Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan

asuhan keperawatan ca mammae. Konsep penyakit akan diuraikan, anatomi

mammae, definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gambaran klinis, pemeriksaan

penunjang dan penatalaksaan medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-

masalah yang muncul pada ca mammae dengan melakukan asuhan keperawatan yang

terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Anatomi Payudara

Jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu

(Lobulus) yang dilahirkan keputing (Nipple) melalui duktus. Struktur lainnya adalah

jaringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh

darah dan saluran beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20

lobus yang tersusun sirkuler. Jaringan lemak (subcutaneus adipose tissue) yang

membungkus lobus memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari

beberapa lobulus yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari

signal hormonal. Terdapat 3 hormon yang mempengaruhi payudara yakni estrogen,

progesteron, dan prolaktin, yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan

uterus mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Areola adalah area

hiperpigmentasi disekitar nipple. (Suyatno & Pasaribu, 2014)


Jaringan payudara juga didukung oleh ligamentum suspensorium cooper.

Ligamen ini berjalan sepanjang parengkim dari fasia dalam (deep fasia) dan melekat

ke dermis. Jika ligamentum ini memendek oleh karena infiltrasi sel kanker, akan

menarik dermis yang memberikan gambaran skin dimpling. Tidak ada otot dalam

payudara, tapi otot terletak dibawah payudara dan menutup iga.

Pembuluh limfatik dan kelenjar getah bening (kgb) dari glandula payudara

adalah sangat penting. Pembuluh limfatik berjalan ditepi lateral muskulus pektoralis

mayor dan bersatu dengan kgb pektoral, yang mengiringi pembuluh darah torakalis

lateralis. Kelenjar getah bening menyebar ke muskulus seratus anterior dari sini

aliran limfatik kemudian ke kgb aksila (mesenterika superior dan interpektoral). Jalur

limfatik drainage lainnya adalah melalui pektoralis mayor dekat garis parasternal dan

melalui intercostal space menuju kgb parasternal yang terletak sepanjang pembuluh

darah mammaria interna.

Struktur Penyusun Jaringan Payudara pada Potongan Sagital :


a. Duktus
b. Lobulus
c. Dilatasi duktus untuk menampung air susu
d. Puting (nipple)
e. Jaringan lemak
f. Otot pektoralis mayor
g. Dinding dada
Pada pembesaran:
a. Sel-sel duktus normal
b. Membrana basalis
c. Lumen duktus
2.1.2 Pengertian

Ca Mammae didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma ganas yang

berasal dari parenchyma. Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel payudara

yang tidak terkontrol karena perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab

atas pengaturan pertumbuhan sel (Sitiatava Rizema Putra, 2015).

Ca mammae adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau labulus

payudara, merupakan masalah global dan isue kesehatan internasional yang penting

(Suyatno & Pasaribu, 2014).

Ca mammae adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar

dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker bisa

tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat

pada payudara (Medicastore, 2011).

Ca mammae adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara.

Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat ASI), saluran

kelenjar (saluran ASI), dan jaringan penunjang payudara.(Lina Mardiana, 2009).

Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal (abnormal) pada payudara

yang terus tumbuh berupa ganda. Akhinya, sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di

payudara. (Erik T, 2015).

2.1.3 Etiologi

Penyebab ca mammae belum dapat ditentukan. Tetapi teori sebab akibat

mencangkup mekanisme hormonal yang melibatkan steroid endogen, agens virus,

transmisis genetik, dan defisiensi imun. (Reeder, Martin & Koniak, 2011)
Faktor risiko munculnya kanker payudara terdiri atas :

1. Faktor risiko yang dapat diubah (dikendalikan)

a. Obesitas (berat badan atau kegemukan berlebih)

b. Diet tidak sehat

c. Pecandu alkohol

d. Perokok berat

e. Kontrasepsi oral atau pil

f. Stres

2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah (tidak dapat dikendalikan)

a. Faktor genetik atau keturunan

b. Gen BRCA

c. Ras

d. Faktor seks atau jenis kelamin

e. Faktor usia (lebih dari 75% kanker payudara terjadi setelah wanita berusia

40 tahun)

f. Faktor hormon (riwayat kehamilan, riwayat menyusui, riwayat haid,

penggunaan hormon estrogen eksternal, seperti terapi sulih hormon, pil

KB yang mengandung estrogen saja). (Sitiatava Rizema Putra, 2015)


2.1.4 Manifestasi Klinis

Tanda ca mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada

tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala

carcinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,

putinggatal, mengeras, asimetris, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun,

dapat sebagai petunjuk adanya metastase. ( Amin & Kusuma, 2015)

2.1.5 Tanda dan Gejala

Gejala klinis kanker payudara secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Benjolan pada payudara. Umumnya, berupa benjolan yang tidak nyeri pada

payudara. Benjolan itu mula-mula kecil makin lama makin besar lalu melekat

pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting

susu.

