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu
Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. CV Andi Offset. Yogyakarta)
c. Adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasia serta
otot – otot diafragma urogenital. (Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk
Kebidanan dan Keperawatan. 2012. Nuha Medika. Yogyakarta)

- Laserasi derajat III :

a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura porterior, kulit perineum, otot perineum dan
otot sfinter ani. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

b. Robekan derajat ketiga meluas sampai corpus perineum, musculus tranversus perineus dan
sphinceter recti. (Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan
Keperawatan. 2012. Nuha Medika. Yogyakarta)

c. Perlukaan yang meluas dan lebih dalam yang menyebabkan musculus sfinter ani eksternus
terputus didepan robekan serviks. (Nugroho, Taufan.OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk
Kebidanan dan Keperawatan.2012. Nuha Medika. Yogyakarta)

- Laserasi derajat IV :

a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura porterior, kulit perineum, otot perineum dan
otot sfinter ani dan dinding depan rectum. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

E. PENATALAKSANAAN LASERASI JALAN LAHIR


· Rupture Perineum dan Robekan Dinding Vagina

1. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan

2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik

3. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap

4. Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal dari operator

5. Khusus pada rupture perineum komplit (hingga anus dan sebagian rectum) dilakukan penjahitan
lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rectum, sebagai berikut :

Ø Setelah prosedur aseptik – antiseptik, pasang busi pada rectum hingga ujung robekan
Ø Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa, menggunakan benang
poliglikolik no.2/0(dexon/vicryl) hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan
jahit dengan benang no.2/0

Ø Lanjutkan penjahitan kelapisan otot perineum dan submukosa dengan benang yang sama (atau
kromik 2/0) secara jelujur o mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara submukosa dan
subkutikuler

Ø Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g dan metronidazole 1 g/oral). Terapi penuh antibiotika
hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda
– tanda infeksi yang jelas.

· Robekan Serviks

1. Robekkan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang terjulur akan mengalami
robekkan pada posisi spina iscidiadika tertekan oleh kepala bayi

2. Bila kontrasi uterus baik plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera
lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan dari portio

3. Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek sehingga perdarahan dapat segera
dihentikan. Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekkan lain , lakukan penjahitan.
Jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemuduan ke arah luar sehingga semua robekkan dapat
di jahit.

4. Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontrasi uteru, TFU, dan perdarahan pasca tindaka.

5. Beri antibiotika proflasis, kecuali bila jelas di temui tanda-tandai infeksi

6. Bila terdapat defisit cairan , lakukan restorasi dan bila kadar Hb kurang dari 8%, berikan
transfusi darah. (Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan
Keperawatan. 2012. Nuha Medika. Yogyakarta)

· Penatalaksanaan Laserasi Jalan Lahir Menurut (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

1. Lakukan pemeriksaan secara hati-hati

2. Jika terjadi laserasi derajat I atau II lakukan penjahitan dengan anestesi local, dan penerangan
lampu yang cukup.

3. Jika terjadi laserasi derajat III atau IV tu robekkan serviks


a. Pasang infus dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dengan menggunakan
cairan RL atau NS

b. Segera rujuk ibu kefasilitas dengan kemampuan gawat darurat obstetrik.

c. Damping ibu ketempat rujuk

F. YANG TERMASUK LASERASI JALAN LAHIR


a. Robekkan perenium.
Robekkan perenium terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekkan perenium umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arccuspubis lebih kecil dari pada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada ke biasa,kepala janin melewati
PAP dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkum ferensia suboccipito-bregmatika, atau
anak dilahirkan dengan pembedahan vagina.
b. Perlukaan/robekkan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berrhubungan dengan luka perenium tidak seberapa sering
terdapat. Mungkin ditemukan sesudah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat
ekstraksi dengan cunam, lebih-lebih apabila kepala janin harus diputar. Robekkan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan dengan speculum. Perdarahan biasanya
banyak, tetapi mudah diatasi dengan jahitan.
1. Kolpaporeksis

Ialah robekkan melintang atau miring pada bagian atas vagina, Kolpa poreksis juga bisa
timbul apabila pada tindakan pervaginam dengan memasukkan tangan penolong kedalam uterus
dibuat kesalahan, dan fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar supaya uterus jangan naik
keatas.