2. Erosi atau eksema puting susu. Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke

dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklatan sampai menjadi

oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut,

atau tibul borok (ulkus) pada payudara. Semakin lama borok itu semakin

besar dan mendalam, sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara.

Biasanya, berbau busuk dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain :

a. Pendarahan pada puting susu

b. Adanya ruam-ruam pada kulit sekitar payudara, areola atau puting terlihat

bersisik, memerah, dan membengkak.

c. Keluar cairan dari puting susu

d. Puting susu menjadi lunak


e. Kulit payudara membengkak dan menebal

f. Cekungan atau kerutan pada kulit payudara

g. Rasa gatal dan ruam merah yang tidak kunjung sembuh di puting

h. Terdapat benjolan di daerah bawah lengan

i. Perubahan ukuran atau bentuk payudara (asimetris)

j. Puting susu tertekan kedalam (sebagian atau seluruhnya)

k. Pada umumnya, rasa sakit atau nyeri baru timbul bila tumor sudah besar,

sudah timbul borok, atau ada metastase ke tulang-tulang

l. Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)

pada lengan, dan penyebaran kanker keseluruh tubuh.

3. Gejala ca mammae lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria

operbilitas Heagensen sebagai berikut :

a. Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)

b. Adanya nodul satelit pada kulit payudara

c. Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa

d. Terdapat model parasternal

e. Terdapat nodul supraklavikula

f. Adanya edema lengan

g. Adanya metastase jauh

h. Terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,

edema kulit, kulit terfikasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening

aksilla berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksilla

melekat satu sama lain. (Sitiatava Rizema Putra, 2015)


2.1.6 Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dan sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang

disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Fase inisiasi pola

tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bentuk genetik sel yang memancing sel

menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik selain disebabkan oleh suatu agen

yang karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar

matahari. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,

menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik

manapun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

Fase promosi pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan

berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan

terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya

keganasan.(Nugroho, 2011)

Lobular carcinoma in situ (LCIS, lobular neoplasia). Ditandai oleh adanya

perubahan sel dalam lobulus atau lobus. Risiko untuk menderita kanker payudara

invasif sedikit lebih kecil dibanding DCIS. Disebut juga lobular intraepithelia

neoplasia, saat ini kebanyakan pakar meyakini LCIS bukan lesi premalina, tapi

merupakan marker untuk peningkatan risiko kanker payudara.

Ductal carcinoma in situ (DCIS). In situ berarti di tempat, sehingga duktal

karsinoma in situ berarti pertumbuhan sel tak terkontrol yang masih dalam duktus

(belum menembus membrana basalis). Oleh karena itu beberapa pakar meyakini

DCIS merupakan lesi precancer.


Karsinoma invasif. Karsinoma payudara invasifmerupakan tumor yang secara

histologik heterogen. Mayoritas tumor ini adalah adenokarsinoma yang tumbuh dari

terminal duktus. (Suyatno & Pasaribu, 2014).

2.1.7 Klasifikasi dan Stadium Ca Mammae

Berikut adalah klasifikasi dari ca mammae :

a. Kanker Payudara Invasive

Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta menyerang lemak

dan jaringan konektif payudara di sekitarnya. Kanker dapat bersifat invasive

(menyerang) tanpa selalu menyebar (metastatic) ke simpul limfa atau organ

lain dalam tubuh. Pada tahap ini, kanker telah menyebar keluar bagian

kantong susu dan menyerang jaringan sekitarnya, bahkan menyebabkan

penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya, seperti kelenjar limfa dan

lainnya melalui peredaran darah.

b. Kanker Payudara Non-Invasive

Kanker yang terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus,

kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Dimana kanker

belum menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu. Sel kanker terkunci

dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak dan jaringan konektif

payudara sekitarnya.

c. Paget’s Disease

Jenis kanker payudara ini berawal dari saluran susu, kemudian menyebar ke

kulit areola dan puting. Kanker ini terjadi hanya sekitar 1% dari seluruh
jumlah wanita. Kulit payudara pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan

cairan.

Berbeda dari klasifikasi jenis kanker payudara berdasarkan sifat serangannya

tersebut, Dixon M., dkk (2015) mengklasifikasikan jenis ksnker payudara sebagai

berikut :

1. Tumor Primer (T)

a. Tx : tumor primer tidak dapat ditentukan

b. To : tidak terbukti adanya tumor primer

c. Tis : kanker in situ, paget’s disease pada papila tanpa teraba tumor

d. T1 : tumor < 2 cm

e. T1a : tumor < 0,5 cm

f. T1b : tumor 0,5-1 cm

g. T1c : tumor 1-2 cm

h. T2 : tumor 2-5 cm

i. T3 : tumor di atas 5 cm

j. T4 : tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke


dinding thorax atau kulit
k. T4a : melekat pada dinding dada

l. T4b : edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit,

m. T4c : T4a dan T4b, serta

n. T4d : Mastitis karsinomatosis

2. Nodus Limfa Regional (N)

a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

b. N0 : Tidak teraba kelenjar axial


c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat

d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu

sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya

e. N3 : terdapat kelenjar mamaria interna homolateral, serta

3. Metastase jauh (M)

a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

b. M0 : tidak ada metastase jauh

c. M1 : terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Selain mengenal jenis dan klasifikasi kanker payudara, pemahaman terhadap

stadium (tingkat penyebaran) kanker payudara juga sangat penting. Banyak cara

untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini yaitu

berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh IUAC

(International Union Againts Cancer dari WHO atau World Health Organization)/

AJCC (American Joint Committe On Cancer yang disponsori oleh American Cancer

Society dan American College og Surgeons). Ketiga faktor T, N, M dinilai baik

secara klinik sebelum dan sesudah operasi, serta dilakukan pemeriksaan

histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian pada TNM adalah sebagai

berikut :

1. T (Tumor size), ukuran tumor terdiri dari :

a. T 0 : tidak ditemukan tumor primer

b. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

c. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

d. T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

e. T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah menyebar ke kulit,


dinding dada, atau pada keduanya dapat berupa borok,

edema, atau bengkak. Kulit payudara kemerahan atau ada

benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.

2. N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb)

a. N 0 : tidak terdapat metastasispada kgb regional di ketiak

b. N 1 : ada metastasis ke kgb axilla yang masih dapat digerakan

c. N 2 : ada metastasis ke kgb axilla yang sulit digerakkan

d. N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka

(supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat

tulang sternum.

e. M (metastasis), penyebaran jauh

f. M x : metastasis jauh belum dapat dinilai

g. M 0 : tidak terdapat metastasis jauh

h. M 1 : terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut

digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

1. Stadium 0 : T0 N0 M0

2. Stadium I : T1 N0 M0

3. Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0

6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

7. Stadium III C : setiap T N3 M0

8. Stadium IV : setiap T-setiap N-M1 (Sitiatava Rizema Putra, 2015)


2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosis ca mammae adalah :

1. Scan (mis : MRI, CT, gallium, bone, foto toraks). Dilakukan untuk

diagnostik, identifikasi metastastik dab evaluasi.

2. USG abdomen

3. Mammografi (menggunakan sinar X terhadap payudara)

4. Biopsi (mengambil contoh jaringan payudara untuk mengetahui adanya sel

kanker payudara.

5. Penanda tumor

6. Pemeriksaan laboratorium (alkaline phosppatase, SGOT, SGPT, tumor

marker). (Sitiatava Rizema Putra, 2015)

2.1.9 Pencegahan

Berikut adalah pencegahan yang dilakukan pada ca mammae :

1. Pencegahan primer. Pencegahan primer pada kanker payudara termasuk salah

satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat

melalui upaya menghindarkan diri dari berbagai faktor risiko dan

melaksanakan pola hidup sehat.

2. Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu

yang memiliki risiko terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder

dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini

mengalami perkembangan. Screening melalui mammografi diklaim memiliki

akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan

mammografi yang terus menerus pada wanita sehat termasuk salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Oleh karena itu, screening dengan

mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan.

Berikut petimbangannya :

a. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer

risk assessement survey.

b. Wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk melakukan

mammografi setiap tahun.

c. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai

berusia 50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara

lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan sendiri SADARI

(pemeriksaan payudara sendiri) dibadingkan dengan yang tidak melakukannya.