2. Fistula

Akibat pembedahan vaginan makin lama makin jarang karena tindakan vaginal yang sulit
untuk melahirkan anak banyak di ganti dengan Sc. Fistula dapat terjadi mendadak karena
perlukaan pada vagina yang menembus kandung kemih atau rectum, mis ; karena robekan
serviks menjalar ketempat-tempat tersebut.

c. Robekkan serviks
Robekkan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir
lengkap dan uterus berkontraksi baik. Dan keadaan ini serviks haris diperiksa dengan spekulum,
apabila ada robekkan serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum, supaya batas
antara robekkan dapat dilihat dengan baik. (Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi
Ketiga. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiirohardjo. Jakarta)

CONTOH KASUS LASERASI JALAN LAHIR

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN PERSALINAN


DENGAN LASERASI JALAN LAHIR
Kasus :
Seorang ibu berusia 25 tahun baru saja melahirkan anak pertamanya pukul 14.10 WIB secara
normal berjenis kelamin laki-laki dengan BB : 3700 gr, TB 50 cm BUGAR. Lalu bidan
melakukan suntik oksitosin setelah 2 menit bayi lahir.Plasenta lahir lengkap pada pukul 14.23
WIB, bidan langung melakukan masase selama 15 detik kontraksi baik, TFU 2 jari dibawah
pusat ada perdarahan pervagina, bidan melakukan inspeksi pada perinium terdapat laserasi jalan
lahir derajat II. Hasil pemeriksaan TTV : TD:130/80 mmHg RR:24 x/i Pols:78 x/i Temp:37,4 C.
Ibu mengatakan merasa senang bayi dan plasenta sudah lahir, dan mengatakan perutnya masih
merasa mules.

Identitas/ biodata
Nama : Ny.A Nama Suami : Tn. R
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Suku : Jawa Suku : Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai
Alamat : Pancur Batu Alamat : Pancur Batu

S : -Ibu mengatakan merasa bayi dan plasenta sudah lahir,


- perutnya masih merasa mules

O : - Keadaan umum : baik


- vital sign :
TD : 130/80 mmHg
Pols : 78 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Temp : 37,40C
- inspeksi perinium : terdapat laserasi jalan lahir derajat II (dari kulit perinium sampai otot
perinium)
- Perdarahan pervagina : ±150 cc
A : 1. Diagnosa : ibu G1 P1A0 inpartu kala IV partus normal dengan laserasi
jalan lahir derajat II
2. Masalah : Perdarahan post partum
3. Kebutuhan : hecting perinium

P : 1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu sudah
melahirkan dengan selamat tetapi terdapat robekan jalan lahir yang disebabkan
karena ibu tidak mampu tidak bisa berhenti mengejan bayi besar.
- ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaannya.
2. Mengangkat bayi dari ibu, timbang berat badan bayi BB: 3700 gr, ukupanjang bayi TB : 50
cm, LD : 32 cm, LK : 33 cm, beri salep mata bayi oxytetracyclin, dan menyuntikkan vit K 0,5 cc
dipaha kiri bayi, bedong bayi kembali. Berikan bayi kepada keluarga karna akan dilakukan
penjahitan perineum pada ibu.
- Bayi telah dibersihkan, ditimbang, diukur panjang, lingkar dada, lingkar kepala, dan telah
diberikan salep mata, dan Vit K. Bayi telah diberikan kepada keluarga.
3. Memberitahu ibu akan disuntikkan anastesi untuk menetlalisir rasa sakit karena akan
dilakukan penjahitan pada perineum ibu.
- ibu sudah disuntikkan anastesi ( Lidokain 10 IU) dan bersedia dilakukan penjahitan pada
perineum.
4. Melakukan penjahitan perineum dengan jahitan jelujur.
- perineum ibu sudah dijahit.
5. Memberikan ibu nutrisi dan cairan
- ibu menghabiskan 1 gelas teh manis hangat.
6. membersihkan ibu agar ibu merasa nyaman.
- ibu sudah dibersihkan, dan ibu sudah meras nyaman.
7. Mengobservasi keadaan umum, TFU, kontraksi, kandung kemih, perdarahan, dan TTV setiap
15 menit sekali dalam 1 jam pertama dan 30 menit sekali dalam 1 jam kedua.
- Bidan akan melakukan observasi.
8. Memberikan ibu terapi obat amoxilin 500 mg (3x1), SF (1x1), di minum setelah makan sesuai
aturan untuk menunjang proses penyembuhan ibu.
- ibu telah mendapat terapi obat.
9. Memberitahukan ibu untuk selalu menjaga kebersihan vagina ibu dan menjaga agar selalu
dalam keadaan ibu dalam keadaan kering. Segera ganti celana dalam jika terasa lembab atau
basah agar tidak terjadi infeksi pada luka jahitan.
- ibu telah mengerti dan akan melaksanakan anjuran bidan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka – luka biasanya ringan,
tetapi kadang – kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah harus persalinan harus
selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan
spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam. Robekan jalan lahir adalah trauma
yang diakibatkan oleh kelahiran bayi yang terjadi pada serviks, vagina, atau perineum.

DAFTAR PUSTAKA
(Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiirohardjo. Jakarta)
(Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans
Info Media. Jakarta)
(Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan.2012.
Nuha Medika. Yogyakarta)
(Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiirohardjo. Jakarta)
(Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.CV
Andi Offset. Yogyakarta)
(https://bettymaharani.wordpress.com/2015/05/28/makalah-robekan-jalan-lahir/)

Anda mungkin juga menyukai