Terdapat berbagai langkah tertentu yang bisa dilakukan oleh setiap perempuan untuk

membantu mengurangi atau mencegah kemungkinan terkena kanker payudara.

Berikut beberapa cara pencegahan kanker payudara :

1. Kesadaran akan payudara itu sendiri. Lebih dari 90% tumor payudara

dideteksi oleh wanita itu sendiri. Perhatikan setiap perubahan pada payudara

menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita. Saat ini, wanita

disarankan untuk breast aware. Artinya, wanita harus tahu payudara mereka

di depan cermin, dan rasakan saat mandi atau telentang pada periode berbeda

setiap bulan, sehingga jika ada perubahan yang tidak normal dapat diketahui

segera.

2. Berikan ASI pada bayi. Beberapa penelitian menunjukan ada hubungan

antara pemberian ASI dan menurunnya risiko berkembangnya kanker


payudara, meskipun belum ada kesepakatan jelas. Hal ini didasari pada teori

bahwa kanker payudara berkaitan dengan hormon estrogen. Pemberian ASI

secara berkala akan mengurangi tingkat hormon tersebut.

3. Cari tahu riwayat kanker payudara dalam keluarga. Masih perlu banyak

penelitian untuk memahami secara menyeluruh semua penyebab kanker.

Tetapi, satu hal yang perlu diyakini, yaitu faktor gen. (Sitiatava Rizema Putra,

2015)

2.1.10 Penatalaksanaan

Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan yang

tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Secara spesifik disebutkan bahwa

pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium

klinik penyakit yaitu operasi (pembedahan), radiasi, dan kemoterapi.

1. Operasi (Pembedahan)

Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksaaan kanker payudara.

Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang dapat dibuktikan dengan

pemeriksaan histopatologi yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan

histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe dan grading tumor,

status kgb aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis tumor. Berbagai jenis

operasi pada kanker payudara yaitu :

a. CRM (Classic Radical Mastectomy) adalah operasi pengangkatan seluruh

jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit di atas tumor,

otot pektoralis, mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini

dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoral tanpa ada

metastasis jauh.
b. MRM (Modified Radical Mastectomy) adalah operasi pengangkatan seluruh

jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor

dan fasia pektoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada

kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut. Merupakan jenis operasi yang

banyak dilakukan.

c. SSM (Skin Sparing Mastectomy) adalah operasi pengangkatan seluruh

jaringan payudara beserta tumor nipple areola komplek dengan

mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II.

Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang

umumnya adalah TRAM (transverse rektus abdominis musculotaneus dorsi

flap), LD flap (Latissimus dorsi flap) atau impalnt (silicon).

d. NSP (Nipple Sapring Mastectomy) adalah operasi pengangkatan seluruh

jaringan payudara beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola

komplek dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini, juga harus

disertai rekonstrusi payudara secara langsung yang umumnya adalah TRAM

(transverse rektus abdominis musculotaneus dorsi flap), LD flap (Latissimus

dorsi flap) atau impalnt (silicon). (Suyatno & Pasaribu, 2014)

2. Radiasi atau Radioterapi

Penyinaran atau radiasi adalh proses penyinaran pada daerah yang terkena

kanker dengan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker

yang masih tersisa di payudara setalh operasi. Adapum efek pengobatan ini yaitu

tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara

menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat radiasi.

Radioterapi sesudah operasi mengurangi angka kekambuhan sebesar 50-57%.


3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk

pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Efek

kemoterapi yaitu pasien mengalami mual dan muntah, serta rambut rontok karena

pengaruh obat-obatan kemoterapi. Pengobatan kemoterapi ini sangat kuat

efeknya (anti kanker), terapi ini bisa diberikan lewat mulut atau berupa suntikan

pada pembuluh darah. Pengobatan ini harus diberikan secara berulang-ulang

dengan siklus yang berlangsung antara 3-6 bulan. (Sitiatava Rizema Putra, 2015)

Perawatan Setelah Mastektomi

1. Perawatan Insisi. Ganti balutan setelah mencuci tangan, gunakan teknik

bersih. Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, drainase, atau pemisahan

tepi insisi. Hindari mengkonstriksi sirkulasi, mencukur aksila, dan

menggunakan krim obat penghilang bulu aksila dan deodoran yang kuat.

Waspada kemungkinan kehilangan atau penurunan sensasi di sekitar luka,

yang mungkin dapat berlangsung secara permanen.

2. Perawatan drain. Drain ssering kali dibiarkan ditempatnya selama beberapa

waktu setelah pulang. Di rumah sakit, lakukan pengosongan, pengukuran, dan

pencatatan haluaran drain. Biasanya, wadah dikosngkan setiap 8 jam. Minum

banyak cairan karena dengan mempertahankan asupan cairan akan

mempercepat pemulihan. Apabila drainase telah cukup berkurang, dokter

akan melepaskan drain.

3. Perawatan lengan yang sakit. Hindari pakaian ketat. Sokong selalu lengan

yang sakit, jangan digantung, dan lindungi selama aktivitas seperti memasak,
berkebun, dan menjahit. Apabila sensasi anda menurun, posisikan lengan

anda dengan tepat untuk menghindari luka bakar dan benjol.

4. Aktivitas dan istirahat. Perlu waktu sekitar 6 minggu agar energi bisa kembali

normal. Isitrahat ekstra dibutuhkan dengan cara tidur siang selama 2 minggu

pertama. Tidur teang di malam hari sangat penting untuk mengembalikan

kekuatan.

5. Penyesuaian emosional. Beberapa minggu dan beberapa bulan setelah

mastektomi, anda dapat mengalami fase emosi yang berbeda. Setiap wanita

menyesuaikan diri secara berbeda. Sadari bahwa periode kurangnya

kepercayaan diri dan kesedihan adalah normal.

6. Seksualitas. Hubungan seksual dapat dimulai kembali apabila kedua

pasangan telah siap dan keduanya merasa bergairah, merasa dicintai, dan

dipercaya. Perubahan citra tubh anda dapat menimbulkan tantangan tentang

bagaimana anda mengekspresikan diri anda secara seksual.

7. Peningkatan kesehatan. Praktik kesehatan yang baik akan meningkatkan

pemulihan dan memperbesar peluang untuk tetap sehat.mengkonsumsi diet

bernutrisi, istirahat, olahraga, dan penatalaksaaan stres meningkatkan

kesehatan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.1.2 Pengkajian

Anamnesis

1. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya

benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan

mengeras, bengkak dan nyeri.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada

mammae

4. Riwayat kesehatan keluarga

Adanmya keluarga yang mengalami ca mammae, atau penyakit kanker

apa saja.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital diukur untuk menentukan status kesehatan pasien

biasanya untuk menentukan status kesehatan pasien biasanya untuk menguji

respon pasien terhadap stres fisiologis atau psikologi terhadap terapi medik.

b. Pernafasan (B1:breath)

Pada inspeksi terjadi peningkatan suhu dan frekuensi pernafasan yang

disertai penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan

ekspansi dada yang simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada

sisi yang sakit). Palpasi pendorongan mediastinum ke arah

hemithoraks kontralateral yang diketahui dari posisi trakea dan ictus

cordis. Taktil fermitus menurun terutama pada pasien yang mengalam

komplikasi pada pleura. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Perkusi

suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya


sedangkan auskultasi terdapat suara nafas menurun sampai

menghilang pada sisi yang sakit.

c. Cardiovaskuler (B2:Blood)

Adanya perubahan tekanan darah tidak ada pembesaran jantung.

(mutaqqin & Sari, 2011)

d. Persyarafan (B3:Brain)

Keadaan umum baik, kesadaran composmetis. (Mutaqqin & Sari,

2011)

e. Perkemihan (B4:Bladder)

Perubahan eliminasi urinarius, hematuria (sering berkemih), eliminasi

urin ± 6-7 x/hari.

f. Pencernaan (B5:Bowel)

Pasien biasanya akan mengalami mual muntah, lama flatus dan

distensi abdomen.

g. Integumen (B6:Bone)

Rentang gerak sendi normal, tidak ada masalah pada sistem

musculusceletal (Mutaqqin & Sari, 2011)

h. Seksualitas

Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar menimbulkan

kelainan pada ca mammae. Usia menarche yang lebih dini yakni dibawah 12

tahun meningkatkan risiko ca mammae sedangkan usia menopause yang lebih

lambat juga meningkatkan risiko kanker payudara. (Sitiatava, 2015)


i. Sistem Penginderaan

Mata : konjungtiva anemis(+), sklera tidak ikterik, reflek cahaya normal.

Hidung : tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada deviasi, tidak ada

penyumbatan dan perdarahan.

Teling : tidak ada gangguan pendengaran, bentuk simetris, tidak ada tanda-

tanda trauma. (Mutaqqin & Sari, 2011)

j. Sistem reproduksi dan genetalia

Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi dan genetalia. (Mutaqqin

& Sari, 2011)

Analisa Data

Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lalu dianalisa

sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat

dirumuskan diagnosa keperawatan.

2.1.2 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan

c. Kurangnya pengetahuan tentang kanker berhubungan dengan kurangnya

informasi

2.1.3 Perencanaan

a. Diagnosa keperawatan 1 :

Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau

teratasi.
Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri

2. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, tanda nyeri).

4. Pasien terlihat tenang

5. Tanda-tanda vital dalam batas normal

6. Skala nyeri normal

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.

R/ membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyaman dan kebutuhan

untuk keefektifan analgetik.

2. Obseravis tanda-tanda vital

R/ untuk mengetahui keadaan umum pasien.

3. Bantu pasien menemukan posisi nyaman.

R/ peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi

kemampuan pasien untuk rileks dan tidur/istirahat secara efektif.

4. Ajarkan teknin nonfarmakologi relaksasi (tarik nafas dalam) dan distraksi.

R/ untuk mengurangi nyeri.

5. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan

sebelum aktivitas dijadwalkan.

R/ mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan pasien untuk

latihan lengan dan untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai upaya tersebut.
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik sesuai indikasi

R/ memberikan penghilang ketidaknyamanan nyeri dan memfasilitasi tidur.

b. Diagnosa keperawatan 2 :

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan

Tujuan : menunjukan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, serta

penyembuhan luka primer dan sekunder.

Kriteria hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,

hidrasi, pigmentasi).

2. Tidak ada luka/lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan

perawatan alami.

Intervensi :

1. Monitor kulit adanya kemerahan

R/ untuk menentukan keefektifan regimen perawatan kulit

2. Monitor status nutrisi pasien

R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien

3. Membersihkan, memantau dan menigkatkan proses penyembuhan pada luka.

R/ ada atau tidaknya granulasi dan epitelisasi

4. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area luka

R/ ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi


5. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai/biarkan luka tetap terbuka

(tidak dibalut) sesuai program

R/ untuk mengevaluasi tindakan atau balutan topika yangdapat meliputi

balutan hidrokoloid

c. Diagnosa keperawatan 3 :

Kurang pengetetahuan tentang kanker berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien/keluarga paham

tentang penyakit kanker

Kriteria hasil :

1. Klien dan keluarga menyatakan paham tentang penyakit kanker.

2. Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara

benar.

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit

R/ untuk mengetahui seberapa banyak pengetahuan keluarga tentang penyakit

kanker

2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya.

R/ agar memudahkan klien dan keluarga untuk memahami tentang penyakit

kanker

3. Berikan informasi tentang perkembangan klien

R/ agar keluarga selalu siap siaga dalam memahami klien

4. Jelaskan alasan dilaksanakan tindakan dan terapi

R/ menambah pengetahuan pada keluarga


5. Anjurkan klien untuk melaporkan pada petugas kesehatan tanda adan gejala

yang muncul

R/ agar petugas kesehatan cepat menangani masalah yang muncul

2.1.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang

diberikan kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan

tergantung situasi dan kondisi pasien.

2.1.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk

mencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari suatu

kegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau

beberapa aspek program perencanaan yang akan datang.


Kerangka Masalah

Faktor predisposisi dan Mendesak sel saraf Interupsi sel saraf


risiko tinggi hiperplasi
pada sel mammae Nyeri

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh


jaringan Ca darah
Aliran darah terhambat

Menekan jaringan pada Hipermetanolisme Hipoksia


mammae ke jaringan
Necrosis jaringan

Peningkatan konsistensi Pe Bakteri patogen


mammae Hipermetabolisme
jar lain BB turun
Resiko infeksi

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Mammae membengkak Ukuran mammae


abnormal

Gangguan citra tubuh Mammae asimetrik Defisiensi pengetahuan


ansietas
Massa tumor
mendesak
Kemoterapi
kejaringan luar

Perfusi jaringan Infiltrasi pleura Mual dan PV


terganggu perietale muntah
SPC
Ulkus Ekspansi paru Gangguan
menurun citra tubuh DVC

Kerusakan integritas Ketidakefektifan


kulit pola nafas
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai